Anda di halaman 1dari 11

INDONESIA DALAM DUNIA GLOBAL

Ditulis sebagai referensi pengisian SKU Pandega nomor 15

Oleh : Zainal Muttaqin

RACANA SULTAN AGENG TIRTAYASA & NYI GEDE AYU UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG-BANTEN 2012

INDONESIA DALAM DUNIA GLOBAL

A. Indonesia dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

1. Sejarah Penidrian ASEAN ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi regional negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967. ASEAN atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan Perbara (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara) sampai kini telah mempunyai 10 negara anggota yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam. Berdirinya ASEAN dilatar belakangi oleh beberapa persamaan yang dimiliki oleh negara-negara Asia Tenggara. Persamaan-persamaan tersebut antara lain: 1) Persamaan geografis. 2) Persamaan budaya. 3) Persamaan nasib, yaitu pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand) 4) Persamaan kepentingan di berbagai bidang. Berdirinya ASEAN ditandai dengan pertemuan lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina pada tanggal 5-8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Adapun kelima tokoh menteri luar negeri tersebut adalah: 1. Adam Malik, wakil dari Indonesia. 2. Tun Abdul Razak, wakil dari Malaysia. 3. Rajaratman, wakil dari Singapura. 4. Thanat Khoman, wakil dari Thailand. 5. Narsisco Ramos, wakil dari Filipina. Pada tanggal 8 Agustus 1967, kalima menteri luar negeri tersebut menandatangani sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Deklarasi Bangkok. Sejak penandatangan Deklarasi Bangkok itulah organisasi ASEAN resmi berdiri dan mulai terbuka menerima anggota baru.

Pada tanggal 7 Januari 1987 negara Brunei Darussalam menjadi negara pertama yang masuk menjadi anggota ASEAN diluar kelima negara pendiri hanya selang seminggu setelah peringatan kemerdekaan negara tersebut. Selanjutnya, Vietnam resmi menjadi anggota ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi negara anggota ASEAN yang kedelapan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, disusul kemudian oleh Kamboja pada tanggal 16 Desember 1998. Terakhir Timor Leste sebagai bagian dari Negara di Asia Tenggara yang belum bergabung sebagai anggota tetap ASEAN, dikarenakan baru di usulkan pada KTT ASEAN pada tahun 2011, kemungkinan dapat terealisasi sebagai anggota penuh pada tahun 2014. 2. Tujuan ASEAN ASEAN yang merupakan organisasi negara-negara Asia Tenggara mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai anggotanya. Tujuan ASEAN tersebut tertuang dalam deklarasi Bangkok yang dideklarasikan pada tanggal 8 Agustus 1967. Isi deklarasi Bangkok yang merupakan tujuan ASEAN tersebut antara lain: 1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara. 2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional. 3. Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi. 4. Memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan internasional yang ada. 5. Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara. Disamping deklarasi Bangkok sebagai tujuan ASEAN, ada juga yang dikenal prinsip utama ASEAN sebagai batasan atas persatuan Negara-negara di Asia Tenggara. Isi dari Prinsip Utama ASEAN adalah :

Menghormati kemerdekaan, kedaulatan,

kesamaan,

integritas wilayah

nasional, dan identitas nasional setiap negara

Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada

campur tangan, subversif atau koersi pihak luar

Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan Kerjasama efektif antara anggota

3. Peran Indonesia Dalam ASEAN

Tahun 2011 Indonesia mendapatkan kehormatan untuk memegang posisi Ketua Association of South East Asian Nations (ASEAN). Kiprah Indonesia sebagai ketua bisa dikatakan memberikan pengaruh positif dalam perkembangan kawasan ini. Berbagai pertemuan diadakan selama sepanjang satu tahun di Indonesia. Tetapi, selama tahun tidak lupa pula dengan konflik pribadi yang dialami oleh antara negara anggota. Tentunya konflik juga terjadi antara negara anggota dengan negara di luar kawasan. Memang selama dari 2011 ini, konflik perbatasan antara Thailand dengan Kamboja menjadi perhatian lebih dalam Keketuaan Indonesia dalam ASEAN. Lewat kerangka ASEAN, konflik kedua negara pun berhasil diredakan. Bahkan kini, kedua negara memutuskan untuk menarik pasukan mereka dari wilayah yang disekitar Kuil Preah Vihear. Salah satu catatan penting peran Indonesia dalam ASEAN tahun ini adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai senjata nuklir. Selain itu mereka juga tidak diperkenan pangkalan senjata nuklir, ataupun melakukan uji coba atau menggunakan senjata nuklir dimanapun juga baik di dalam maupun di luar kawasan Asia Tenggara. Keberhasilan ASEAN tahun ini juga ditandai dengan pembentukan Asean Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center). AHA Centre didirikan dengan tujuan untuk memfasilitasi kerja sama dan juga koordinasi antara negara-negara Asean dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). AHA Center akan berperan kritis dalam menanggulangi setiap bencana alam yang melanda negaranegara ASEAN.

Konflik Laut China Selatan juga memenuhi hubungan antar kawasan, khususnya ASEAN dengan China. Pejabat senior China dan ASEAN sepakati panduan mengenai penyelesaian masalah Laut China Selatan. China menilai kesepakatan ini sebagai dokumen batu loncatan untuk sebuah kerja sama positif kedepannya. Selama bertahun-tahun, China menolak kesepakatan mengikat untuk menyelesaikan masalah perebutan wilayah itu. Sebelum panduan ini disepakati, Negeri Tirai Bambu itu membuat kesan bahwa mereka enggan menyelesaikan masalah ini dengan damai. Tetapi dengan adanya panduan tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan atas wilayah Laut China Selatan tentunya setuju menyelesaikan perbedaan mereka tanpa melalui ancaman kekerasan. Tentunya pertemuan East Asia Summit (EAS) menjadi puncak dari Keketuaan Indonesia dalam Indonesa. Selain pertemuan ASEAN plus three, EAS menjadi perhatian karena melibatkan pertemuan negara maju seperti Amerika Serikat, China, Rusia. Pertemuan EAS ini dilakukan setelah KTT ASEAN ke-19 di Bali November lalu. AS bahkan diwakili langsung oleh Presiden Barack Obama yang menjadi Presiden AS pertama yang pernah menghadiri pertemuan ini. Tentunya banyak hal yang dibicarakan selama pertemuan EAS ini. Salah satu yang menjadi sorotan adalah demokrasi Myanmar. Myanmar menjadi perhatian karena minat mereka untuk menjadi Ketua ASEAN di 2014, tepat satu tahun sebelum Komunitas ASEAN dijadwalkan untuk lepas landas pada 2015. Tetapi dengan berbagai perubahan yang ditunjukan secara signifikan oleh Myanmar, meyakinkan bahwa negara itu diharapkan mampu untuk memimpin ASEAN menuju Komunitas ASEAN 2015.
B. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

1.

Sejarah Penirian PBB

Perserikatan Bangsa-bangsa menurut catatan sejarah secara resmi didirikan sebagai pengganti Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Oktober 1945. Para wakil dari negara-negara Sekutu pada Perang Dunia Kedua, yaitu AS, Soviet, Inggris, dan Perancis, dalam perundingan-perundingan selama perang tersebut telah memulai persiapan pendirian PBB ini. Akhirnya, dalam konfrensi di San Fransisko, Amerika, para wakil dari 50 negara-negara dunia menandatangani piagam pembentukan PBB. Tujuan utama didirikannya PBB, seperti yang disinggung dalam piagam PBB, adalah untuk menjaga perdamaian di dunia, mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional

untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan kebebasan. Tak dapat disangkal bahwa PBB telah melakukan banyak hal yang patut dipuji. Namun, adanya hak veto untuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu AS, Rusia, Inggris, Prancis dan China, telah membuat kebijakan Dewan Keamanan sebagai salah satu badan utama PBB, selalu mengikuti langkah kelima negara tersebut, khususnya AS. Sebaliknya, Majlis Umum yang menjadi forum seluruh anggota PBB justeru tidak memiliki kekuatan yang berarti dibanding dengan Dewan Keamanan. Ketidakadilan inilah yang telah menghambat keberhasilan PBB dalam mengemban misinya, dan bahkan telah melahirkan protes dari banyak negara anggotanya. Piagam PBB adalah konstitusi PBB. Ia ditanda tangani di San Francisco pada tanggal 26 Juni 1945 oleh kelima puluh anggota asli PBB. Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani oleh lima anggota pendirinya-Republik China (Taiwan), Perancis, Uni Soviet, Britania Raya, Amerika Serikat -dan mayoritas penanda tangan lainnya. Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah perjanjian konstituen, dan seluruh penanda tangan terikat dengan isinya. Selain itu, Piagam tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Ia diratifikasi oleh AS pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya menjadi negara pertama yang bergabung dengan PBB. 2. Tujuan PBB : Memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan. Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama. Tujuan dan Asas PBB

Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB. Asas PBB : Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota. Penyelesaian sengketa dengan cara damai. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.

3.

Peran Indonesia dalam PBB

Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada pemilihan yang dilakukan Majelis Umum PBB melalui pemungutan suara, dengan perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota yang memiliki hak pilih. Wajar bila delegasi RI untuk PBB yang dipimpin Duta Besar Rezlan Ishar Jenie bergembira mendapat ucapan selamat dari para kolega di ruang sidang Majelis Umum, Senin (16/10) lalu. Ini merupakan kali ketiga Indonesia ditunjuk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB setelah periode 1974-1975dan1995-1996. Mulai 1 Januari 2007, sebagai anggota Dewan Keamanan PBB selama dua tahun, Indonesia diberi kehormatan bersama-sama dengan lima negara besar (AS, Inggris, Prancis, China, Rusia) dan sembilan negara lain untuk memutuskan upaya-upaya mengatasi setiap konflik besar yang mengundang perhatian internasional. Masalahnya, tidak seperti kelima negara besar tersebut, Indonesia bersama sembilan negara terpilih hanya berstatus sebagai anggota tidak tetap. Jadi, muncul pesimisme apa pun rancangan resolusi yang diusulkan anggota tidak tetap, usulan tersebut akan sia-sia bila ternyata diveto oleh salah satu dari lima anggota tetap tersebut. Namun, Indonesia jangan terjebak oleh potensi kesia-siaan tersebut dan sebaliknya harus memanfaatkan peluang dari statusnya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Maka yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apa keuntungan bagi Indonesia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB dan sampai seberapa jauh Indonesia bisa memanfaatkan keuntungan itu . Satu keuntungan yang paling menonjol dari penunjukan sebagai anggota Dewan Keamanan PBB adalah meningkatnya citra Indonesia dalam perpolitikan dan keamanan dunia. Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan jajaran Deplu

boleh berbangga bahwa penunjukan sebagai anggota baru Dewan Keamanan PBB merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Di sisi lain, Indonesia dapat memberikan warna terhadap kerja Dewan Keamanan, termasuk dalam menentukan prioritas, pendekatan serta upaya reformasi kerja Dewan Keamanan. Itu mengingat posisi Indonesia sebagai salah satu anggota yang mewakili kawasan Asia dan sekaligus wakil dari negara berkembang dan berpenduduk mayoritas muslim. Statusnya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dapat menjadi peluang bagi Duta Besar Rezlan dan para diplomatnya untuk lebih mudah menyampaikan kepentingan Indonesia ke sesama anggota, terutama mereka yang memiliki hak veto, dalam menyikapi masalah-masalah keamanan dunia yang selama ini menjadi perhatian utama Indonesia, mulai dari perwujudan negara Palestina merdeka hingga penerapan kesepakatan perlucutan senjata Nuklir. Reformasi DK-PBB Namun, yang patut ditunggu adalah seberapa jauh para diplomat Indonesia nanti dapat mengakomodasi kepentingan Indonesia dan negaranegara berkembang di Dewan Keamanan PBB, yang justru lebih penting dari sekadar mengatasi konflik di negara-negara lain, yaitu bagaimana mereformasi Dewan Keamanan. Itu karena Dewan Keamanan PBB sudah sejak lama dikritik hanya milik lima negara anggota tetap dengan mengabaikan peranan 10 anggota tidak tetap saat menghadapi keputusankeputusan penting, yang ironisnya lebih banyak menyangkut menyangkut Negara berkembang. Oleh karena itu, para pemimpin sejumlah negara anggota PBB, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada awal 2005 telah membentuk jaringan informal yang menyerukan agar keanggotaan tetap Dewan Keamanan PBB perlu diperluas, terutama dengan mengikutsertakan satu atau dua negara berkembang. Apalagi dalam lima tahun terakhir, perang melawan terorisme turut menjadi perhatian. Khusus keamanan dewan PBB. Ironisnya, tidak ada satu pun negara muslim atau negara yang memiliki penduduk muslim terbesar memiliki peranan signifikan dalam dewan dunia tersebut. Padahal, sasaran perang melawan terorisme lebih sering terjadi di negara-negara Islam sehingga memunculkan stigma negatif yang berbahaya bahwa perang melawan terorisme tiada bedanya. bedanya dengan perang antar barat dengan islam. Singkat kata, masih ada ironi bahwa merujuk komposisi antara anggota tetap dan tidak tetap keanggotaan Dewan Keamanan PBB belumlah merata dan mewakili aspirasi semua negara. Maka ini menjadi tugas berat bagi Duta Besar Rezlan menghapus ironi tersebut dengan gencar melobi ke sesama anggota demi terwujudnya

reformasi Dewan Keamanan PBB. Bila terwujud, keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB sungguh membawa manfaat strategis tidak hanya bagi Indonesia, namun juga bagi banyak negara yang kepentingannya tidak terwakili di lembaga keamanan dunia tersebut. 4. Kertelibatan Indonesia dalam misi Perdamaian PBB

Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Mesir segera mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946, mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu pengakuan de jure menurut hukum internasional. Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam Pasya, mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad Abdul Munim, untuk pergi ke Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan terutama dari pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu Kota RI waktu itu yaituYogyakarta dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan Bung Hatta pada 15 Maret 1947. Ini pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing. Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir danArab Saudi pada Mei 1956 dan Irak pada April 1960. Pada 1956, ketika Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis, dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I. Kontingen Garuda I atau disebut juga Pasukan Garuda dikirim pada 8 Januari 1957. Kontingen ini terdiri dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT) IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang, dengan komandan kontingen Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo. Konga I ini berkekuatan 559 pasukan dengan masa tugas selama kurang lebih 9 bulan dan kembali ke tanah air tanggal 29 September 1957. Tiga tahun kemudian yaitu tahun 1960 Letnan Kolonel Solochin GP memimpin pasukan Konga II ke Kongo dengan jumlah pasukan sebanyak 1.074 orang yang bertugas dari September 1960 sampai mei 1961. Kemudian setelah itu Indonesia terus mengirimkan

pasukan dalam misi PBB dan sampai saat ini sudah sampai pada Kontingen Garuda ke XXIII ke Libanon. Selain Kontingen Garuda yang berupa pasukan bersenjata, Indonesia juga aktif mengirimkan personil tidak bersenjata yaitu terdiri dari anggota TNI yang bertugas sebagai pengamat militer atau Military Observer dan juga polisi yang bertugas sebagai Civilian Police/Police Adviser. Dengan pisahnya POLRI dari ABRI tahun 1999 Indonesia tidak pernah lagi mengirimkan personil polisi ke misi misi PBB. Indonesia terakhir kali mengirimkan personil kepolisian ke misi penjaga perdamaian PBB adalah pada tahun 1999. Saat itu sebanyak 20 personil polisi tercatat sebagai anggota Kontingen Garuda XIV tahun 1998-1999 bersama 219 personil militer Indonesia. Kontingen Garuda XIV tersebut bergabung dengan misi penjaga perdamaian PBB di Bosnia Herzegovina. Setelah lama absen dalam misi-misi PBB akhirnya pada tahun 2007 Indonesia berhasil menempatkan personil Kepolisian RI untuk bergabung dengan Misi Penjaga Perdamaian PBB di Sudan atau UNMIS/United Nation Mission in Sudan. Personil itu adalah AKBP Ir. Ari Laksamana Wijaya dari Mabes Polri yang bergabung dengan UNMIS pada 5 Juli 2007 yang diikuti oleh 5 personil Polisi lainnya dan beberapa waktu lalu ada 15 orang lagi yang menyusul. Selain di UMIS saat ini Indonesia juga telah mengirimkan 3 Personil POLRI ke misi UNAMID di Darfur dengan komandan kontingen AKBP Krishna Murti, Sik, Msi dan satu batalyon FPU atau Formed Police Unit yang terdiri dari 140 personil lengkap dengan peralatan dan persenjataan dengan komadan FPU AKBP Joni Asadoma, Sik, SH, M.Hum yang bertugas di El-Fashir yaitu wilayah Darfur utara.

DAFTAR BACAAN

Anonymous. 2009. Awal Mula Berdirinya PBB. awalmula.com. http://awalmula.com/awalmula-sejarah-berdirinya-pbb.html Anonymous. 2012. Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. http://id.wikipedia.org/ wiki/Perhimpunan_Bangsa bangsa_Asia_Tenggara#Prinsip_Utama_ASEAN Anonymous. 2012. Sejarah Berdirinya ASEAN. iwak-pithik.blogspot.com. http://iwak-pithik. blogspot.com/2012/01/sejarah-berdirinya-asean.html Cipto, Bambang. 2006. Hubungan Internasional Asia Tenggara. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ferida Khairisina. 2012. Menlu Sebut Peran Penting Indonesia di ASEAN. Okezone.com. http://international.okezone.com/read/2012/01/04/411/551359/menlu-sebut-peranpenting-indonesia-di-asean Liu Hindra, Margianto Heru. 2011. Peran Indonesia Perkuat Asean. Kompas.com. http:// internasional.kompas.com/read/2011/08/16/13463365/Peran.Indonesia.Perkuat.ASE AN Nugraha Fajar. 2011. Peran Positif Indonesia di ASEAN. Okezone.com. http://news. okezone.com/read/2011/12/30/349/549610/peran-positif-indonesia-di-asean Nadya. 2010. Peran Dan Keterlibatan Indonesia Dalam PBB. Saiyanadia.wordpress.com. http://saiyanadia.wordpress.com/2010/11/20/peran-dan-keterlibatan-indonesiadalam-pbb/

Anda mungkin juga menyukai