Anda di halaman 1dari 29

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EMPOWERING ODHA SEHAT SEBAGAI ASISTEN PERAWAT LUAR BIASA; ALTERNATIF PELAYANAN PRIMA DALAM MENEPIS DISKRIMINASI PADA PASIEN HIV/AIDS

BIDANG KEGIATAN: PKM GT

Disusun oleh: Iddo Adam Bagaskoro A. G2B 009 005 (Angkatan 2009) Febri Yudha Utama Siwi Sri Widhowati G2B 009 024 (Angkatan 2009) G2B 006 057 (Angkatan 2006)

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul: Empowering ODHA Sehat Sebagai Asisten Perawat Luar Biasa;

Alternatif Pelayanan Prima dalam Menepis Diskriminasi pada Pasien HIV/AIDS 2. Bidang Kegiatan 3. Penulis Utama a. Nama Mahasiswa b. Nomor Induk Mahasiswa c. Fakultas/Jurusan d. Universitas e. Alamat Rumah/No Telp. : Iddo Adam Bagaskoro Aji : G2B009005 : Kedokteran/Ilmu Keperawatan : Diponegoro : Jln. Kyai Santri no. 153 RT/RW: 18/02, Manggungmangu, Plantungan, Kendal/ 08985563259 f. Alamat Email 4. Anggota Pelaksana Kegiatan 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Anggorowati S.Kp., M.Kep., Sp.Mat b. NIP : 19770830 200112 2 001 c. Alamat Rumah : Villa Mulawarman No. 34 Kel. Jabungan Kec. Banyumanik/ 081 805 889 295 Semarang, Menyetujui, a.n. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekretaris non Akademik (Anggorowati, S.Kep. M.Kep. Sp.Mat) NIP. 19770830 200112 2 001 Pembantu Rektor III Universitas Diponegoro Ketua Pelaksana Kegiatan : laskar_pattimura@yahoo.co.id : 2 orang : ( ) PKM-AI ( )PKM-GT

(Iddo Adam B.A.) NIM.G2B 009 005 Dosen Pendamping

(Sukinta S.H,M.Hum) NIP.19600528 198803 1 001

(Anggorowati, S.Kep. M.Kep. Sp.Mat) NIP. 19770830 200112 2 001

KATA PENGANTAR

Bismillah, puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan waktu dan sehat bagi penyusun untuk menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat serta salam juga penyusun panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan inspirator utama. Hadits-hadist beliau telah membuka pikiran dalam memunculkan ide-ide baru bagi penyusun. Terselesaikannya penulisan karya tulis ini tidak luput dari bantuan banyak pihak. Untuk itulah penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Sukinta S.H., M.Hum, selaku Pembantu Rektor III Universitas Diponegoro. 2. Meidiana Dwidiyanti S.Kp., M.Sc., Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang sangat besar sekali dorongan beliau kepada mahasiswanya agar berkarya dan menulis. 3. Agus Santoso S.Kp.,M.Kep., dosen pembimbing kami yang senantiasa mendampingi dan memberikan bimbingan pada penyusun dalam menyelesaikan karya tulis ini. 4. Lilik Ari Prasetyo AMD, selaku narasumber dari staff PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia) daerah Jawa Tengah sekaligus perawat di IGD RSUD Ungaran. Terima kasih atas informasi dan pengalaman nyata kasus HIV yang ditunjukkan kepada kami di lapangan. 5. Riyanto AMD, juga narasumber kami dari relawan PKBI Jawa Tengah dan juga sebagai perawat di ruang Cendrawasih RSUD Ungaran. Terima kasih atas informasi yang sangat berharga bagi kami dalam menyelesaikan karya tulis ini. 6. Ny. F, pasien dengan HIV sebagai narasumber yang telah memberikan semangat dan pendorong penyusun untuk memperjuangkan hak pasien mendapatkan pelayanan dan perawatan di rumah sakit. 7. Bapak dan ibu kami yang senantiasa mendukung kami agar terus berkarya lewat doa- doa yang mereka panjatkan.

8. Saudari-saudari penyusun di Wisma Laa Tansa, Shofiya, Salsabila, dan Naylufar yang selalu memberikan kehangatan sebuah keluarga bagi penyusun. 9. Teman-teman mahasiswa PSIK angkatan 2006 (A06) dan angkatan 2008 (A08) yang telah banyak membantu penyusun dalam banyak hal baik di kampus maupun di luar kampus. 10. Teman-teman RESERVOIR (Research Lovers Generation in Nursing) yang telah menularkan semangat riset dan menulis kepada kami. 11. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu. Tiada gading yang tak retak. Demikian pula apa yang terdapat dalam karya tulis ini, sebuah karya yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan karya tulis ini. Akhirnya penyusun berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Apabila dalam karya tulis ini terdapat kekurangan ataupun kesalahan, penyusun mohon maaf. Terima kasih.

Semarang, 18 Maret 2010

Penyusun

EMPOWERING ODHA SEHAT SEBAGAI ASISTEN PERAWAT LUAR BIASA; ALTERNATIF PELAYANAN PRIMA DALAM MENEPIS DISKRIMINASI PADA PASIEN HIV/AIDS Iddo Adam Bagaskoro A.; Febri Yudha Utama; Siwi Sri Widhowati Universitas Diponegoro

Ringkasan

HIV adalah epidemi yang mengancam kesehatan dan kehidupan generasi penerus bangsa yang secara langsung membahayakan perkembangan sosial, ekonomi serta keamanan negara. Upaya penanggulangannya harus diangggap sebagai masalah yang penting dengan tingkat urgensi yang tinggi. Kenyataannya saat ini perawatan bagi ODHA masih kurang baik dan tidak memenuhi syarat di beberapa tempat, pasien masih mendapatkan diskrimiasi dalam pelayanan di rumah sakit. Permasalahan dapat diatasi dengan menempatkan asisten perawat yang benarbenar memahami kondisi fisik dan psikologis pasien HIV/ODHA. Tujuan penulisan karya tulis ini secara umum adalah untuk mengetahui strategi empowering ODHA sebagai asisten keperawatan dan untuk mengetahui cara meningkatkan dukungan berbagai pihak dalam upaya penerapannya. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan telaah hasil kajian kepustakaan (library research) dan wawancara mendalam. Hasil kajian menunjukkan bahwa empowering ODHA sehat sebagai asisten perawat luar biasa perlu diterapkan di rumah sakit untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi pasien ODHA dan untuk menepis diskriminasi pada ODHA yang biasa sering terjadi. ODHA mengalami fase asimptomatik yang rata-rata berlangsung selama 7 tahun. Pada fase ini ODHA dapat berkarya produktif sebagai asisten perawat melalui upaya empowering agar senantiasa sehat dan memiliki kemampuan klinis sebagai asisten perawat. program ini dapat dilaksanakan dengan strategi: berupa penguatan advokasi dan penggalangan kerjasama berbagai pihak, dari pemerintah sampai pada elemen masyarakatnya. Melalui program ini maka diharapkan kemampuan ekonomi dan posisi tawar ODHA di masyarakat dapat meningkat serta layanan kesehatan yang diterima oleh pasien dengan HIV/AIDS dapat meningkat. Kata kunci: empowering, Orang Dengan HIV AIDS, asisten perawat, diskriminasi,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii RINGKASAN .................................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi PENDAHULUAN.............................................................................................. 1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2 Tujuan Umum ......................................................................................... 2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 2 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2 Bagi Pemerintah ...................................................................................... 2 Bagi Masyarakat ..................................................................................... 3 TELAAH PUSTAKA ........................................................................................ 3 HIV dan AIDS......................................................................................... 3 Asisten Perawat ....................................................................................... 3 METODE PENULISAN ................................................................................... 4 ANALISIS DAN SINTESIS ............................................................................. 5 Urgensi Peningkatan Pelayanan Keperawatan bagi Pasien ODHA ......... 5 Peluang Pemberdayaan ODHA sebagai Asisten Perawat ........................ 5 Kriteria ODHA sSehata sebagai Asisten Perawat .................................... 7 Gambaran Kinerja Asisten Perawat Luar Biasa ....................................... 7 Gambaran Training bagi Asisten Perawat Luar Biasa ............................. 7 Tujuan Pemberdayaan ODHA sebagai Asisten Perawat ......................... 8 Strategi Penerapan Program Pemberdayaan ODHA ................................ 8 Pendanaan ................................................................................................ 9 PENUTUP .......................................................................................................... 9 Kesimpulan .............................................................................................. 9 Saran......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11 LAMPIRAN ....................................................................................................... 13 Lampiran 1. (Sistem klasifikasi untuk infeksi HIV) ....................................... 13 Lampiran 2. (Daftar Riwayat Hidup Penulis) ................................................... 15

EMPOWERING ODHA SEHAT SEBAGAI ASISTEN PERAWAT LUAR BIASA; ALTERNATIF PELAYANAN PRIMA DALAM MENEPIS DISKRIMINASI PADA PASIEN HIV/AIDS

PENDAHULUAN Latar Belakang HIV adalah epidemi yang mengancam kesehatan dan kehidupan generasi penerus bangsa yang secara langsung membahayakan perkembangan sosial ekonomi, serta keamanan negara1. Jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh kabupaten/kota di Indonesia pada 2010 diperkirakan mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang2. Data dari Dirjen P2PL Departemen Kesehatan (2009) menyebutkan bahwa 49,57 % penderita HIV berada di usia 20 sampai 30 tahun, dan 29,84% menginfeksi penderita di usia 30 sampai 39 tahun 2. Mayoritas penderita HIV/AIDS adalah mereka yang berada pada kelompok umur produktif dan berpendidikan cukup tinggi1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS harus diangggap sebagai masalah yang penting dengan tingkat urgensi yang tinggi dan merupakan program jangka panjang yang membutuhkan koordinasi multipihak, serta mobilisasi sumber daya yang intensif dari seluruh lapisan masyarakat untuk mempercepat dan memperluas cakupan. ODHA juga memerlukan dukungan manajemen kasus dan dukungan psikologis serta sosio-ekonomi dari kelompok sesama ODHA dan masyarakat agar dapat mempertahankan kualitas hidupnya 3. Kenyataannya saat ini perawatan bagi ODHA masih kurang baik dan tidak memenuhi syarat di beberapa tempat 4. Sebuah riset yang dilakukan Yayasan Spiritia menunjukkan perlakuan diskriminatif masih saja melanda para penyandang HIV/AIDS 5, adanya pelayanan diskriminatif di pusat pusat layanan kesehatan, pelanggaran terhadap prosedur standar (SOP) dan Universal Precautions oleh petugas kesehatan, keterbatasan informasi, pengetahuan dan keterampilan dari para petugas kesehatan, ketakutan untuk tertular serta ketidaksinambungan perawatan yang diberikan 2. Selain masalah ekonomi, pihak rumah sakit sering menelantarkan pasien AIDS karena takut merawatnya 6. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Banten menerima laporan penelantaran pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah di salah satu kotanya. Pada tahun lalu KPA Banten menerima tiga pengaduan penelantaran. Dua pasien di antaranya ditelantarkan hingga meninggal 7. Salah satu Rumah Sakit Umum (RSU) terkemuka di kota tersebut dilaporkan membuang seorang penderita HIV AIDS karena tidak memiliki uang 8.

Wawancara penulis kepada seorang penderita AIDS di salah satu rumah sakit di kabupaten Semarang pada tahun 2008 menyebutkan bahwa pasien ini juga merasakan adanya diskriminasi pelayanan di rumah sakit. Pasien merasa tidak dilayani dengan optimal oleh tenaga medis dan merasa diabaikan selama berada di ruang Instalasi Gawat Darurat. pasien juga merasa terasing dan sendiri dengan ditempatkan di ruang isolasi tanpa ada keluarga yang peduli menemani. Bukan hanya rumah sakit yang belum siap menerima pasien ODHA, bahkan sejumlah tenaga dokter spesialis pun masih kurang peduli dan enggan melayani pasien yang terinfeksi virus mematikan tersebut 9. Tenaga medis dinilai masih bersikap diskriminatif terhadap pengidap HIV/AIDS. Berdasarkan survei Yayasan Spiritia, 30% dari sekitar 200 pengidap HIV/AIDS di Indonesia, mengalami penolakan dari tenaga medis untuk pelayanan kesehatan 10. Permasalahan mengenai diskriminasi perawatan pada pasien HIV/AIDS ini memerlukan suatu solusi yang solutif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pasien ODHA yang dirawat di rumah sakit. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkan perawat yang benar-benar memahami kondisi fisik dan psikologis pasien HIV/ODHA. Posisi perawat ini dapat digantikan oleh asisten perawat yang merupakan penderita HIV/AIDS juga. Orang yang dapat mengerti dan memahami bagaimana perasaan dan kebutuhan ODHA adalah orang yang sama dengan ODHA tersebut, yaitu orang yang sama-sama terinfeksi HIV11. Keuntungan psikologis dari hal ini adalah pasien akan merasa lebih nyaman dirawat oleh orang yang senasib dan asisten perawat dari ODHA akan merasa dirinya berguna bagi orang lain. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mengetahui strategi empowering ODHA sebagai asisten perawat dan untuk mengetahui cara meningkatkan dukungan berbagai pihak dalam upaya penerapannya. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi area keperawatan yang membutuhkan bantuan asisten perawat guna meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien ODHA yang sedang dirawat di rumah sakit. 2. Mengidentifikasi kriteria ODHA yang dapat diberdayakan sebagai asisten perawat. 3. Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama guna mendukung keberhasilan penerapan ODHA sebagai asisten perawat. Manfaat Penulisan Bagi Pemerintah (Departemen kesehatan dan komisi penanggulanagan AIDS baik pusat maupun daerah) Karya tulis ini dapat memberikan gambaran pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat di rumah sakit yang merupakan solusi peningkatan layanan kesehatan yang selama ini dianggap belum maksimal bagi penderita HIV/AIDS yang dirawat di rumah sakit.

Bagi masyarakat ODHA yang berpartisipasi sebagai asisten perawat dapat menyalurkan kemampuannya untuk menolong sesama ODHA lainnya yang sedang sakit di rumah sakit. Pasien ODHA yang dirawat di rumah sakit dapat menerima pelayanan kesehatan yang total dari segi fisik dan psikologisnya. Masyarakat diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pelaksanaan upaya pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat.

TELAAH PUSTAKA HIV AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala penyakit yang datang14. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penyakit dimana sistem imun pasien yang terinfeksi secara perlahan dirusak, dan menimbulkan kerentanan terhadap berbagai infeksi oportunistik dan kondisi keganasan yang biasanya tidak patogen atau tidak dijumpai pada individu dengan sistem imun yang normal15. Masa inkubasi adalah masa waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata rata cukup lama rata-rata 7-10 tahun dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun. Penderita tidak menunjukkan gejala gejala sakit. Penyakit ini dapat ditandai oleh demam, rasa letih, sakit pada otot dan sendi, sakit menelan, dan pembesaran kelenjar getah bening 14. Tahap selanjutnya adalah tahap kelanjutan infeksi. Selama masa ini viral load meningkat pelan-pelan, sementara jumlah CD4 terus-menerus merosot. HIV bereplikasi terus dengan puluhan miliar virus dibuat dan dihancurkan setiap hari, kemudian viral load mulai meningkat tajam, sementara jumlah CD4 menurun di bawah 200, yang mendefinisikan AIDS 15. Sistem kekebalan tubuh semakin rusak (ditandai oleh CD4 yang semakin rendah) maka infeksi oportunistik (IO) mulai muncul dan semakin rendah CD4, IO akan menjadi semakin berat dan semakin sulit diobati dan akhirnya viral load menjadi sangat tinggi dan jumlah CD4 dapat menjelang nol 16.

Asisten perawat Asisten perawat adalah asisten layanan kesehatan yang berperan penting dalam perawatan orang sakit atau orang yang tidak mampu merawat diri sendiri. Asisten perawat dilatih untuk membantu asuhan keperawatan pasien di bawah pengawasan RN tau LPN 17. Asisten perawat biasanya berpartisipasi dalam proses keperawatan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan berikut membantu pengkajian

pasien dan perencanan asuhan, membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi dan eliminasi, membantu pasien dengan masalah mobilisasi, membantu pasien dengan masalah higiene perorangan dan penampilan diri, membantu pasien dalam kenyamanan dan mengurangi kecemasan, membantu dalam meningkatkan keamanan pasien dan kebersihan lingkungan, serta membantu dalam pengelolaan dan efisiensi ruangan18. Asisten bekerja langsung dengan pasien, memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional dan memberikan kenyamanan bagi pasien. Asisten perawat memberikan informasi yang diperlukan dalam pengkajian awal perawat dan dalam mengevaluasi keadaan dan kebutuhan pasien. Asisten perawat membantu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dengan memberikan asuhan yang spesifik. Asisten juga mengamati dan melaporkan respon dan kemajuan pasien 19. Asisten perawat menerima penugasan dari ketua tim atau dari perawat kepala, manajer perawat atau manajer unit. Setelah tugas-tugas tersebut diselesaikan, mereka harus melaporkannya kembali ke orang yang sama. Hal ini menggambarkan garis wewenang dan komunikasi tingkat menengah yang dimiliki oleh asisten perawat 17.

METODE PENULISAN Metode penulisan karya tulis ini adalah dengan menggunakan analisa deskriptif terhadap hasil studi, kepustakaan, dan wawancara dengan pihak yang terkait. Penyusun mengumpulkan sumber-sumber data tertulis dari buku-buku, jurnal kesehatan serta dari internet. Data wawancara kami peroleh dari wawancara terhadap staf dan relawan dari PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia) wilayah Jawa Tengah. Kedua narasumber kami ini juga merupakan perawat di Rumah Sakit Daerah Ungaran yang memahami pula bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi ODHA di rumah sakit. Data-data yang kami peroleh secara tertulis kami masukkan dengan faktanya yang terdapat di lapangan. Penyusun melakukan wawancara mendalam dan diskusi dengan Lilik Prasetyo (staff PKBI Jateng) dan Riyanto (sukarelawan PKBI Jateng). Penyusun juga mewawancarai seorang pasien ODHA yang sedang dirawat di rumah sakit, yaitu Ny. F. Pasien ini tidak didampingi oleh keluarganya dan mendapatkan diskriminasi dalam pelayanannya di rumah sakit dan ditempatkan di ruang isolasi. Data-data dan informasi yang penyusun gunakan baik dari data tertulis maupun dari hasil wawancara dapat penyusun pertanggungjawabkan dalam penulisan. Bagian selanjutnya adalah analisa data. Analisa data ini dimaksudkan untuk membahas dan menjabarkan data yang diperoleh, kemudian disimpulkan. Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu suatu analisa untuk menggambarkan atau menerangkan hasil penulisan tentang berbagai gejala atau kasus yang hanya dapat diuraikan dalam kalimat-kalimat logis. Kesimpulan yang ada di bagian akhir dirumuskan secara induktif, yaitu suatu metode perumusan

yang bertolak dari pemikiran tentang hal yang bersifat khusus menjadi hal yang bersifat umum. Saran dan rekomendasi yang diajukan diambil berdasarkan pertimbanganpertimbangan penulis dengan cara mengkaji dan mencermati uraian yang ada.

Urgensi Peningkatan Pelayanan Keperawatan bagi Pasien ODHA Terdapat dua alasan utama mengapa sistem pelayanan kesehatan bagi ODHA perlu ditingkatkan. Alasan pertama adalah meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS. Peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS memerlukan peningkatan jumlah dan mutu layanan perawatan dan pengobatan. Peningkatan dilakukan memberikan dukungan maksimal kepada ODHA11. Alasan kedua perlu ditingkatkannya sistem layanan kesehatan bagi ODHA adalah sistem yang ada saat ini belum mencukupi untuk melayani ODHA secara maksimal. Hal ini dibuktikan oleh adanya diskriminasi pelayanan dan perawatan kesehatan bagi ODHA. Padahal permasalahan yang dihadapi pasien HIV/AIDS merupakan permasalahan yang kompleks. Pasien mempunyai lebih banyak masalah psikososial dari pada penyakit terminal lainnya. Indonesia akan masuk kedalam kelompok negara dengan penularan HIV/AIDS tinggi kalau masalah HIV/AIDS tidak dipahami secara hakiki, menghapuskan stigma dan diskriminasi pada mereka yang hidup dengan HIV/AIDS, serta akses yang lebih mudah kepada obat-obatan untuk memperlambat aktivitas HIV di dalam tubuh. Tanpa itu, HIV/AIDS akan menjadi bencana nasional dan status kesehatan di Indonesia akan mundur seperti tahun 1950 16.

Peluang Pemberdayaan ODHA Sebagai Asisten Perawat Pasien dengan HIV mengalami siklus infeksi dari virus HIV selam bertahuntahun. Penderita HIV yang sedang berada pada fase laten klinik/ fase asimptomatik memiliki peluang untuk dapat produktif dalam hidupnya. Fase ini rata-rata berlangsung selama 7 tahun sebagaimana yang ditunjukkan oleh grafik berikut 20:

Gambar 1. Mekanisme Imunopatogenik HIV Penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan tubuhnya dapat tetap sehat sebagaimana tubuh orang sehat yang tidak terjangkit HIV, maka penderita HIV yang berada pada fase ini dapat bekerja secara produktif. Peluang lain dalam pemberdayaan ODHA adalah adanya perasaan senasib yang dimiliki oleh para ODHA. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh organisasi ODHA menyebutkan bahwa orang yang dapat mengerti dan memahami bagaimana perasaan dan kebutuhan ODHA adalah orang yang sama dengan ODHA tersebut, yaitu orang yang sama-sama terinfeksi HIV 23. Hal ini menjadi nilai lebih dari ODHA bahwa ia dapat membantu penderita HIV lain karena memiliki persamaan psikologis. Ia dapat mengerti kebutuhan psikologis dari penderita HIV, bahkan mungkin dapat melakukan pendekatan psikologis yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Hasil wawancara penyusun terhadap Lilik Prasetyo dan Riyanto dari PKBI dan juga mantan aktivis di LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berkecimpung di dunia HIV, menyebutkan bahwa saat ini sudah banyak pemberdayaan ODHA dalam upaya pencegahan HIV. ODHA banyak yang bergabung dengan LSM untuk memberikan materi pendidikan kesehatan bagi masyarakat tentang HIV. ODHA yang diberdayakan ini juga memberikan dukungan mental bagi ODHA lain yang dirawat di rumah sakit, tetapi tidak secara kontinu. Besarnya peran dan istimewanya kemampuan ODHA ini dapat disalurkan dan didayagunakan sebagai asisten perawat guna meningkatkan layanan kesehatan bagi pasien ODHA. Hal ini diperlukan karena berdasarkan data - data yang telah ada mentyebutkan bahwa pasien ODHA di rumah sakit tidak mendapatkan pelayanan yang optimal. Harapannya ODHA ini dapat memberikan layanan yang istimewa pada mereka ketika sesama ODHA yang merawat mereka.. Hal inilah yang mendasari pemikiran untuk menjadikan ODHA berdaya sebagai asisten perawat luar biasa.

Kriteria ODHA Sehat sebagai Asisten perawat ODHA sehat adalah ODHA yang berada pada fase asimptomatik dan masuk ke dalam kategori klinik A sebagaimana yang tersebut di lampiran. ODHA sehat juga ODHA yang melakukan pengobatan dengan ARV ataupun obat lain yang diindikasikan oleh tenaga medis secara teratur. ODHA yang diberdayakan juga lebih baik tidak terinfeksi HIV dari penggunaan narkoba suntik yang terusmenerus, karena makin lama seseorang menggunakan narkoba suntikan, makin mudah ia terkena pneumonia dan tuberculosis.

Gambaran Kinerja Asisten perawat Luar Biasa Definisi asisten perawat luar biasa dalam program ini adalah asisten perawat dari golongan ODHA yang bekerja untuk membantu perawatan pasien dengan HIV di rumah sakit. Dua hal yang menjadikan asisten ini disebut luar biasa yaitu ia merupakan penderita HIV positif dan ia dilatih khusus hanya untuk membantu perawatan pasien HIV/AIDS di rumah sakit. Perawatan pasien HIV/AIDS hampir sama dengan perawatan pasien bukan HIV. Fokus dari asuhan keperawatan adalah meningkatkan kualitas hidup dan manajemen kumpulan gejala dan tanda yang ada, dibandingkan berfokus pada penyembuhan. Asisten bekerja langsung dengan pasien, memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional dan memberikan kenyamanan bagi pasien. Observasi penting yang dilakukan selama pemberian asuhan dilaporkan kepada perawat dan dicatat pada lembar catatan pasien. Asisten perawat memainkan peran penting dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun untuk pasien. Asisten perawat memberikan informasi yang diperlukan dalam pengkajian awal perawat dan dalam mengevaluasi keadaan dan kebutuhan pasien dengan memperhatikan pasien. Asisten perawat membantu mengimplementasikan rencana tersebut dengan memberikan asuhan yang spesifik, apabila rencana asuhan keperawatan telah disusun. Intervensi keperawatan berdasarkan tanda dan gejala, pendidikan kesehatan, dan dukungan emosional sangat dibutuhkan ketika infeksi oportunistik berkembang. Intervensi keperawatan meliputi memonitor status pernafasan, mendata obat dan oksigen, memposisikan pasien untuk memfasilitasi kemudahan bernafas, manajemen cemas, dukungan terhadap pemenuhan nutrisi, dan membantu pasien untuk converse energi untuk menurunkan kebutuhan oksigen.

Gambaran Training Bagi Asisten perawat Luar Biasa Tanggungjawab dan keterampilan asisten tidak serumit tanggung jawab tanggung jawab dan keterampilan perawat, maka masa pelatihan dasar untuk asisten perawat akan lebih singkat. Hal ini dapat menunjang pelaksanaan program ini. ODHA dilatih dahulu tentang materi-materi yang harus dikuasai untuk menjadi asisten perawat, seperti prosedur keperawatan dasar yang berisi

keterampilan-keterampilan pemenuhan kebutuhan dasar bagi pasien, materi penguatan mental, prosedur perawatan pasien HIV dan penekanan pada prosedur perlindungan diri dalam melayani dan merawat pasien HIV. Pelatihan kepada ODHA ini harapannya tidak sampai lebih dari setengah tahun (6 bulan) karena masa-masa sehat ODHA adalah ketika ia berada di fase asimptomatik atau fase inkubasi.

Tujuan Pemberdayaan ODHA sebagai Asisten perawat Tujuan dari pemberdayaan ODHA adalah meningkatkan kemampuan ODHA, meningkatkan kemampuan posisi tawar ODHA di masyarakat, dan meningkatkan kemampuan ekonomi ODHA. Setiap ODHA menginginkan perlakuan yang tidak berbeda, diberdayakan, dijamin status HIVnya, merasakan rasa persahabatan dan empati, tetap aktif bekerja jika masih produktif, mendapatkan dukungan dan bantuan dari lingkungan sekitar, mendapat dukungan perawatan ketika sakit, serta mendapat dukungan dan kerjasama dari pasangannya. Tujuan lain dari pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat adalah untuk meningkatkan layanan kesehatan yang diterima oleh pasien dengan HIV atau AIDS. Asisten perawat ini juga dapat memberikan motivasi untuk sembuh dan hidup berguna seperti ODHA yang dapat bekerja sebagai asisten perawat ini. Berpartisipasinya ODHA dalam perawatan klien di rumah sakit ini juga akan memberikan gambaran kepada perawat dan petugas kesehatan lainnya bahwa pelayanan yang mereka berikan harus adil terhadap pasien dengan HIV/AIDS tanpa diskriminasi.

Strategi Penerapan Program Pemberdayaan ODHA Sebagai Asisten perawat Masalah HIV/ AIDS adalah masalah bersama sehingga upaya penanganannya juga harus melibatkan banyak pihak. Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah bersama-sama dibantu oleh mitra internasional. Pihak pemerintah meliputi departemen, kementerian, lembaga non-departemen dan dinas-dinas daerah serta TNI dan POLRI. Masyarakat yang bisa terlibat dalam penanganan HIV/ AIDS meliputi LSM, swasta dan dunia usaha, civil societ lainnya dan masyarakat umum serta KPA di semua tingkat berfungsi sebagai koordinator. Strategi penerapan program pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat adalah dengan menggalang kerjasama antar pihak. Pemerintah, dalam hal ini departemen kesehatan harus ikut serta mewujudkan pelaksanaan program ini, memberikan dukungan baik pikiran, tenaga maupun materi, secara lisan, tertulis (berupa peraturan atau sebuah undang-undang khusus bagi pelaksanaan program ini), serta bantuan finansial sebagaimana yang telah dianggarkan dalam anggaran dasar. Pihak lainnya juga harus berkontribusi, LSM-LSM yang lebih dahulu memberdayakan ODHA membantu menyalurkan ODHA terlatih untuk ditraining

menjadi asisten perawat, memberikan motivasi kepada para ODHA tersebut dan membentuk support groups dari sesama ODHA dan orangorang yang tertarik masuk ke dalamnya. Riyanto, AMD, mantan anggota LSM bidang HIV/ AIDS mengatakan bahwa selama ini belum terdapat kerjasama yang baik antara pemerintah dan pihak LSM. Hubungan yang ada selama ini hanya sebatas koordinasi saja dan belum ada satu langkah bersama, padahal dua pihak ini merupakan pihak yang banyak mengambil peran dalam penanganan HIV. Jadi menurut penyusun langkah strategi ke depan adalah dengan penguatan kerjasama antar pihak.

Pendanaan Dana untuk melaksanakan STRANAS (Strategi Nasional) berdasarkan Perpres No. 75 tahun 2006 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumbersumber lain. Sumber lain yang dimaksud mencakup dana dari swasta, masyarakat dan bantuan internasional 16. Menurut Deputi Program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Fonny J Silfanus KPA Nasional menyiapkan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) serta bantuan luar negeri untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 20 tahun 2007 tentang penanggulangan AIDS di daerah dan pemberdayaan masyarakat 21.

PENUTUP Kesimpulan 1. Pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat merupakan suatu alternatif baru dalam pelayanan dan perawatan ODHA dirumah sakit. ODHA yang berperan sebagai asisten keperawtan dapat membantu asuhan keperawatan dan berpartisipasi dalam area keperawatan dengan membantu pengkajian pasien dan perencanan asuhan, membantu pasien memenuhi kabutuhan nutrisi dan eliminasi, membantu pasien dengan masalah mobilitasi, membantu pasien dengan masalah higiene perorangan dan penampilan diri, membantu pasien dalam kenyamanan dan mengurangi kecemasan; membantu dalam meningkatkan keamanan pasien dan membantu dalam pengelolaan efisiensi ruangan serta kebersihan lingkungan. ODHA yang dapat dijadikan asisten perawat adalah ODHA yang berada pada masa inkubasi dari HIV yang dideritanya dan tidak tenfeksi HIV akibat penggunaan narkoba suntik secara terus-menerus.

2.

3.

Pelaksanaan program ini membutuhkan kerjasama berbagai pihak yaitu pemerintah meliputi departemen, kementerian, lembaga nondepartemen dan dinas-dinas daerah serta TNI dan POLRI; masyarakat meliputi LSM, swasta dan dunia usaha, civil society lainnya dan masyarakat umum. Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah bersama-sama dibantu oleh mitra internasional.. KPA di semua tingkat berfungsi sebagai koordinator. Strategi berupa penguatan advokasi berbgai pihak terkait dan penggalangan kerjasama antar berbagai pihak ini.

Saran Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan perawatan bagi asien HIV/AIDS di rumah sakit membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan istimewa dalam merasakan apa yang dirasakan oleh pasien tersebut. Pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat merupakan suatu cara untuk mencapai hal tersebut. Penerapannya membutuhkan strategi-strategi pelaksanaan dan pencapaian. Berikut ini adalah saran untuk mencapai strategi tersebut: 1. Perlu diadakannya suatu forum atau pertemuan antar pihak yaitu pihak pemerintah, dalam hal ini departemen kesehatan dengan LSM- LSM yang membantu dalam menyalurkan ODHA untuk mendapatkan training asisten perawat. Pihak- pihak tersebut harus bekerja sama dalam pencapaian program ini, sehingga didalamnya dapat dibahas strategi lanjutan dan kesepakatan-kesepakatan bersama yang mengarah pada pencapaian tujuan dari program pemberdayaan ODHA sebagai asisten perawat. ODHA yang ditraining menjadi asisten perawat harus mempunyai indikator bahwa ODHA tersebut sedang dalam masa inkubasi atau fase asimptomatik dan ODHA tidak terinfeksi HIV dari penggunaan narkoba suntik yang terus- menerus. Perlu diadakan kerjasama (MOU) antara pihak rumah sakit dengan pihak lain, antara lain pemerintah dan lembaga pelatihan (training) berkaitan dengan penyaluran ODHA yang sudah ditraining menjadi asisten perawat. Perlu dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk ODHA yang bekerja sebagai asisten perawat karena asisten yang berasal dari ODHA ini membutuhkan pedoman yang berbeda dengan pedoman asisten perawat pada umumnya.

2.

3.

4.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2008. HIV/AIDS Masalah Mendesak. Diakses pada http://hariansib.com/2008/12/02/hiv-aids-masalah-mendesak/. tanggal 16 maret 2009 pukul 11.45 WIB 2. Anonim. 2009. Penderita HIV/AIDS Tahun 2010 Capai 130.000 Orang. http://www.antaranews.com/berita/1258288316/penderita-hiv-aids-tahun-2010capai-130000-orang. diakses pada tanggal 18 Maret 2010 pukul 07:49 3. Naibaho, Yuni. 2009. Tenaga Dokter Masih Enggan Tangani Pasien HIV/AIDS. http://www.antarasumut.com/berita-sumut/kesehatan/dokter-masihenggan-layani-pasien-hivaids/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2009 pukul 08.07 WIB. 4. Irwanto dan Laurike Moeliono. 2008. ODHA dan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS. 5. Anonim. Mereka bukan sekedar statistik. Majalah Tempo edisi 18 November 2002. Dikutip dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2002/11/18/KSH/mbm.20021118. KSH82564.id.html 6. Busza, Joanna. 1999. Literature review: Challenging HIV-Related Stigma and Discrimination in Southeast Asia: past Successes and Future priorities. New York: The Office of health and nutrition, Global Bureau U.S. 7. Hambali, Ginanjar. 2009. RSUD Cilegon Telantarkan Pasien HIV/AIDS http://www.vhrmedia.com/RSUD-Cilegon-Telantarkan-Pasien-HIV-AIDS-berita465.html 8. Anonim. Pasien HIV AIDS Rudi Hartono Sitohang Dibuang di Depan Rumah Warga di Mandala. Harian Sinar Indonesia Baru edisi http://hariansib.com/2008/10/24/pasien-hiv-aids-rudi-hartono-sitohangdibuang-di-depan-rumah-warga-di-mandala/ 9. Anonim. 2007. Paramedis Takut Tertular HIV/AIDS. Sri Wijaya Post. Sabtu, 9 April 2007 10. Theo dan Lance Sherriff . 2006. HATIP 129: Memperhatikan perawat dalam menghadapi HIV dan TB: peninjauan secara klinis http://spiritia.or.id .Akses 19 Maret 2009 Pukul 08.45 WIB. benar 11. Komisi Penanggulangan AIDS nasional. 2007. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia 2007-2010. Jakarta: 2007. 12. Anonim. 2007. Prosedur Tetap Penanganan Penderita Flu Burung DI RSPI-Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta http://www.infeksi.com Akses 19 Maret 2009 pukul 08.00. 13. Anonim. 2008. Orang Dengan HIV/ AIDS. http://gessang.org/index.php?option=com_content&task=view&id=66&Itemi d=102. Diakses pada tanggal 12 Maret pukul 19.56 WIB. 14. Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddarth. Alih Bahasa Indonesia: Agung Waluyo. Editor bahasa Indonesia: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta: EGC. 15. Christensen, Barbara Lauritsen dan Elaine Oden Kockrow. 1999. Adult Health Nursing. Missouri: Mosby, Inc. 16. Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Cetakan kedua. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.

17. Hegner, Barbara R dan Esther Caldwell. 2003. Asisten perawat: Suatu Pendekatan Proses keperawatan. Alih bahasa: Jane F Budhi, Allenidekania, Editor bahasa Indonesia: Sari Kurnianingsih, endah Prakaryaningsih. Jakarta: EGC. 18. Anonim. 2005. Tugas dari the Nursing Assistant. http://antiquerra.com/id/2009/01/02/the-duties-of-a-nursing-assistant/. Diakses pada tanggal 13 Maret pukul 20.02 WIB. 19. Anonim. 2007. Avanza Education: Nurse Assistant and HIV/AIDS. http://www.avanzaedu.org/hiv-aids.asp. diakses pada tanggal 13 Maret 2009 pukul 20.34WIB. 20. American College of Physicians. 2004. Immunopathogenic Mechanisms of HIV. http://www.annals.org/content/124/7/654/F1.expansion

Lampiran 1 Sistem klasifikasi untuk infeksi HIV14 Kategori sel T CD4 Kategori Klinik A HIV (primer) atau PGL Asimtomatik, akut A1 (1) > 500/ l A2 (2) 200-499/ l A3 (3) < 200/ l Indikator HIVAIDS Jumlah Sel T Kategori Diagnostik

B Simtomatik, bukan kondisi (A) atau (C) B1 B2 B3

C Kondisi yang merupakan indicator AIDS C1 C2 C3

Sejak tanggal 1 Januari 1993 orang-oang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori klinik C) dan orang-orang yang termauk dalam kategori klinik A3 dan B3 dianggap menderita penyakit AIDS Kategori klinik A: Mencakup satu atau lebih keadaan berikut ini pada seorang dewasa atau remaja dengan infeksi HIV yang sudah dipastikan dan tanpa keadaan dalam kategori klinis B serta C: a. Infeksi HIV yang asimtomatik b. Limfadenopati generalisata yang persisten (PGL; Persistent Generalized Lymphadenophaty) c. Infeksi HIV (primer)yang akut dengan keadaan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi HIV yang akut. Kategori Klinis B Contoh-contoh keadaan dalam Kategori Klinis B mencakup (tetapi tidak terbatas pada): a. Angiomatosis baksilaris b. Kandidiasis orofaring (thrush) atau vulvovaginal (persisten, frekuen atau responnya jelek terhadap terapi) c. Displasia servik (yang sedang atau berat/ karsinoma serviks insitu) d. Gejala konstitusional seperti panas (38,50C) atau diare yang lamanya melebihi satu bulan. e. Leukoplakia oral yang berambut f. Herpes Zoster (shingles) yang meliputi sedikitnya dua kejadian yang berbeda atau yang terjadi pada lebih dari satu dermatom saraf g. Idiopatik trombositopenik purpura h. Listeriosis i. Penyakit inflamasi pelvic, khususnya jika disertai komplikasi abses tuboovarii j. Neuropati perifer

Kategori Klinis C Contoh-contoh keadaan pada pasien dewasa dan remaja mencakup: a. Kandidiasis bronkus, trakea atau paru-paru, esophagus b. Kanker serviks yang invasif c. Koksidioidomikosis intestinal yang kronis (dengan durasi lebih dari satu bulan) d. Penyakit sitomegalovirus (yang bukan hati, lien atau kelenjar limfe) e. Retinis sitomegalovirus (dengan gangguan penglihatan) f. Ensefalopati yang berhubungan dengan HIV g. Herpes simpleks: ulkus kronis (dengan durasi lebih satu bulan); atau bronchitis, pneumonitis atau esofagitis h. Histoplasmosis diseminata atau ekstrapulmoner i. Isosporiasis intestinal yang kronis Idengan durasi lebih satu bulan) j. Sarcoma Kaposi k. Limfoma Burkitt (atau istilah yang ekuivalen); imunoblastis (atau istilah yang ekuivalen): limfoma primer pada otak l. Kompleks Mycobacterium-avium atau M. kansasii yang diseminata atau ekstrapulmoner m. Mycobacterium tuberculosis pada setiap lokasi (pulmoner atau ekstrapulmoner) n. Mycobacterium spesies lain atau spesies yang tidak dikenali, diseminata atau ekstrapulmoner o. Pneumonia Pneumocystis carinii p. Pneumonia rekuren q. Luekoensefalopati multifocal progresiva r. Septikemia Salmonella yang rekuren s. Toksoplasmosis otak t. Sindrom pelisutan akibat HIV

Lampiran 2. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

PENULIS UTAMA DATA PRIBADI 1. Nama lengkap 2. Tempat/ tanggal lahir 3. Alamat rumah : Iddo Adam Bagaskoro Aji : Semarang, 17 September 1991 : Jalan Kyai Santri Nomor 153 RT 18 RW 02 Manggungmangu, Plantungan, Kendal 4. Hobi 5. Motto hidup 6. Kepribadian : Membaca, Otak- atik Komputer dan hp : Faksi=Freaksi : Jujur, rajin, tanggung jawab, disiplin, semangat, suka membantu, suka tantangan, berusaha semaksimal mungkin dan hingga akhir, pantang menyerah. 7. No. HP : 0898 556 3259

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL TAHUN 2009-sekarang (2010) JENJANG PENDIDIKAN Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP (semester II) 2006-2009 2003-2006 1996-2003 SMA Negeri 1 Sukorejo SLTP Negeri 1 Plantungan SD Negeri 2 Manggungmangu

RIWAYAT ORGANISASI 2009 Staff Departemen Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Diponegoro Staff Divisi Media Departemen Staff Departemen Human Research Development Kelompok Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Networking Research And Business Universitas Diponegoro

KETERAMPILAN Komputer Bahasa : Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point, Ms. Publisher, Internet, Corel Draw, Photoshop : Bahasa Indonesia, bahasa Jawa (Ngoko dan Krama), bahasa Inggris (partially).

ANGGOTA I DATA PRIBADI Nama lengkap Tempat & tanggal lahir Jenis kelamin Status Tinggi dan berat badan Agama Alamat kos Alamat Rumah Hobi Kepribadian : Febri yudha utama : Liwa, 03 februari 1991 : Laki-laki : Belum menikah : 166 cm dan 49 Kg : Islam : Jl.LPPU II gg segawe no.16 Tembalang : Jl. Sers. Sulaiman no 90 Liwa, Lampung Barat : Menulis, membaca, futsal dan Traveling : Bertanggung jawab, memiliki motivasi tinggi untuk maju, pekerja keras, mudah beradaptasi dengan situasi baru, dapat bekerja dalam tim maupun individu Pendidikan Formal 2009 sekarang 2005-2008 2002-2005 1996-2002 Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Semester II SMA NEGERI 1 LIWA Jurusan IPA SMP N 1 LIWA SD N 1 LIWA

RIWAYAT ORGANISASI 2009 Staff Departemen Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Staff Departemen Kaderisasi Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Ilmu Keperawatan Universitas

Diponegoro

Karya tulis yang pernah ditulis: No Judul 1 Jenis Tahun House of Nursing; Pengembangan Karya Tulis Ilmiah 2010 Enterpreneur Keperawatan Berbasis Kewirausahaan Multy Service System Pemanfaatan Garut (Marantha Karya Tulis Ilmiah Arundinacea L) sebagai sumber makanan Baru Alternatif selain Beras (Orza Sativa) 2008

KETERAMPILAN Komputer Bahasa : Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point, Ms. Publisher, Internet, Corel Draw, Photoshop : Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (partially).

ANGGOTA II DATA PRIBADI Nama lengkap Tempat & tanggal lahir Jenis kelamin Status Tinggi dan berat badan Agama Alamat kos Alamat rumah Hobi Motto hidup Kepribadian : Siwi Sri Widhowati : Kab. Semarang, 24 Januari 1989 : Perempuan : Belum menikah : 155 cm dan 53 Kg : Islam : Wisma Laa Tansa Jln. Timoho Barat III RT 3/RW 3 no 33 Bulusan, Semarang : Dsn. Bungkel ds. Pucung RT 4/ RW 5 Kec. Bancak Kab. Semarang : Traveling, volley, cooking : Today must be better than yesterday : Bertanggung jawab, memiliki motivasi tinggi untuk maju, sanggup bekerja keras, mudah beradaptasi dengan situasi baru, dapat bekerja dalam tim maupun individu

Pendidikan Formal 2006 sekarang 2003-2006 2000-2003 1995-2000 Universitas Diponegoro Mahasiswa Ilmu Keperawatan Semester VIII SMA 3 Salatiga Jurusan IPA SLTP 2 Pabelan SD 1 Pucung

Pendidikan Informal Oktober 2007-Januari 2008 Juli 2008-Agustus 2008 : Kursus Bahasa Inggris LIA Tendean Semarang : Kursus Bahasa Jepang UJC Bulusan Semarang

Riwayat Organsasi TAHUN 2009 ORGANISASI Kelompok Studi Ilmu Keperawatan (KSIK) JABATAN Islam Ketua Divisi Riset Ketua (klub riset) Sekretaris Riset 2008 Badan Mahasiswa 2006-2007 Forum Mahasiswa Keperawatan (FOSIMMIK) UNDIP 2006-2007 Kelompok Studi Islam Staf Perwakilan Ketua Ilmu Silaturrahmi Staf Dept. Mentoring Ilmu Departemen RESERVOIR

Research n Business

Keperawatan (BPM IKA)

keperawatan UNDIP Karya tulis yang pernah ditulis: No Judul 1

(KSIK)

Jenis

Tahun

Relaksasi dan Spiritual Care: Terapi Karya Tulis Ilmiah 2010 Audio dengan Murottal Al Quran Sebagai Gagasan Tertulis Terapi Inovasi Baru dalam Manajemen Perawatan Pasien Amuk di Rumah Sakit Jiwa

Perpaduan Metode Wound Care Modern Karya Tulis Ilmiah 2010 dan Thibbun Nabawi pada Perawatan Gagasan Tertulis Luka dengan Madu Sebagai Bahan Balutan

Efektifitas

Cooking

Therapy

dalam Penelitian

Quasi 2009

Meningkatkan Konsentrasi Anak dengan Eksperimen ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) 4 5 Penggunaan Madu Sebagai Alternatif Studi Literatur Perawatan Luka yang Efektif Perpaduan Pembangunan Dan Konsep Dakwah Karya Tulis Gagasan 2009 Bank Ilmiah Modifikasi 2009

Syariah Berbasis Charity Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Pedesaan 6 7 Alternatif Baru dalam Pelayanan dan Karya Tulis Gagasan 2009 Perawatan ODHA di Rumah Sakit Ilmiah (Studi Gambaran Peran Narapidana Wanita Penelitian Kuantitatif 2008 Sebagai Ibu di LP Wanita Kelas 2A Deskriptif Semarang Fenomenologi)

Anda mungkin juga menyukai