Anda di halaman 1dari 14

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut S.P Siagian (2003:10) Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen merupakan ilmu pengatahuan juga dalam artian bahwa manajemen memerlukan disiplin ilmu-ilmu pengatahuan lain dalam penerapannya; misal, ilmu ekonomi, statistik, akuntansi dan sebagainya. Luther gulick (2009:11) mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengatahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sitem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi manusia. Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan atas sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Firdaus 2008:24)

Menurut James A.F Stoner (2010,16) mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Malayu S.P hasibuan (2009:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Frans Sadikin (2005:18) menyebutkan bahwa manajemen adalah proses untuk menciptakan, memelihara, dan mengoperasikan organisasi peusahaan dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang sistematis, terkoordinasi, dan kooperatif. Manajemen adalah suatu usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan dari benda dan tenaga manusia, khususnya tenaga manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan lebih dahulu (Lee, 2008:1). Dari beberapa sumber diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasi kegiatan dengan melalui orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu serta dilaksanakan secara berurutan berjalan kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan.

2.2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia(MSDM) Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan tenaga kerja

dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan organisasi, individu dan masyarakat (Gomes 2003:6) Manajemen sumber daya manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberi balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan bisnis (Samsudin 2006:22) Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia didalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja dan hubungan industrial (Marwansyah 2010:13) Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Manajemen sumber daya manusia adalah bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manajemen manusia dalam organisasi perusahaan (Hasibuan 2003:10) Menurut schuler,et al., (2009) mengartikan manajemen sumber daya manusia merupakan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi, dan menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan bahwa SDM tersebut digunakan secara efektif dan bagi kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat.

Dari penjelasan diatas dapat simpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia mempunyai definisi sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintregasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu .

2.3. Pengertian Kepemimpinan 2.3.1. Perbedaan Kepemimpinan Dengan Pemimpin Dalam praktek sehari-hari, pemimpin dan kepemimpinan sering diartikan sama, padahal kedua pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. 2.3.2. Pengertian Kepemimpinan Dalam arti luas kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok. Robbins(2006:432) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Kouzes & posner (2004:3) mengatakan kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan suatu yang luar biasa Nawawi (2004:9) kepemimpinan adalah kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (2 orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.

10

Kartono (2005:153) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu uasaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Rivai (2004:65) menyatakan kepemimpinan adalah peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. Pendapat James M. Black dalam bukunya management: a guide br executive command kepemimpinan adalah kemampuan menyakinkan dan menggerakkan oranglain agar mau bekerja sama dibawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu. Dari berbagai definisi diatas, maka dapat dijadikan dasar untuk menambah definisi kepemimpinan adalah (cara atau teknik = gaya ) yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut kouzes (2005:25) Dalam menjelaskan konsep pemimpin dan kepemimpinan, maka perlu pula memberikan definisi konsep-konsep yang erat kaitannya dengan kepemimpinan sebagai berikut: 1. Kredibilitas adalah fondasi kepemimpinan, tanpa kredibilitas anda tidak dapat menjadi pemimpin, karna dengan kredibilitas para pemimpin mendapatkan kepercayaan dan keyakinan. 2. Integritas adalah faktor kepemimpinan yang paling penting, bahwa dengan integritas kepemimpinan menjadi lengkap, merupakan kesatuan dari perkataan dan perbuatan. Integritas adalah apa diri kita sesungguhnya. 3. Kedudukan adalah sekumpulan tugas, tanggung jawab dan wewenang seseorang. 4. Jabatan adalah pekerjaan yang telah melembaga dalam suatu instansi atau telah membudaya dalam masyarakat, jabatan mencakup tanggung jawab dan wewenang. 5. Wewenang adalah suatu bentuk kekuasaan, seringkali dipergunakan secara lebih luas untuk menunjuk kemampuan manusia menggunakan kekuasaan sebagai hasil dari ciri-ciri seperti pengatahuan atau gelar.

11

6. Tanggung jawab adalah hal yang menjadi keharusan pemegang jawaban untuk; (1) menerima diri sebagai penyebab utama mengenai suatu kejadian baik atau buruk. (2) menerima hukuman jika salah melakukan sesuatu. 7. Kewajiban adalah berbagai kelebihan yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang lain dapat mematuhi hendaknya tanpa tekanan dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan 8. Kemampuan adalah totalitas kekuatan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan. 9. Pengaruh adalah tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang atau kelompok lain.

2.3.3. Syarat-Syarat Kepemimpinan Kartono (2005:36-38), mengatakan bahwa persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting yaitu : 1. Kekuasaan, yaitu otoritas dan legalitas yang memberikan kewenangan kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggunakan bawahan untuk berbuat sesuatu. 2. Memiliki kelebihan, seperti kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai, prestasi, tanggung jawab, pertisipasi Menurut John D. Millet kepemimpinan cenderung untuk dikatakan cirri kepribadian seseorang. Kualifikasi kepribadian dalam kepemimpinan merupakan factor yang sangat vital. Millet mengemukakan delapan sifat kepemimpinan : a. Kesehatan yang baik, kekuatan pribadi dan ketahanan fisik. b. Memahami tugas pokok, komitmen pribadi terhadap kegiatan atau tujuan bersama, antusiasme, kepercayaan diri. c. Mempunyai perhatian terhadap orang lain, ramah tamah. d. Inteligensi(tidak perlu memiliki pengatahuan yang mendetil atau ahli, tetapi memiliki common sense yang baik), selalu siap dan cepat dan tepat memahami unsur-unsur yang esensial dari informasi yang diperlukan, dan mampu menggunakan pengatahuan. e. Integritas, memahami kewajiban moral dan kejujuran, berkemauan ikut serta dalam pendapatan tujuan bersama, berkemampuan untuk menetapkan standar/norma tingkah laku pribadi yang akan menghasilkan sikap hormat dari orang lain.

12

f. Sikap persuasif, kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menerima keputusan-keputusannya. g. Kritis, kemapuan untuk mengatahui kekuatan dan kelemahan orang-orang yang bekerja sama dengannya dan bagaimana memperoleh kemanfaatan secara maksimal bagi organisasi. h. Kesetiaan, yaitu mempunyai perhatian penuh kepada kegiatan bersama dan juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya, serta mempunyai semangat untuk mempertahakan kelompoknya terhadap serangan dari luar. 2.3.4. Ciri-Ciri Pemimpin Yang Baik Panikkan dalam wirjana (2006:51) mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik adalah : 1. Memberi tekanan atau fokus pada masa depan 2. Menekankan atau fokus pada penentuan arah 3. Pertanyaan selalu apa yang akan terjadi ? 4. Memberi visi dan inspirasi 5. Memimpin orang-orang dan mengutamakan hierarki, menyebar suatu otoritas. 2.3.5. Gaya Kepemimpinan Thoha (2004:49) gaya kepemimpinan adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengeruhi perilaku orang lain. Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong, dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisin dan efektif. Kata gaya sangatlah tidak jelas. Sebelumnya, kata tersebut digunakan secara luas untuk mendeskripsikan pemimpin yang sukses. Gaya juga berbeda

13

dari kebudayaan yang satu dengan lainnya. Bagian berikut akan mendeskripsikan bagaimana gaya kepemimpinan telah dipelajari dan dianalisis selama bertahuntahun. Gaya kepemimpinan karismatik dari Nadler dan Tushman. Tabel 2.1 Gaya Kepemimpinan Karismatik dari Nadler dan Tushman JENIS KARISMATIK Gaya Arti Contoh Kepemimpinan Envisioning Menciptakan sebuah gambaran Mengatakan dengan jelas visi masa depan atau keadaan masa yang memaksakan depan yang diinginkan yang Menetapkan ekspektasi yang dapat diidentifikasi oleh orang- tinggi orang serta dapat membangkitkan gairah/semangat Energizing Mengarahkan pembangkitan Mendemostrasikan energi, motivasi untuk bertindak, gairah/semangat dan diantara para anggota organisasi kepercayaan diri Mencari, menemukan dan menggunakan sukses Enabling Secara psikologis membantu Mengekspresikan dukungan orang-orang untuk bertindak atau personel melakukan untuk mencapai Berempati tujuan yang menantang Sumber : fred luthan edisi 10, 2005:681

2.3.6. Gaya Kepemimpinan House House (2008:39), mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yang perilaku seorang pemimpin yaitu: 1. Kepemimpinan direktif (directive leadership) pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengatahui apa yang terjadi harapan pimpinan dan pemimpin tersebut menyatakan kepada bawahannya tentang bagaimana dapat melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil. 2. Kepemimpinan partisipatif (participative leadership) pemimpin berkomunikasi dengan bawahannya dan bertanya untuk mendapatkan masukan-masukan atau saran-saran dalam rangka pengambil keputusan. 3. Kepemimpinan supportif (supportive leadership) yaitu usaha pemimpin untuk menekankan diri dan bersikap ramah serta menyenangkan bawahannya.

14

4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi (achievement oriented leadership) pemimpin menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat menantang: pemimpin tersebut mengharapkan agar bawahan berusaha mencapai tujuan tersebut secara efektif, serta pemimpin menunjukkan rasa percaya diri kepada bawahannya bahwa mereka akan memenuhi tuntutan bawahannya. Jika situasi yang dihadapi pemimpin adalah bawahan yang memiliki kepercayaan dan keyakinan diri yang rendah, maka gaya kepemimpinan yang harus diadopsinya adalah gaya supportif. Dengan gaya ini bawahan akan merasa diperhatikan oleh atasannya, dibantu dan diberikan dukungan sosial untuk menghadapi kesulitannya dan bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan secara baik. Jika situasi yang dihadapi pemimpin adalah ketidakkepuasan bawahan atas hadiah yang diberikan oleh atasan, maka pemimpin harus mengadopsi gaya kepemimpinan partispatif. Dengan gaya ini kepemimpinan mendengarkan dan mengajak bawahannya untuk ikut menentukan hadiah seperti apa yang diinginkan. Apakah hadiah yang bersifat intrinsik seperti tantangan kerja, atau hadiah ekstrinsik seperti bonus, promosi, atau tunjangan kesejahteraan. Secara umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya yaitu gaya otoriter dan gaya demokrasi. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya dipandang sebagai gaya yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 2.3.7. Fungsi Kepemimpinan Adair (2008:11) fungsi kepemimpinan yaitu:

15

a. Perencanaan, yaitu mencari semua informasi yang tersedia, mendefinisikan tugas, membuat rencana yang dapat terlaksana ( dalam kerangka membuat keputusan yang tepat) b. Pemrakarsaan, yaitu memberikan pengarahan pada kelompok mengenai sasaran dan rencana, menjelaskan mengapa menetapkan sasaran atau rencana merupakan hal yang pentng, membagi tugas pada anggota kelompok. c. Pengendalian, yaitu memelihara antara kelompok, memastikan semua tindakan diambil dalam upaya meraih tujuan, mendorong kelompok mengambil tindakan/keputusan. d. Pendukung, yaitu mengungkapkan pengakuan terhadap orang dan kontribusi mereka, memberi semangat pada kelompok/individu, meredakan ketegangan dengan humor, merukunkan perselisihan atau meminta orang lain menyelidiknya. e. Penginformasian, yaitu memperjelas tugas dan rencana, memberi informasi baru pada kelompok, menerima informasi dari kelompok, membuat ringkasan atas usul dan gagasan yang masuk akal. f. Pengevaluasian, yaitu mengevaluasi kelayakan gagasan, mengevaluasi prestasi kelompok, menguji konsekuensi solusi yang diusulkan. 2.3.8. Perilaku Pemimpin Balack dan Adams memberikan pendapat bahwa ada lima macam perilaku yang dijalankan oleh seorang pemimpin, yaitu : 1. Perhatian rendah 2. Perhatian tinggi 3. Perhatian rendah 4. Perhatian sedang 5. Perhatian tinggi. kepada manusia tinggi sedangkan perhatian terhadap kerja kepada manusia rendah sedangkan perhatian terhadap kerja kepada manusia rendah sedangkan perhatian terhadap kerja kepada manusia sedang sedangkan perhatian terhadap kerja kepada manusia tinggi sedangkan perhatian terhadap kerja

Apabila seorang pemimpin mampu menjalankan dua hal ini secara bersamaan dengan efektivitas yang tinggi, maka hal itu akan membawa hasil yang istimewa. Pemimpin yang efektif menurut teori ini adalah pemimpin yang tahu bagaimana menjalankan dua model ini bersamaan dengan menjaga loyalitas, kesolidan tim, serta produktivitas yang tinggi secara kontinu.

16

Perilaku pemimpin juga disebut gaya kepemimpinan(style of leadership), ternyata setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. 2.3.9. Semangat Kerja Semangat atau moril adalah suatu istilah yang banyak dipergunakan tanpa adanya suatu perumusan yang seksama. Sedikit orang yang ragu-ragu menggunakan istilah ini, akan tetapi banyak orang mendapat kesulitan untuk merumuskannya. Semangat menggambarkan suatu perasaan, agak berhubungan dengan tabiat (jiwa), semangat kelompok, kegembiraan, atau kegiatan. Apabila pekerja-pekerja nampaknya merasa senang, optimis mengenai kegiatan-kegiatan dan tugas kelompok serta ramah tamah satu sama lain, maka mereka dikatakan mempunyai semangat yang tinggi atau yang baik. Menurut J.C Denyer(manajemen tanaga kerja:2003) kata semangat itu mulamula dipergunakan dalam kalangan militer untuk menunjukkan keadaan moral pasukan, akan tetapi sekarang mempunyai arti lebih luas dan dirumuskan sebagai : the collective attitude of workers to wards one another, towards their employer, their management, or their work ) artinya sikap bersama para pekerja terhadap satu sama lain, terhadap majikan mereka, terhadap manajemen atau pekerjaan mereka. Semangat adalah jumlah kepuasan yang dimiliki oleh seorang pegawai sebagai seorang pemegang jabatan dan anggota organisasi. Semangat juga mempertimbangkan semangat individu dipandang dari sudut penyesuaian terhadap pekerjaan dan peranannya dalam organisasi.

17

Finlay dan tate menyataka bahwa semangat adalah benar-benar suatu perasaan ikut serta yang menonjol, sehingga pekerja menempatkan kepentinga kelompok diatas kepentingannya sendiri. Kahn dan morse memandang semangat sebagai jumlah kepuasan yang diperoleh karyawan karena pesertaannyan dalam kelompok. Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin. Semangat kerja yang baik dapat dilihat apabila karyawan merasa senang dan optimis mengerjakan seluruh tugas-tugasnya. Sebaliknya semangat kerja yang rendah dapat dilihat apabila pegawai nampak tidak puas, lekas marah, suka membantah, gelisah dan pesimis terhadap tugas dan pekerjaannya Dari sudut pandangan ini segi-segi semangat yang sangat penting adalah reaksi anggota-anggota kelompok terhadap kelompok kerja yang lansung, terhadap teman-teman kerja dalam kelompok demikian dan terhadap pola-pola perilaku yang formal dan informal dalam kelompok. Jadi, dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dinyatakan, bahwa yang

18

dimaksud dengan semangat kerja adalah sikap mental dari individu atau kelompok yang menunjukkan kegairahan untuk melaksanakan pekerjaannya sehingga mendorong untuk mampu bekerja sama dan dapat memperkecil kekeliruan kekeliruan serta dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya dengan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. 2.3.10 Aspek-Aspek Semangat Kerja Menurut Sugiyono (2002), aspek aspek semangat kerja karyawan dapat dilihat dari beberapa segi yaitu: a. Disiplin yang tinggi, seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja giat dan dengan kesadaran mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan. b. Kualitas untuk bertahan, Menurut Alport orang yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pekerjaannya.hal ini berarti bahwa orang tersebut mempunyai energy dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan dating dengan baik. Hal ini dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan. c. Kekuatan untuk melawan frustasi, seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. d. Semangat berkelompok, Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai kami daripada sebagai saya . Mereka akan saling tolong menolong dan tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.

Menurut Nawawi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja adalah : 1. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Seseorang yang berminat dalam pekeraannya akan dapat meningkatkan semangat kerja. 2. Faktor gaji dan upah tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang. 3. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial tinggi dan memberi posisi yang tinggi dapat menjadi faktor penentu meningkatnya semangat kerja. 4. Suasana kerja dan hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan dapat meningkatkan semangat kerja. 5. Tujuan pekerjaan, Tujuan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang semangat kerja tidak selalu ada dalam diri karyawan, terkadang

19

semangat kerja dapat pula menurun, indikasi-indikasi menurunnya semangat kerja selalu ada dan memang secara umum dapat terjadi. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan menurut pendapat Tohardi (2002:431) adalah sebagai berikut. 1) Kebanggaan pekerja akan pekerjaannya dan kepuasannya dalam 2) menjalankan pekerjaan dengan baik dan bertanggung jawab. 3) Sikap terhadap pimpinan. 4) Hasrat yang tinggi untuk maju. 5) Perasaan telah diperlakukan dengan baik. 6) Kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerjanya

2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diajukan di muka, maka hipotesisnya sebagai berikut: Dalam perumusan masalah yang dikemukakan dan dihubungkan dengan beberapa landasan teori, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : jika thitung > ttabel maka Ho dan Hi ditolak maka disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Ho : jika thitung < ttabel maka Ho dan Hi diterima maka disimpulkan bahwa

gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap semangat kerja ksryawan.

Anda mungkin juga menyukai