Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA UMUM

OLEH:
KELOMPOK 8

Gelombang II

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2008

ACARA I PENGUJIAN BUFFER

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1.Waktu dan Tempat Praktikum Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu di Laboratorium Tekhnologi Hasil Pertanian ( THP) Fakultas Pertanian Universitas Mataram pada hari kamis, 04 Desember 2008, pukul 14.30 selesai.

1.2.Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk membandingkan: 1. Tampila perubahan pH asam kuat dan asam lemah yang di titrasi dengan NaOH. 2. Kapasitas buffer karbonat pada berbagai konsentrasi 1.3.Alat dan Bahan Praktikum 1.3.1. Alat- alat Adapun alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pH meter, pipet ukur, gelas piala, labu ukur, dan tabung reaks. 1.3.2. Bahan- bahan Adapun bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: larutan HCL (0.2 M dan 0.1 M ), larutan NaOH (0.2 M, 0.01 M, dan 0.05 M ).

1.4.Cara Kerja 1.4.1. Titrasi HCL Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Dimasukkan 2 ml larutan HCL 0.1 M dengan menggunakan pipet ukur kedalam gelas piala yang telah terisi 18 ml aquades, kemudian diaduk rata. 2. Diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter.

3. Diukur pH-nya setelah di titrasi dengan larutan NaOH sebanyak 30 ml, selang pengukuran pH yaitu setiap 8 ml diambil dan diaduk rata. 4. Digambar kurve titrasi hubungan antara perubahan pH dan volume NaOH. 1.4.2. Kapasitas buffer karbonat Adapun langkah kerja yang dilakukan antara lain yaitu: 1. Disiapkan 8 buah tabung reaksi lengkap dengan label 1- 8. 2. Di isi masing- masing 10 ml berturut- turut aquades kedalam tabung 1-4, kemudian larutan A, B, dan C ditambahkan dengan larutan HCL 0.2 M sebanyak 5 ml dengan interval penambahan 1 ml. 3. Di isi tabung 5- 8 masing-masing 10 ml aquades, kemudian larutan A, B, dan C ditambahkan dengan larutan NaOH 0.2 M sebanyak 5 ml dengan interval penambahan 1 ml. 4. Diaduk rata dan diukur pH masing-masing tabung.

B. TINJAUAN PUSTAKA Buffer adalah sistem cairan yang cenderung mempertahankan pH jika terjadi penambahan sedikit asam( H+) atau basa( OH-). Suatu sistem buffer terdiri dari asam lemah( donor-proton) dan basa konjugatnya( akseptor- proton). Sebagai contoh suatu campuran konsentrasi yang sama dari asam asetat dan ion asetat. Kekuatan buffer bahan merupakan sesuatu yang istimewa, sifat ini hanya merupakan ekspresi dan dua reaksi eukilibrium dapat balik mendasar yang terjadi

didalam larutan suatu donor proton dan akseptor proton konjugatnya. Demikian pula, komponen basa konjugat dari buffer, mampu bereaksi dengan ion H+ yang ditambahkan kedalam larutan buffer( Mulyono, 2008). Larutan yang mengandung suatu asam lemah plus suatu garam dari asam itu, atau suatu asam lemah plus suatu garam dari basa itu, mempunyai kemampuan bereaksi baik dengan asam kuat maupun dengan basa kuat. Sistem semacam ini disebut sebagai larutan buffer ( Penyangga), karena sedikit penambahan asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah pH sedikit( Ismadi, 1993). Enzim adalah suatu katalisator organik berupa protein yang diproduksi di dalam sitoplasma. Enzim dapat meningkatkan efisiensi reaksi biokimia dan umumnya bersifat spesifik untuk reaksi tertentu. Dalam jumlah kecil enzim dapat mengubah sejumlah besar substrat menjadi produk baru. Jumlah mol substrat yang dapat diubah oleh 1 ( satu) mol enzim per-menit disebut turnover number enzim. Enzim juga tidak dipengaruhi oleh reaksi yang dikatalisnya( Tim Penyusun, 2005).

C. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Pengukuran Larutan HCL 0,01 M Jenis larutan PH

12

10 Larutan HCL 8
Grafiknya

0 2,09

Volume NaOH 0,01 N (ml) + ..... 8 16 24 30 2,27 2,78 9,78 10,18

6 4 2

16

24

30

Tabel 2. pH Larutan Buffer Karbonat Aquades Tabung reaksi Larutan A Larutan B Volume Hcl 1 3 5 1 3 5 Larutan C 1 3 5

pH

11,22 11,42 11,98 10,11 11,44 11,33 10,05 10,49 11,70 10,65 11,29 11,47

D. PEMBAHASAN

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa larutan buffer larutan yang mempunyai fungsi menahan perubahan pH yang ekstrim pada saat terjadi penambahan jumlah ion H+ atau ion OH- dalam suatu larutan. Buffer asam berisi asam lemah dan garam dari asam tersebut ( basa konjugasi). Larutan buffer sangat efektif pada kisaran pKa penyusunnya. Kisaran efektif suatu sistem buffer adalah 2 satuan ditengah nilai pKa-nya. Kemampuan suatu larutan buffer menahan perubahan pH dinamakan kapasitaas buffer. Kapasitas buffer ditntukan oleh dua faktor yaitu molaritas dan nisbah konsentrasi basa konjugasi dengan asam lemahnya. Molaritas berbanding lurus dengan konsentrasi dari komponen buffer. Konsentrasi buffer ialah jumlah konsentrasi asam lemah dan basa konjugasiya. Kapasitas buffer tertinggi diperoleh dari perbandingan konsentrasi asam lemah dan basa konjugasi yang sama, yaitu sebesar satu, yaitu sebesar pKa penyusunnya. Dengan demikian, jenis buffer yang aka dipilih ditentukan oleh seberapa besar pH yang diinginkan untuk membuffer suatu larutan. Pemilihan jenis asam yang tepat bertujuan untuk mengurangi dampak dari tingginya konsentrasi garam dari buffer yan sering menghambat kerja enzim didalam sistem fisiologi.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa: 1. Larutan buffer berfungsi untuk menahan perubahan pH yang ekstrim pada saat terjadi pertambahan ion H+ atau ion OH-. 2. Kapasitas buffer ditentukan oleh 2 faktor yaitu molaritas dan nisbah konsentrasi basa konjugasi dengan asam lemahnya. 3. Jenis buffer yang dipilih ditentukan oleh seberapa besar pH yang diinginkan untuk menyangga suatu larutan.

ACARA II : PENGUJIAN ENZIM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM Praktikum di laksanakan pada hari kamis tanggal 04 Desember jam 14.30selesai di Laboratorium Teknologi hasil Pertanian.

2. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM Alat alat praktikum Adapun alat alat yang digunakan pada saat praktikum antara lain : tabung reaksi, pipet ukur, gelas pengaduk, dan stopwatch. Bahan bahan praktikum Adapun bahan bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain: Air liur, Aquades, larutan NaCl 1%, Larutan CuSO4 1%, Larutan pati 1%, Larutan Iodin, Larutan asam sitrat 0.1 M, Larutan Na 2HPO4 0.2 M, dan Larutan pati 0.5%.

3. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan di adakannya praktikum antara lain : Untuk mengetahui kemampuan minimal enzim amilase air liur memecah pati persatuan waktu. Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas dan mementukan pH optimum enzim amilase air liur.

4. CARA KERJA Penentuan aktivitas amilase air liur Adapun cara kerjanya : 1. Disiapkan 10 buah tabung reaksi den di beri kode nomor 1-10 2. Diisikan masing masing tabung reaksi dengan aquades sebanyak 1 ml.

3. Disiapkan satu tabung reaksi bersih yang lain dan masukkan kedalam
tabung reaksi itu 1 ml air liur, kemudian tambahkan dengan 9 ml aquades ( pengenceran 10 kali). 4. Ditambahkan 1 ml air liur yang telah diencerkan itu dalam tabung reaksi no.1 dan pindahkan ke tabung no.2, tabung reaksi tersebut digoyang goyangkan agar larutan tercampur rata. 5. Diambil 1 ml larutan pada tabung no.2 dan pindahkan ke tabung no.3, lalu tabung digoyang goyangkan agar larutan tercampur rata. 6. Diambil 1 ml larutan pada tabung no.2 dan pindahkan ke tabung no.3, lalu tabung digoyang goyangkan agar larutan tercampur rata. Lakukan prosedur seperti ini untuk tabung reaksi berikutnya.

7. Ditambahkan masing masing tabung reaksi dengan 1 ml larutan


NaCl 1%, 1 ml larutan CuSO4 1% dan aquades sesuai dengan petunjuk pengawas praktikum. Tabung kemudian di goyang goyangkan agar larutan menjadi homogen.

8. Ditambahkan 2 ml larutan pati 1% kepada setiap tabung reaksi itu dan digoyang goyangkan.

9. Dimasukkan semua tabung ke dalam penangas air bersuhu 38 oC dan


biarkan selama 30 menit. 10. Dikeluarkan tabung dari penangas dan didinginkan pada air mengalir.

11. Ditambahkan beberapa tetes larutan iodine ke dalam setiap tabung


dan catat perubahan warna larutan masing masing tabung. Jika larutan berwarna biru, berarti pati tidak atau belum sempurna terhidrolisis oleh amilase. Jika larutan berubah menjadi cokelat berarti pati terhidrolisis sempurna dan larutan inilah yang dihitung

aktivitasnya. 12. Dihitung aktivitas enzim amilase air liur dengan rumus sebagai berikut:

Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim Adapun cara kerjanya :

1. Disiapkan 8 tabung reaksi dan beri nomor 1 sampai 8, kemudian


masukkan larutan asam sitrat 0.1 M dan larutan Na2HPO4 0.1 M ke dalam masing masing tabung reaksi. 2. Ditambahkan ke dalam masing masing tabung reaksi tadi dengan ml larutan pati 0.5% dan 2.5 ml air liur yang telah diencerkan 250

kali. Panambahan air liur ke dalam tabung reaksi dilakukan dengan selang waktu tertentu, berpatokan dari tabung reaksi no. 1 3. Diatur waktu masing masing tabung selama 15 menit ( saat mulai ditetesi air liur).

4. Diambil beberapa tetes larutan pada tabung nomor 5 dan masukkan


ke dalam tabung reaksi bersih lainnya kemudian tambahkan satu tetes larutan iodine. Jika menunjukkan warna cokelat maka semua tabung reaksi di tambahkan dengan 2 tetes iodine dan dicampur rata. Di catat tabung reaksi mana yang menunjukkan warna cokelat. 5. Jika tidak menunjukkan warna cokelat, prosedur diulangi samapi terbentuk warna cokelat.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk Aktivitasnya kadang kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa serupa senyawa organic dengan berat molekul cukup tinggi atau logam.

Senyawa itu terikat pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu kendur maka kofaktor tadi disebut Co enzim dan jika terikat erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus protetis. Pada umumnya dua kofaktor ini tidak di bedakan di sebut sebagai Co.enzim saja ( Soeharsono, 1987). Enzim merupakan komponen penting yang di perlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan makanan, tanpa bantuan enziim semua bahan makanan yang masuk tidak akan diserap secra maksimal oleh tubuh. Enzim bertanggung jawab menjaga kesehatan dalam proses metabolisme di dalam tubuh. Kerusakan enzim dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan dan mengakibatkan timbulnya gas yang berlebihan dalam sistem pencernaan ( Syukri, 1999). Dengan berhasil dan diterimanya identifikasi enzim sebagai protein, enzim banyak digunakan sebagai refiesentasi molekul protein secara umum di Brazil penelitian dasar biologi dan fisiologi, karena mudah untuk melcak dan mengukur aktifitasnta yang merupakan gambaran dari jumlah molekul protein itu sendiri ( Sadikin, 2002 ).

C. HASIL PENGAMATAN

Table 1. Hasil pengamatan Pengujian Enzim Tabung reaksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Warna Larutan menit ke 5 Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening 10 Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening 15 Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening 20 Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Bening Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru Biru warna + iodin

D. PEMBAHASAN

Enzim merupakan komponen penting yang di perlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan makanan, tanpa bantuan enziim semua bahan makanan yang masuk tidak akan diserap secra maksimal oleh tubuh. Enzim bertanggung jawab menjaga kesehatan dalam proses metabolisme di dalam tubuh. Kerusakan enzim dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan dan mengakibatkan timbulnya gas yang berlebihan dalam sistem pencernaan Enzim juga merupakan katalisator biologis yang berperan dalam semua reaksi kimia pada makhluk hidup. Karena peran enzim begitu penting pada proses kehidupan maka pengujian dengan aktivitas enzim menjadi sangat penting dalam mendiagnosa kesehatan dan pengobatan. Dari hasil praktikum yang dilakukan di Laboratorium yang memiliki tujuan untuk mengetahui kemampuan minimal enzim amilase air liur memecah pati persatuan waktu dan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas dan menentukan pH optimum enzim amilase air liur. Dari 10 tabung yang berisi 1 ml aquades kemudian diukur perubahan warna pada setiap tabung setiap 5 menit sekali. Dari hasil pengamatan tersebut di dapat warna bening dari 10 tabung tersebut yang berisi air liur dengan waktu 20 menit dalam interval 5 menit. Namun warna bening yang dihasilkan oleh air liur itu berubah ketika di tambah beberapa tetes larutan iodine kedalam setiap tabung, maka warna yang dihasilkan adalah warna biru yang berarti pati tidak atau belum sempurna terhidrolisis oleh amilase.

E.

KESIMPULAN

Dari HasiL Pengamatan dan pembahasan, adapun kesimpulan yang didapat sebagai berikut : 1. Air liur mengandung enzim amilase yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan pati dalam persatuan waktu. 2. Peran enzim begitu dalam mendiagnosa kesehatan dan pengaobatan

3. Pada praktikum aktivitas amilase air liur berwarna bening, perubahan warna
terjadi pada saat penambahan larutan iodine yaitu menjadi warna biru, berarti pati tidak atau belum sempurna terhidrolisis oleh amilase. 4. Enzim juga merupakan katalisator biologis yang berperan dalam semua reaksi kimia pada makhluk hidup. Karena peran enzim begitu penting pada proses kehidupan maka pengujian dengan aktivitas enzim menjadi sangat penting dalam mendiagnosa kesehatan dan pengobatan.

ACARA III :
PENGUJIAN KARBOHIDRAT

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM Praktikum dilaksanakan pada hari kamis tanggal 11 desember 2008 pukul 14.30- selesai di Laboratorium Teknologi hasil Pertanian.

2. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM Alat alat praktikum Adapun alat alat yang digunakan pada saat praktikum antara lain : Tabung reaksi, Pipet ukur, Penangas air. Bahan bahan praktikum Uji Molish Adapun bahan- bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain: Pereaksi Molish, Aquades 1%, Glukosa 1%, Laktosa 1%, Pati 1% . Uji Seliwannof Adapun bahan bahan yag digunakan pada saat praktikum antara lain : Pereaksi seliwannof, Glukosa 1%, Sukrosa 1%, Pati 1%.

Uji Benedict

Adapun bahan bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain: Pereaksi benedict, sukrosa 1%, Fruktosa 1%, laktosa 1%, dan glukosa 1%. Uji Iodin Adapun bahan bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain: Glukosa, Pati, sukrosa.

3. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan di adakannya praktikum antara lain : Untuk mengidentifikasi sifat sifat umum berbagai jenis karbohidrat berdasarkan terbentuknya furtural. Untuk mengidentifikasi polisakarida berdasarkan perubahan warna iodine yang terikat pada molekul polisakarida sebelum dan setelah terhidrolisi. Untuk mengidentifikasi bebagai jenis karbohidrat sifat pereduksinya.

4. CARA KERJA Uji Seliwannof Adapun cara kerjanya : 1. Disiapkan 8 tabung reaksi di beri kode nomor 1-8 2. Diisi masing masing tabung reaksi dengan 1 ml larutan berturut turut dari glukosa 1%, sukrosa 1%, dan pati 1%.

3. Di tambahkan masing masing tabung reaksi berisi larutan tersebut


dengan 4 ml pereaksi seliwannof dan goyang goyangkan agar tercampur rata.

4. Dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 100oc dan biarkan


selama 5 menit. 5. Diamati perubahan warna pereaksi setiap 1 menit dan dicatat waktu terjadinya perubahan warna. Uji Benedict Adapun cara kerjanya : 1. Disiapkan 4 tabung reaksi dan diberi nama sukrosa, fruktosa, laktosa, dan glukosa. 2. Diisi masing masing tabung reaksi dengan 1 ml larutan berturutturut dari tabung sukrosa 1%, glukosa 1%, fruktosa 1% dan laktosa 1%. 3. Ditambahkan masing masing tabung berisi larutan tersebut dengan 2 ml pereaksi Benedict dan goyang goyangkan agar tercampur rata.

4. Dimasukkan ke dalam penangas air bersuhu 100oC dan biarkan


selama 5 menit 5. Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi. Uji Iodin Adapun cara kerjanya :

1. Disiapkan 3 tabung reaksi dan diberi nama glukosa, pati dan sukrosa pada setiap label. 2. Diisi masing masing tabung dengan 1 ml larutan berturut turut dari tabung glukosa 1%, pati 1%, dan sukrosa 1%. 3. Ditambahkan masing- masing tabung berisi larutan tersebut dengn 3 ml perekasi iodine dan goyang- goyangkan agar tercampur rata. 4. Diamati dan dicatat perubahan warna dari masing masing tabung 5. Ditambahkan 3 5 tetes larutan HCl encer pada masing masing tadi dan digoyang. 6. Dipanaskan dalam penangas air dan biarkan mendidih selama 5 menit 7. Diamati dan dicatat perubahan warna larutan pada masing masing tabung. Uji Molish Adapun cara kerjanya : 1. Disiapkan 4 reaksi tabung dan diberi nama aquades, glukosa, laktosa, dan pati. 2. Diisi masing masing tabung reaksi dengan 1 ml larutan berturut turut dari tabung glukosa 1%, Aquades 1%, laktosa 1% dan pati 1%. 3. Ditambahkan masing masing tabung berisi tersebut dengan 2 3 tetes pereaksi Molish.

4. Ditambahkan 2 ml larutan H2SO4 pekat secara perlahan lahan


melalui dinding kedua lapisan larutan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat atau sakarida adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau senyawa hasil hidrolisis dari keduanya. Penyusun utama karbohidrat adalah C, H, dan O. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan struktur cincin siklisnya, yaitu furanosa, karbohidrat dengan struktur cincin siklis segi 5 (5 atom C) dan piranosa, karbohidrat dengan struktur cincin siklis segi enam (6 atom C), maupun digolongkan berdasarkan momomer penyusunnya seperti monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Untuk mengetahui adanya kendungan karbohidrat pada suatu zat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : uji fehling, uji benedict, uji molish, uji seliwannof, dan uji iodine (Anonim, 2007). Polisakarida termasuk karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan sejumlah monosakarida. Karbohidrat yang termasuk polisakarida biasanya tidak berasa, tidak larut, berupa senyawa amorf dengan bobot molekul yang tinggi. Polisakarida yang terdapat di alam dapat dihidrolisis oleh asam maupun enzim, menghasilkan monosakarida atau turunan monosakarida. Polisakarida dapat berfungsi sebagai polisakarida stuktur maupun polisakarida simpanan, biasanya disimpan dapat bentuk granula besar disitoplasma, contoh polisakarida adalah amilum, selulosa, inulin, dan peptin (Anna, 2006). Karbohidrat ada yang bersifat gula pereduksi dan gula bukan pereduksi. Sifat gula pereduksi disebabkan adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas. Dalam larutan benedict yang terbuat dari campuran CuSO4, NaOH, dan Na sitrat,

gula tersebut akan mereduksi Cu2+ yang berupa Cu (OH), menjadi Cu+ sebagai CuOH. Selanjutnya menjadi Cu2O yang tidak larut, berwarna kuning atau merah. Pada saat yang bersamaan, gula pereduksi akan teroksidasi, berfragmentasi dan terpolimerisasi dalam larutan benedict (Girindra, 1990).

C.

HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, adapun hasil dari praktikum yang dilakukan tersebut antara lain :

Tabel Uji Seliwannof Jenis Karbohidrat Glukosa Sukrosa Pati I Kuning Orange Kuning Waktu Perubahan ( menit) II Kuning Orange Kuning III Kuning Orange Kuning IV Kuning Orange Kuning V Kuning Orange Kuning

Tabel Uji Benedict Jenis Karbohidrat Sukrosa Fruktosa Laktosa Glukosa I Biru Cokelat biru Biru Bening biru II Biru Cokelat biru Biru Bening biru Waktu perubahan ( menit) III Biru Cokelat tua Biru Biru cokelat IV Biru Merah Biru Cokelat Cokelat biru V Biru Merah biru Biru Cokelat Merah biru

Table Uji Iodin

Larutan

Warna setelah di tetes Iodin I Kuning Hitam Kuning

Waktu perubahan ( menit) II Kuning Hitam Kuning III Kuning Hitam Kuning IV Kuning Hitam Kuning V Kuning Hitam Kuning

Glukosa Pati Sukrosa

Kuning Hitam Kuning

Tabel Uji Molish Jenis larutan Aquades Glukosa Laktosa Pati Terbentuknya cincin ungu tidak terbentuk Terbentuk terbentuk ( terbentuk ) komposisi menonjol

D. PEMBAHASAN

Karbohidrat atau sakarida adalah polisakarida aldehid atau polisakarida keton, atau senyawa hasil hidrolisis dari keduanya. Penyusun utama karbohidrat adalah C, H, dan O. perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2:1 seperti molekul air. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan struktur cincin/ siklisnya, yaitu furanosa dan piranosa. Karbohidrat dari kelompok monosakarida atau disakarida mempunyai sifat

mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat mereduksinya ini dapat dapat di jadikan untuk mengidentifikasi dan analisis kuantitatif karbohidrat. Prinsip dasar pengujian untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi yaitu dengan memanaskan sample dalam larutan dalam larutan basa yang mengandung ion kopri seperti pada uji iodine. Gugus aldehid atau keton akan teroksidasi dari Cu 2+ akan teroksidasi menjadi Cu2O berwarna merah. Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung CuSO4, NO2,CO3, dan Na sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 menjadi Cu+ yang selanjutnya mengendap sebagai Cu2O, larutan NO2CO3 dan Na sitrat menjadikan peraksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terjadi/ terbentuk dapat berwarna biru, cokleat, dan merah, warna endapan tergantung pada kosentrasi karbohidrat yang diuji. Selain itu karbohidrat tidak dapat di reduksi dengan cepat oleh pereaksi ringan sejenis benedict sehingga tidak terjadi perubahan warna, hal ini terjadi pada jenis karbohidrat sukrosa.

Pereaksi molish terdiri atas larutan a-natfol dalam alcohol. Jika pereaksi molish di tambahkan kedalam larutan glukosa kemudian ditambahkan larutan asam sulfat pekat secara hati hati maka akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada lapisan batas antara kedua zat cair itu terbentuk warna ungu. Warna ungu ini merupakan hasil reaksi, kondensasi antara furtural dan a-naftol, sehingga jenis larutan tersebut berbentuk cincin warna ungu yang membuktikan adanya kandungan karbohidrat pada bahan yang digunakan. Pereaksi seliwannof merupakan uji sifat umum karbohidrat berdasarkan pembentukan furtural dalam waktu 5 menit hasilnya ketiga jenis karbohidrat berubah warna namun 5 menit warna itu tetap.

E. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan antara lain :

1. Karbohidrat atau sakarida adalah polisakarida aldehid atau polisakarida keton, atau senyawa hasil hidrolisis dari keduanya. Penyusun utama karbohidrat adalah C, H, dan O. perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2:1 seperti molekul air. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan struktur cincin/ siklisnya, yaitu furanosa dan piranosa.

2. Gugus aldehid teroksidasi dari Cu+ tereduksi menjadi Cu2O berwarna merah
3. Karbohidrat dibagi menjadi dua sifat kimia yaitu sifat mereduksi dan pemebntukan furtural. 4. Endapan yang terbentuk dalam uji benedict didapatkan kosentrasi tertinggi yaitu glukosa dengan warna merah. 5. Apabila suatu larutan menunjukkan cincin warna ungu berarti larutan mengandung karbohidrat

ACARA IV : PENGUJIAN PROTEIN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Waktu Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 11 Desember 2008. Di laboratorium Mataram 2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini antara lain: Mengidentifikasi adanya ikatan peptida suatu larutan. Mengidentifikasi gugus R asam amino yang mengandung sulfur. Mengidentifikasi titik isoelitrikkase kasein. Tekhnologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

3. Alat dan Bahan 3.1 Alat-Alat Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum antara lain, Tabung Reaksi, Pipet Ukur, Gelas Pengaduk. 3.2 Bahan-Bahan Praktikum Adapun bahan-bahannya adalah Tempe, Putih telur, Kasein, Aquades, Susu segar, dan Asam amino (CH3COOH) 4 ml. 4. Cara Kerja 4.1 Uji Biuret Disiapkan 4 buah tabuang reaksi dan diberi kode/ nama tempe, putih telur, kasein, dan aquades. Dimasukkan kedalam masing-masing tabung 1 ml larutan berturut-turut dari tempe 1%, putih telur 1%, dan aqudes 1%. Ditambahkan masing-masing tabung dengan 2 ml larutan buffer Na asetat dan 4 ml pereaksi biuret kemudian digojog.

Dipanaskan dalam penangas air pada suhu 100 C selama 5 menit. Diamati perubahan warna larutan masing-masing tabung reaksi dan bandingkan dengan tabung reaksi no.1

4.2 Uji Sulfur Disiapkan 2 buah tabung reaksi dan diberi nama putih telur dan aquades. Disiapkan masing-masing tabung reaksi mulqai dari aquades dan putih telur sebanyak 0,5 ml. Ditambahkan masing-masing tabung reaksi dengan 2,5 ml aqudes dan 1 tetes NaOH 40% kemudian diaduk rata.

Ditambahkan masing-masing tabung reaksi dengan 2 tetes larutan Pb Cl2 dan diaduk rata. Dipanaskan dalam penangas air pada suhu 100 C selam 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung dan bandingkan dengan atbung no.1.

4.3 Uji Isoelitrik Protein

Disiapkan 6 buah tabung reaksi dan diberi nama putih telur, aquades, CH3COOH. Diisikan masing-masing tabung no. 1,2 dan 3 masing-masing 2,0: 4,0: dan 5,0 ml aqudes dan asam asetat 0,1 m masing-masing 4,0 m: 2,0 m: 1,0 ml dan diaduk rata.

Ditambahkan pada tabung no. 4,5 dan 6 masing-masing 1,0 ml: 3,5 ml: dan 3,75 aquades dan asam asetat 0,01 m masing-masing sebanyak 5,0 ml: 2,5 ml: 1,5 ml dan diaduk rata.

Diamati perubahan pada masing-masing tabung dan jumlah endapan yang terbentuk. Tentukan titik isoelitrik kasein berdasarkan pH dugaan dari setiap larutan pada tabung reaksi.

B.

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah suatu senyawa organik yang berbobot molekul tinggi berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan. Protein ini tersusun dari atom C,H,O dan N serta unsur lainnya seperti 1 dan 5 yang berbentuk unit-unit asam amino, urutan susunan asam amino dalam Protein maupun hubungan antara asam amino dan asam amino yang lainnya. Menentukan serat biologi suatu protein. Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dan berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, naiber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan bahkan terbagi pembawa sifat susunan dari generasi ke generasi ( Girindra, 1990 ). Protein atau sebagai putih telur merupkan senyawa yang sangat penting dalam semua sel hidup sebagai esensial dari proboplasma. Pada sel-sel hewan senyawa ini merupakan bagian penting dari dinding sel. Protein penting sebagai bahan struktur bagi hewan. Sama halnya dengan selulosa bagi tumbuh-tumbuhan misalnya: kolugen dan elastis pada jaringan ikat karotin dan kulit, rambut, wol, tanduk, kuku, dan bulu pada burung ( Asinki, 1981 ). Kata protom berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama dan utama, protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena itu sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdfapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Protein kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai bioktalis ( Poedjiadi, 2006 ).

C. HASIL PENGAMATAN Adapun hasil dari praktikum, antara lain: 1. Uji Biuret Jenis larutan Tempe Putih telur Kasein Aquades I Biru bening Merah bening Biru bening Kuning bening Perubahan Waktu (menit) II III IV Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap V Tetap Tetap Tetap Tetap

2. Uji Sulfur Jenis larutan Putih telur Aquades I Hitam Bening II Perubahan warna (menit) III IV Hitam Bening Hitam Bening V Hitam Bening

Hitam Bening

3. Uji Isoeletrik Jenis larutan - Putih telur (1 ml) + aquades (2 ml) + CH3COOH - 1ml - 1 ml - 1 ml - 1 ml - 1 ml 4 ml + 4ml + 5 ml + 2 ml + 3,5 ml + 3,75 ml + 2 ml + 1 ml + 4 ml + 2,5 ml + 2,25 ml D. PEMBAHASAN Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi pada pH iso-elektrik (pH larutan biasanya 4 - 4,5 dimana protein mempunyai muatan Jenis endapan Endapan banyak Endapan sedikit Endapan sedikit Tidak ada endapan Tidak ada Tidak ada

positif dan negatif sama sehingga sering menetralkan). Protein dapat diendapkan dengan alkohol dengan alkohol pelarut organik akan mengubah konstanta diselektrika dan air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga alkohol akan berkomposisi dengan protein terhadap air. Seperti pada pengamatan susu segar pada berbagai pH didapatkan protein pada putih telur memiliki titik iso-elektrik pada tiap-tiap tabungnya berkisar atau dengan kisaran pH 4,4 ml berari muatan positif dan negatif sehingga keduanya saling menetralokan. Reaksi biuret merupakan metode yang digunakan untuik menentukan jumlah protein terlarit dalam larutan. Pereaksi biuret terdiri dari CVSO4 dalam bara kuat. Pewreaksi ini mengikat ikatan peptida (dua ikatan peptida) dan akan terjadi perubahan warna sesuai semakingelap. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa larutan yang sangat tinggi proteinnya yaitu putih telur, kemudian kasein 1%, dilihat dari hasil perubahan warna setelah pemanasan, tetapi juga membuktikan tempe termasuk mengandung protein tetapi hanya dalam kadar yang sangat kecil. Selain reaksi biuret, dalam pengujian protein juga dilakukan uji sulfur untuk menentukan asam-asam amino yang mengandung sulfur (S) pemanasan larutan berprotein dalam larutan bersifat baru akan terbentuk Na2S, jika larutan p-rotein itu mengandung asam amino sulfur, jika Na2S terbentuk direaksikan dengan NaOH. Selain itu dilakukan juga uji isoelektrik protein yang berfungsi untuk mengidentifikasi titik isoelektrik kasein. Berdasarkan hasil pengamatan isoelektrik ketika putih telur 1 ml, aquades 1 ml, + CH3COOH tidak ada endapan yang terjadi.

E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka adapun kesimpul;annya antara lain;

Protein adalah suatu senyawa organik yang berbobot molekul tinggi berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan. Pada pengamatan susu segar pada berbagai pH didapatkan protein pada putih telur memiliki sifat titik iso-elektrik pada tiap tabung-tabungnya berkisar atau kisaran 4,4 ml berari muatan positf dan negatif sehingga keduanya saling menetralkan.

Dari pengamatan uji biuret dapat dilihat bahwa larutan yang sangat tinggi proteinnya adalah putih telur, namun setelah dilakukan pengamatan tidak terjadi perubahan wqarna begitupun pada tempe dan kasein.

DAFTAR PUSTAKA Anonim . 2007 . Buku Petunjuk Praktikum Biokimia Umum. Universitas Mataram. Mataram

Asinki, 1981. Kimia Dasar II. Djambatan. Jakarta Girindra, 1990. Biokomia Umum. Universitas Gadjahmada Press. Yogyakarta. Ismadi, M. 1993. Biokimia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Mulyono. 2008. Kimia Dasar. Bina Aksara. Jakarta Poedjiadi Anna, 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sadikin. 2002. Dasar dasar Biokimia . Universitas Indonesia Press. Jakarta Soeharsono. 1987. Kimia Organik . Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta Syukri S. 1999. Kimia Dasar 3. ITB press. Bandung Tim Penyusun. 2005. Kimia 3b. Intan Pariwara. Klaten

Anda mungkin juga menyukai