Anda di halaman 1dari 4

Android dan Blackberry: Alat Konsumsi Baru-Modernitas Ritzer

Didi Pramono Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dapat dihubungi melalui e-mail ddpramono248@gmail.com Tulisan ini merupakan studi kasus untuk melengkapi tesis George Ritzer tentang modernitas, dan yang lebih utama lagi adalah untuk menguatkan bahwa kita memang masih dalam era modern, belum sampai pada era post-modern seperti apa yang digaungkan oleh Jean Baudrillard, Gilles Deleuze, Felix Gauttari, dkk. Ulrich Beck (Ritzer, 2007: 561) dalam bukunya Risk Society: Toward a New Modernity mengatakan bahwa kita masih terus berada dalam kehidupan modern, walau dalam bentuk modernitas baru. Sebelum lebih jauh berbicara tentang android dan blackberry, tulisan ini akan diawali dengan kajian terhadap Teori McDonaldisasi. Kajian ini sedikit banyak dapat dianalogikan dengan apa yang kini kita sebut teknologi android dan blackberry. Teori McDonaldisasi sekaligus merupakan teori-teori pendukung modernitas. Teori McDonaldisasi menitikberatkan pusat perhatiannya pada rasionalitas formal, khususnya implementasinya dalam birokrasi (restoran cepat saji). Dalam hal ini, Ritzer mengambil contoh restoran cepat saji McDonald sebagai tagline teorinya. Ritzer mengemukakan bahwa ada empat dimensi rasionalitas formal, yakni efisiensi, kemampuan untuk diprediksi, lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas (kalkulabilitas), dan penggantian teknologi nonmanusia untuk teknologi manusia. Menurut Ritzer, bentuk rasionalitas inilah yang cenderung menyebabkan ketidakrasionalan dari sesuatu yang rasional (the irrationality of rationality). Efisiensi berarti mencari cara terbaik untuk mencapai tujuan. Kemampuan untuk diprediksi menyiratkan makna bahwa saat ini merupakan masa dunia tanpa kejutan, beberapa realitas sosial masa depan sudah dikalkulasikan secara cermat dalam bingkai birokrasi ekonomi. Lebih menekankan kuantitas daripada kualitas, pendapat ini dapat kita lihat dalam beberapa industri dalam bidang apapun. Para pelaku produksi dalam skala besar menggunakan mesin-mesin produksi untuk menciptakan produk secara masal. Spesifikasi produk secara keseluruhan sama dan tidak ada produk yang secara spesifik berbeda atau spesial. Semua proses produksi berjalan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan dikendalikan oleh sistem jaringan. Terkait dengan penggantian teknologi nonmanusia untuk teknologi manusia, pendapat ini erat kaitannya dengan demistifikasi dan dehumanisasi pengalaman hidup tertentu. Lalu apa kaitan antara android dan blackberry dengan McDonald? Secara perlahan kita bicarakan permasalahan ini. Pergulatan pikir panjang dan diskusi di lingkungan kalangan akademik menghasilkan simpulan bahwa konsep android dan blackberry merepresentasikan empat dimensi rasionalitas formal. Seluruh proses untuk interaksi dan jual-beli telah dibuat semakin efisien melalui teknologi android dan blackberry. Teknologi android dan blackberry mengkorelasikan teknologi komunikasi dengan jaringan internet. Kini, orang mengakses internet tidak harus melalui komputer yang besar ukurannya dan tidak fleksibel. Hanya dalam genggaman tangan orang dapat berselancar menelusuri dunia maya. Efisiensi ini memicu perkembangan segi kehidupan yang lain. Interaksi antarindividu semakin efisien, baik melalui short message service (SMS), whats up (dalam teknologi android), blackberry messanger (BBM), facebook, twitter, skype, dan aplikasi-aplikasi lainnya. Efek samping dari efisiensi ini justru adalah menimbulkan dehumanisasi. Kehadiran seseorang telah tergantikan oleh efisiensi dalam berkomunikasi. Salah satu contoh adalah tradisi lebaran yang dulu selalu dilengkapi dengan saling berkunjung, bersilaturahmi, berjabat tangan. Kini, orang cukup menyusun kata-kata

indah dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik, kemudian send to all, melalui sms, BBM, whats up, facebook, dan twitter. Inilah apa yang dikatakan Ritzer sebagai the irrationality of rationality. Tidak hanya sebatas pada interaksi perorangan, sistem jaringan internet yang terdapat dalam android dan blackberry juga memunculkan ide bisnis baru. Toko-toko online menjamur bak rumput di musim hujan. Sebut saja Kaskus, Toko Bagus, Toko Berniaga, dan bisnis-bisnis online lainnya yang dijalankan secara individu. Orang semakin efisien dalam melakukan transaksi jual beli, bahkan dapat dilakukan hanya dengan duduk-duduk santai di beranda rumah sambil menikmati dinginnya hujan dan secangkir kopi hangat. Interaksi antara penjual dan pembeli mewujud dalam bentuk tulisan dan penggunaan rekening bank sebagai alat pembayaran. Atau bahkan pada sistem transaksi toko online yang telah mapan, tenaga manusia telah tergantikan oleh teknologi nonmanusia dalam transaksi jual-beli. Guna menunjukkan contoh tentang konsep interaksi dan proses jual-beli kontemporer, sebagai wujud eksistensi android dan blackberry, akan disuguhkan contoh yang dekat dengan kita saat ini, yakni toko online. Secara tidak langsung, toko online paling tidak telah merepresentasikan kedua hal tersebut di atas, interaksi dan proses jual-beli. Selain itu, sekaligus toko online merupakan alat konsumsi baru di era modernitas. Ritzer, dalam analisisnya yang lain mencoba menjelaskan tentang kartu kredit.1 Sistem tabungan individu dan kartu kredit dapat dikatakan sebagai fasilitas pendukung bentuk dehumanisasi berikutnya, yakni toko online. Sistem dalam toko online membutuhkan jaringan internet sebagai media pemasaran dan proses transaksi. Ketika sudah terjadi kesepakatan harga, maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan tabungan (kartu kredit/nomor rekening) untuk mentransfer sejumlah uang dari pembeli kepada penjual. Sistem jaringan komunikasi dalam android dan blackberry memungkinkan jual-beli dapat diprediksikan secara akurat. Konsumen akan dihadapkan pada banyak sekali pilihan, dan komoditas tersebut akan seolah sama pada toko online yang satu dengan yang lain, karena yang nampak hanya gambar/foto. Toko online menimbulkan keseragaman, baik diakses di kota-kota megapolitan maupun di pedalaman Kalimantan sekalipun. Sistem jaringan menciptakan dunia tanpa kejutan, menciptakan dunia yang seragam, dan terpolakan dalam suatu sistem, yakni masyarakat jaringan. Inilah apa yang dinamakan Castells sebagai informasionalisme dan masyarakat jaringan.2 Isu ini akan dibahas setelah kita selesai membicarakan McDonaldisasi. Android dan blackberry yang mengakomodir toko online, merupakan contoh yang baik dari penekanan kuantitas daripada kualitas. Daripada kualitas komoditas dan kemampuan penjual menawarkan barang, toko online tergantung pada teknologi nonmanusia seperti website, fasilitas e-mail atau chatt, dan sistem jaringan yang menyediakan opsyen terbatas pada apakah calon pembeli akan membeli atau berganti pada halaman berikutnya. Kemudian jika ditelisik dalam hal kalkulabilitas, toko online yang tersebar di dunia maya saling bersaing untuk menawarkan komoditas terbaiknya: kelengkapan daftar komoditas, fasilitas yang akan diperoleh, kemudahan melakukan transaksi dalam toko online tersebut, daftar gambar komoditas yang lengkap dan detil dengan spesifikasinya, akses terhadap komoditas dengan merek-merek kelas wahid, dan tidak lupa yang paling penting adalah tawaran diskon yang menggiurkan. Ritzer (2007: 570) mengatakan bahwa konsumen dibuat percaya bahwa mereka dapat mengandalkan tiga hal yang dapat dikuantifikasi, yakni harga rendah, jumlah barang yang
Baca buku Teori Sosiologi Modern hal 566 karya Ritzer dan Goodman. Dalam buku ini dijelaskan secara komprehensif mengenai analisis Ritzer terhadap kartu kredit. Kartu kredit, selain restoran cepat saji, dikatakan Ritzer sebagai wujud me-McDonald-kan kehidupan kita. 2 Baca juga dalam buku yang sama dengan di atas, khususnya sub bab informasionalisme dan masyarakat jaringan hal 583-587.
1

banyak, dan keanekaragaman jenis barangini semua mengilustrasikan kalkulabilitas dalam alat konsumsi baru. Sistem rasional formal seperti ini (fenomena android dan blackberry: toko online) menimbulkan berbagai macam ketidakrasionalan, yang paling menonjol adalah demistifikasi dan dehumanisasi pengalaman transaksi jual-beli. Kita, dalam berbagai alasan, masih dalam era modern. Jadi, kenapa kita harus memperdebatkan post-modern. Lebih jauh, Habermas (dalam Ritzer, 2007: 577) mengatakan bahwa modernitas sebagai sebuah proyek yang belum selesai. Dalam arti, masih banyak yang harus dikerjakan dalam kehidupan modern sebelum kita mulai berpikir mengenai kemungkinan kehidupan postmodern. Informasionalisme dan Masyarakat Jaringan Sub bab ini hanyalah suplemen, untuk melengkapi analisis kita terhadap kehidupan modern. Informasionalisme dan masyarakat jaringan merupakan teori turunan dari teori modernitas. Teori ini dengan sangat baik menggambarkan kondisi dunia kini, kondisi di mana pun tempatnya informasi dan komunikasi memainkan peranan penting dalam menentukan hajat hidup orang banyak. Castells (dalam Ritzer, 2007: 585) berkata informasi langsung tersedia di mana saja di muka bumi. Materi tentang android dan blackberry, dalam hal ini digambarkan oleh Castells (dalam Ritzer, 2007: 584) dengan sangat gamblang bahwa kini muncul ekonomi informasional baru yang semakin menguntungkan. Ekonomi itu bersifat informasional karena produktivitas dan daya saing dari unit-unit atau agen-agen dalam ekonomi ini (entah itu perusahaan, kawasan, bangsa, atau personal) secara mendasar tergantung kepada kapasitas mereka untuk menghasilkan, memproses, dan mengaplikasikan pengetahuan informasi secara efisien. Lebih lanjut dikatakan Castells bahwa mengiringi bangkitnya ekonomi informasional global ini adalah kemunculan bentuk organisasi baru, yakni perusahaan jaringan atau network enterprise. Dari apa yang disampaikan Castells di atas, dapat dikatakan bahwa android dan blackberry menjembatani ekonomi informasional global, bahkan android dan blackberry itu sendiri juga merupakan komoditas dari ekonomi informasional global. Dan yang disebut Castells sebagai network enterprise adalah toko-toko online. Masyarakat kita kini telah disuguhi tatanan dunia baru, ekonomi informasional global. Sebagai bangsa dengan kebudayaan timur dengan dasar Ideologi Pancasila, bangsa Indonesia harus tetap tegar menjaga pendiriannya, prinsip hidupnya. Arus pergerakan moderniasasi digambarkan oleh Giddens seperti Juggernaut, sangat kuat dan susah dikendalikan. Dan perubahan sosial-budaya merupakan keniscayaan dalam setiap masyarakat, yang perlu ditindaklanjuti adalah aspek-aspek nilai sosial-budaya mana yang dapat kita adopsi dan amalkan, serta mana yang perlu kita eliminasi. Daftar Pustaka Ritzer, George, dan Goodman, Douglas J. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai