Anda di halaman 1dari 10

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

PRAKTEK UJI BAHAN 2 UJI METALOGRAFI

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

2.1 Sub Kompetensi Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah menjalankan isi modul ini adalah sebagai berikut 1) Mahasiswa mampu menganalisa struktur mikro suatu material 2) Mahasiswa mampu menganalisa komposisi kimia suatu material 3) Mahasiswa mampu menganalisa perlakuan (Treatment) yang pernah dialami oleh suatu material

2.2 Dasar Teori Metalografi adalah suatu metode untuk meyelidiki struktur logam dengan menggunakan mikroskop optis dan mikroskop electron. Struktur logam yang terlihat pada mikroskop tersebut disebut mikrostruktur. Pengamatan tersebut dilakukan terhadap spesimen yang telah diproses sehingga bisa diamati dengan pembesaran tertentu. Gambar 2.1 menjelaskan spesimen dengan pembesaran dan lingkup pengamatannya.

Gambar 2.1 Spesimen,ukuran dan bentuk objek pembesaran Dari gambar tersebut terlihat bahwa penyelidikan mikrostruktur tersebut berkisar antara 10-6 cm (batas kemampuan elektron mikroskop hingga 10-2 cm batas kemampuan mata manusia). Biasanya obyek pengamatan yang digunakan 10-5 cm atau order penbesar 5000 30.000 kali untuk mikroskop elektron dan 10-3 cm atau order perbesaran 100 1000 kali untuk mikroskop optik. Agar permukaan logam dapat diamati secara metalografi maka terlebih dahulu dilakukan persiapan berikut : 1. Pemotongan spesimen Diusahakan bentuk spesimen datar sehingga memudahkan untuk pengamatan 2. Mounting spesimen (bila diperlukan). Mounting spesimen hanya dilakukan untuk material yang kecil atau tipis saja. Untuk material yang tebal tidak memerlukan mounting.

3.

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Grinding dan polishing

PRAKTEK UJI BAHAN

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Grinding dan polishing bertujuan untuk membentuk permukaan spesimen yang benar-benar rata. Grinding dilakukan dengan menggosok spesimen pada hand grinding yang diberi kertas gosok dengan urutan grid paling kasar sampai grid yang halus. Sedangkan polishing dilakukan dengan menggosok spesimen diatas hand grinding yang dilengkapi kain wool dan diberi serbuk atumina dengan kehalusan 1 0,05 mikron. 4. Etsa (etching) Proses etsa pada dasarnya adalah proses korosi yakni mengorosikan permukaan spesimen yang telah rata karena proses grinding dan polishing menjadi tidak rata lagi. Ketidak rataan permukaan spesimen ini dikarenakan mikrostruktur yang berbeda akan dilarutkan dengan kecepatan yang berbeda sehingga meninggalkan bekas permukaan dengan orlentasi sudut yang berbeda pula. Pada pelaksanaannya, etsa dilakukan dengan mencelupkan spesimen pada cairan etsa yang mana tiap jenis logam mempunyai cairan etsa (etching reagent) sendiri-sendiri. Gambar 2.2 menunjukkan pengaruh efek proses etsa pada permukaan spesimen yang telah mengalami proses grinding dan polishing.

Gambar 2.2 Pengaruh proses etsa pada permukaan spesimen Setelah permukaan spesimen dietsa maka spesimen tersebut siap untuk diamati dibawah mikroskop dan pengmbilan foto metalografi. Pengamatan metalografi pada dasarnya adalah melihat perbedaan intensitas sinar pantul permukaan logam yang masuk ke dalam mikroskop sehingga terjadi gambar yang berbeda (gelap,agak terang,terang). Dengan demikian apabila seberkas sinar dikenakan pada permukaan spesimen maka sinar tersebut akan dipantulkan sesuai dengan orientasi sudut permukaan bidang yang terkena sinar. Semakin tidak rata permukaan, maka semakin sedikit intensitas sinar yang terpantul ke dalam mikroskop, akibatnya warna yang tampak pada mikroskop adalah warna hitam. Sedangkan permukaan yang sedikit terkorosi akan tampak berwarna terang (putih) sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.3.

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

PRAKTEK UJI BAHAN

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Gambar 2.3 Pantulan sinar pada pengamatan metalografi 2.3 Alat dan Bahan Alat : Hand grinding Cutting wheel Mikroskop Cawan kimia Gelas ukur Pipet

Bahan : Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Kertas gosok grid 60,120,240,320,400,600 dan 1000 Kain wool Bubuk alumina HNO3 Alkohol Tissue

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2.4 Langkah Kerja Pemotongan spesimen

PRAKTEK UJI BAHAN

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Menurut ketentuan ukuran spesimen mempunyai luasan permukaan antara s/d 1 in2 atau diameter s/d 1 in, karena bila lebih kecil atau lebih besar akan sulit proses penggosokkannya. Pemotongan dilakukan dengan cutting whell sedemikian rupa sehingga permukaannya harus rata dan halus untuk memudahkan proses penggosokannya supaya tidak menimbulkan perubahan strukturmikro maka proses pemotongan harus menggunakan pendingin. Grinding Ambil kertas gosok paling kasar (grid 60) yang telah digunting sesuai bentuk piringan hand grinder dan pasang pada hand grinder. Nyalakan motor hand grinder, buka katup sehingga air mengalir dikertas gosok yang berputar. Ambil spesimen, telungkupkan dengan sedikit tekanan di atas kertas gosok tesebut dan tahan + 2 menit. Angkat spesimen dan amati permukaan yang digosok. Bila masih ada goresan yang tidak searah dengan orientasi gosokkan, gosok lagi sampai tidak ada lagi goresan yang tidak searah . Bila goresan sudah searah, matikan motor dan aliran air, kemudian ganti kertas gosok dengan grid yang lebih halus (120,240,320,400,600 dan 1000) dan gosok lagi seperti langkah sebelumnya. Bila proses grinding telah selesai, matikan motor dan air hand grinder serta cuci spesimen dengan air. Polshing Ambil kain woll dan pasang pada hand grinder. Nyalakan motor hand grinder, buka sedikit katup sehingga air mengalir tidak terlalu deras diatas kain woll yang berputar. Ambil sedikit serbuk alumina dan taburkan diatas kain woll Ambil spesimen, telungkupkan dengan sedikit tekanan diatas kain woll tersebut dan tahan + 2 menit. Angkat spesimen dan amati permukaan yang di polish dan polish lagi sampai tidak ada lagi goresan. Proses polishing selesai jika bekas goresan dari proses grinding (grid 1000) telah hilang dan halus seperti cermin. Untuk membersihkan sisa-sisa polishing powder, spesimen dicuci dengan air dan alkohol, lalu keringkan dengan dryer atau digosok dengan soft tissue.

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Etsa

PRAKTEK UJI BAHAN

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Untuk mengetsa, lakukan langkah berikut : Siapkan cawan kimia, gelas ukur, pipet larutan HNO3, dan alkohol Ambil larutan HNO3 2 ml dengan pipet dan gelas ukur. Tuangkan pada cawan kimia Bersihkan pipet dan gelas ukur dengan air Ambil larutan alkohol 98 ml dengan pipet dan gelas ukur. Tuangkan pada cawan kimia Ambil spesimen dan celupkan ke dalam cawan kimia selama + 1 detik dam langsung disiram dengan air. Amati permukaan spesimen, apakah proses etsa telah terjadi. Jika belum ulangi lagi. Semprot permukaan spesimen dengan alkohol dan keringkan dengan pengering (dryer) Pengamatan dengan mikroskop Ambil spesimen dan letakkan di bawah lensa mikroskop Atur pembesaran + 100 kali Nyalakan lampu dan atur fokusnya. Gambar strukturmikro yang tampak pada lembar kerja Matikan lampu mikroskop Carilah gambar yang mirip dengan strukturmikro tersebut pada database strukturmikro. Catat semua keterangan yang sesuai pada gambar di database

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2.5 Analisa Hasil Pengujian 1. Resulfurized Steel

PRAKTEK UJI BAHAN

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Gambar 2.4 Resulfurized Steel Batang baja pada kadar sulfur sedang kemudian di austenitkan (dipanaskan) pada suhu 16250F (8850C) selama 2 jam dan kemudian didinginkan pada udara luar. Bagian Ferit (unsur terang) dengan bekas widmanstaten ferit. Perlit yang bagus (unsur gelap) dan partikel bulat MnS. Kandungan dalam mikrostrukturnya : 1. C 0,14-0.20

2. Mn 1,00-1,30 3. P 4. S 0,040 Max 0,08-0,13

Untuk menghitung presentase pro yaitu dengan menghitung daerah putih pada gambar berikut:

1
13 mm

5 mm

3 mm 4 mm

73 mm

Gambar 2.5 Cara Menentukan Prosentase pro 6

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN Perhitungan manual untuk mencari kadar karbon yaitu : Jumlah putih pada gambar (pro) di garis 1 adalah 53 mm Jumlah putih pada gambar (pro) di garis 2 adalah 68 mm Maka rata-rata jumlah putih = (53+68) mm/2 = 60,5 mm

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Jadi perhitungan manual kadar C adalah 0,1577 %

2. Gray Iron

Gambar 2.6 Besi Kelabu Besi kelabu adalah struktur dari besi cor yang berbentuk grafit serpih yang berujung runcing. Struktur seperti ini diklasifikasikan dalam tipe A kelas 30 yang dikelilingi 20% Ferit bebas (unsur terang) dan 80% Perlit (unsur gelap). Struktur dasar dari besi kelabu dapat diubah dengan cooling rate. Pendinginan yang terlalu cepat menghasilkan mottled iron. Yang mempunyai beberapa sementit bebas, pendinginan besi kelabu yang sangat lambat dengan kandungan silikon yang tinggi kemungkinan menghasilkan beberapa ferit bebas. 7

POLITEKNIK D4 PERKAPALAN TEKNIK NEGERI PERPIPAAN SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A Besi kelabu digolongkan dalam ASTM A48 berdasarkan pada kekuatan tarik minimum dari uji tekanan tuang, sebagai contoh, kelas 20A mengacu pada sebuah pengujian tekanan ukuran A (0,88 in. diameter nominal) memiliki kekuatan tarik minimum 20.000 psi (138 MPa). Spesifikaksi yang lain meliputi keterangan produk. Kandungan dalam mikrostrukturnya : 1. C 2,7-4 %

2. Mn 0,8% 3. P 4. S 5. Si 0,2 Max 0,07 Max 1,8-3 %

3. Ductile Iron

Gambar 2.7 Ductile Iron Besi kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang lebih 5,5% sampai 1,5%), dan kadar mangan rendah. Karena itu pada pendinginan perlahan-lahan pembentukan karbon bebas akan meningkat. Karena selama fabrikasi dimasukkan magnesium ke dalam bahan, maka karbon bebas itu terjadi berupa bola. Bolabola itu dinamakan nodul. Nodul grafit memberikan pengurangan penampang yang lebih kurang dan tidak menyebabkan pengerjaan takik. Besi tuang noduler, setelah pendinginan dan setelah pengerjaan pemijaran terutama dari ferit, perlit, dan grafit. Karena adanya ferit atau perlit dan karena bentuk nodul grafit yang sangat menguntungkan, maka besi tuang noduler memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan regangan yang besar. Kandungan dalam mikrostrukturnya : Carbon Silicon 3.3 to 3.4% 2.2 to 2.8% 8

Manganese Magnesium Sulfur

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 0.1 to 0.5% 0.03 to 0.05%

PRAKTEK UJI BAHAN

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Phosphorus 0.005 to 0.04% 0.005 to 0.02%

Komposisi ductile iron hampir sama dengan grey iron, hanya berbeda pada struktur mikronya karena perbedaan perlakuannya pada temperatur saat pembentukan material tersebut. Dilihat dari strukturnya, ductile iron memiliki grafit berbentuk nodul sehingga tingkat keuletannya lebih tinggi daripada grey iron. Sifat mekanik material dipengaruhi struktur mikronya, adapun struktur mikro material dipengaruhi oleh komposisi kimia, proses pembentukan material, dan proses laku panasnya.

2.6 Kesimpulan Dari data dan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa struktur mikro, komposisi kimia suatu material,ukuran dan bentuk objek pembesaran dapat kita lihat dengan menggunakan mikroskop optik ataupun mikroskop elektron dan setiap material logam memiliki perbedaan kandungan unsur, klasifikasi dan jenisnya. Yang harusnya perlu diketahui adalah suhu, ternyata suhu pada saat pengolahan logam tersebut sangat tergantung pada penggunaan atau aplikasi logam dan mengetahui macam struktur mikro yang terkandung didalam material tersebut. Pada kandungan karbon yang sama material bisa berbeda struktur mikronya, hal ini diakibatkan oleh proses pembentukan material, dan laku panas yang dialami. Dengan mengetahui struktur mikro suatu baja dapat dihitung kadar karbonnya.

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

PRAKTEK UJI BAHAN DAFTAR PUSTAKA

D4 TEKNIK PERPIPAAN 608217A

Dosen Metallurgi, [ 1986] Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,ITS Metal Hand Book Volume 7 Prasojo Budi, [ 2003 ], Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS Wachid Suherman Ir, [ 1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Terknik Mesin FTI,ITS

10

Anda mungkin juga menyukai