Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN MEDIA DAN BUDAYA

Pertemuan 11 Sarmiati

Rabu / 4 Mei 2011 Ilmu Komunikasi Semester IV

MEDIA DAN BUDAYA POPULER

TELEVISI DAN BUDAYA INSTAN


Audisi di televisi seperti audisi indonesian idol, mama mia dll, dalam konteks ini sesungguhnya khalayak secara tidak sadar tengah dibawa dalam penciptaan budaya instan

Karena lahirnya yang instan, maka produk yang dihasilkan pun instan dan tidak berkualitas.

TELEVISI DAN PROYEK LUPA


Sebagai masyarakat urban-kota, televisi sungguh penting bagi kita. Setelah penat seharian bekerja kia bisa melepas lelah dengan menghabiskan malam di depan televisi.

Jelas televisi sudah menjadi daily activities kita yang teramat akrab mengubah berbagai jadwal harian kita. Efek perubahan jadwal ini tidak hanya terjadipada masyarakat urban-kota, tetapi juga pada masyarakat pedesaan.
4

Terdapat dua jalur dimana televisi membimbing kita untuk lupa.

Pertama, dari sisi rutinitas itu sendiri. Rutinitas kerja televisi menyempitkan dunia sosial kita hanya di lingkar prime-transaksional. Di kantor dan di keluarga batih.

Hal ini akan membawa ketidakpedulian, eksclusivisme-individual dan pada akhirnya alienasi sosial

Kedua, dari sisi program yang kita tonton.

Kesimpulannya, program-program tersebut mengajarkan kita tentang irasionalitas, anti realitas, budaya instan dan kekerasan.

Andaipun kita menonton berita,kita juga diajarkan budaya lupa, model pemberitaan yang dangkal karena bergerak dari satu isu ke isu lainnya

Juga membuat kita lupa dengan permasalahan penting ditubuh bangsa ini

MENYOAL SINETRON SAMPAH DI TELEVISI


Sinetron menjadi primadona hiburan masyarakat sejak kondisi perfilaman mengalami keterpurukan

Namun yang bisa disimpulkan dari kondisi sinetron saat ini adalah memprihatinkan

dengan mengabaikan segelintir sinetron bermutu seperti kiamat sudah dekat, keluarga cemara dll
8

Selain itu, sinetron kita tidak beranjak dari tayangan yang menjual mimpi, konflik, kekerasan, mistik, skandal, selingkuh, rebutan harta, termasuk rebutan pacar.

Dalam perspektif lain, bisa jadi memang begitulah cerminan selera (rendah) penonton sinetron kita.

AKU CANTIK MAKA AKU ADA


Di televisi hanya ada dua wanita, cantik dan cantik sekali seloroh yang pada kenyataannya benar.

Televisi membuat defenisi, cantik adalah kurus, langsing, putih, berambut lurus hitam, modis dan selalu menjaga penampilan serta rutin memlekukan perawatan tubuh agar awet muda

10

Adakah yang salah dengan defenisi itu, dengan tegas, ya.

Pertama, defenisi tersebut meniadakan defenisidefenisi lainnya yang sangat beragam diberbagai wilayah kebudayaan yang berbeda.

kedua, kampanye kecantikan tersebut secara fundamental menanamkan budaya pemujaan tubuh kepada generasi muda kita.

11

TELEVISI DAN KOMODIFIKASI AGAMA


Memasuki ramadahn, betapa gairah beragama masyarakat meningkat tajam, seperti puasa, dan shalat tarawih. Di ranah media, kita akan disuguhi pelbagai acara penghias ramadahan, mulai dari ceramah, hidangan ramdhan, dan sinetron, kuis serta musik yang bersifat spiritual. Memudarnya sakralitas, yang dijunjung tinggi oleh setiap penganut agama pada saat media ambil bagian secara temporal dan hanya menampilkan permukaan luar.

BERAGAMA ALA TELEVISI


Secara kasat mata acara televisi yang mengandung muatan islami memenuhi jam tayang hampir seluruh stasiun swasta nasional di bulan Ramadhan.

Padahal dengan tingkat literasi yang rendah, masyarakat akan menilai bahwa televisi religius dan islami.

13

Efeknya tidak kasat mata, tetapi jangka panjang. Pola pikir instan, bahkan untuk sesuatu yang rumit dan sakral sekalipun, seperti tobat kita menginstankannya.
14

Efek lebih fundamental, masyarakat akan semakin menyikapi agama secara simbolic-ritualis, seorang artis bertakwa jika dia berjilbab, berbaju koko, banyak ikut pengajian hanya di bulan ramadahn.
15

Maka jangan kaget jika seterusnya perilaku umat tidak akan berubah:ketika ramadhan masjid penuh dengan jamaah tarawih setelah itu kembali sepi seperti hari-hari biasanya.
16

PEREMPUAN OFFICE BOY DI TELEVISI


Berbeda dari mainstream ribuan tayangan televisi yang mengupas isu monoton seperti percintaan dua remaja, konflik rumah tangga atau dilema relasi orang miskin dan orang gedongan di perkotaan, tayangan OB terasa lebih realistik dan mengalir dinikmati penonton.

OB mungkin tiadak memiliki tendensi pesan sosial apa-apa kecuali menghibur.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai