Anda di halaman 1dari 140

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR

MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

LAPORAN MAGANG

OLEH : Yuni Ristiani NIM : 107101001473

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Magang, April 2011

Yuni Ristiani, NIM : 107101001473

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011 xii + 126 halaman, 7 tabel, 9 gambar, 3 bagan, 5 lampiran ABSTRAK

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan produksi tepung terigu, pasta, dan hasil produksi lainnya seperti bran pollard dan makanan ternak. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan penggasan (fumigasi). Kegiatan magang ini dilakukan di department security dan safety PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dan dilakukan selama 26 hari kerja dimulai pada tanggal 1 Februari28 Februari 2011. Penulis melakukan pengamatan di bagian pest control dengan cara pengumpulan data sekunder, wawancara, dan observasi lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan fogging dan spraying serta fumigasi. Potensi bahaya yang ada adalah bahaya kebakaran atau ledakan, terpapar bahan kimia, menghirup bahan kimia saat pencampuran, terpapar asap fogging dan cairan spraying, kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi, tertimpa benda jatuh, terpapar gas fumigan, terjebak, mata terkena cairan spraying, badan terpapar asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu dengan pengendalian secara engineering yaitu pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara administratif dengan penerapan shift kerja, rotasi kerja, training dan safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian APD. Jenis APD yang disediakan antara lain half-face respirator, full-face respirator, baju pelindung, sarung tangan karet, earplug, safety shoes, safety belt/body harness,dan topi pelindung dimana jenis APD tersebut sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada kecuali untuk topi pelindung dan earplug. Penyimpanan dan pemeliharaan APD dibagi menjadi dua, yaitu oleh

pekerja (kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung) dan oleh perusahaan (half-face respirator dan full-face respirator dan safety belt/body harness). Pelatihan pemakaian APD telah dilakukan tetapi belum secara rutin. Pengawasan pemakaian APD dilakukan dengan cara observasi. Adapun saran yang diberikan adalah pengawasan terhadap pemakaian APD terus dilakukan, melakukan pengawasan terhadap kelengkapan APD, mempertimbangkan kualitas APD dalam penyediaannya, memberikan sanksi dan reward bagi pekerja, melakukan pembinaan dan pelatihan secara berkala, dan melakukan pengawasan terhadap proses pekerjaan dan pekerja.

Daftar bacaan : 20 (1970-2010)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Magang

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 10 Mei 2011 Mengetahui

Iting Shofwati, ST, MKKK Pembimbing Fakultas

Diharto, SH Manager Security & Safety Dept.

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Mei 2011

Penguji I,

Raihana Nadra Alkaff, M, MA

Penguji II,

Teten Abdullah, SE

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI Nama Tempat, Tanggal Lahir Alamat : Yuni Ristiani : Jakarta, 09 Juni 1989 : Jl. Sukarela Rt. 002 Rw. 03 No. 28 Peninggilan Ciledug Tangerang Agama Status Telepon/Handphone Email RIWAYAT PENDIDIKAN 1995 1998 1998 2001 2001 2004 2004 2007 2007 sekarang SD Negeri 01 Kebon Jeruk SD Negeri 04 Peninggilan MTs. Jamiyyah Islamiyyah SMA Yadika 5 Joglo S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. : Islam : Belum Menikah : 08561967787 : yuni.ristiani@yahoo.com

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, puji dan syukur saya ucapkan kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan magang yang berjudul Gambaran Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di Bagian Pest Control Divisi Bogasari Flour Mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011 ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini. Penulis laporan magang ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa, semangat, motivasi, bimbingan, dan petunjuk yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Terima Kasih kepada My Lovely Family, kedua orang tua yang telah meberikan perhatian dan kasih sayangnya serta doa yang sangat luar biasa kepada saya, dan adik-adikku tersayang. 2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala program studi kesehatan

masyarakat yang mana senantasa berusaha agar prodi kesmasselalu menjadi yang terbaik. 3. Iting Shofwati, ST,MKKK selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing meskipun disaat cuti melahirkan. Terima kasih atas kesabaran dan waktu yang telah diberikan. 4. Bapak Ghozali yang selalu bersedia mengantar hasil revisi laporan ke rumah Bu Iting.

5. Bapak Diharto, SH selaku manager security and safety department yang selalu membimbing pada saat melakukan magang selama satu bulan. 6. Bapak Muslich Riza, SKM yang juga membimbing penulis selama sebulan di Bogasari. 7. Untuk Pak Wasiran, Pak Tonny, Pak Pemilianto, Pak Agus, Pak Nurrahmat, Pak Eko yang bersedia didampingi oleh penulis setiap hari saat melakukan inspeksi. 8. Pak Teten Abdullah, SE an Ibu Raihana Nadra Alkaff M, MA yang telah bersedia datang menguji saat ujian magang. 9. Pak Joko dan seluruh pekerja di bagian Pest Control yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 10. Siska Yuniati dan Septi Harvita yang selama satu bulan tinggal bersama di kos bersama penulis. 11. Sahabat saya M. Arbi Ramadhan, Tamalia Rahmi F, Siska Yuniati, Pipit Bhayangkari, dan Septi Harvita atas dukungannya dan mudah-mudahankita lulus bareng-bareng dan sukses ya teman-teman, Amin. 12. Untuk Muhammad Iqbal yang selalu memberi dukungan setiap saat. 13. Untuk teman-teman K3 2007 semoga kita bisa wisuda tahun ini ya temanteman. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jakarta, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK..........................................................................................i PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................................iii PERNYATAAN PENGUJI................................................................................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................v KATA PENGANTAR. ...............................................................................vi DAFTAR ISI......................................................................................viii DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR. ...........................................................................................xiv DAFTAR BAGAN..............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................1 1.2 Tujuan .................................................................................5 1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................5 1.2.2 Tujuan Khusus............................................... .............5 1.3 Manfaat Magang....................................................................6 1.4 Ruang Lingkup Magang................................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...........................................................................8 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja kerja................................................8 2.1.1 Definisi...............................................8 2.1.2 Kecelakaan Kerja.................................................................8 2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja...............................................9 2.2 Pestisida....................................................................................10 2.2.1 2.3 Definisi ........................................................10

Pest control...........................................................................11 2.3.1 Definisi Pest control.............................................11 2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest control ..........................12 Bahaya..............................................................12

2.4

2.4.1 Definisi Bahaya............................................................12 2.4.2 Jenis-jenis Bahaya........................................................13 2.4.3 Sumber Bahaya.........................................................15 2.4.4 Pengendalian Bahaya.................................. .........16 2.5 Risiko....................................................................................17 2.5.1 Definisi Risiko..................................... ................................17 2.5.2 Metode Identifikasi Risiko...........................................................18 2.6 Alat Pelindung Diri (APD) ......................................20 2.6.1 Definisi APD.....................................................20 2.6.2 Dasar Hukum Tentang APD............................................ 21 2.6.3 Pertimbangan Pemilihan APD........................... ......23 2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi. 23 2.6.5 Jenis-jenis APD............................................................24 2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya.33 2.7 2.8 2.9 Pemeliharaan APD...............................................38 Penyimpanan APD.......................................................38 Pengawasan APD.....................................................38

2.10 Training atau pelatihan APD...............................................................39 BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG....................................36 3.1 3.2 Alur Kegiatan Magang.....................................................41 Jadwal Kegiatan Magang.............................................................43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................42 4.1 Gambaran PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills........................47 4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills................47 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................50 4.1.3 Fasilitas Pabrik......................................................51 4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift.....................................................52 4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department.... .53 4.1.6 Sistem Manajemen K3 PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills...56 4.1.7 Gambaran Subdepartment Pest control ....57 4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Subdepartment Pest control .58 4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pest control.....................65

4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest control........................................67 4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada bagian pest control ...............67 4.4 Potensi Bahaya pada Bagian Pest control ........................ 69 4.4.1 Fogging dan spraying.....................................................................69 4.4.2 Fumigasi..........................................................81 4.5 Jenis-Jenis APD Yang Digunakan di Bagian Pest Control....91 4.5.1 Topi Pelindung....................................................................91 4.5.2 Kacamata (Safety Goggles) ...................................93 4.5.3 Pelindung Telinga (earplug) ................................................ .95 4.5.4 Pelindung Tangan.......................................................96 4.5.5 Pelindung Pernapasan.............................................98 4.5.6 Sepatu Safety.............................................................100 4.5.7 Pelindung Tubuh...................................................102 4.5.8 Sabuk Keselamatan (Safety Belt) ......103 4.6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya....104 4.7 Pemeliharaan APD di subdepartment pest control...110 4.8 Penyimpanan APD di subdepartment pest control ....115 4.9 Pengawasan APD di subdepartment pest control .........118 4.10Pelatihan pemakaian APD di subdepartment pest control......119 BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......121 5.1 Simpulan .....121 5.2 Saran ......................125 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 2.1 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya 3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills 4.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin 4.2 Shift Kerja 4.3 Bahan-bahan pestisidayang digunakan pada pekerjaan Pest Control 4.4 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011 4.5 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011

Halaman 34 43

52 53 66

70

83

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar

Halaman 93 94 96 98 100 102 103 104 106

4.1 Topi Pelindung 4.2 Goggles 4.3 Earplug 4.4 Sarung Tangan Berbahan Karet 4.5 Half-face respirator, Full-face Respirator, dan catridge 4.6 Safety Shoes 4.7 Baju dan Celana 4.8 Safety Belt 4.9 Safety helmet

DAFTAR BAGAN

3.1 4.1

Alur Kegiatan Magang Struktur Organisasi Safety & Security Department PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

41 56

4.2

Struktur Organisasi Subdepartment Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

58

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan Surat Pernyataan Penerimaan Magang Sertifikat Hasil Magang Material Safety Data Sheet Daftar Pertanyaan Mengenai APD

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan, mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang disebabkan kondisi kerja terhadap pekerja (ILO, 1996). Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kerja yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah sadar betapa penting regulasi dan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini untuk diterapkan. Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah baik itu mulai dari pekerja hingga perusahaan atau pemilik usaha. Regulasi ini sangat penting untuk dilaksanakan dan dipatuhi dalam dunia kerja karena dapat mendatangkan manfaat yang positif untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan mampu meningkatkan probabilitas usia kerja karyawan dari suatu perusahaan menjadi lebih panjang. Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahayabahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian

yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya mencapai lebih Domestik Bruto. Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas, bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan. Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat. Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting. dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk

Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk memberantas hama sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para pekerja yang sering/intensif menggunakan pestisida yang selama pekerjaannya terpapar dengan bahan pestisida. Untuk mencegah maupun mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada sektor pest control, maka perlu diutamakan adanya perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (APD). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau

hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Sehingga angka kecelakaan kerja di tempat kerja berkurang. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan industri yang bergerak di bidang produksi gandum (wheat). Ada tiga jenis gandum yang diproduksi di Bogasari, yaitu Hard Wheat, Soft Wheat, dan Durum Wheat yang mana kemudian gandum-gandum tersebut diproduksi menjadi tepung terigu, pasta, dan bahan pakan terneak (pellet). Untuk menjaga kualitas hasil produksi yang baik dan layak untuk dijual ke pasaran, maka Bogasari juga memiliki bagian pest control yang bekerja untuk mencegah serta membasmi hama-hama yang dapat merusak hasil-hasil produksi tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada subdepartment tersebut antara lain yaitu pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan fumigasi yang mana dalam proses pekerjaannya menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasarnya yang dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya. Dalam proses pelaksanaan pest control terdapat pekerjaan yang memiliki beberapa risiko untuk terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, diantaranya bahaya terpapar bahan kimia, bahaya kejatuhan benda, bahaya terjatuh dari tempat tinggi, kebakaran atau ledakan, area berdebu, dan kebisingan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi risiko bagian pest control divisi bogasari flour mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk tahun 2011.

1.2 Tujuan 1.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi bahaya bagian pest control divisi bogasari flour mills Makmur, Tbk Tahun 2011. 1.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya Gambaran Umum Perusahaan, Unit K3, pest control, dan kegiatannya pada Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 2. Diketahuinya potensi bahaya serta pengendaliannya pada bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 3. Diketahuinya jenis-jenis alat pelindung diri yang digunakan pada bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 4. Diketahuinya kesesuaian jenis alat pelindung diri berdasarkan hasil identifikasi bahaya bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 5. Diketahuinya pemeliharaan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. PT. Indofood Sukses

6. Diketahuinya penyimpanan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 7. Diketahuinya pengawasan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 8. Diketahuinya pelatihan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. 1.3 Manfaat Magang 1.3.1 Bagi Mahasiswa Dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu perusahaan 1.3.2 Bagi Fakultas Dapat memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan mengetahui bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu perusahaan 1.3.3 Bagi Institusi Magang Dapat menjadi bahan masukan dan informasi dalam hal pemakaian APD demi meningkatkan kualitas dan kinerja serta mengurangi risiko terjadinya bahaya.

1.4 Ruang Lingkup Magang Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Cilincing, Tanjung Priuk yang dilaksanakan pada tanggal 1-28 Februari 2011. Kegiatan magang ini sebagai salah satu mata kuliah wajib Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan bobot 3 (tiga) SKS tujuannya agar mahasiswa dapat belajar secara langsung dengan mempelajari dan mengamati bagaimana gambaran pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja dengan cara pengumpulan data secara primer dan sekunder. Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan metode wawancara, dan observasi lapangan. Penulis melakukan pengamatan di subdepartment pest control untuk melihat bagaimana gambaran pemakaian APD pada pekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2.1.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin, proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja. (Sumamur,1981). 2.1.2 Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan

di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaankecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. (Sumamur, 1994) 2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut jenis kecelakaan adalah sebagai berikut: a. b. c. Terjatuh Tertimpa benda jatuh Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh d. e. f. g. h. i. Terjepit oleh benda Gerakan-gerakan melebihi kemampuan Pengaruh suhu tinggi Terkena arus listrik Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut (Organisasi Perburuhan Internasional, 1962).

2.2

Pestisida 2.2.1 Definisi Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yang dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk: a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasilhasil pertanian b. c. Memberantas hama air Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad renik dalam rumah , bangunan dan alat-alat pengangkutan.
d.

Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan menggunakan pada tanah, air dan tanaman.

Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah: a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis

gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.

b.

Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

2.3

Pest Control 2.3.1 Definisi Pest Control Pest control merupakan suatu pekerjaan jasa dalam

pengendalian serangga yang keberadaannya tidak kita kehendaki. Adapun serangga yang dikendalikan terdiri dari 2 macam yaitu: a. Serangga bersayap (flying insect) seperti nyamuk, lalat kecoa, ngengat dan lain-lain. b. Serangga merayap (crawling insect) seperti semut, kutu, laba-laba, kelabang dan lain-lain. Serangga-serangga di atas selain dapat mengganggu

kenyamanan juga dapat menjadi penular penyakit dan membuat hasil pertanian menjadi rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan pekerjaan pest control untuk memberantas dan menanggulangi gangguan

hama/serangga tersebut. Dalam pest control serangga dikendalikan sejak di tempat pembiakan (perindukan), tempat transit atau istirahat, dan di tempat mencari makanannya. Kebersihan dan sanitasi yang yang baik, diperlukan untuk menekan perkembangbiakan. Sedangkan

pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan insektisida untuk

mematikan serangga sasaran. Dosis yang tepat dan rotasi penggunaan insektisida menjamin keberhasilan yang baik dan mencegah terjadinya resistensi atau kekebalan pada serangga 2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest Control Tindakan pengendalian yang biasanya dilakukan oleh pest control adalah penyemprotan (spraying), pengembunan (misting),

pengasapan (fogging), pengumpanan (baiting), pemberian bubuk (dusting), serta penggasan (fumigation). Tindakan pengendalian juga melibatkan penggunaan bahan kimia beracun (pestisida) sehingga hal ini menyebabkan tidak sembarang orang dapat melakukan kegiatan pest control . Hanya orang terlatih dan terdaftar yang dapat mengaplikasikan pestisida dengan cara dan dosis yang benar pada waktu yang tepat. 2.4 Bahaya 2.4.1 Definisi Bahaya Menurut Sumamur (1981) bahaya adalah jenis sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial yang dapat menyebabkan untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan ditempat kerja atau kontribusi dari hal-hal tersebut.

2.4.2

Jenis-jenis bahaya Menurut Supriyadi (2005), berdasarkan kelompoknya, bahaya dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Health Hazard (Bahaya Kesehatan) Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan, dan penyakit akibat kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain: a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja. b. Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja selama bekerja. c. d. e. Umumnya dalam konsentrasi rendah. Bersifat kronik. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi, dan dosis. Kelompok health hazard antara lain: a. Physical hazard, yaitu bahaya yang berupa energi seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim,

pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan sebagainya.

b.

Chemical hazard, yaitu bahaya yang berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat toksik, beracun iritan, asphxian, dan patologik.

c.

Biological hazard, yaitu bahaya yang berasal dari mikroorganisme khususnya yang patogen (dapat

menimbulkan kesehatan). d. Ergonomi, yaitu bahaya yaang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian antara desain kerja dengan pekerja. 2. Safety Hazard ( Bahaya Keselamatan) Bahaya keselamatan atau safety hazard merupakan bahaya yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja. Ciri-ciri safety hazard antara lain: a. Berpotensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan pada proses, dan kerusakan alat. b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak. c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat. Kelompok safety hazard antara lain:

a. Mechanical hazard, yaitu bahaya yang terdapat pada bendabenda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak seperti tertusuk, tergores, tersayat, dan terbentur. b. Chemical hazard, yaitu bahaya dari bahan kimia dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif. c. Electrical hazard, yaitu bahaya yang berasal dari arus listrik. 2.4.3 Sumber Bahaya Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi, 2005): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bahaya fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, dan debu. Bahaya kimia: pelarut, asam, basa, logam berat, dan gas. Bahaya biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, dan virus. Bahaya ergonomi: desain, sikap, cara, dan sistem kerja. Stessor: kejemuan, monoton, dan beban kerja. Peralatan dan mesin produksi. Listrik, kebakaran, dan peledakan. House keeping. Sistem manajemen perusahaan.

10. Manusia: interaksi, perilaku, dan kondisi fisik.

2.4.4 Pengendalian Bahaya Pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu salah satunya dikendalikan dengan hirarki pengendalian: 1. Eliminasi Menghilangkan bahaya dari tempat kerja seperti mengilangkan peralatan kerja atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya 2. Substitusi Bila bahaya tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka dapat dilakukan metode pengendalian bahaya yang lainnya yaitu substitusi, yaitu mengganti sumber yang berbahaya dengan sumber lain yang bahayanya lebih rendah. 3. Engineering control Melakukan isolasi terhadap sumber yang berbahaya tidak kontak dengan pekerja 4. Adminstratif control Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada

interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan housekeeping.

5. Alat Pelindung Diri Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pekerja yang melekat pada tubuh pekerja dengan tujuan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan dari kemungkinan terpajan oleh bahaya yang melebihi batas yang diperbolehkan. Penggunaan APD ini merupakan tahap akhir pengendalian untuk mengurangi bahaya atau risiko pada pekerja. 2.5 Risiko 2.5.1 Definisi Risiko Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Sedangkan menurut Budiono,dkk (2003) risiko didefinisikan sebagai manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Menurut Australian Standard/New Zealand Standard atau AS/ANZ (1999) risiko adalah kemungkinan/peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak pada suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.

2.5.2

Metode Identifikasi Risiko a. Preliminary Hazard Analaysis (PHA) Preliminary hazard analysis (PHA) adalah suatu metode yang dilakukan dalam mengetahui bahaya-bahaya awal pada suatu sistem baru. PHA dilakukan jika tidak ada suatu informasi mengenai sistem tersebut. (Cooling, 1990) b. Hazard and Operability Analysis ( HAZOP) Hazard and Operability Analysis atau yang dikenal sebagai HAZOP adalah standar teknik analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau masalah operabilitasnya khususnya pada industri kimia. Tujuan penggunaan HAZOP adalah untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong ke arah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. c. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis sistem yang berhubungan dengan engineering yang mungkin mengalami kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat

gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat bahaya yang dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan tersebut dicegah atau dikurangi. d. Fault Tree Analysis (FTA) Fault Tree Analysis merupakan metode deduktif untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan bersifat top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang tidak diinginkan atau kerugian yang terjadi kemudian

menganalisa penyebab dari kejadian tersebut yang dideskripsikan dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault tree). e. Check List Check list merupakan metode paling dasar dan sederhana yang berisikan daftar pertanyaan atau hal-hal yang berkaitan dengan kondisi tertentu di tempat kerja. Check list dapat digunakan sejak tahap preliminary design, hasilnya bersifat kualitatif dan dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam melaksanakan identifikasi risiko yang lebih dalam dan spesifik. f. Job Safety Analysis

Job Safety Analysis merupakan metode identifikasi yang sederhana dan relatif mudah dilakukan untuk menidentifikasi risiko, khususnya risiko keselamatan kerja yang dihubungkan dengan pekerjaan individual (individual job tasks) serta

menentukan

tindakan

pengendalian

yang

sesuai

untuk

meminimalisasi risiko tersebut. JSA biasanya digunakan untuk pekerjaan yang telah terdeskripsikan dengan jelas atau untuk pekerjaan yang telah memiliki prosedur kerja namun

membutuhkan pengkajian ulang atau annual update dengan hasil yang bersifat kualitatif, yaitu daftar tahapan pekerjaan beserta risiko dan tindakan pengendalian yang dibutuhkan.

2.6 Alat Pelindung Diri (APD) 2.6.1 Definisi APD Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam

pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika,2005). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

2.6.2

Dasar Hukum tentang APD 1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD. c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD. d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma. 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan

alat

pelindung

diri

yang

diperlukan

dan

gizi

serta

penyelenggaraan makanan ditempat kerja 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. 2.6.3 Pertimbangan pemilihan APD

Faktor-faktor pertimbangan pemakaian APD: 1. Enak dan nyaman dipakai 2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja 3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya 4. Memenuhi syarat estetika

5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD. 6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga terjangkau. (Anizar, 2009). 2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut (Sumamur, 1976): 1. Kepala rambut, topi dari berbagai bahan. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mata Muka Tangan dan jari-jari Kaki Alat pernapasan Telinga Tubuh bahan. : kaca-mata dari berbagai gelas. : perisai muka. : sarung tangan. : sepatu. : respirator/masker khusus. : sumbat telinga, tutup telinga. : pakaian kerja dan berbagai : pengikat rambut, penutup

2.6.5

Jenis-jenis APD 1. Alat pelindung kepala Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahanbahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri). Macam-macam alat pelindung kepala diantaranya adalah: a. Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet) Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. b. Tutup Kepala Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas/dingin c. Hats/cap Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesinmesin berputar

d. Topi Pengaman Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik tinggi. Tanpa perlindungan terhadap tenaga

listrik,biasanya terbuat dari logam 2. Alat pelindung pernapasan Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran dapat menggunakan masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: a. b. c. Bagaimana menggunakan masker secara benar. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari. Lamanya menggunakan alat tersebut.

Alat Pelindung Pernafasan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: 1. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

2. Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap, dan gas.Alat ini dapat dibedakan atas. alat ini dapat dibedakan atas: a. Respirator pemurni udara Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan, alat ini pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu diudara atau tabung kimia yang dapat menyerap gas, uap, dan kabut. b. Respirator penyalur udara Membersihkan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus menerus udara dapat dipompkana dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang tahan tekanantau dari persediaan yang potabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal SCBA (Self contained breating appatus) atau alat pernafasan mandiri digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun. 3. Alat pelindung telinga

a. Sumbat telinga (ear plug)

Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu, sumbat telinga

harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 314 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 dB.

Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas, plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, dibedakan menjadi earplug sekali pakai (disposable earplug) yaitu sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara penggunan yang lain yaitu earplug yang dapat digunakan kembali (non disposable earplug) yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya sumbat telinga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan:

1. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil. 2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas. 3. Tidak membatasi gerak kepala. 4. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff).

5. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kelapa, anting-anting dan rambut.

Kekurangan:

1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan untuk pemasangan yang tepat. 2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga. 3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar dilihat oleh pengawas. 4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat. 5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.

b. Tutup telinga (ear muff)

Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB

dengan frekuensi 100-8000Hz. Kelebihan dan kekurangan dari tutup telinga (earmuff) adalah:

Kelebihan:

1. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda. 2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas. 3. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan). 4. Tidak mudah hilang.

Kekurangan:

1. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas 2. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga 3. Tidak mudah dibawa atau disimpan 4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit. 5. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga

4. Alat pelindung mata dan muka Fungsi dari pelindung mata dan muka adalah melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan

benda- benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Diantaranya adalah: a. Goggles Goggles memberikan perlindungan lebih baik dari pada safety glasses karena goggles terpasang dekat wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut. b. Face shield Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. Banyak face shield yang dapat digunakan bersamaan dengan pemakaian hard hat. Walaupun face shield melindungi wajah, tetapi face shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan pemakaian face shield.

c.

Masker wajah Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau menyengat dan dari debu yang merugikan.

5. Alat pelindung kaki Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, dan tergelincir. Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain. 6. Alat pelindung tangan Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahanbahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan.

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik. 7. Alat pelindung tubuh Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran statik listrik (Sumamur, 1986). Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek (Apron/Coveralls), jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan. 2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya Untuk melihat alat-alat plindung diri menurut keperluannya

(Sumamur, 1996) dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.1 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Faktor Bahaya

Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi

APD Topi logam atau plastik, lapisan pelindung (deckker) dari kain, kulit, logam, dan sebagainya. Topi aluminium atau plastik Topi plastik atau logam Goggles (kacamata yang menutupi seluruh samping mata), kacamata yang sampingnya tertutup Tameng plastik Sarung tangan kulit berlengan panjang Jaket atau jas kulit Pelindung dari kulit, berlapis logam, dan tahan api

Benda berat atau kekerasan Benda sedang tidak terlalu berat Benda-benda besar berterbangan

Kepala, betis, tungkai Kepala Kepala Mata

Muka Jari, tangan, lengan, Tubuh Betis, tungkai, mata kaki

Benda-benda kecil berterbangan

Kepala Mata Tubuh Lengan, tangan, jari Tungkai, kaki

Topi, kap khusus Kacamat Jaket kulit atau zeildoek Sarung tangan, pakaian berlengan panjang Pelindung-pelindung betis, tungkai, dan mata-kaki Goggles, kacamata isis kanan kiri tertutup Penutup muka dari plastik Respirator/maker khusus Topi plastik berlapis asbes Goggles, kacamata Penutup muka dari plastik Sarung tangan asbes berlengan panjang Pelindung dari asbes Sepatu kulit Jaket asbes/kulit Goggles

Debu

Mata Muka Alat pernapasan

Percikan api atau logam

Kepala Mata Muka Jari, tangan, lengan Betis, tungkai Mata kaki, kaki tubuh

Gas, asap, fumes

Mata

Muka Alat pernapasan

Penutup muka khusus Membahayakan jiwa secara langsung: gas masker khusus dengan filter Tidak membahayakan jiwa secara langsung: gas masker bermacam-macam

Tubuh Jari, tangan, lengan

Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang tahan kimiawi Sarung plastik, karet berlengan panjang, dan anggota-anggota badan itu diolesi barier cream Pelindung dari plastik atau akret Sepatu yang londuktif (yang menyalurkan aliran listrik) karena mungkin sekali gas dan sebagainya itu eksplosif Topi plastik/karet Goggles Penutup dari plastik Respirator kusus tahan bahan kimiawi Sarung plastik/keret

Betis, tungkai Mata-kaki, kaki

Cairan da bahan-bahan kimiawi

Kepala Mata Muka Alat pernapasan Jari, tangan, lengan

Tubuh Betis, tungkai Mata-kaki, kaki Panas Kepala Lain-lain logam Kaki Mata Faktor Bahaya Basah dan air Kepala Tangan, lengan, jari Tubuh Tungkai, kaki Terpeleset, jatuh Terpotong, tergosok Kaki Kepala Jari, tangan, lengan Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi

Pakaian plastik/karet Pelindung khusus dari plastik/karet Sepatu karet, plastik atau kayu Topi asbes Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan lain yang tahan panas/api Sepatu dengan zool kayu atau bahan lain tahan panas Goggles dengan lensa tahan sinar infrared APD Topi plastik Sarung tangan plastik, karet berlengan panjang Pakaian khusus Sepatu bot karet Sepatu antislip, kayu (gabus) Topi plastik, logam Sarung tangan kulit, dilapisi logm,

berlengan panjang Tubuh Betis, tungkai Mata-kaki, kaki Dermatitis atau ardang kulit Kepala Muka Jari, tangan, lengan Tubuh Betis, tungkai, mata-kaki, kaki Jaket kulit Celana kulit dengan knie atau engkeldekker Sepatu dilapisi baja zool kayu Topi plastik , karet, pici (kap) kapas atau wol Barrier cream, pelindung plastik Barrier cream, sarung tangan karet, plastik Penutup karet, plastik Sepatu karet, zool kayu, sandal kayu (bakiak) Topi plastik, karet Sarung tangan karet tahan sampai 10.000 volt selama 3 menit Pelindung yang bahannya dari karet Sepatu kayu, percikan api Pici, terutama wanita berambut panjang

Kepala Listrik Jari, tangan, lengan Tubuh, betis, tungkai, mata-kaki, kaki Bahan peledak Mesin-mesin Kaki Kepala

Jari, tangan, lengan Tubuh Sinar silau Mata

Sarung tangan tahan api Jaket dari karet, plastik, zeildoek Goggles, kacamata dengan filter khusus atau lensa Polaroid

Percikan api dan sinar silau pada pengelasan

Mata Muka Tubuh Kaki

Goggles, penutup muka, kacamata dengan filter khusus Penutup muka dengan kacamata filter khusus Jaket tahan api (asbes) atau kulit Sepatu dilapisi baja Topi khusus Goggles, kacamata dengan filter lensa Pelindung muka khusus Topi khusus Goggles dengan filter khusus, dari logam atau plastik Sarung tangan karet, dilapisis timah hitam

Penyinaran sedang

Kepala Mata Muka

Penyinaran kuat

Kepala Mata, muka

Penyinaram radioaktif

Jari, tangan, lengan

Tubuh Gas atau aerosol radioaktif Alat pernapasan Seluruh badan Gaduh suara telinga

Jaket karet atau kulit dilapisi timah hitam Respirator khusus Pakaian khusus Pelindung khusus dimasukkan ke lobang telinga atau penutup lobang telinga

2.7

Pemeliharaan APD Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan: a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung tangan kain/kulit/karet. b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm. c. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.

2.8

Penyimpanan APD Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

2.9

Pengawasan APD Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor

pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertanggung jawab.

47

48

Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja dalam penggunaan APD hendaknya didorong oleh berbagai pihak, misalnya dengan memberikan sangsi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula penilaian yang baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam menggunakan APD. 2.10 Training atau pelatihan APD Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan tenaga kerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yang rusak akan memberikan pengaruh buruk seperti halnya tidak menggunakan APD atau bahkan lebih berbahaya. Tenaga kerja akan berpikir telah terlindungi, padahal sesungguhnya tidak. Kebiasaan memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi suatu kegiatan otomatis atau tanpa paksaan (Budiono, dkk, 2003) Training atau pelatihan meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa (Santoso, 2004), yaitu: 1. Masalah personil dengan APD, pengenalan APD, penggunaan yang benar dan batasan seleksi bentuk: IN-HOUSE TRAINING. 2. Tanggung jawab pemeliharaan APD, pemakaian, pemeliharaan, kebersihan.

49

3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu memakai APD. 4. Anggota safety comitte (P2K3), supervisor. Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh (Ridley, 2008): 1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi. 2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil. 3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar. 4. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokan.

50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran PT. Indofood Sukses Makmur (ISM) Tbk Divisi Bogasari Flour Mills 4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam satu lokasi. Sejarah awal Bogasari bermula pada tanggal 19 Mei 1969, saat Empat Sekawan yaitu Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Rasjid, mendirikan Bogasari di tengah kesulitan perekonomian Indonesia saat itu. Keempat

pengusaha tersebut terpanggil untuk menjawab permasalahan pangan yang muncul di Indonesia. Secara noktarial, PT. Bogasari Flour Mills dibentuk pada 7 Agustus 1970. Sejarah Bogasari dimulai pada tanggal 29 November 1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setahun kemudian, seiring meningkatnya permintaan tepung terigu dalam negeri, PT. Bogasari Flour Mills mendirikan pabrik tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya pada tgl 10 Juli 1972.

51

Selama hampir tiga dekade, Bogasari telah melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga merek tepung terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti, biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis. Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga divisi lain: divisi Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan (dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritime. Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60.000 mt per tahun. Produk yang dihasilkan adalah Long Pasta dan Short Pasta, dan hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor. Divisi Kemasan Bogasari didirikan pada tanggal 10 Januari tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, dibuatlah Divisi Maritim. Divisi Maritim berdiri pada tanggal 12 September 1977. Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga kapal angkut gandum dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapalkapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER (Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).

52

Selain divisi-divisi tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills juga mendirikan Milling Training Center dan Bogasari Baking Training Center. Milling Training Center merupakan pusat pelatihan bagi calon miller baik untuk internal maupun eksternal. Sedangkan Bogasari Baking Training Center didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin

mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan roti, kue, biskuit dan mie. Selain di Jakarta (sejak tahun 1981), Baking Training Center juga didirikan di Surabaya pada tahun 1996 dan Bandung pada tahun 1999. Dalam kurun waktu 1992-1995, Bogasari telah dua kali berpindah kepemilikan, pada Juli 1992 diakuisisi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, dan sejak tahun 1995 diakuisisi oleh PT. Indofood Sukses Makmur. Pada tahun 1993 pemerintah melakukan deregulasi investasi di bidang industri tepung terigu. Kebijakan ini membuat terbukanya peluang untuk mendirikan penggilingan-penggilingan baru di Indonesia. Sejak saat ini, Bogasari mulai bersaing dengan produsen tepung terigu domestik. Persaingan bebas dalam pemasaran tepung terigu dimulai pada tahun 1998 ketika pemerintah melakukan deregulasi tata niaga tepung terigu. Impor tepung terigu dibuka lebar dengan bea masuk 0%. Dengan demikian produk Bogasari mulai bersaing ketat tidak hanya dengan produsen di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

53

Untuk pertama kalinya, pada tanggal 19 September 1999 Bogasari mengekspor tepung terigu sebanyak 860 karung tepung terigu pilihan (21,5 metrik ton) ke Singapura. Sejak ekspor perdana itu, Bogasari mulai aktif mengembangkan jaringan pemasaran ekspornya ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi: Menjadi industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait yang bertaraf dunia Misi: 1. Memproduksi, mendistribusi dan menjual pangan, bahan pangan serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah berbasis produk pertanian guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran pelanggan, mitra usaha, masyarakat, karyawan dan para pemegang saham. 2. Menyediakan atau menjual produk dan jasa terkait, antara lain kemasan, angkutan curah, serta penyimpanan dan pengemasan biji-bijian (grain terminal). 3. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang tepat, diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan sumber daya manusia seutuhnya.

54

4.1.3

Fasilitas Pabrik Fasilitas pabrik yang dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills sangat lengkap. Fasilitasfasilitas ini berguna untuk menunjang kegiatan proses produksi di perusahaan ini, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Fasilitasfasilitas pabrik yang dimiliki yaitu: 1. Dua Dermaga a. Dermaga A (Jetty A) b. Dermaga B (Jetty B) 2. Dua Wheat Silo a. Wheat Silo A b. Wheat Silo B 3. Milling Milling merupakan tempat penggilingan biji-biji gandum dengan menggunakan mesin-mesin canggih dan memiliki sistem

komputerisasi yang kemudian akan diproses menjadi tepung maupun produk dan produk sampingan lainnya. Total kapasitas penggilingan adalah 10.000 ton/hari. Milling terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu: a. Mill wilayah I b. Mill wilayah II c. Mill wilayah III : Mill MTC, AB, C : Mill DE, KL : Mill FG, HIJ

55

d. Mill wilayah IV 4. Pellet Silo a. Pellet Silo A b. Pellet Silo B 5. Pelletizing

: Mill MNO

Pelletizing merupakan tempat pengepresan produk sampingan dari gandum untuk menjadi pellet. Pellet berasal dari hasil proses penggilingan gandum yang tidak terpakai. 6. Pengemasan Tepung a. Pengemasan 25 Kg b. Pengemasan 1 Kg c. Pengemasan by product 7. 8. 9. Gudang Penyimpanan Produk Listrik 30MVA Generator Cadangan.

4.1.4

Kepegawaian dan Sistem Shift PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills sebagai produsen tepung terigu terbesar di Indonesia memiliki jumlah karyawan sebanyak: Tabel 4.1 Jumlah Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1.767 141

56

Total

1908 Tabel 4.2 Shift Kerja

Sumber: HR Intranet Bogasari, Januari Tahun 2009

Shift I II III

Jam Kerja Pukul 08.00-16.00 WIB Pukul 16.00-24.00 WIB Pukul 24.00-08.00 WIB

Waktu Istirahat Pukul 12.00-13.00 WIB Pukul 18.00-19.00 WIB Pukul 04.00-05.00 WIB

Sumber: PKB PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2005-2006.

4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills memandang bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah dan tanggung jawab bersama dari karyawan terendah sampai pimpinan tertinggi yang harus ditangani atas dasar semangat kerja kooperatif. SHE adalah singkatan dari Safety, Health and Environment merupakan istilah yang dipakai oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dalam Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan. Dalam melaksanakan K3, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills membentuk Security and Safety Department yang mempunyai sebuah struktur organisasi. Security and Safety Department adalah departemen yang menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Departemen ini

57

bertugas untuk menjaga dan memelihara agar risiko bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dihindari sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka Security and Safety Department membuat suatu program-program. Dalam melaksanakan programprogramnya, Security and Safety Department mengacu pada PerMenaker No. 05 tahun 1996, OHSAS 18001: 2007, dan ISO 14001:2004. Program-programnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Safety, Health dan Environment. Program-program tersebut, yaitu: 1. Safety a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Pelatihan Safety Promosi Safety Tanda-tanda dan Rambu-rambu Safety Sertifikat Peralatan dan Instansi Safety Guide Book Revisi Panduan SHE Manajemen Bahaya Analisis Kecelakaan Peralatan Keselamatan Safety Audit Safety Committee Inspeksi Safety Rutin

2. Health a. Health Training

58

b. c. d.

Buku Saku K3 Monitoring Alat Pelindung Diri Pengukuran Pajanan Pekerja

3. Environment a. b. c. d. e. f. g. h. i. Pelatihan Lingkungan Promosi Lingkungan Routine Inspection Buku Saku K3 Pollution Measurement Water Quality Monitoring Audit Kantin House Keeping Environmental Implementation Management System (ISO 14001)

59

DIHARTO Manager security & safety Departement

Umar Fauzi Asst. Manager (security & Fire Brigade)

Muslich Riza Asst. Manager (Safety)

Wasiran
Section Head

Security & Fire Brigade

Section Head

Inspector
Foreman

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Safety & Security Departement PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011

4.1.6

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Untuk standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills mendapatkan penghargaan OHSAS 18001: 2007 dari SGS pada November 2004, atas penerapan Manajemen Keselamatan Kerja. Standar mutu manajemen inilah yang menjadi acuan prosedur dalam pelaksanaan proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

60

Divisi Bogasari Flour Mills terhadap semua jenis kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam pengaturan dan wewenangnya, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diserahkan ke bagian Security and Safety Department, yang selanjutnya bagian safety inilah yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang keselamatan prosedur kerja, yang sebelumnya telah disetujui dan disahkan isi dokumennya oleh pihak manajemen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills, terutama yang terkait masalah K3 pada lini proses produksi. 4.1.7 Gambaran Sub Department Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama. Sebelum adanya Pest control, pengendalian dan pemberantasan hama dilakukan oleh masing-masing departemen. Namun cara ini kurang efektif dan efisien ,untuk itu pada tanggal 1 juli 1993 dibentuk suatu subdepartemen yang secara khusus menangani masalah hama yang terdapat dalam pabrik bogasari yang saat ini dikenal dengan nama Pest control. Kegiatan utama atau yang sering dilakukan oleh pest control adalah spraying, fogging dan fumigasi. Untuk memberantas hama tikus, lalat, kucing dan burung pest control dibantu dengan perusahaan RENTOKIL. Bahan kimia yang digunakan oleh pest

61

control semua berdasarkan food grade, dengan batas yang aman untuk makanan.

Bintang Tobing Production Supportman

Arief Zakaria Pest control Sub Departemen Head Yuli Ananto Section Head Joko Suseno Section Head

Saefudin Foreman

Burwantoro Foreman

Suroto Foreman

Operator Bagan 4.2 Struktur Organisasi Subdepartment Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di subdepartment Pest control A. Spraying Spraying adalah teknik pengendalian hama yang dilakukan di tempat terbuka, dengan mencampur bahan pestisida/insektisida tertentu dengan air sesuai komposisi yang ditentukan. Pelaksanaan spraying dilakukan sesuai jadwal

62

spraying atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan spraying. Alat yang digunakan untuk kegiatan spraying antara lain: a) Hand spray Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa tekanan udara yang digerakkan oleh tangan manusia. b) Power spray Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa tekanan udara, motor penggerak pompa,selang

penghantar cairan, dan stick pengatur cairan yang digerakkan oleh mesin. Sedangkan cara pencampuran untuk bahan spraying adalah: 1. Masukkan air bersih ke dalam tabung pencampur sesuai dengan kebutuhan. 2. Masukkan cairan racun ke dalam tabung pencampur sesuai dengan perbandingan dan kebutuhan. 3. Aduklah antara air dengan racun sampai rata sehingga siap untuk disemprotkan. 4. Hidupkan motor penggerak pompa dan atur kecepatan jalannya cairan dengan menyetel valve sirkulasi dan

63

sepuyer stick sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. 5. Spraying siap dioperasikan. Prosedur pelaksanaan spraying: 1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai. Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi yang dilakukan oleh petugas pest control. 2. Melakukan berikut: a. Mencampur ditentukan tersedia. b. 2,5 5 L campuran disemprotkan pada areal dengan luas 100 m2. 3. Untuk mesin mesin dan hopper termasuk pipa menggunakan bahan pestisida mil spot (dikoloro dan trikloroetana) sebanyak 100ml untuk areal dengan luas 1 m2. 4. Memastikan areal bersih dari kotoran dan tertutup. 5. Melakukan spraying dengan tepat dan benar sesuai dengan standar pengoperasian peralatan semprot. dengan oleh perbandingan yang telah yang pencampuran dengan aturan sebagai

komisi

pestisida/MSDS

64

6. Setelah diadakan spraying selama kurang lebih 1-2 jam, karyawan boleh bekerja kembali B. Fogging Fogging adalah teknik pengendalian hama yang

dilakukan pada tempat tertutup/kedap udara dengan mencanpur bahan pestisida/insektisida tertentu dengan minyak (solar, minyak tanah, white oil). Pelaksanaan fogging dilakukan sesuai jadwal fogging atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fogging. Alat yang dipakai untuk fogging terdiri dari: a. Tangki pencampur b. Tangki bahan bakar c. Battery penggerak tekanan d. Membran pengatur tekanan e. Pompa penggerak f. Knalpot pembakaran g. Kran pembuka cairan Sedangkan cara pencampuran bahan untuk fogging adalah: 1. Menuangkan minyak solar atau white oil ke dalam tangki, sesuai dengan kebutuhan. 2. Memasukkan cairan obat ke dalamnya sesuai dengan aturannya dan aduk hingga rata.

65

3. Memasukkan campuran obat dengan minyak ke dalam tabung, tutup dengan rapat. 4. Kemudian menghidupan,dan fogging siap untuk dioperasikan. Prosedur pelaksanaan fogging: 1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai. Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi yang dilakukan oleh petugas pest control. 2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai berikut: a. Campur dengan perbandingan yang telah

ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang tersedia. b. 5-10 mnl untuk disemprotkan 1 m3 . 3. Melakukan fogging dengan tepat dan benar sesuai dengan standar pengoperasian peralatan semprot. 4. Setelah diadakan fogging selama kurang lebih 1-2 jam, karyawan boleh bekerja kembali. 5. Operator harus membersihkan peralatan sebelum dan sesudah kegiatan spraying/fogging dilaksanakan. C. Fumigasi Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk membunuh hama dengan cara memberikan gas fumigan pada bahan bahan hasil pertanian yang disimpaan dalam gudang, silo, kapal yang

66

akan

diekspor,

kapal

kontainer,

dengan

syarat

dalam

pengoperasiannya ruangan harus tertutup dan tidak terdapat kebocoran. Prosedur pelaksanaan fumigasi: 1. Melaksanakan pest control sesuai dengan jadwal fumigasi yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan work order dari seksi terkait (paling lambat

diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fumigasi). 2. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai. Pastikan hal tersebut dipenuhi melalui pengecekan praoperasi yang dilakukan oleh petugas pest control. 3. Melaksanakan fumigasi di lokasi/area yang telah ditentukan dengan cara: a. Gudang 1. Mengelompokkan produk yang akan difumigasi pada area yang sama dan produk disusun di atas pellet dengan ketinggian yang sama jika memungkinkan. 2. Kemudian menutup dengan menggunakan

plastik fumigasi. Pastikan tidak ada kebocoran dengan menggunakan PFM (Posphine Fumigan Monitor).

67

3.

Melakukan fumigasi sesuai dengan standar pemberian bahan kimia (PH3).

4.

Memberi tanda khusus bahwa daerah tersebut sedang di fumigasi.

5.

Area dapat dibuka hanya oleh petugas pest control dalam waktu 3-7 hari setelah ditutup.

b. Silo 1. Menutup silo yang akan difumigasi pada lubang-lubang yang ada sehingga tidak terjadi kebocoran. 2. Menyiapkan alat dispenser di atas silo dan masukkan obat ke dalam tabung penuang dan tutuplah rapat-rapat. 3. Setelah alat di setting sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh kepala seksi, maka alat siap dioperasikan. Kemudian melakukan

kegiatan no 2-5 pada fumigasi gudang. c. Container 1. Memeriksa kondisi container, pastikan tidak ada yang bocor.

68

2.

Memasukkan barang yang akan difumigasi ke dalamnya.

3.

Memasukkan PH3 ke dalam container sesuai dengan ketentuan dengan terlebih dahulu

dimasukkan ke dalam kantong khusus dari bahan kain agar residu yang tertinggal mudah dibersihkan. 4. Menutup dengan rapat, kemudian sambungkan selang tersebut pada tabung fumigasi, dan buka kran sesuai dengan kebutuhannya. 5. Memberi tanda khusus yang menyatakan sedang dilakukan fumigasi di area tersebut 6. Operator sebelum harus dan membersihkan kegiatan peralatan fumigasi

sesudah

dilaksanakan. 4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest Control Untuk penggunaan pestisida pada pekerjaan pest control, bahan-bahan yang dipakai dapat dilihat pada tabel 4.3

69

Tabel 4.3 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest control Brand name Biocholoromethyl 500 EC ( Emulsifabel concentrate) Bestacid 500 EC ( Emulsifiable concentrate ) Pesguard 50 SC STEALTH 240 SC Active Ingridient Chlorpyrotos methyl 500 gr/L Diklorvos 500 g/L Esfenvalerat 50 gr/L Group Organophospate Dosage 20 ml/L air 60 ml/L white oil used Spraying Fogging Spraying Fogging Spraying Area Outside area, Ship palka, Finish product storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill, pasta Outside area, Ship palka, Finish product storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill, pasta Outside area, Ship palka, Finish product storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill, pasta Outside area, Ship palka, Finish product storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill, pasta Pelletizing Machine Silo , Ship ( pellet)

Orghanophospate 25 ml/L air 60 ml/L white oil Pyrethroid 10 ml/L air

Chlorofenapyr Pyrazole

5-10 ml/L

Spraying

Nevweb IGR 200 ( insect growth regulator ) Absorba- CIDE ( Sorptive Dust Insecticide) Shenpos Delicia gastoxin Degesch plate

Methoprene Amorphous Silica

Growth regulator Inorganik

5 ml/L 2 gr/m 2 2-5 tablet/ m3 1-4 tablet/ m3 1-3 tablet/ m3

Spraying Dusting

Aluminium Fumigan Phospide 56% Aluminium Fumigan Phospide 56% Magnesium Fumigan Phospide 56%

Fumigation Fumigation Fumigation

Silo, container stacking, machine, ship Silo, container stacking, machine, ship Silo, container stacking, machine, ship

Sumber:Data Subdepartment Pest Control Tahun 2010

70

4.2

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest Control Pelaksanaan identifikasi bahaya di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan program dalam department Safety and Security. Pelaksanaan identifikasi dilakukan sebelum memulai pekerjaan dilakukan. Langkah awal yaitu menentukan pekerjaan yang akan dianalisis, kemudian membagi pekerjaan ke dalam beberapa urutan langkah kerja. Kemudian langkah kerja dianalisis agar dapat diketahui potensi bahayabahaya yang akan timbul serta pengendalian yang dilakukan untuk mencegah bahaya tersebut. Identifikasi bahaya yang dilakukan berisi mengenai jenis kegiatan, potensi

bahaya, penilaian bahaya, pengendalian yang dilakukan, penilaian akhir setelah dilakukan pengendalian, dan referensi peraturan pemerintah. Akan tetapi, berdasarkan JSA yang telah dibuat oleh perusahaan, identifikasi bahaya belum mencantumkan risiko-risiko dari suatu bahaya yang mungkin terjadi. Sebaiknya penilaian dan identifikasi bahaya selalu diperbarui agar lebih baik dalam pengendaliannya. 4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada Bagian Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Setelah identifikasi bahaya dilakukan, maka perlu dilaksanakannya pengendalian untuk mencegah terjadinya bahaya atau paling tidak untuk mengurangi tingkat risiko terjadinya bahaya tersebut. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan untuk pekerjaan pest control yaitu:

71

a. Pengendalian Teknis (Engineering Control) 1. Pemasangan fire protection system. 2. Menyediakan ventilasi pada ruang penyimpanan dan memastikan tempat tidak bocor. 3. Penggunaan alat bantu saat bekerja. b. Pengendalian administratif (administrative control) 1. Pemasangan tanda peringatan 2. Pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur 3. Pelaksanaan permit (izin) kerja dan LO-TO (Log Out-Tag Out) 4. Pemeriksaan cholinesterase untuk mengecek kadar cholinesterase dalam tubuh pekerja yang terpapar bahan kimia 3 bulan sekali. c. APD Pengendalian terakhir yang dilakukan adalah penggunaan APD. APD yang digunakan antara lain yaitu respirator, baju pelindung, sarung tangan, kacamata, earplug, safety shoes, safety belt/body harness, dan topi pelindung.

72

4.4

Potensi Bahaya Pada Bagian Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Pada setiap kegiatan terdapat potensi bahaya dan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Potensi bahaya yang ada pada subdepartment pest control dilihat dari langkah urutan pekerjaan berdasarkan hasil Job Safety Analysis yang dibuat yang merupakan hasil analisis penulis dengan pekerja pest control. Penulis melakukan identifikasi pekerjaan yang dilakukan di pest control 4.4.1 Fogging dan spraying Tujuan dilakukannya fogging adalah untuk memberantas hama-hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi dengan metode pengasapan. Sedangkan tujuan dilakukannya spraying adalah untuk memberantas hama-hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi dengan metode penyemprotan. Pada pekerjaan fogging dan spraying telah dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi. Urutan langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis dan pelaksanaan fogging dan spraying. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4

73

Tabel 4.4 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying di Subdepartement Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011 Pengendalian Urutan Langkah Kerja Persiapan pekerjaan Bahaya Kebakaran/ledakan Risiko Perusahaan Luka bakar pada tubuh pekerja, Terbakarnya mesin Fire Protection System Pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP Membersihkan knalpot dari kerak, menyalakan dan mematikan mesin di lokasi yang aman Memastikan tutup lubang bahan bakar dan mesin sudah dalam kondisi baik Safety induction Tidak disediakan APD Saran Peningkatan maintanance pada alat Training para operator mesin Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Penggunaan APD: baju pelindung tahan panas

74

Pengendalian Urutan Langkah Kerja Bahaya Terpapar bahan kimia Risiko Perusahaan Keracunan akibat paparan bahan kimia Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Pemeriksaan cholinesterase Sarung tangan Pencampuran bahan Menghirup bahan kimia saat pencampuran Gangguan pernapasan akibat bahan kimia Shift kerja/ rotasi jenis pekerjaan Safety induction Half-face respirator Tangan terpapar bahan kimia Iritasi kulit tangan Shift kerja/ rotasi jenis pekerjaan Safety induction Sarung tangan Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Saran Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja

75

Pengendalian Urutan Langkah Kerja Pelaksanaan pekerjaan Bahaya Terpapar asap fogging dan cairan spraying Risiko Perusahaan Gangguan pernapasan karena asap fogging dan cairan mist spraying Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Training Half-face respirator Mata terkena cairan spraying Iritasi mata Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Kacamata Badan terpapar asap fogging dan cairan spraying Bagian tubuh terpapar Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Mandi setelah bekerja Baju Pelindung Sarung tangan Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Saran Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja

76

Pengendalian Urutan Langkah Kerja Bahaya Kebisingan Risiko Perusahaan Gangguan pendengaran dan tinnitus Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Earplug Terjatuh di lantai yang sama Kaki keseleo, patah tulang kaki atau anggota tubuh lainnya Pembersihan area Safety induction Safety shoes Terjatuh dari tempat tinggi Patah tulang pada kaki atau anggota tubuh lainnya, luka pada bagian tubuh Pemasangan pagar pembatas Safety induction Izin kerja tempat ketinggian Safety belt/body harness Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan pada saat bekerja Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Saran Modifikasi mesin saat pelaksanaan fogging

77

Tertimpa benda jatuh

Gegar pada kepala Memar dan luka dalam pada kepala dan kaki

Safety induction Topi pelindung Safety shoes

Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan pada saat bekerja Penggunaan safety helmet yang sesuai standar Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan pada saat bekerja

Terhirup debu

Gangguan pernapasan akibat debu

Shift kerja Safety induction Half-face respirator

Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010

78

a. Identifikasi bahaya pada langkah kerja persiapan pekerjaan fogging dan spraying bahaya yang mungkin timbul adalah kebakaran/ledakan dan tepapar bahan kimia 1. Bahaya kebakaran/ledakan Bahaya terbakarnya mesin fogging saat proses persiapan kegiatan tersebut sangat mungkin terjadi. Akibat yang akan timbul dari bahaya tersebut adalah luka bakar yang dapat berakibat fatal pada pekerja dan terbakarnya mesin peralatan fogging dan spraying. Untuk itu pihak perusahaan telah melakukan pengendalian, diantaranya adalah

pemasangan fire protection system termasuk APAR dan smoke detector, safety induction yaitu sosialisasi kepada pekerja saat pertama kali menjadi pekerja dibagian pest control dengan menjelaskan bagaimana proses kerja yang akan dilakukan, kemungkinan bahaya yang akan terjadi, serta bagaimana cara pengendalian dan penanggulangannya. Pengendalian yang lainnya adalah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Serta melakukan pembersihan knalpot dari kerak secara rutin dan penyalaan dan mematikan mesin pada lokasi yang aman. Pengendalian dengan pemakaian APD tidak diterapkan pada potensi bahaya kebakaran ini. Sebaiknya perusahaan melakukan pelaksanaan maintanance mesin secara rutin dan training secara rutin juga diperlukan untuk

mencegah bahaya tersebut terjadi. Serta pengendalian administratif untuk

79

para pekerja meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan. Dan untuk pengendalian yang terakhir sebaiknya perusahaan menyediakan baju pelindung tahan panas untuk mengurangi risiko bahaya kebakaran tersebut. 2. Bahaya terpapar bahan kimia Bahaya terpapar bahan kimia mungkin terjadi pada saat persiapan yaitu pengambilan bahan-bahan di tempat penyimpanan yang akan dicampur untuk pelaksanaan fogging dan spraying. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahaya ini adalah keracunan yang diakibatkan paparan bahan kimia. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah shift

kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penggunaan APD berupa sarung tangan. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan memberikan pengawasan yang lebih pada pekerja dan proses pekerjaan. Dengan demikian bahaya dapat diminimalisir. b. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pencampuran bahan fogging dan spraying bahaya yang mungkin timbul adalah 1. Bahaya menghirup bahan kimia saat pencampuran Bahaya terpapar atau menghirup bahan kimia pada saat pencampuran bahan akan mungkin terjadi karena pada saat proses pencampuran bahan kimia pekerja secara langsung berhadapan dengan bahan kimia. Bahaya tersebut dapat mengakibatkan gangguan

pernapasan, keracunan, serta iritasi pada kulit tangan. Gangguan

80

pernapasan dapat diakibatkan oleh paparan bahan kimia untuk pencampuran bahan yang akan digunakan pada saat proses pekerjaan. Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah pelaksanaan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-face respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan pengwasan yang lebih pada proses pekerjaan dan para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehatihatian pada saat melakukan pekerjaan agar bahaya dapat diminimalisir. 2. Bahaya tangan terpapar bahan kimia Bahaya jika tangan terpapar bahan kimia akan menimbulkan risiko iritasi pada kulit tangan yang dapat terjadi pada saat proses pencampuran dengan menggunakan tangan. Pengendalian yang telah dilakukan adalah pelaksanaan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah sarung tangan berbahan karet. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan yang lebih terhadap pekerja dan proses pekerjaan. c. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pelaksanaan pekerjaan bahaya yang mungkin timbul adalah: 1. Bahaya terpapar asap fogging dan cairan spraying fogging

81

Bahaya terpapar asap fogging mungkin terjadi pada saat melakuan pekerjaan tersebut. Bahaya tersebut dapat menimbulkan risiko terjadinya gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh paparan asap fogging dan cairan mist spraying. Pihak perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, pelaksanaan training untuk para pekerja. Pengendalian yang terakhir yaitu memberikan APD kepada pekerja. APD yang diberikan adalah halfface respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan

pengendalian secara administratif yaitu pengawasan kepada pekerja. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan. 2. Bahaya mata terkena cairan mist spraying Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahay mata terken cairan mist spraying yaitu iritasi mata yang dapat menyebabkan mata perih dan kemerahan. Pengendalian yang telah dilakukan pihak perusahaan adalah menerapkan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah kacamata safety (goggles). Pengawasan yang lebih terhadap proses pekerjaan dan para pekerja juga sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir terjadinya bahaya tersebut. 3. Bahaya badan terpapar asap fogging dan cairan mist spraying

82

Bahaya badan terpapar asap fogging dan cairan mist spraying dapat terjadi pada saat proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk

mengendalikan bahaya tersebut, pihak perusahaan telah melakukan beberapa pengendalian. Diantaranya adalah menerapkan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan mewajibkan pekerja mandi setelah melakukan seluruh pekerjaan atau sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Pengendalian yang terakhir yaitu penyediaan APD berupa baju pelindung dan sarung tangan. 4. Bahaya kebisingan Bahaya kebisingan mungkin terjadi pada saat pekerja

mengoperasikan alat fogging yang mana dapat menimbulkan kebisingan yang berbahaya bagi para pekerja jika terpapar dalam waktu yang lama. Risiko yang dapat ditimbulkan dari bahaya kebisingan ini adalah gangguan pendengaran yang disebabkan paparan kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dan juga tinnitus. Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah sistem shift kerja atau rotasi kerja dan safety induction. Pengendalian yang terakhir adalah memberikan APD berupa earplug yang mempunyai nilai NRR 29 dB. Pengendalian secara teknis dapat dilakukan yaitu dengan cara modifikasi mesin-mesin produksi dimana pekerjaan fogging dilakukan yaitu seperti pemasangan barrier pada mesin agar intensitas suara yang masuk ke dalam telinga pekerja dapat berkurang.

83

5. Bahaya terjatuh pada lantai yang sama Bahaya terjatuh pada lantai yang sama pada pekerja fogging dan spraying dapat terjadi, dikarenakan pada saat pekerjaan dilakukan mungkin terdapat permukaan yang basah dan licin dan memungkinkan pekerja terpeleset. Risiko yang dapat ditimbulkan adalah kaki keseleo dan patah tulang kaki atau anggota tubuh lainnya. Pengendalian yang dilakukanperusahaan adalah safety induction, serta pembersihan area tempat pelaksanaan fogging yang dilakukan oleh petugas kebersihan. Dan juga penyediaan APD yaitu safety shoes. Akan tetapi, perusahaan juga sebaiknya memastikan bahwa tempat pelaksanaan fogging telah bersih dan tidak ada bahan-bahan produksi yang tercecer di lantai. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan.
6. Bahaya terjatuh dari tempat tinggi

Bahaya terjatuh dari ketinggian dapat terjadi pada pelaksanaan proses pekerjaan. Bahaya ini dapat mengakibatkan patah tulang, luka, serta memar pada bagian tubuh pekerja. Pengendalian yang telah dilakukan adalah pemasangan pagar pembatas, safety induction kepada para pekerja, penerapan izin kerja ketinggian dan pengendalian yang terakhir adalah penyediaan APD seperti safety belt/body harness. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan yang lebih kepada

84

pekerja dan pada proses pekerjaan agar kemungkinan bahaya tersebut dapat diminimalisir.
7. Bahaya tertimpa benda jatuh

Bahaya tertimpa benda jatuh mungkin terjadi pada pelaksanaan fogging dan spraying. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gegar pada kepala, memar, dan luka dalam pada bagian anggota tubuh seperti kaki dan kepala maupun anggota tubuh lainnya. Pengendalian yang telah dilakukan adalah pelaksanaan safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah safety shoes dan topi pelindung berbahan kain. Akan tetapi sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan pada proses pekerjaan. Pengawasan lebih yang dilakukan diharapkan dapat mencegah terjadinya bahaya tersebut. Perusahaan juga sebaiknya menyediakan pelindung kepala yang lebih sesuai dengan bahaya yang ada yaitu safety helmet.
8. Terhirup Debu

Bahaya terhirup debu mungkin dapat terjadi dalaam pelaksanaan fogging dan spraying di lokasi-lokasi yang terdapat debu-debu di proses produksi tepung. Pengendalian yang telah dilakukan adalah shift kerja, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah halfface respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan

pengawasan dan kewaspadaan yang lebih pada saat bekerja. 4.4.2 Fumigasi

85

Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk memberantas hamahama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi dengan menggunakan bahan fumigan berupa tablet yang dapat menghasilkan gas (menguap). Pada pekerjaan fumigasi bahaya telah dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.urutan langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis dan pelaksanaan fumigasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5

86

Tabel 4.5 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi di Subdepartement Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011 Pengendalian Urutan Langkah Kerja Pengukuran dosis Bahaya Menghirup bahan fumigan saat pengukuran jumlah bahan fumigan Risiko Perusahaan Gangguan pernapasan Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Half-face respirator Terpapar bau bahan fumigan Keracunan bahan kimia Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Pemeriksaan cholinesterase Half-face respirator Tangan terkena bahan fumigan Iritasi kulit tangan Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Pelatihan cara kerja yang aman Saran Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja

87

Pengendalian Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Perusahaan Sarung tangan Saran Pelatihan cara kerja yang aman Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja

Pelaksanaan pekerjaan fumigasi

Terpapar gas fumigan

Gangguan pernapasan

Shift kerja/rotasi jenis pekerjaan Safety induction Training half-face respirator

Kebisingan

Gangguan pendengaran dan tinnitus

Shift kerja/ rotasi jenis pekerjaan Safety induction Earplug

Modifikasi mesin produksi saat pelaksanaan fumigasi

Terjatuh pada lantai yang sama

Keseleo, patah tulang

Pembersihan area Safety induction Safety shoes

Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja

88

Pengendalian Urutan Langkah Kerja Bahaya Terjatuh dari ketinggian Risiko Perusahaan Patah tulang, memar, dan luka pada bagian tubuh Pemasangan pagar pembatas Safety induction Safety belt/body harness Terjebak Terjebak di dalam silo sehingga sulit untuk keluar, kehabisan napas Pelaksanaan sistem LO-TO Sistem izin kerja ruang terbatas Safety induction Full-face respirator Tertimpa benda jatuh Gegar, memar dan luka dalam pada kepala dan kaki Safety induction Topi pelindung Safety shoes Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan pada saat bekerja Penggunaan safety helmet yang sesuai standar Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja Penyediaan Self Containing Breathing Aparatus(SCBA Saran Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja

89

Pengendalian Urutan Langkah Kerja Bahaya Terhirup debu Risiko Perusahaan Gangguan pernapasan Shift kerja Safety induction Half-face respirator
Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010

Saran Peningkatan pengawasan dan kewaspadaan pada saat bekerja

90

a. Identifikasi pekerja pada tahap pengukuran bahan fumigasi bahaya yaang mungkin terjadi adalah: 1. Bahaya terhirup bahan fumigan Jika gas fumigan terhirup maka akan gangguan pernapasan pada sistem pernapasan pekerja. Pihak perusahaan telah melakukan

pengendalian yaitu menerapkan sistem shift kerja, safety induction, serta pengendalian yang terakhir adalah memberikan APD kepada pekerja. APD yang diberikan adalah half-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya pihak perusahaan lebih meningkatkan pengendalian secara adminstratif yaitu pengawasan kepada pekerja. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan. 2. Bahaya terpapar bau bahan fumigan Bahaya ini dapat mengakibatkan risiko yaitu terjadinya keracunan. Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah penerapan shift kerja/rotasi jenis pekerjaan, safety induction, pemeriksaan kadar

cholinesterase setiap tiga bulan sekali dan penyediaan APD berupa halfface respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan

peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja dan pelatihan cara kerja yang aman pada pekerja. 3. Bahaya tangan terkena bahan fumigan Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahaya tangan terkena bahan fumigan yaitu terjadinya iritasi pada tangan. Pengendalian yang dilakukan adalah penerapan shift kerja/rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan

91

penyediaan APD. APD yang disediakan perusahaan untuk mencegah timbulnya risiko ini adalah sarung tangan karet. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja dan pelatihan cara kerja yang aman pada pekerja. b. Identifikasi pekerja pada tahap pelaksanaan bahan fumigasi bahaya yaang mungkin terjadi adalah: 1. Bahaya terpapar gas fumigan Untuk mengendalikan adanya gangguan pernapasan karena terpajan bahan fumigan maka pihak perusahaan telah melakukan pengendalian sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, training pada pekerja dan pengendalian terakhir yang dilakukan adalah penyediaan APD yaitu half-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengendalian secara administratif yaitu

pengawasan kepada proses pekerjaan. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan sehingga kemungkinan bahaya tersebut dapat diminimalisir. 2. Bahaya kebisingan Bahaya kebisingan mungkin akan terjadi pada pelaksanaan fumigasi yang dilakukan di lokasi produksi yang mana terdapat mesinmesin produksi yang menghasilkan kebisingan. Adanya bahaya kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pendengaran serta tinnitus pada telinga pekerja. Untuk itu, perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu berupa penerapan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction,

92

dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah earplug yang memiliki NRR sebesar 29 dB. Akan tetapi sebaiknya pengendalian secara teknis juga dilakukan yaitu dengan cara modifikasi mesin-mesin produksi dimana pekerjaan fumigasi dilakukan yaitu seperti pemasangan barrier pada mesin agar intensitas suara yang masuk ke dalam telinga pekerja dapat berkurang. 3. Bahaya terjatuh pada lantai yang sama Bahaya terjatuh pada lantai yang sama mungkin dapat terjadi pada saat fumigasi ditempat yang lembab dan licin. Risiko yang dapat ditimbulkan antara lain kaki keseleo bahkan dapat menyebabkan patah tulang kaki. Untuk itu perusahaan melakukan pengendalian berupa penerapan safety induction, pembersihan area juga telah dilakukan, dan juga menyediakan APD yaitu safety shoes. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengendalian secara administratif yaitu

pengawasan kepada proses pekerjaan. Memastikan bahwa tempat pelaksanaan fumigasi telah bersih dan tidak ada bahan-bahan produksi yang tercecer di lantai. 4. Bahaya terjatuh dari ketinggian Bahaya ini dapat terjadi bila pekerja bekerja pada tempat ketinggian. Untuk itu, perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu memberi pagar pembatas pada lokasi pengerjaan fumigasi, pelaksanaan safety induction Pengendalian yang terakhir adalah penyediaan APD seperti safety belt/body harness. Sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan kepada proses pekerjaan. Para pekerja juga sebaiknya

93

meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan 5. Bahaya terjebak Bahaya terjebak dapat terjadi pada saat pekerja melakukan pekerjaan didalam tempat terbatas atau confined space seperti SILO. Pengendalian yang dilakukan oleh peusahaan adalah melakukan safety induction. Selain itu pelaksanaan sistem Log Out Tag Out atau LO-TO dan penerapan sistem izin kerja pada ruang terbatas jika ingin melakukan pekerjaan. Pengendalian yang terakhir adalah penyediaan full-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan kepada proses pekerjaan. Selain itu perlu disediakan Self Containing Breathing Aparatus (SCBA) untuk mengantisispasi terjadinya perubahan kadar oksigen dan gas-gas lainnya di dalam ruangan tertutup saat melakukan pekerjaan. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan sehingga bahaya tersebut tidak terjadi. 6. Bahaya tertimpa benda jatuh Bahaya tertimpa benda jatuh mungkin terjadi pada pelaksanaan fumigasi. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gegar, memar, dan luka dalam pada kepala dan kaki. Pengendalian yang telah dilakukan adalah pelaksanaan safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah safety shoes dan topi pelindung berbahan kain. Akan tetapi sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan pada proses pekerjaan. Pengawasan lebih yang dilakukan diharapkan dapat mencegah terjadinya

94

bahaya tersebut. Dan juga perlu pemakaian pelindung kepala yang sesuai standar seperti safety helmet. 7. Bahaya terhirup debu Bahaya terhirup debu mungkin dapat terjadi dalaam pelaksanaan fumigasi di lokasi-lokasi yang terdapat debu-debu di proses produksi tepung. Pengendalian yang telah dilakukan adalah shift kerja, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-face respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan pengawasan dan kewaspadaan yang lebih pada saat bekerja.

4.5

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri Yang Digunakan di bagian Pest control PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Alat pelindung diri sangat banyak jenisnyadan kegunaannya. APD yang dipakai tergantung pada jenis pekerjaan dan jenis bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya. Selain itu, penentuan jumlah APD yang dipakai tergantung kebutuhan pekerja dan ketersediaan APD yang ada di perusahaan. APD yang digunakan di subdepartement pest control adalah: 4.5.1 Topi pelindung Topi pelindung digunakan untuk melindungi bagian kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan terkena arus listrik (Budiono, dkk , 2003)

95

Pada bagian subdepartement pest control, alat pelindung kepala yang digunakan adalah topi berbahan kain yang kurang dapat melindungi bagian kepala pekerja apabila terkena bahaya pekerjaan. Alat pelindung kepala seharusnya berguna untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh,pukulan,benturan kepala,dan terkena arus listrik (Habsari, 2002). Topi pelindung digunakan setiap melakukan pekerjaan baik itu spraying, fogging, atau fumigasi. Selain berfungsi untuk melindungi kepala dari benda jatuh, topi juga berfungsi sebagai penutup rambut agar tidak terpajan oleh asap fogging ataupun mist spraying. Setiap tahunnya PT. ISM Bogasari memberikan satu topi kepada 19 pekerja pelaksana pest control secara cuma-cuma. Jika sebelum satu tahun topi telah rusak, maka pekerja dapat membuat surat permohonan permintaan topi kepada perusahaan.Pihak

perusahaan tidak bertanggung jawab atas kehilangan. Hal tersebut dilakukan untuk membuat agar pekerja dapat bertanggung jawab atas segala alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan. Alat pelindung diri yang digunakan pekerja pest control PT. ISM Bogasari tidak sesuai dengan teori di atas. Karena topi berbahan kain tidak dapat melindungi pekerja dari pukulan dan benturan kepala. Oleh karena itu, perlu adanya pergantian jenis pelindung kepala yang dipakai untuk para pekerja yaitu pelindung kepala (safety helmet).

96

(a) Gambar 4.1

(b)

(a). Topi yang dipakai diperusahaan; (b). Pelindung kepala yang disarankan. Sumber: a. Penulis, b. indonetwork.co.id

4.5.2

Kacamata (Safety Goggles) Fungsi dari safety goggles menurut Hiperkes (2002) adalah untuk melindungi dari potensi bahaya percikan bahan-bahan korosif,kemasukan debu-debu atau partikel-partikel yang melayang di udara,lemparan benda-benda kecil panas, kacamata salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan. Sedangkan menurut Budiono, dkk (2003) adalah untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan kimia. Kaca mata safety dirancang dengan pelindung samping yang melindungi dari bahaya yang datangnya tidak langsung dari depan anda. Kacamata safety yang diberikan oleh perusahaan adalah jenis safety goggles yang dapat memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah. Goggles juga lebih menutup area sekitar mata yang lebih melindungi anda apabila memasuki area yang terdapat percikan cairan, asap, serbuk

97

atau debu. Setiap pekerja masing-masing diberikan satu buah goggles tanpa dipungut biaya. Penggantian kacamata hanya jika kacamata tersebut mengalami kerusakan maka pekerja berhak mengajukan permohonan permintaan alat pelindung dri kepada perusahaan. Jumlah pekerja pada bagian pest control berjumlah 19 orang, maka penyediaan kacamata bagi pekerja tersebut adalah 19 buah kacamata tiap tahunnya. Ketentuan penyediaan APD sudah sesuai dengan teori menurut Budiono,dkk (2003) yaitu salah satunya untuk melindungi pekerja dari percikan larutan kimia. Dan juga sesuai dengan teori Ridley (2008) yang mana APD harus diberikan masing-masing pekerja satu buah tanpa dipungut biaya dan diganti jika mengalami kerusakan. Penggantian APD sebaiknya hanya dilakukan jika APD rusak saja. Jika hilang, maka pekerja mungkin diharuskan mengganti APD yang dihilangkannya dengan tujuan agar pekerja dapat bertanggung jawab atas segala alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan.

Gambar 4.2. Goggles Sumber: Penulis

98

4.5.3

Pelindung telinga (Earplug) Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk ke dalam telinga. Fungsinya adalah menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999, alat pelindung telinga wajib dipakai para pekerja yang bekerja pada lokasi yang tingkat kebisingannya lebih dari 85 dB. Jenis pelindung telinga deibedakan menjadi dua yaitu earplug dan earmuff. Earplug dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposable earplug, yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu, non dispossable earplug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Sedangkan earmuff terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pihak perusahaan hanya menyediakan pelindung telinga yaitu earplug. Earplug yang disediakan aadalah jenis yang terbuat dari busa yang dapat dipakai dalam beberapa periode tertentu. Jenis earplug yang digunakan memiliki Noise Reduction Rating (NRR) sebesar 29 dB. Standar yang digunakan adalah ANSI 191974 dengan merk

99

3M. Pekerja diberikan earplug masing-masing dua pasang yang mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke perusahaan.

Gambar 4.3 Earplug Sumber: Penulis 4.5.4 Pelindung Tangan Fungsi alat pelindung tangan atau sarung tangan menurut

Habsari (2003) untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, panas, dingin ,radiasi elektromagnetik,radiasi mengion, bahan kimia,benturan dan pukulan, dan tergores. Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahayabahaya dan persayaratan yang diperlukan. Berdasarkan National Safety Council (1985) sarung tangan asbestos melindungi dari bahaya terbakar dan ketidaknyamanan ketika tangan terpapar panas, sarung tangan mata logam untuk pekerja yang berhubungan dengan pekerja menggunakan pisau untuk melindungi dari bahaya terpotong oleh objek yang tajam, sarung tangan karet digunakan oleh teknisi listrik, sarung tangan karet dan vinyl untuk melindungi dari bahaya kimia dan korosif, sarung tangan kulit tahan terhadap panas tingkat menengah

100

dan objek yang kasar, sarung tangan katun cocok untuk perlindungan terhadap kotor, irisan, dan goresan, dan sarung tangan panas didesain unruk penggunaan di lingkungan dingin. Menurut Ridley (2008), APD harus diberikan masing-masing pekerja satu buah tanpa dipungut biaya dan diganti jika mengalami kerusakan. Perusahaan memberikan satu pasang sarung tangan kepada para pekerjanya. Sarung tangan yang desediakan oleh perusahaan berupa sarung tangan berbahan karet yang berfungsi untuk melindungi dari bahaya bahan kimia dan korosif karena pekerjaan di bagian pest control menggunakan bahan kimia yang merupakan pestisida yang dapat berbahaya bagi pekerja. Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan menyediakan 19 pasang sarung tangan karet untuk pekerja. Penyediaan APD di bagian pest control sudah sesuai dengan teori yang dipaparkan di atas yang mana sarung tangan yang harus dipakai untuk paparan berbahan kimia aadalah sarung tangan yang berbahan karet dan vinyl (National Safety Council, 1985). Jika APD rusak, maka pekerja berhak meminta penggantian ke pihak perusahaan.

101

Gambar 4.4 Sarung tangan berbahan karet Sumber: Penulis 4.5.5 Pelindung Pernapasan Menurut Habsari (2003) Alat perlindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan organ pernafasan akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, mist kabut, dan sebagainya. Alat ini dapat dibedakan menjadi: a. Respirator pemurni udara Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan.Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung kimia yang dapat menyerap gas,uap,dan kabut. b. Respirator penyalur udara Memberikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus menerus.Udara dapat dipompakan dari sumber yang jauh

102

(dihubungkan dengan selang tahan tekanan). Atau dari persediaan yang portabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen) jenis ini biasa dikenal dengan self contained Breathing Apparatus (SCBA) atau alat pernafasan mandiri.Alat ini

digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen. Jenis alat pelindung pernapasan yang digunakan oleh bagian pest control adalah masker half-face respirator dan full-face respirator. a. Half-Face Respirator Respirator jenis digunakan oleh pekerja untuk pekerjaan di semua tempat kecuali pada tempat tertutup seperti silo. Perusahaan menyediakan masing-masing satu buah untuk pekerja. Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang, sehingga perusahaan menyediakan 19 buah half-face respirator untuk pekerja. b. Masker Full-face Respirator jenis ini digunakan untuk kegiatan pest control di dalam SILO yang mana dilakukan ditempat tertutup sehingga paparan bahan kimia bisa mengenai mata karena udara didalam SILO tidak bergerak sehingga digunakan respirator berbentuk full-face. Untuk respirator jenis ini, perusahaan tidak

103

menyediakan untuk masing-masing pekerja. Hanya menyediakan beberapa buah saja. Pelindung pernapasan yang digunakan pekerja sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan Habsari (2003) bahwa alat perlindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan organ pernafasan akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, mist, kabut, dan sebagainya.

(1)

(2)

(3) Gambar 4.5. (1) half-face respirator, (2) full-face respirator,dan (3) catridge Sumber: penulis

4.5.6

Sepatu Safety Menurut Budiono, dkk (2003) sepatu keselamatan dapat terbuat dari kulit yang dilapisi asbes (bagi pekerja pengecoran

104

logam/baja) dan sepatu keselamatan harus dilengkapi dengan baja pada ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik. Pelindung kaki berfungsi untuk menghindari kejatuhan benda berat pada kaki pekerja, permukaan yang lembab dan basah dan permukaan yang licin. Safety shoes yang disediakan perusahaan terbuat dari kulit, ujung sepatu dilapisi baja, bagian bawah yang bermotif timbul agar melindungi pekerja dari bahaya terpeleset saat sedang bekerja dibagian yang basah dan licin. Untuk pelindung kaki, perusahaan menggunakan standar ANSI Z41.1-1991. Safety shoes digunakan pekerja setiap saat melakukan pekerjaan diseluruh area kerja pabrik. Setiap tahunnya pekerja diberikan dua pasang sepatu yang mana terdiri dari sepatu bertali dan tidak bertali. Penggunaan sepatu bertali maupun tidak bertali tergantung dengan pekerja itu sendiri. Apabila salah sepatu sudah dianggap kotor dan perlu untuk dicuci, maka pekerja dapat menggunakan sepatu lainnya. Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan menyediakan 38 buah safety shoes untuk pekerja. Penggantian safety shoes dilakukan tiap satu tahun sekali. Safety shoes yang digunakan sudah sesuai denga teori yang dikemukan oleh Budiono, dkk (2003) bahwa sepatu keselamatan dapat terbuat dari kulit yang dilapisi asbes atau CR (bagi pekerja pengecoran logam/baja) dan sepatu keselamatan harus dilengkapi dengan baja pada ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik.

105

(1) Gambar 4.6

(2)

(1) dan (2) safety shoes Sumber: Penulis 4.5.7 Pelindung Tubuh Menurut Anizar (2009) pakaian kerja sintetis baik terhadap bahan-bahan kimia korosif tetapi berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran listrik statis. Baju pelindung dapat berfungsi utnuk melindungi tubuh dari bahaya panas, percikan bahan kimia dan percikan logam panas dan cairan lainnya. Baju pelindung yang diberikan perusahaan kepada pekerja setiap tahunnya sebanyak tiga pasang. Baju pelindung wajib dipakai pekerja setiap melakukan pekerjaan. Pakaian pelindung yang digunakan terdiri dari baju berlangan panjang dan celana panjang yang berfungsi untuk melindungi tubuh pekerja dari paparan bahan kimia. Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan menyediakan 57 buah pakaian pelindung untuk pekerja. Ketentuan penyediaan APD dari segi bahan sudah sesuai dengan teori menurut Anizar (2009) bahwa pakaian kerja berbahan

106

sintetis baik digunakan terhadapa pekerjaan dengan paparan bahan kimia.

(1) Gambar 4.7

(2)

(1) baju, dan (2) celana Sumber: Penulis 4.5.8 Sabuk Keselamatan (safety belt) Menurut Budiono, dkk (2003) fungsi dari sabuk pengaman atau safety belt adalah untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, memanjat. biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan Perusahaan menyediakan sabuk pengaman untuk

melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari tempat tinggi. Perusahaan memberikan jenis APD sudah sesuai dengan kebutuhan dan jenis bahaya yang diidentifikasi. Ketentuan penyediaan APD di perusahaan sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003) yaitu bahwa untuk melindungi pekerja dari bahay terjatuh dari tempat tinggi

107

yaitu dengan menyediakan APD berupa sabuk pengaman atau safety belt.

Gambar 4.8 Safety Belt Sumber: www.asiaru.com

4. 6 Kesesuaian

Jenis

APD

Berdasarkan

Identifikasi

Bahaya

di

Subdepartment Pest control Penjelasan secara rinci mengenai identifikasi bahaya di bagain pest control dapat dilihat pada tabel 4.4, dan 4.5. Hasil identifikasi bahaya tersebut meliputi pekerjaan fogging, pekerjaan spraying, dan pekerjaan fumigasi. Secara umum, potensi bahaya yang ada adalah terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama, tertimpa benda jatuh, kebisingan, terpajan bahan kimia, , terpapar asap fogging, cairan mist spraying dan gas fumigan, terjatuh dari tempat tinggi, dan terhirup debu. 1. Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama Menurut Budiono, dkk (2003), untuk mencegah tergelincir sebaiknya menggunakan sol anti slip dari karet alam atau sintetik dengan motif timbul untuk mengurangi dan mencegah risiko terpeleset pada lantai yang licin atau basah.

108

Alat pelindung diri yang disediakan oleh pihak perusahaan untuk mengendalikan bahaya ini adalah safety shoes yang terbuat dari bahan kulit, berwarna hitam, mempunyai ujung baja, dan bagian bawah terbuat dari bahan karet dengan motif timbul untuk mencegah terjadinya bahaya terpeleset atau tergelincir. Jenis Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada. Dan juga sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas bahwa, untuk mencegah tergelincir sebaiknya menggunakan safety shoes dengan sol anti slip dari karet alam atau sintetik dengan motif timbul untuk mengurangi dan mencegah risiko terpeleset. 2. Tertimpa benda jatuh Menurut Habsari (2003), APD yang cocok untuk

melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan terkena arus listrik adalah topi pelindung atau helm. Sedangkan tutup kepala berguna untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, panas/dingin, dapat terbuat dari dari asbestos kain khusus tahan api dan korosi terbuat dari kulit atau kain tahan air. Selain helm atau topi pelindung, sepatu pelindung juga berfungsi untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari benda terjatuh,benda-benda tajam potongan kaca,larutan

kimia,benda dan kontak listrik.

109

APD

yang

disediakan

oleh

perusahaan

untuk

mengendalikan bahaya tertimpa benda jatuh adalah topi pelindung dan safety shoes. Topi pelindung yang disediakan adalah topi yang terbuat dari bahan kain. Sedangkan safety shoes terbuat dari karet, berwarna hitam, mempunyai ujung baja, sehingga dapat

melindungi kaki dari benda-benda keras yang terjatuh. Jenis APD yang disediakan kurang sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Topi pelindung berbahan kain tidak dapat melindungi kepala pekerja dari kejatuhan benda-benda keras. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Habsari (2003), bahwa helm merupakan APD yang cocok untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan terkena arus listrik.

Gambar 4.9 Safety Helmet Sumber: indonetwork.co.id 3. Kebisingan

Menurut Hiperkes (2002) alat pelindung telinga mengurangi itensitas suara yang masuk kedalam telinga. Menurut Budiono, dkk

110

(2003) APD yang sesuai untuk bahaya kebisingan adalah dengan penggunaan earplug dan earmuff. Earplug dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposible earplug, yaitu sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara penggunaan yang lain yaitu, non dispossible earplug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak.

APD

yang

disediakan

oleh

perusahaan

untuk

mengendalikan bahaya kebisingan adalah earplug. Earplug yang diberikan perusahaan berbahan kapas yang harus dibentuk terlebih dahulu sebelum digunakan. Earplug yang disediakan memiliki NRR sebesar 29 dB. Yang artinya, dengan menggunakan earplug, pekerja dapat mengurangi intensitas suara yang didapat sebesar 29 dB.

Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada. Namun sebaiknya earplug yang digunakan adalah earplug berbahan karet yang dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama. Sebaiknya untuk pekerjaan pada area berdebu, earplug sebaiknya dicuci setelah melakukan pekerjaan.

111

4. Terpajan bahan kimia (terpapar asap fogging, cairan mist spraying dan gas fumigan) APD yang cocok digunakan untuk bahaya terpapar cairan dan bahan-bahan kimia adalah dengan menggunakan topi plastik/karet, goggles, penutup muka dari plastik, respirator khusus untuk bahan kimia, sarung tangan plastik atau karet, untuk betis dan tungkai menggunakan pelindung khusus dari plastik/karet dan sepatu karet, plastik atau kayu (Sumamur, 1986). Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan untuk mengendalikan bahaya terpajan bahan kimia adalah goggles, masker, sarung tangan karet, dan baju pelindung. Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa APD yang cocok untuk bahaya paparan bahan kimia adalah goggles, respirator khusus, dan sarung tangan karet. 5. Terjatuh dari tempat tinggi Menurut Budiono, dkk (2003) APD yang cocok digunakan untuk bahaya terjatuh dari tempat tinggi adalah sabuk pengaman (safety belt/body harness). Alat ini berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan bahaya terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dilakukan pada tempat ketinggian. APD yang telah disediakan oleh perusahaan untuk mengendalikan bahaya terjatuh dari tempat tinggi adalah safety

112

belt/body harness. Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa sabuk pengaman cocok untuk digunakan pada pekerjaan dengan bahaya terjatuh dari ketinggian. 6. Terhirup debu APD yang cocok digunakan untuk mengendalikan bahaya debu yaitu respirator, sehingga mengurangi paparan bahaya debu yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mengganggu sistem pernapasan (Sumamur, 1996). APD yang telah disediakan oleh perusahaan untuk mengendalikan bahaya terhirup debu adalah respirator berupa half-face respirator. Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa respirator cocok untuk digunakan pada pekerjaan dengan bahaya terhirup debu. 7. Mata terkena cairan mist spraying Menurut Sumamur (1986) APD yang cocok digunakan untuk bahaya terpapar cairan dan bahan-bahan kimiawi adalah dengan menggunakan topi plastik/karet, goggles, penutup muka dari plastik, respirator khusus tahan kimiawi, sarung tangan plastik atau karet, pakaian plastik/karet, untuk betis dan tungkai menggunakan pelindung khusus dari plastik/karet dan sepatu karet, plastik atau kayu.

113

APD

yang

disediakan

oleh

perusahaan

untuk

mengendalikan bahay mata terkena cairan mist spraying pada pekerja adalah safety goggles. jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan teori di atas yang mana untuk mengendalikan bahaya mata terpapar cairan bahan kimia adalah dengan menggunakan goggles. 4. 7 Pemeliharaan APD di Subdepartment Pest Control Pemeliharaan APD di bagian sub departement pest control dibagi menjadi dua bagian pemeliharaan, yaitu pemeliharaan oleh pekerja dan pemeliharaan oleh perusahaan. APD yang dipelihara oleh pekerja yaitu kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung. Sedangkan pemeliharaan yang dilakukan perusahaan adalah masker half-face respirator dan respirator serta safety belt/body harness. 4.7.1 Pemeliharaan oleh pekerja a. Kacamata keselamatan (goggles) Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air full-face

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit. Pemeliharaan goggles oleh pekerja bagian pest control yang didapatkan melalui wawancara dengan pekerja, pekerja mencuci

114

goggles apabila sudah terlihat kotor dan mengganggu pandangan penglihatan pekerja pada saat melakukan pekerjaan. Pemeliharaan ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003) bahwa sebaiknya pemeliharaan goggles dilakukan dengan mencucinya dengan air sabun kemudian dibilas dengan air. b. Safety shoes Pemeliharaan APD dapat dilakukan untuk menghilangkan bau pada safety shoes (sepatu keselamatan) adalah dengan menjemur di panas matahari (Budiono, dkk, 2003). Pemeliharaan safety shoes yang dilakukan oleh pekerja yaitu dengan mencucinya apabila sudah kotor lalu mengeringkannya dengan cara menjemur di panas matahari atau dengan mengipaskan dengan angin agar cepat kering. Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori di atas, bahwa sepatu keselamatan harus dijemur di panas matahari untuk menghilangkan bau. c. Baju pelindung Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.

115

Pemeliharaan baju pelindung dilakukan agar baju selalu dalam keadaan bersih dan nyaman dipakai. Pemeliharaan baju pelindung yang dilakukan oleh pekerja yaitu dengan mencucinya menggunakan air sabun dan

membilasnya dengan air bersih apabila sudah terlihat kotor dan tidak nyaman dipakai. Seteleh dicuci, kemudian baju dan celana dijemur hingga kering. Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada, bahwa pemeliharaan baju pelindung dilakukan dengan mencuci dengan air sabun dan membilasnya dengan air. d. Earplug dan earmuff Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Pemeliharaan earplug dilakukan dengan mencucinya dengan air sabun apabila sudah terlihat kotor. Sedangkan untuk pemeliharaan earmuff jarang dilakukan karena pekerja jarang

memakai earmuff dalam melakukan pekerjaannya. Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan Budiono, dkk (2003) bahwa APD harus dicuci dengan air sabun kemudian dibilas dengan air secukupnya.

116

e. Sarung tangan karet Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit. Sarung tangan dicuci pekerja apabila sudah terlihat kotor, terasa lengket dan tidak nyaman dipakai. pekerja mencucinya dengan menggunakan air sabun dan membilasnya dengan air secukupnya dan mengelapnya hingga kering dengan kain lap kering. Pemeliharaan tersebut sudah sesuai dengan teori di atas bahwa APD dicuci dengan air sabun dan dibilas dengan air secukupnya. f. Topi pelindung Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air

sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit. Pemeliharaan topi pelindung dilakukan agar topi tetap bersih dan nyaman dipakai. Pekerja mencuci topi yang mereka pakai apabila topi tersebut telah terlihat kotor dan tidak nyaman untuk dipakai. Untuk

117

memelihara topi, pekerja mencuci dengan air sabun dan membilasnya dengan air secukupnya. Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori di atas, bahwa secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya (Budiono, dkk, 2003). 4.7.2 Pemeliharaan oleh perusahaan a. Masker (respirator) Menurut Budiono, dkk (2003) pemeliharaan APD jenis respirator adalah dengan cara mengganti cartridge/filter.

Penggantian cartridge sesuai dengan jenis gas berbahaya yang terdapat di tempat kerja. Untuk masker half-face respirator maupun full-face repirator dilakukan dengan cara mengganti filter/cartridge apabila pekerja merasa sulit bernapas pada saat menggunakannya. Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan Budiono, dkk (2003) bahwa pemeliharaan respirator adalah dengan cara mengganti cartridge/filter. b. Safety belt/body harness Menurut Budiono, dkk (2003) pemeliharaan safety belt dan safety harness dilakukan dengan melakukan pengecekan tali

118

pengaman dan juga pada ring penahan dari sabuk keselamatan karena alat ini terdiri dari tali pengaman dan dapat menahan beban sebesar 80 kg. Tidak ada pemeliharaan khusus untuk APD jenis ini. Hanya saja apabila akan menggunakan dan setelah menggunakan safety belt/body harness ini pekerja mengecek tali-tali pengaman pada APD ini. Pemeliharaan tersebut sudah sesuai dengan teori di atas, bahwa tali pengaman safety belt/body harness harus dilakukan untuk memastikan bahwa APD dalam keadaan baik dan aman untuk digunakan. 4. 8 Penyimpanan APD di Subdepartment Pest Control Seperti halnya pemeliharaan APD, penyimpanan APD juga dilakukan dengan dibagi menjadi dua bagian penyimpanan, yaitu penyimpanan oleh pekerja dan penyimpanan oleh perusahaan. APD yang disimpan oleh pekerja yaitu kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung. Sedangkan penyimpanan yang dilakukan perusahaan adalah masker half-face respirator dan full-face respirator dan safety belt/body harness. 4.8.1 Penyimpanan oleh Pekerja Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari

119

debu,

kotoran,

gas

beracun,

dan

gigitan

serangga/binatang.

Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya. APD yang disimpan oleh pekerja adalah: a. Goggles yang tidak dipakai disimpan di tempat

penyimpanan di loker masing-masing pekerja. b. Earplug yang hanya dapat beberapa kali dipakai disimpan pada kantung plastik kemudian disimpan di dalam loker masing-masing pekerja. c. Safety shoes dibawa pekerja pulang ke rumah dan disimpan di rumah masing-masing pekerja d. Sarung tangan karet disimpan setelah dipakai didalam loker masing-masing pekerja e. Topi pelindung, setelah dipakai, topi pelindung disimpan di loker atau sering juga dibawa pulang oleh pekerja pulang ke rumah. Penyimpanan oleh pekerja sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas bahwa untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya. 4.8.2 Penyimpanan oleh Perusahaan

120

Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya (Budiono, dkk, 2003). APD yang disimpan oleh perusahaan adalah: a. Half-face respirator dan full-face respirator Untuk penyimpanan Half-face respirator dan fullface respirator dilakukan dengan cara disimpan di dalam kardus atau kotak yang kemudian dimasukkan ke dalam loker tempat penyimpanan APD di ruangan kerja. b. Safety belt/body harness Untuk penyimpanan safety belt/body harness

dilakukan dengan cara dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kotak kardus kemudian disimpan di kantor department security & safety yang dapat diambil kembali apabila hendak digunakan. Penyimpanan APD yang telah dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003) bahwa untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

121

4. 9 Pengawasan APD di Subdepartment Pest Control Pengawasan terhadap APD yang digunakan oleh pekerja dilakukan oleh para inspector di bagian department safety & security setiap hari saat melakukan inspeksi ke berbagai tempat atau lokasi pekerjaan. Tetapi, pengawasan tersebut hanya dilakukan apabila para inspector secara tidak sengaja yang sedang melakukan inspeksi melihat adanya pekerjaan pest control. Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertanggung jawab (Riswanto, 2008). Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja dalam penggunaan APD hendaknya disorong oleh berbagai pihak, misalnya dengan memberikan sanksi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula penilaian yang baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam menggunakan APD. Pengawasan terhadap APD di PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills dilakukan setiap hari oleh para inspector pada saat melakukan inspeksi sehingga dapat memantau kelengkapan penggunaan APD dan meningkatkan kedisiplinan pekerja dalam bekerja. Apabila dalam pengawasan ditemukan pekerja yang tidak lengkap dalam pemakaian APD-nya, maka pekerja tersebut hanya ditegur di tempat saja. Sebaiknya pekerja tersebut tidak hanya ditegur saja tetapi diberikan sanksi untuk membuat pekerja jera dan patuh

122

terhadap pemakaian APD. Sebaliknya, perusahaan hendaknya memberikan reward kepada para pekerja yang patuh memakai APD saat melakukan pekerjaan. Dengan demikian penggunaan APD dapat dilaksanakan dengan baik oleh pekerja demi keamanan bekerja di PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills. Oleh karena itu, sebaiknya pengawasan terhadap APD tidak hanya dilakukan oleh manajemen saja, tetapi pekerja juga berwenang untuk menindak ketidakdisiplinan terhadap penggunaan APD secara langsung apabila ada pekerja yang tidak disiplin dalam penggunaan APD. 4. 10 Pelatihan pemakaian APD di Subdepartment Pest Control PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills sudah melakukan pelatihan secara khusus tentang pemakaian APD yang benar dan sesuai. Pelatihan dilakuka oleh phak perusahaan dan pihak luar sebagai trainer. Pelatihan yang dilakukan pada saat pekerja pertama kali bekerja dan melakukan pekerjaan. Hal-hal yang dijelaskan kepada pekerja baru adalah jenis pekerjaan, bahaya pekerjaan serta risikonya, dan APD apa yang harus dipakai dan cara pemakaiannya. Menurut Budiono, dkk (2003) perlunya pembinaan terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan pekerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam pemeliharaan dan

penyimpanannya.

123

Dengan diadakannya pelatihan dapat menambah pengetahuan pekerja tentang APD, mengetahui bagaimana cara menggunakan APD yang baik dan benar, cara pemeliharaan dan penyimpanannya. Dengan demikian program penggunaan APD dapat dilaksanakan dengan baik oleh pekerja dan pekerja merasa aman serta nyaman dalam bekerja serta tidak merasa terganggu dengan memakai kelengkapan APD, serta dapat meningkatkan kedisiplinan dan dapat mengurangi risiko untuk terjadinya penyakit akibat kerja.

124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan 1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan produsen tepung terigu yang melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia Security and Safety Department adalah departemen yang menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan.. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama yang melakukan kegiatan spraying, fogging dan fumigasi. 2. Potensi bahaya pada tiap pekerjaan dan pengendalian yang telah diterapkan, yaitu: a. Bahaya pada pekerjaan fogging dan spraying Bahaya yang mungkin terjadi adalah bahaya kebakaran atau ledakan, terpapar bahan kimia, menghirup bahan kimia saat pencampuran, terpapar asap fogging dan cairan spraying, kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi, tertimpa benda jatuh, mata terkena cairan spraying, badan terpapar asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu. Pengendalian yang telah dilakukan adalah secara engineering dengan

pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP, membersihkan knalpot dari kerak, menyalakan dan mematikan mesin di lokasi yang aman, memastikan tutup lubang bahan bakar dan mesin sudah dalam

125

kondisi baik, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara administratif dengan penerapan shift kerja, training dan safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian APD yaitu masker, sarung tangan, kacamata, safety belt/body harness, safety shoes, topi pelindung, baju pelindung, dan earplug. b. Bahaya pada pekerjaan fumigasi Bahaya yang mungkin terjadi adalah terpapar/menghirup bahan kimia saat pengukuran jumlah bahan fumigan, terpapar gas fumigan, kebisingan, terpleset/terjatuh pada lantai yang sama, terjatuh dari ketinggian, terjebak, tertimpa benda jatuh, dan

terhirup debu. Pengendalian yang telah dilakukan adalah secara engineering dengan pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara administratif dengan penerapan shift kerja, training dan safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian APD yaitu masker, sarung tangan, kacamata, safety belt/body harness, safety shoes, topi pelindung, baju pelindung, dan earplug. 3. Jenis-jenis APD yang digunakan terdiri atas: a. Topi pelindung terbuat dari topi berbahan kain. Masing-masing pekerja diberikan satu buah topi tiap setahun sekali. b. Kacamata keselamatan (goggles) terbuat dari plastik transparan menutup area sekitar mata yang lebih melindungi pekerja apabila

126

memasuki area yang terdapat percikan cairan, asap, serbuk atau debu. Masing-masing pekerja diberikan satu buah kacamata setiap satu tahun sekali. c. Earplug (pelindung telinga) terbuat dari busa yang hanya dapat dipakai beberapa kali. Earplug ini memiliki Noise Reduction Rating (NRR) sebesar 29 dB. Standar yang digunakan adalah ANSI 19 1974 dengan merk 3M. Pekerja diberikan earplug masing-masing dua pasang yang mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke perusahaan. d. Pelindung tangan yang tersedia yaitu sarung tangan berbahan karet. Pekerja diberikan sarung tangan masing-masing satu pasang yang mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke perusahaan. e. Pelindung pernapasan yang disediakan adalah masker half-face respirator dan full-face respirator. Masing-masing pekerja

mempunyai satu buah half-face respirator. Sedangkan untuk full-face respirator hanya disediakan beberapa buah saja. f. Pelindung kaki terbuat dari kulit, ujung sepatu dilapisi baja, bagian bawah yang bermotif timbul agar melindungi pekerja dari bahaya terpleset saat sedang bekerja dibagian yang basah dan licin. Standar yang digunakan adalah ANSI Z41.1-1991. Setiap tahunnya pekerja diberikan 2 pasang sepatu yang mana terdiri dari sepatu bertali dan tidak bertali.

127

g. Pelindung tubuh berupa baju lengan panjang dan celana panjang yang disediakan perusahaan kepada pekerja setiap tahunnya sebanyak tiga pasang. Terbuat dari bahan sintesis yang tahan terhadap bahan kimia. h. Pelindung dari ketinggian yang disediakan adalah safety belt/body harness. 4. Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan sudah sesuai dengan hasil identifikasi bahaya kecuali untuk pelindung kepala berupa topi pelindung. 5. Pemeliharaan APD terbagi dua, yaitu: a. Pemeliharaan oleh pekerja diserahkan sepenuhnya kepada pekerja seperti kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung. b. Pemeliharaan oleh perusahaan dilakukan oleh pihak perusahaan, seperti masker half-face respirator dan safety belt/body harness. 6. Penyimpanan APD terbagi dua, yaitu: a. Penyimpanan oleh pekerja diserahkan sepenuhnya kepada pekerja, seperti kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung. full-face respirator serta

128

b. Penyimpanan oleh perusahaan dilakukan oleh perusahaan, seperti half-face respirator dan full-face respirator dan safety belt/body harness. 7. Pengawasan terhadap APD yang digunakan oleh pekerja dilakukan oleh para inspector di bagian department security and safety setiap hari saat melakukan inspeksi ke berbagai tempat atau lokasi pekerjaan. 8. Pelatihan dilakukan pada saat pekerja pertama kali bekerja dan melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dan pihak luar sebagai trainer. Hal-hal yang dijelaskan kepada pekerja baru adalah jenis pekerjaan, bahaya pekerjaan serta risikonya, dan APD apa yang harus dipakai dan cara pemakaiannya. 5.2 Saran 1. Sebaiknya pengawasan terhadap pemakaian APD terus dilakukan untuk memantau kepatuhan dan kedisiplinan para pekerja dalam memakai APD. 2. Sebaiknya pengawasan terhadap kelengkapan APD yang dipakai sebelum bekerja dilakukan untuk mengurangi kemungkinan bahaya yang terjadi. 3. Sebaiknya disediakan Self Containing Breathing Aparatus (SCBA) untuk mengantisispasi terjadinya perubahan kadar oksigen dan gas-gas lainnya di dalam ruangan tertutup saat melakukan pekerjaan.

129

4. Sebaiknya perusahaan dalam menyediakan alat pelindung diri perlu mempertimbangkan kualitas dari APD tersebut dari segi bahan dan kemampuannya dalam mengurangi paparan bahaya. 5. Sebaiknya perusahaan menyediakan safety helmet untuk pekerja pest control sebagai pengganti topi pelindung berbahan kain. 6. Sebaiknya perusahaan memberikan sanksi terhadap pekerja yang tidak patuh dalam menggunakan APD sehingga dapat membuat jera bagi pekerja yang tidak patuh menggunakan APD dan menyediakan reward bagi pekerja yang patuh. 7. Sebaiknya pelatihan dan pembinaan dilakukan secara berkala untuk merefresh pekerja agar pekerja mengetahui cara pemakaian, pemeliharaan, penyimpanan suatu APD.

130

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2009.
Australian Standard / New Zealand Standard 4360. Risk Management Guidelines. Sydney; 1999.

Budiono, Sugeng A. M (dkk). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Edisi ke 2. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2003 Cooling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall.Inc; 1990 Departemen Tenaga kerja, Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dengan Materi Alat Pelindung Diri. Badan Litbang Depnakertrans pusat pengembangan keselamatan kerja dan Hiperkes Tahun 2002. Habsari Niken Diana. Bunga Rampai Hiperkes & KK Higiene Perusahaan Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Universitas Diponogoro Semarang; 2003. ILO. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar. Geneva : Internasional Labour; 1996 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 01 Tahun 1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 03 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03 Tahun 1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 08 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri.

131

Peraturan Pemerintah No, 07 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida. Ridley and Channing, John. Risk Management Safety at Work. ButterworthHeinemann: ElsivierScience Ltd; 1998. Santoso, Gempur. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung; 1997 Sartika. Gambaran Penggunaan Pelaksanaan Program Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bagian Produksi Non Penecilin di PT. Alphafarma. Laporan magang Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia: 2005. Sumamur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Gunung Agung; 1996. Sumamur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gunung Agung; 1981. Sumamur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gunung Agung; 1986. Supriyadi, Gemilar Sapta Pratama. Penilaian Risiko Kecelakaan Pada Kegiatan di Bagian Pengantongan PT. Semen Cibinong Tbk Bogor. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2005 Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai