KONTEKSTUAL
Etilena glikol (C2H4(OH)2) ditambahkan pada radiator mobil untuk antibeku Untuk mempertahankan hidupnya beberapa ikan dan serangga, tubuhnya mengeluarkan gliserol C3H8O3 yang banyak. Struktur gliserol serupa dengan etilen glikol yang berfungsi menurunkan titik beku darah Tekanan Osmotik Buah mentimun yang dimasukan ke dalam larutan pekat garam dapur beberapa hari menjadi berkerut Sel darah merah yang dimasukan kedalam air suling akan mengembung karena air yang masuk kedalam sel merah lebih banyak daripada yang keluar Sel darah merah yang dimasukan kedalam air garam akan mengerut karena air yang masuk kedalam sel merah lebih sedikit daripada yang keluar Proses osmosis banyak terjadi ditubuh seperti penyerapan sari-sari makanan diusus halus dan penyaringan darah di ginjal
Isi Materi SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NON ELEKTROLIT Pernahkah Anda mengukur suhu air saat mendidih? Bila air mendidih pada suhu 100 C, apakah air yang telah ditambah satu sendok gula juga mendidih pada suhu 100 C, bagamana bila ditambah dua sendok gula? Ini merupakan bagian yang akan kita pelajari pada bab ini.Larutan memiliki beberapa sifat fisis seperti warna, bau, rasa, pH,titik didih, titik beku, dan sebagainya. Sifat fisis larutan yang akan kita pelajari adalah sifat koligatif, yaitu sifat larutan yang hanya tergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut terdiri atas penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis. Zat terlarut nonolektrolit dan zat terlarut elektrolit dengan jumlah mol yang sama akan menimbulkan sifat koligatif yang berbeda. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatif, derajat ionisasi dan jumlah ion zat terlarut. Sebelum mempelajari sifat koligatif larutan lebih lanjut, kita pelajari terlebih dahulu satuan konsentrasi larutan yaitu fraksi mol, dan molalitas.
atau
Keterangan: M = molaritas larutan (m) p = massa pelarut (gram) Mr= massa molekul relatif
2. Fraksi Mol (X) Fraksi mol menyatakan perbandingan mol suatu zat dengan mol seluruh zat dalam larutan. Dalam campuran zat A dengan zat B, maka fraksi mol masing-masing zat dapat dinyatakan dengan:
Dan
Perhatikan gambar 1.2. Dalam suatu larutan, partikel-partikel zat terlarut akan menghalangi gerak molekul-molekul pelarut untuk berubah menjadi bentuk gas (uap)(ada interaksi molekul antra zat terlarut dengan pelarutnya).
Oleh karena itu tekanan uap jenuh larutan lebih rendah daripada tekanan uap jenuh pelarut murni. Makin lemah gaya tarik-menarik molekul-molekul zat cair, makin mudah zat cair tersebut menguap, maka makin besar pula tekanan uap jenuhnya. Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh. Tekanan uap larutan ideal dapat dihitung berdasar hukum Raoult Tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari komponen (pelarut) murni. Dan
Keterangan : P = penurunan tekanan uap XP = fraksi mol pelarut Xt = fraksi mol terlarut P = tekanan uap jenuh pelarut murni P = tekanan uap larutan
Hubungan tekanan uap jenuh larutan dengan tekanan uap jenuh komponen-komponen pada larutan ideal (larutan-larutan encer) dapat digambarkan sebagai diagram seperti pada Gambar 1.4 berikut.
D. Kenaikan Titik Didih ( Tb ) dan Penurunan Titik Beku ( Tf) Titik didih suatu zat cair adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh zat cairtersebut sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fasa gas. Oleh karena itu, titik didih suatu zat cair bergantung pada tekanan luar. Titik didih air yang sering disebutkan 100C adalah titik didih normal yaitu titik didih pada tekanan 760 mmHg. Samakah titik didih air di daerah Anda dengan titik didih air di puncak gunung yang lebih tinggi dari daerah Anda? Mengapa demikian? Titik didih dan titik beku suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan udara luar. Suatu zat cair mendidih pada saattekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan udara luar. Di puncak gunung tekanan udara luar lebih rendah sehingga untuk menyamakan tekanan uap jenuh zat cair yang didihkan lebih cepat tercapai, hal ini berarti titik didihnya lebih rendah. Demikian halnya pengaruh zat terlarut dalam zat cair (pelarut). Pada tekanan udara luar 760 mmHg, air mendidih pada suhu 100C. Dengan adanya zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan uap larutan, sehingga pada suhu 100C larutan air belum mendidih karena tekanan uapnya belum mencapai 760 mmHg. Untuk mencapai tekanan uap 760 mmHg maka perlu dipanaskan lebih tinggi lagi akibatnya larutan mendidih pada suhu lebih dari 100C. Ini
berarti bahwa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murninya. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didihpelarut murni disebut kenaikan titik didih (Tb). Pada saat itu tekanan uap air juga 1 atm dan tekanan uap jenuh larutan masih di bawah 1 atm (titik P). Agar larutan mendidih, maka suhu perlu diperbesar sehingga titik P berpindah ke titik E. Pada titik E tekanan uap jenuh larutan sudah mencapai 1 atm. Jadi pada titik E larutan mendidih dan suhu didihnya adalah titik E. selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih (Tb).
Sebaliknya pada titik beku normal karena tekanan uap larutan juga lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Sehingga agar larutan membeku, harus didinginkan akibatnya titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut murni. Perubahan temperatur titik beku ini disebut penurunan titik beku larutan (Tf).
Jadi, pengaruh zat terlarut nonelektrolit yang tidak mudah menguap adalah menurunkan tekanan uap, menaikkan titik didih, dan menurunkan titik beku.
Pada larutan encer, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku berbanding lurus dengan konsentrasi molal larutan.
Keterangan : Tb = kenaikan titik didih m = molalitas Kb = kenaikan titik didih molal pelarut Tf = penurunan titik beku Kf = penurunan titik beku molal pelarut Harga Kb dan Kf untuk beberapa pelarut dicantumkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Tetapan Titik Didih dan Titik Beku Molal Beberapa Pelarut
Dengan data tetapan titik didih dan titik beku molal kita dapat menentukan titik didih suatu larutan, konsentrasi larutan, dan massa molekul relatif. E. Tekanan Osmotik ( ) Bila dua larutan yang konsentrasinya berbeda, yang satu pekat dan yang lainnya encer dipisahkan oleh membran semipermiabel, maka molekul-molekul pelarut akan mengalir dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat, sedangkan molekul zat terlarut tidak mengalir. Hal ini terjadi karena partikel pelarut lebih kecil daripada partikel zat terlarut sehingga partikel pelarut dapat menembus membran semipermiabel dan partikel zat terlarut tidak. Aliran suatu pelarut dari suatu larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel disebut osmosis.
Peristiwa osmosis dapat dicegah dengan memberi tekanan pada permukaan larutan. Tekanan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya osmosis ini disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik bergantung pada konsentrasi dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut Vant Hoof, tekanan osmotik larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal.
Dalam suatu sistem osmosis, larutan yang memiliki tekanan osmosis sama disebut isotonik, bila tekanan osmotiknya lebih kecil dibandingkan larutan yang lain disebut hipotonik, sedangkan bila tekanan osmotiknya lebih besar dibandingkan larutan yang lain disebut hipertonik. Penerapan Tekanan Osmotik dan Osmosis Selain menggunakan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, pengukuran tekanan osmosis juga dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa. Untuk larutan yang sangat encer, pengukuran tekanan osmotik lebih akurat dibanding pengukuran titik didih atau titik beku sehingga penentuan massa molekul. relatif dengan mengukur tekanan osmotik akan lebih teliti. Peristiwa osmosis dapat dimanfaatkan untuk penyediaan cairan infus dan industri pengolahan air laut menjadi air tawar dengan osmosis balik.
E. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Berbeda dengan zat nonelektrlit, zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi ion-ion sehingga dengan jumlah mol yang sama, zat elektrolit akan menghasilkan konsentrasi partikel yang lebih banyak dibandingkan zat nonelektrolit. Satu mol zat nonelektrolit dalam larutan menghasilkan 6,02 1023 partikel. Sedangkan satu mol zat elektrolit menghasilkan partikel yang lebih banyak, apalagi zat elektrolit kuat yang dalam air terionisasi seluruhnya. Satu mol NaCl bila terionisasi seluruhnya akan menghasilkan 6,02 1023 ion Cl- sehingga jumlah partikel zat terlarut dua kali lebih banyak daripada satu mol zat nonelektrolit. Dengan demikian dengan konsentrasi larutan yang sama, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif yang lebih besar daripada larutan nonelektrolit. Perbandingan sifat koligatif larutan elektrolit yang terukur dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit yang diharapkan pada konsentrasi yang sama disebut faktor Vant Hoff. (i). Dengan demikian untuk larutan elektrolit berlaku rumus-rumus sifat koligatif sebagai berikut: Tb = m Kb i 'Tf = m Kf i S= mRTi dengan: i = 1 + (n - 1)D n = banyaknya ion D = derajat ionisasi untuk elektrolit kuat (D = 1), harga i = n.
PENGAYAAN Osmosis Terbalik (Reserve Osmosis) Osmosis terbalik ( reserve osmosis ) adalah suatu proses yang berlawanan dengan osmosis. Osmosis terbalik adalah proses pemisahan yang menggunakan tekanan untuk memaksa pelarut melalui suatu membrane semipermeable sehingga meninggalkan zat terlarut (sulute) di satu sisi dan diikuti mengalirnya pelarut ke sisi lain. Dengan kata lain, osmosis terbalik memaksa pelarut dari larutan yang konsentrasinya lebih tinggi mengalir ke larutan yang kosnentrasinya lebih rendah denggan memberikan tekanan melebihi tekanan osmotiknya.
Membrane yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan tekanan yang besar. Proses ini memerlukan tekanan yang besar, biasanya 2-17 atm untuk air tawar dan air agak asin, serta 40-70 atm untuk air laut. Salah satu penerapan metode osmosis terbalik adalah untuk desalinasi air laut. Beberapa metode desalinasi air laut diteliti dan dikembangkan untuk memperoleh air tawar dari air laut yang asin karena mengandung garam. Membuang garam-garam yang terlarut dari dalam air disebut desalinasi. Dewasa ini desalinasi merupakan salah satu masalah yang mendesak untuk mendapat perhatian. Pertambahan penduduk, industri dan irigasi harus diimbangi tersedianya air tawar yang cukup. Desalinasi dapat dilakukan dengan penyulingan, pembekuan, osmosis balik, elektrodialisis, danpertukaran ion. Metode desalinasi osmosis balik menjadi harapan sebagai metode yang ekonomis. Dalam proses ini, garam dipisahkan dengan tekanan pada membran semipermiabel yang memisahkan sumber air (asin) dan produk air tawar. Dewasa ini osmosis balik telah diterapkan untuk menghilangkan garam dari air payau dan menjadi harapan untuk desalinasi skala besar terhadap air payau maupun air laut. Pabrik desalinasi terbesar di dunia adalah pabrik desalinasi Jebel Ali di Unit Emirat Arab.
Soal-Soal
1. Suatu zat tidak mudah menguap sulfanilamide (C6H8O2N2S) mudah terlarut dalam aseton (C3H6O). berapa mmHg tekanan uap larutan yang mengandung 1.00 g sulfanilamide yang terlarut dalam 10.0 g aseton pada 39.5 oC jika tekanan uap murni aseton pada temperatur tersebut 4.00x102 mmHg? (Ar: C=12, H=1, O=16, N=14, S=32)
Penyelesaian:
Mr sulfanilamide = 6(12) + 8(1) + 2(16) + 2(14) + 1(32) = 172 1g sulfanilamide = 100 g aseton = = 5.81 x 10-3 mol = 0.172 mol
Xp =
= 0.967
Dengan menggunakan hukum Raoult, P = Xp x Po P = 0.967 x (4.00 x 102 mmHg) = 3.87 x 102 mmHg 2. Suatu larutan encer yang dibuat dari 5 gram formamid (suatu zat yang tidak mudah menguap) yang dilartkan dalam 1.00x102 g air pada suhu 30oC menunjukkan
tekanan uap larutan 31.20 mmHg. Jika tekanan air murni 31.82 mmHg pada temperature tersebut, berapa berat molekul formamid?
Penyelesaian:
np (mol pelarut, H2O) = nt (mol terlarut, formamid) = = P = Po P = Xt x Po = 55.6 mol
Xt = Xt =
= 1.9x10-2
Untuk larutan encer, harga nt sangat kecil dibandingkan np. Oleh karena itu, harga nt + np dapat dianggap sama dengan np saja, sehingga Xt = 1.9 x 10-2 = Mr formamid = Massa molar formamid = 3. Sebanyak 0.300 g urea, CO(NH2)2, dilarutkan ke dalam 10.0 g air. Dengan menganggap sifat larutan ideal, hitunglah: (Kb H2O = 0.512 oC kg mol-1, Kf H2O = 1.86 oC kg mol-1) a. Titik didih larutan b. Titik beku larutan
Penyelesaian:
a. 0.300 g urea = Molalitas larutan Tb = m Kb Tb = 0.5 mol kg-1 x 0.512 oC kg mol-1 = 0.256 oC Titik didih larutan = titik didih pelarut murni (H2O + Tb
= 100.00 oC + 0.256 oC = 100.256 oC b. Tf = m Kf Tf = 0.5 mol kg-1 x 1.86 oC mol kg-1 = 0.93 oC Titik beku larutan = titik beku pelarut murni (H2O) - Tf = 0.00 oC - 0.93 oC = -0.93 oC 4. Larutan 3.8 gram kamfer (C10H16O) dalam 200 gram kloroform (CHCl3) titik didihnya 0.48 oC lebih tinggi dari titik didih kloroform murni. Berapa titik didih molal kloroform?
Penyelesaian:
5. Larutan 9.0 gram glukosa (Mr =180) dalam 150 gram air dicampur dengan larutan 34.2 gram gula (Mr = 342) dalam 400 gram air. Jika tetapan titik didih molal air 0.51 oC kg mol-1 dan tetapan titik beku molal air 1.86 oC kg mol-1, a. Tentukan titik didih campuran larutan tersebut dalam oC pada tekanan 1 atm b. Berapa titik beku campuran larutan tersebut (dalam oC) pada tekanan 1 atm
Penyelesaian:
6. Suatu larutan tarbuat dari 0.57 g sukrosa (C12H22O11) dengan (Ar: C=12, H=1, O=16) yang di larutkan dalam air sehingga bervolume 250 mL pada temperature 27 oC. Berapa tekanan osmotiknya?
Penyelesaian:
7. Sebanyak 0.45 g suatu senyawa nonelektrolit X dilarutkan ke dalam air sehingga bervolume 500 mL. tekanan osmotic larutan 92.72 mmHg pada 25 oC. Berapa massa molekul relative X?
Penyelesaian:
8. Pada temepratur yang sama, 500 mL larutan yang mengandung 1.8 g glukosa (M r = 180) isotonic dengan larutan gula (C12H22O11), Mr = 342. Berapa gram gula yang terdapat dalam 100 mL larutan gula tersebut?
Penyelesaian:
9. Berapa titik didih larutan 0.1 m K2SO4 pada tekanan 1 atm? (Kb air = 0.52 oC kg mol-1 dan K2SO4 dianggap terionisasi sempurna)
Penyelesaian:
10. Pada temperature 27 oC dan tekanan 1 atm, titik beku larutan 0.1 m NaCl = -0.344 oC. Berapa persen derajat ionisasi NaCl dalam larutan tersebut? (K f air = 1.86 oC kg mol-1 = 1.86 oC m-1 )
Penyelesaian:
11. Diantara 0.1 m larutan berikut, mana yang titik didihnya paling tinggi? a. Urea (CO(NH2)2 d. Sukrosa (C11H22O11) b. Glukosa (C6H12O6) e. Na2SO4 c. NaCl
Penyelesaian:
12. Berapa gram urea (Mr = 60) harus dilarutkan dalam 500 gram air agar titik bekunya turun 0,1 derajat bila Kf air = 1,8.
Penyelesaian:
Massa urea = x gram, Mr = 60, massa pelarut (mp)= 500 gram.
13. Pada suhu 37 C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH)2 hingga volume 100 mL (Mr Ba(OH)2 = 171). Hitung besar tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Ba(OH)2 merupakan elektrolit mol Ba(OH)2 = = 0,01 mol M = n / V = 0,01 mol / 0,1 L = 0,1 mol L-1 MRTi mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1 310 K (1 + (3 1)1)= 7,626 atm 14. Hitung kemolalan larutan HCl 15 %, fraksi mol pelarut, dan zat terlarutnya. ( massa molar HCl = 36, 46) Penyelesaian :
+
Mol HCl
Mol air
Kemolalan (m)
15. Terdapat 1.000 g larutan gula C12H22O11 30 %. Hitung nilai ATb larutan. Pada suhu berapa larutan akan mendidih? ( Mr C12H22O11 = 342; Kb air = 0, 512 oC kg/mol; titik didih air = 100 oC) Catatan : 30 % C12H22O11 berarti terdapat 300 g C12H22O11 dalam 1.000 g larutan. 1.000 g larutan C12H22O11 = 300 g zat terlarut C12H22O11 + 700 g air. Penyelesaian : Mol C12H22O11
Kemolalan (m)
Titik didih larutan (Tb) + + Jadi, larutan akan mendidih pada suhu 100,642oC
16. Suatu larutan sebanyak 200 mL mengandung 1,6 g gula tebu. Pada suhu 20 oC, tekanan osmosis larutan adaalah 0,562 atm. Hitung massa molekul relatif gula tebu. Penyelesaian :
17. Dalam 25 gram air dilarutkan 3 gram urea (NH2)2CO, harga Kf air = 1,86oC massa atom relatif: N= 14; H=1; C=12; O=16; berapakah titik beku larutan urea tersebut, jika titik beku air 0oC ?
gr.
oC
molal = 3 molal
18.
Penyelesaian :
E
Daerah perubahan titik didih, lihat perubahan wujud zat cair menjadi zat gas. Titik I adalah titik dididh pelarut murni dan J adalah titik didih larutan, maka perubahan titik didih adalah I-J
19.
20.
Daftar Pustaka
Charles W. Keenan. 1986. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga J.M.C. Johanna, dkk. 2007. Kimia Untuk SMA & MA Kelas 1/X. Jakarta: Erlangga Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII (Jilid 3). Jakarta: Erlangga Raharjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 3 untuk kelas XII SMA dan MA. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Tim Cipta Eksakta. 2002. Sumber Soal Kimia Ujian Akhir Nasional SMU. Bandung: Epsilon Group