Anda di halaman 1dari 4

Poster Konsumerisme Estetika 2

Oleh: Jennyfer (02320110005) Melia Praditya (02320110010) Andree Setiawan (02320110014) Cathlyn Vania (02320110017)

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN Lippo Karawaci, Tangerang 15811

Poster yang kami angkat untuk tugas UAS Estetika II pada kali ini bertemakan konsumerisme yang benar terjadi di sekitar kita. Konsumerisme sendiri menurut kamus Merriam-Webster merupakan teori dimana peningkatan konsumsi berbagai macam barang dinilai baik secara ekonomi. Sebagai sebuah fenomena sosial, konsumerisme menunjuk kepada gaya hidup yang mengukur kebahagiaan dari sisi kepemilikan barang tertentu (bedakan dengan konsumerisme sebagai gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjualan dan pengiklanan). Sebagian orang menyebut fenomena konsumerisme (seperti yang dimaksud dalam paper ini adalah konsumtivisme. Sebuah gejala menumbuhkan hasrat untuk mengkonsumsi. Gejala ini timbul karena beberapa hal (strategi konsumerisme): 1. Pencitraan dan status sosial 2. Terjadi pergeseran yang signifikan dalam masyarakat dalam mengkonsumsi barang, yaitu: dari nilai guna menjadi nilai citra. Barang dibeli tidak dilihat dari aspek kegunaannya, tetapi dari statusnya. Membeli hp dengan fitur terbaru dan bentuk seperti hp termahal menunjukkan citra golongan tertentu. Hp lama dianggap jadul dan hp baru semakin diminati. Pada tingkat ini, image dan status menyatu dalam dunia ide manusia. Ketika orang membayangkan dan mengingini barang tersebut, maka pencitraan sudah menunjukkan fungsinya dalam diri orang tersebut. Memiliki barang tertentu berarti memiliki status sosial tertentu Pencitraan bahkan dilakukan melewati realita yang ada (hyperrealitas). Dalam masyarakat yang demikian, rasio kegunaan berubah menjadi rasio keinginan. Yang disentuh dalam hal ini adalah ego konsumen. 3. Budaya Massa Pada waktu yang bersamaan dengan pencitraan, postmodernisme mengumandangkan persamaan. Barang diproduksi secara masal dan dapat dikonsumsi semua orang. Semua mengkonsumsi hp, dari kalangan ekonomi atas sampai kalangan ekonomi rendah. Hp bukan lagi merupakan barang yang mewah. Dalam kaitan dengan pencitraan dan status sosial, maka perbedaan kecil saja dapat dijadikan menjadi personalisasi golongan tertentu. Sebab itu, pola: perbedaan persamaan (budaya masa) perbedaan kembali meski

kecil, mengarahkan semangat konsumsi dalam masyarakat. Pada dua strategi ini, iklan media dan televisi menjadi alat untuk membentuk pola pikir ini dalam masyarakat. 3. Lingkaran Produksi: semakin banyak produksi, harga semakin murah Logika semakin banyak produksi, harga semakin murah, membuat produsen memproduksi barang sebanyak mungkin. Produksi yang semakin menimbun membuat persaingan semakin meningakat dan produsen memikirkan pola pencitraan yang tepat. Pola ini melingkar dan membentuk sebuah rangkai produksi dan konsumsi dalam masyarakat. Proses konsumsi pada akhirnya dimasukkan dalam proses produksi dengan memproduksi pencitraan. Untuk menganalisis dipakai: konsumerisme, beberapa teori dapat

1. Teori Produksi Karl Marx Teori ini mengetengahkan pertentangan antara kaum buruh dan kaum pengusaha. Di dalamnya didapati konsep mengenai ideologi, fetisisme komoditas dan reifikasi. Hal ini mengarahkan pada pencarian sosok yang paling bertanggungjawab dalam pembuatan pencitraan dan fenomena konsumerisme sekaligus komoditas yang ditunjukkan dan pola pengasingan masyarakat yang terjadi. Teori Pasca Strukturalisme 2. Teori Pasca Strukturalisme Telaah strukturalisme menunjukkan perilaku konsumsi dijalankan oleh pemaknaan yang terjadi. Dari perspektif struktural, yang dikonsumsi adalah tanda (pesan, citra) dan bukan sekedar komoditas. Dari situ dapat didefinisikan hubungan semuanya dengan seluruh komoditas dan tanda. Dengan strukturalisme bahkan dapat juga dijangkau logika bawah sadar berupa kode dan tanda.

Poster ini dibuat dengan gaya post-postmodernisme. Dimana post-postmodernisme menerima baik structural maupun kebebasan. Kami menggunakan sofa sebagai objek utama pada poster kami. Poster ini membawa konsumerisme ke arah yang lebih ekstrim, dimana memiliki satu hal saja kurang cukup. Contoh

nyatanya adalah banyaknya gadget yang dimiliki oleh satu orang. Walaupun yang paling aktif digunakan hanya satu atau dua. Poster kami memvisualkan tumpukan sofa-sofa yang dimiliki oleh seseorang yang sedang duduk diatasnya. Seboros-borosnya, kita hanya dapat duduk di satu sofa pada satu waktu. Namun pada poster kami, seorang pria duduk di atas banyak sofa pada waktu yang bersamaan. Ini merepresentasikan pendapat kami terhadap konsumerisme, yaitu dimana seseorang hanya butuh satu hal namun karena banyaknya hal yang serupa di pasaran, maka kita sangat mudah tergiur untuk membeli sebanyak-banyaknya dalam batas kemampuan kita. Poster kami mengangkat headline Do you really need it? dengan seubheadline All of it?. Kami memilih headline dan subheadline ini untuk menyinggung secara semantik banyaknya barang yang benar-benar dibutuhkan seseorang. Kalimat headline berupa pertanyaan yang ditujukan bagi khalayak konsumen, ketika membaca agar dapat merefleksikannya dalam diri masing-masing. Apakah semua barang yang telah kita beli benar-benar kita butuhkan? Lalu kalimat headline ini didukung oleh kalimat subheadline, yang kembali menegaskan bahwa dari sebegitu banyaknya barang yang ditawarkan di pasaran, tidak semuanya kita butuhkan. Pada kenyataannya, banyak kali kita membeli sesuatu bukan karena kita membutuhkan barang tersebut, namun lebih dikarenakan kita menginkan barang tersebut. Dari sekian banyak barang-barang seperti handphone, gadget, komputer, mobil, baju, dan lain-lainnya, berapa banyak yang sungguh kita butuhkan, dan berapa banyak yang tidak akan membahayakan kita saat kita membuangnya? Jadi, sebelum kita termakan oleh konsumerisme, memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan merupakan hal yang penting. Karena disamping memboroskan uang, konsumerisme juga dapat merugikan lingkungan dengan berbagai barang yang kita beli yang pada akhirnya akan menjadi tumpukan sampah juga. Memerangi konsumerisme sejak dini adalah hal yang positif untuk dilakukan, terutama sebagai anak muda yang akan menjadi penerus generasi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai