Anda di halaman 1dari 47

PENGATURAN HUKUM-HUKUM CYBERCRIME INTERNASIONAL PADA PERISTIWA PERUSAKAN WEB ISRAEL DAN PEMBANDINGAN PADA HUKUM INDONESIA

Disusun Oleh:
Erwin Hadi Saputra Aang Samsudy Darmawan Lahru Riatma Arga Suwastika Primawan Putra (0910683039) (0910680001) (0910683028) (0910683019)

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Berkembang pesatnya teknologi internet memudahkan seseorang maupun instansi-instansi pemerintah dalam melakukan beberapa aktifitas pekerjaan. Kemajuan tersebut tidak berarti tanpa masalah. Kecanggihan internet juga memiliki titik lemah yang biasa di manfaatkan oleh para hacker maupun cracker. Dengan melalui titik kelemahan pada jaringan internet, hacker bisa merusak, mencuri data, maupun dapat mencuri dan merugikan secara financial suatu perusahan, maupun negara.

Latar Belakang
Cyber crime yang masih hangat di perbincangkan ialah pada saat Israel menyatakan perang terbuka pada Palestina. Banyak aktifis cyber yang turut mengecam aksi tindakan Israel. Motif tersebut yang menjadikan momentum para aktifis hacker dari hampir sebagian belahan dunia yang menamakan dirinya Anonymous ikut berperang dengan cara melancarkan serangan cyber terhadap situs-situs Israel.

Rumusan Masalah
Pada pembahasan cyber crime yang terjadi pada israel dengan anonymous, permasalahan yang akan di bahas yaitu : 1. Mengenai hukum yang berlaku secara Internasional tentang tindakan cyber crime dari Anonymous. 2. Bagaimana UUD hukum di Indonesia jika kejadian tersebut terjadi pada Indonesia.

Batasan Masalah
Pembahasan yang akan dilakukan di titik fokuskan meliputi dari 3 aspek yaitu: 1. Pembahasan tentang kronologi penyerangan anonymous terhadap situs Israel 2. Pembahasan tentang Hukum Internasional tentang cyber crime yang terjadi pada Israel. 3. Pembahasan tentang UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia. 4. Pembahsan tentang UUD Hukum cyber antar lintas negara.

Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pada pembahasan tentang UUD Hukum Cyber crime,yaitu : 1. Mahasiswa mendapatkan wawasan tentang dasar hukum Cyber crime pada UUD yang ada di Indonesia 2. Mahasiswa mendapatkan wawasan tentang dasar hukum cyber crime antar lintas negara.

BAB II TINJAUAN
2.1 Anonymous
Anonymous adalah jamaah-legiun hacker kelas kakap dunia, bahkan TV cable CNN menobatkan mereka sebagi penerus Wikileaks. Target operasi

anonymous sudah dijadwalkan dalam komunitas forum yang mencakup


seluruh jagat raya, namun sasarannya adalah isu-isu kelas berat dunia Pada intinya komunitas maya yang sangat longgar namun kompak untuk

memperjuangkan Freedom of internet di seluruh jagad, siap obrak-abrik


rezim yang maen sensor seenaknya. Namum tak jarang sulit dimengerti maunya apa oleh kebanyakan orang yang menginginkan kenyamanan

yang telah mapan.

Cyber Crime
2.2 Cyber Crime Cybercrime adalah kejahatan dimana tindakan kriminal hanya bisa

dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber.


Banyak diantaranya adalah pegawai sebuah perusahaan yang loyal dan dipercaya oleh perusahaan-nya, dan dia tidak perlu melakukan kejahatan

computer. Mereka adalah orang-orang yang tergoda pada lubang-lubang


yang terdapat pada sistem computer. Sehingga kesempatan merupakan penyebab utama orang-orang tersebut menjadi penjahat cyber.

Kategori Cybercrime
1. 2. 3. Cyberpiracy Penggunaan teknologi komputer untuk : mencetak ulang software atau informasi mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan computer Cybertrespass Penggunaan teknologi komputer untuk meningkatkan akses pada: Sistem komputer sebuah organisasi atau individu Web site yang di-protect dengan password Cybervandalism Penggunaan teknologi komputer untuk membuat program yang : Mengganggu proses transmisi informasi elektronik Menghancurkan data di computer

1. 2. 3. 1. 2. 3.

Perkembangan Cybercrime Di INDONESIA


Perkembangan cyber crime di Indonesia, sebenarnya prestasi dalam bidang cyber crime ini patut diacungi dua jempol. Walau di dunia nyata kita dianggap sebagai salah satu negara terbelakang, namun prestasi yang sangat gemilang telah berhasil ditorehkan oleh para hacker, cracker dan carder lokal. Virus komputer yang dulunya banyak diproduksi di US dan Eropa sepertinya juga mengalami outsourcing dan globalisasi. Di tahun 1986 2003, epicenter virus computer dideteksi kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika dan beberapa negara lainnya seperti Jepang, Australia, dan India. Namun hasil penelitian mengatakan di beberapa tahun mendatang Mexico, India dan Africa yang akan menjadi epicenter virus terbesar di dunia, dan juga bayangkan, Indonesia juga termasuk dalam 10 besar.

Lanjutan

Lima tahun belakangan ini China , Eropa, dan Brazil yang meneruskan perkembangan virus2 yang saat ini mengancam komputer kita semua dan gak akan lama lagi Indonesia akan terkenal namun dengan pelaku cyber crimenya. Di karenakan pemerintah kurang ketat dalam pengontrolan dalam dunia cyber, terus terang para hacker di Amerika gak akan berani untuk bergerak karna pengaturan yang ketat dan system kontrol yang lebih high-tech lagi yang dipunyai pemerintah Amerika Serikat Dan di Indonesia cyber crime kelak akan menjadi ancaman yang serius bagi negara ini. Terlebih semua sistem diIndonesia kususnya sudah banyak yang di alihkan melalui sistem informasi internet.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Kronologi penyerangan Anonymous terhadap situs Israel
Serangan brutal Israel di jalur Gaza yang menewaskan korban dari kalangan sipil menuai kecaman dari dunia internasional. Tak terkecuali sejumlah hacker yang bersatu memborbardir negara zionis itu. Sedikitnya 44 juta kali upaya serangan cyber telah menyerbu situs pemerintahan Israel. Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz menyatakan pemerintahannya kini menghadapi medan perang kedua di dunia maya. Salah satu pelakunya adalah Anonymous. Kelompok hacker terkenal ini mengklaim telah merusak database hampir 700 website Israel, termasuk Bank of Jerusalem. Situs Kementerian Luar Negeri Israel juga sempat down.

Lanjutan
Anonymous mengklaim telah membocorkan informasi pribadi sebanyak 3000 individu yang telah melakukan donasi untuk organisasi pro Israel, Unity Coalition for Israel. Data yang dibocorkan itu termasuk alamat rumah, nomor telepon, dan alamat email. Anonymous juga dilaporkan telah mencuri email dan password, serta database krusial dari Bank Jerusalem dan Kementerian Luar Negeri Israel. aksi Anonymous ini dilakukan setelah mereka menyerang 650 situs Israel pada 17 November lalu. Selain menghapus database, Anonymous juga membocorkan username dan password.

Lanjutan
Kita tahu bahwa serangan cyber dapat merugikan suatu negara dari aspek financial maupun sosial. Untuk mengurangi tingkat pelaku cyber crime tentunya harus ada UUD yang mengatur dan menertibkan para pengguna internet. Masing-masing negara memiliki UUD yang mengatur negaranya tentang pelaku cyber crime. Selain adanya UUD tentang cyber crime, Negara tersebut juga harus bisa menjalin kerja sama antar negara untuk menangkap dan mengidentifikasi pelaku cyber crime. Apabila tidak ada hubungan kerja sama maka suatu negara akan mengalami kesusahan dalam mengusut dan menangkap pelaku yang berada di negara lain.

3.2 Hukum Internasional tentang cyber crime yang dapat digunakan sebagai acuan penyelesaian peristiwa perusakan web Israel
Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Beberapa negara mempunyai cyber lawnya sendiri yang berlaku di Wilayahnya masing-masing. Adapun hukum internasional yang ada di atur dalam Council of Europe Convention on Cyber Crime.

3.3 Council of Europe Convention on Cyber Crime

Council of Europe Convention on Cyber Crime (Dewan Eropa Konvensi Cyber Crime), yang berlaku mulai pada bulan Juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian internasional untuk mengatasi kejahatan komputer dan kejahatan internet yang dapat menyelaraskan hukum nasional, meningkatkan teknik investigasi dan meningkatkan kerjasama internasional. Council of Europe Convention on Cyber Crime berisi Undang-Undang Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU-PTI) pada intinya memuat perumusan tindak pidana. Konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama pada kejahatan yang dilakukan lewat internet dan jaringan komputer lainnya, terutama yang berhubungan dengan pelanggaran hak cipta, yang berhubungan dengan penipuan komputer, pornografi anak dan pelanggaran keamanan jaringan. Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti pencarian jaringan komputer dan intersepsi sah.

3.3 Council of Europe Convention on Cyber Crime

Lanjutan Konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama pada kejahatan yang dilakukan lewat internet dan jaringan komputer lainnya, terutama yang berhubungan dengan pelanggaran hak cipta, yang berhubungan dengan penipuan komputer, pornografi anak dan pelanggaran keamanan jaringan. Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti pencarian jaringan komputer dan intersepsi sah. Tujuan utama adanya konvensi ini adalah untuk membuat kebijakan kriminal umum yang ditujukan untuk perlindungan masyarakat terhadap Cyber Crime melalui harmonisasi legalisasi nasional, peningkatan kemampuan penegakan hukum dan peradilan, dan peningkatan kerjasama internasional.

TUJUAN UTAMA KONVENSI


harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran dan ketentuan yang terhubung di bidang kejahatan cyber. menyediakan form untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang diperlukan untuk investigasi dan penuntutan tindak pidana tersebut, serta pelanggaran lainnya yang dilakukan dengan menggunakan sistem komputer atau bukti dalam kaitannya dengan bentuk elektronik mendirikan cepat dan efektif rezim kerjasama internasional.

Pasal-pasal dari Council of Europe Convention on Cyber Crime yang berhubungan dengan kasus penyerangan ke Situs-situs Israel
Pengrusakan terhadap situs-situs dan sistem komputer di Israel oleh kelompok Hacker Anonymous merupakan hal yang salah walaupun mengatasnamakan kepedulian terhadap Palestina. Kegiatan merugikan yang dilakukan kelompok tersebut diatur dalam hukum-hukum pada Council of Europe Convention on Cyber Crime.

Pasal-pasal dari Council of Europe Convention on Cyber Crime yang berhubungan dengan kasus penyerangan ke Situs-situs Israel
Pengrusakan terhadap situs-situs dan sistem komputer di Israel oleh kelompok Hacker Anonymous merupakan hal yang salah walaupun mengatasnamakan kepedulian terhadap Palestina. Kegiatan merugikan yang dilakukan kelompok tersebut diatur dalam hukum-hukum pada Council of Europe Convention on Cyber Crime.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 2 - akses Ilegal Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja, akses ke seluruh atau sebagian dari suatu sistem komputer tanpa hak. Suatu Pihak dapat mengharuskan pelanggaran akan dilakukan oleh melanggar langkah-langkah keamanan, dengan maksud memperoleh data komputer atau maksud tidak jujur lainnya, atau dalam kaitannya dengan suatu sistem komputer yang terhubung ke sistem komputer.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 3 - intersepsi Ilegal Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja, intersepsi tanpa hak, yang dibuat oleh sarana teknis, non-publik transmisi data komputer, dari atau dalam sebuah sistem komputer, termasuk emisi elektromagnetik dari sebuah sistem komputer yang membawa data komputer tersebut. Suatu Pihak dapat mengharuskan pelanggaran akan dilakukan dengan maksud tidak jujur, atau dalam kaitannya dengan suatu sistem komputer yang terhubung ke sistem komputer.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :

Pasal 4 - Data interferensi Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja, itu, merusak penghapusan, kerusakan,

perubahan atau penyembunyian data komputer tanpa hak. Pihak dapat berhak untuk mengharuskan perilaku yang dijelaskan dalam ayat 1 mengakibatkan bahaya serius.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 5 - gangguan Sistem Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja, yang serius menghalangi tanpa hak terhadap berfungsinya suatu sistem komputer dengan memasukkan, transmisi, merusak, menghapus, memburuk, mengubah atau data

komputer menekan.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 6 - Penyalahgunaan perangkat Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja dan tanpa hak: produksi, penjualan, pengadaan untuk digunakan, distribusi impor, atau membuat tersedia dari :

besaran perangkat, termasuk program komputer, yang dirancang atau disesuaikan terutama untuk tujuan melakukan salah satu tindak pidana yang ditetapkan sesuai dengan Pasal 2 sampai 5;

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Lanjutan Pasal 6 password komputer, kode akses, atau data yang sama dimana seluruh atau bagian dari sistem komputer yang mampu diakses,dengan maksud bahwa hal itu digunakan untuk tujuan melakukan salah satu kejahatan yang ditetapkan dalam Pasal 2 sampai 5, dan kepemilikan item dimaksud dalam paragraf ai atau ii di atas, dengan maksud bahwa hal itu digunakan untuk tujuan melakukan salah satu kejahatan yang ditetapkan dalam Pasal 2 sampai 5. Suatu Pihak dapat meminta oleh hukum bahwa sejumlah item seperti dimiliki sebelum pertanggungjawaban pidana menempel. Setiap Pihak dapat berhak untuk tidak menerapkan ayat 1 pasal ini, asalkan reservasi tidak menyangkut penjualan, distribusi atau membuat tersedia dari item yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 7 - Komputer yang berhubungan dengan pemalsuan Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja dan tanpa hak, input, perubahan, penghapusan, atau penyembunyian data komputer, sehingga data yang autentik dengan maksud bahwa hal itu dianggap atau ditindaklanjuti untuk tujuan hukum seolah-olah itu otentik, terlepas apakah atau tidak data langsung dibaca dan dimengerti. Suatu Pihak dapat memerlukan niat untuk menipu, atau maksud tidak jujur sama, sebelum tanggung jawab pidana menempel.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 8 - Komputer yang berhubungan dengan penipuan Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja dan tanpa hak, yang menyebabkan suatu kerugian harta kepada orang lain dengan: setiap masukan, perubahan, penghapusan atau penyembunyian data komputer, setiap gangguan dengan fungsi dari sebuah sistem komputer,dengan maksud penipuan atau tidak jujur pengadaan, tanpa hak manfaat, sebuah ekonomi untuk diri sendiri atau untuk orang lain.

Adapun pasal-pasalnya dijabarkan sebagai berikut :


Pasal 11 - Mencoba dan membantu atau bersekongkol Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja, membantu atau bersekongkol komisi dari setiap tindak pidana yang ditetapkan sesuai dengan Pasal 2 sampai 10 Konvensi ini dengan maksud bahwa tindak pidana tersebut harus dilakukan. Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan sebagai tindak pidana berdasarkan hukum nasionalnya, apabila dilakukan dengan sengaja, percobaan untuk melakukan kejahatan yang ditetapkan sesuai dengan Pasal 3 sampai 5, 7, 8, dan 9.1.a dan c. Konvensi ini.

3.5

Dasar hukum cyber crime antar lintas negara.


Hukum tentang pelanggaran yang dilakukan lintas negara juga dibahas dalam Council of Europe Convention on Cyber Crime pada pasal yang dijabarkan berikut ini. Pasal 22 Yurisdiksi Setiap Pihak wajib mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan yurisdiksi atas kejahatan yang ditetapkan sesuai dengan Pasal 2 sampai 11 Konvensi ini,

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet, Undang-Undang yang diharapkan (ius konstituendum) adalah perangkat hukum yang akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan, termasuk dampak negatif penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang dapat menimbulkan korban-korban seperti kerugian materi dan non materi. Indonesia belum memiliki Undang - Undang khusus/ cyber law yang mengatur mengenai cybercrime Tetapi, terdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku umum dan dapat dikenakan bagi para pelaku cybercrime terutama untuk kasuskasus yang menggunakan komputer sebagai sarana, antara lain:

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
1. Kitab Undang-undang hukum pidana 2. Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 3. Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi 4. Undang-Undang No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan 5. Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas perubahan UU No 15 tahun 2002 tentang pencucian uang 6. Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet & Transaksi Elektronik

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
A. Kitab Undang Undang Hukum Pidana Dalam upaya menangani kasus-kasus yang terjadi para penyidik melakukan analogi atau perumpamaan dan persamaaan terhadap pasal-pasal yang ada dalam KUHP. Pasal-pasal didalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu Pasal karena melibatkan beberapa perbuatan sekaligus pasal - pasal yang dapat dikenakan dalam KUHP pada cybercrime. B. Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Menurut Pasal 1 angka (8) Undang - Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, program komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi tersebut. Hak cipta untuk program komputer berlaku selama 50 tahun (Pasal 30).

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
C. Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Menurut Pasal 1 angka (1) Undang - Undang No 36 Tahun 1999, Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. Dari definisi tersebut, maka Internet dan segala fasilitas yang dimilikinya merupakan salah satu bentuk alat komunikasi karena dapat mengirimkan dan menerima setiap informasi dalam bentuk gambar, suara maupun film dengan sistem elektromagnetik. Penyalahgunaan Internet yang mengganggu ketertiban umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan menggunakan Undang- Undang ini, terutama bagi para hacker yang masuk ke sistem jaringan milik orang lain sebagaimana diatur pada Pasal 22, yaitu Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia

D. Undang-Undang No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tanggal 24 Maret 1997 tentang Dokumen Perusahaan, pemerintah berusaha untuk mengatur pengakuan atas mikrofilm dan media lainnya (alat penyimpan informasi yang bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan. Misalnya Compact Disk - Read Only Memory (CD - ROM), dan Write Once -Read - Many (WORM), yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang tersebut sebagai alat bukti yang sah.

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia

E. Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang ini merupakan Undang-Undang yang paling ampuh bagi seorang penyidik untuk mendapatkan informasi mengenai tersangka yang melakukan penipuan melalui Internet, karena tidak memerlukan prosedur birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama, sebab penipuan merupakan salah satu jenis tindak pidana yang termasuk dalam pencucian uang (Pasal 2 Ayat (1) Huruf q). Penyidik dapat meminta kepada bank yang menerima transfer untuk memberikan identitas dan data perbankan yang dimiliki oleh tersangka tanpa harus mengikuti peraturan sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan.

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
F. Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Selain Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, Undang-Undang ini mengatur mengenai alat bukti elektronik sesuai dengan Pasal 27 huruf b yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu. Digital evidence atau alat bukti elektronik sangatlah berperan dalam penyelidikan kasus terorisme, karena saat ini komunikasi antara para pelaku di lapangan dengan pimpinan atau aktor intelektualnya dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas di Internet untuk menerima perintah atau menyampaikan kondisi di lapangan karena para pelaku mengetahui pelacakan terhadap Internet lebih sulit dibandingkan pelacakan melalui handphone.

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia

G. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet &


Transaksi Elektronik Undang-undang ini, yang telah disahkan dan diundangkan pada tanggal 21

April 2008, walaupun sampai dengan hari ini belum ada sebuah PP yang
mengatur mengenai teknis pelaksanaannya, namun diharapkan dapat menjadi sebuah undang-undang cyber atau cyberlaw guna menjerat pelaku-

pelaku cybercrime yang tidak bertanggungjawab dan menjadi sebuah


payung hukum bagi masyarakat pengguna teknologi informasi guna mencapai sebuah kepastian hukum.

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
H. UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008. Perbuatan penipuan tersebut memenuhi unsur pidana pasal 28 ayat 1, dan pasal 35.Berikut petikan isi pasal-pasal tersebut. Pasal28 ayat 1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam TransaksiElektronik. Pasal 35 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

3.6 UUD Hukum Indonesia tentang cyber crime yang terjadi pada Indonesia
H. UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) No. 11 Tahun 2008. Perbuatan penipuan tersebut memenuhi unsur pidana pasal 28 ayat 1, dan pasal 35.Berikut petikan isi pasal-pasal tersebut. Pasal28 ayat 1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam TransaksiElektronik. Pasal 35 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

3.7Penanggulangan Cyber Crime diIndonesia

Cyber crime merupakan suatu perbuatan merugikan orang lain atau instansi yang berkaitan dan pengguna fasilitas dengan sistem Informasi dan Transaksi Elektronik yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri maupun orang lain secara materi, maupun hanya untuk sekedar memuaskan jiwa pelaku atau orang tersebut. Oleh karena itu, maka tindakan atau perbuatan tersebut merupakan suatu kejahatan dan merupakan perbuatan melanggar hukum, karena adanya unsur-unsur dimana ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan oleh perbuatan tersebut oleh polri dalam cyber crime dapat digunakan berbagai macam cara, antara lain dengan mengoptimalkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penyidik dalam Dunia Cyber, menambahkan dan meningkatkan fasilitas komputer forensik dalam POLRI.

3.7Penanggulangan Cyber Crime diIndonesia

Cyber crime merupakan suatu perbuatan merugikan orang lain atau instansi yang berkaitan dan pengguna fasilitas dengan sistem Informasi dan Transaksi Elektronik yang bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri maupun orang lain secara materi, maupun hanya untuk sekedar memuaskan jiwa pelaku atau orang tersebut. Oleh karena itu, maka tindakan atau perbuatan tersebut merupakan suatu kejahatan dan merupakan perbuatan melanggar hukum, karena adanya unsur-unsur dimana ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan oleh perbuatan tersebut oleh polri dalam cyber crime dapat digunakan berbagai macam cara, antara lain dengan mengoptimalkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penyidik dalam Dunia Cyber, menambahkan dan meningkatkan fasilitas komputer forensik dalam POLRI.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Cyber crime yang masih hangat di perbincangkan ialah pada saat Israel menyatakan perang terbuka pada Palestina. Banyak aktifis cyber yang turut mengecam aksi tindakan Israel. Motif tersebut yang menjadikan momentum para aktifis hacker dari hampir sebagian belahan dunia yang menamakan dirinya Anonymous ikut berperang dengan cara melancarkan serangan cyber terhadap situs-situs Israel. Dewan Eropa mendirikan Komite Ahli Kejahatan di Cyberspace (PC -CY) untuk mulai menyusun sebuah konvensi yang mengikat untuk memfasilitasi kerjasama internasional dalam investigasi dan penuntutan kejahatan komputer.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Council of Europe Convention on Cyber Crime (Dewan Eropa Konvensi Cyber Crime), yang berlaku mulai pada bulan Juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian internasional untuk mengatasi kejahatan komputer dan kejahatan internet yang dapat menyelaraskan hukum nasional, meningkatkan teknik investigasi dan meningkatkan kerjasama internasional.

BAB IV PENUTUP

Pasal-pasal dari Council of Europe Convention on Cyber Crime yan berhubungan dengan kasus penyerangan ke Situs-situs Israel. Pasal 2 - akses Ilegal Pasal 3 - intersepsi Ilegal Pasal 4 - Data interferensi Pasal 5 - gangguan Sistem Pasal 6 - Penyalahgunaan perangkat Pasal 7 - Komputer yang berhubungan dengan pemalsuan Pasal 8 - Komputer yang berhubungan dengan penipuan Pasal 11 - Mencoba dan membantu atau bersekongkol

BAB IV PENUTUP

Pasal-pasal dari Council of Europe Convention on Cyber Crime yan berhubungan dengan kasus penyerangan ke Situs-situs Israel. Pasal 2 - akses Ilegal Pasal 3 - intersepsi Ilegal Pasal 4 - Data interferensi Pasal 5 - gangguan Sistem Pasal 6 - Penyalahgunaan perangkat Pasal 7 - Komputer yang berhubungan dengan pemalsuan Pasal 8 - Komputer yang berhubungan dengan penipuan Pasal 11 - Mencoba dan membantu atau bersekongkol

SEKIAN TERIMA KASIH


SALAMUALAIKUM WR, WB

Anda mungkin juga menyukai