Anda di halaman 1dari 7

Herat, Afghanistan Akumempereratdekapanjaketkulitcoklat yang menjadiperisaikudalammenahanudaradingin. Tetapikupikiritutakterlaluberguna, udaradingintetapmenyeruakmembuattubuhkumengigildantulang-tulangkungilu. Kulihat jam tangan silver metalik yangmelingkardipergelangantanganku, lalumendesahseolahinginmengatakanwaktuberjalandiluarkendaliku.

Pukul 12.21 pm Takbisakupercaya. Dalamwaktusepertiinimalambisaberubahterlalugarangdanmenerkansiapasajadengansu hu yang dapatmenimbulkanhipotermiasewaktu-waktu.Akumengusapusapkeduatangankuuntukmemercikansuatukehangatan yang sangatkuperlukansaatini. Malaminitaksepertimalambiasanya. Suhu di Heratmemangtakterlaluteraturdalammengurutkantabelpenurunanataupunkenalkansu huudara. Akucukupmengetahuinya ,tetapikadang-kadangakujugaperlubertanyatanyadanmerasakhawatir. Sekarangsuhumenurundrastissecaracepat, danitucukupmenciptakanopini-opini yang terbayangterusmenerus di benakku. Sekarangakuberadadiantarailalang-ilalangtingginanluas, diantaragelapanmalamdandinginnya yang mencekam. Bulanterlihathampirpurnama. Bintanggemilangberhamburansepertihamparanpermata yang mengkilapindah. Awanhitamterlihatmemanyungidaerahutaratakbergerak sesuai yang akuinginkan. Pernahkudengarsesuai yang disebutrasibintang yang dihubungkandenganbualantentangramalannasibseseorang. Akusungguhtakpercayakebohongansepertiitu. Bintang-bintang yang berkelipkupikirkanuntukmembentukgarispenghubungantarasatudengan yang lainnya. Sehinggaberakhirdenganbayangansuatubentuk yang kadangtakpernahkupikirkansebelumnya.

Jujursaja, akusangatmerindukansaat-saatsepertiini. Saatsaatmengenangmasakecil, ketikaakudanayahkupergikepekaranganrumahuntukmelihatlangit, sungguhmerupakanpengalaman yang mustahiluntukdilupakan. Hanyaselalumerindukansebuahsaatuntukkembali. Saatmelihatrumahku, tanamantanamanibu, suasana yang nyamansertapenuhkasihsayang, danapapun yang pernahkulewatipadaawalkehidupan. Sedikit diriku tereyuh, melewati kerinduan hati yan terus menganga meminta jawaban dari sang empunya. Namun aku berpaling seolah tak peduli. Bukan maksud ku untuk mengubur perasaanku sendiri, tetapi hanya ku belum menemukan saat yang tepat untuk menghembuskan sebuah angin kesegaran sebagai penghibur hatiku. Aku belum menemukan saat yang mendukung demi melepaskan kerinduanku. Tak apa aku terlihat tak berdaya diatur oleh keadaan seperti ini. Namun nanti, pada saat semua akan berakhir, aku akan dapat memeluk ayahku dan mencium tangan ibuku yang menghiasi beberapa mimpi kerinduan dalam lelapku. Untuk sekarang, tentunya aku tak bisa melepaskan arti kewajiban yangku emban sebagai pengertian tugas suci pada negara. Aku tergabung dalam sebuah skuadron angkatan darat milik organisasi militer yang berada dibawah naungan PBB. Disini, di bumi afganistan, aku dan teman-teman ditugaskan untuk menjaga perdamaian dalam arti yang kupikr terlalu sempit dan pendek. Sebuah opera kehidupn dalam membantai raga-raga yang tidak bersalah, melepaskan jiwa-jiwa tak berdosa dengan harga sangat murah, hanya sebutir peluru. Dalamekspresi pemimpin kamiyang kepribadiannya sedikit menganbil harmoni antara kebenaran dan kebrutalan. Dia pernah berkata: kita tidak lebih hanyalah sebuah boneka yang dikendalikan oleh jari-jari moster dibalik kostum pahlawan. Kita adalah marinir kator yang melakukan tugas-tugas iblis dengan membabi buta hanya untuk menuruti instruksi seorang diktator yang tak lulus

sekdah moral. Seandainya kita mati, kita takkan merasa tenang dengan uang asuransi yang diberikan kepada keluarga kita yang kita tinggalkan. Kita takkan bisa tenang sedangkan balutan dosa terus menyelimuti kita. Tidak pernah dibenarkan usaha untuk menghilangkan nyawa-nyawa tak berdosa. Setiap hari kita terlalu banyak membunuh penduduk sipil pada setiap paket amunisi yang dikirimkan. Kita bukan lagi sosok pahlawan perdamaian. Kita adalah pembunuh berdarah dingin. Kita adalah perpanjangan tangan dari seorang penguasa yang lebih buruk dari pada adolf hitler maupun benitto mussalini. Kita lebih buruk dari kaum fasis. Hanya untuk alasan suatu pribadi perdamaian. Kita bisa berdiri disini. Kita ditipu oleh dunia. Oleh sebuah tata dunia yang penuh dengan darah dan nanah. Mungkin kitalah kaum tirani pembawa kerusakan. Cepat atau lambat kita akan segera dihukum oleh tuhan. Mungkin kita tak beruntung dalam kehidupan ini. Kita hanya bisa mempersiapkan diri untuk menjadi sampah busuk yang jadi makanan burung nassar. Aku dan kalian bukan lagi makhluk tingkat tinggi yang memiliki hati. Aku dan kalian hanyalah makhluk tingkat rendah yang bergerak seperti robot. Didunia ini, kebaikan terakhir yang dapat kita perbuat adalah membiarkan tubuh kita di cabik-cabik oleh singa yang garang karena kita telah mengganggu koloninya. Setiap aku mengingat kata-kata itu, entah kenapa aku selalu membenarkan, walau aku sendiri sebagai anggota pasukan merasa dilecehkan. Sekarang orang yang dipanggil mayor itu telah pergi meninggalkan dunia ini, dan kini aku ditunjuk sebagai penggantinya. Aku tak tahu apakah arwah sang mayor tenang dialam sana. Begitu pun benakku saat ini, apakah keluarga dapat membenarkan perbuatanku selama ini ? Disini aku hanya sendiri, menatap daratan yangf seakan tak terbatar dan tak berujung. Kadang terlihat garis-garis dilangit yang muncul dan menghilang dalam sekejap. Itu adalah sebuah bintang jatuh. Atsmosfir diciptakan oleh tuhan untuk melindungi bumi dari kehancuran akibat terjangan batu angkasa.

Seharusnya manusia berfikir dan menyukuri anugrah tersebut namun dengan sengaja manusia telah membuat kehancuran lain dibumi. Manusia saling membunuh . hukum rimba kembali ditegakan yang kuat akan berjaya, yang lemah akan diinjak. Penderitaan tanpaakhir akan terus mewarnai kehidupan dibumi. Kuyakin banyak bangsa telah membenci orang-orang seperti kami. Aku dan diriku terwujud sebagai kaum kanibal yang membunuh sesama, kaum yang banyak ditakuti sebagai mimpi buruk dan paranoit. Dalam hati yang dipenuhi ketulusan, sesungguhnya aku sudah tak tahan terhadap baju marinir yang aku pakai sehari-hari. Sebentar lagi aku akan mencampakan debut karir yang sudah aku raih dengan susah panyah selama ini. Aku akan kembali pada keluargaku. Memulai cara kehidupan yang baru. Dan mengambil gitar yang sudah sekian tahun tersimpan dalam peti di dalam gudang rumahku. Aku adalah seorang amerika yang hidup di oregon dalam kehidupan yang tenang dan aman. Aku belum menikah dalam usiaku yang menginjak usia 30 tahun. Dalam diriku, aku merasa belum dewasa dan masih menginginkan kedua orang tua berada disampingku taip kali aku diganggu kesepian. Orang tuaku adalah yang menyerahkan sepenuhnya tentang cita-cita kepada kami. Aku adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Silvy, adiku yang telah tumbuh menjadi seorang wanita anggun sudah pergi dengan kehidupan barunya bersama dengan seorang pria inggris pilihannya. Baru-baru ini aku menerima telepon darinya bahwa ia baru melahirkan anak pertamanya. Mengingat sudah 3 tahun aku bertugas diharap sebagai tentara internasional dan tak pernah pulang ke oregon, aku selalu pasif dalam mengetahui berita-berita dari keluargaku. Setiap kali terdengar suara-suara mereka dari telepon aku berfikir untuk menanyakan bagaimana kabar meraka. Sungguh hal yang melegakan saat mereka menjawab bahwa mereka baik-baik saja. Dari waktu ke waktu, hanya terdengar ibu yang katanya sering mengalami hal itu. Ibuku adalah seorang wanita

penderita rematik yang tak tahu kapan unutknya sembuh. Walau kadsang penyakitnya kambuh sewaktu-waktu, aku sangat bersyukur karena ibuku tak pernah berada dalam keadaan terparah karena penyakitnya. Kakak laki-lakiku yang umurnya 4 tahun lebih tua sedang berada dalam perjalanankarir musiknya. Ia adalah seorang vokalis dalam kelompok bandnya yang sering tampil dalam berbagai pergelaran musik. Sewaktu ketika dia pernah menawariku untuk menjadi seorang gitaris dalam bandnya mengingat patensiku dalam memetik nada-nada lagu sangatlah menjajikan, namun aku menolaknya dan pergi ke NATO untuk mendaftarkan diri sebagai seorang tentara. Ayahku merupakan aktivis sosial yang mengabaikan umur untuk membantu sesama. Di umurnya yang menginjak 50 tahunan dia tetap aktif dan terlihat bugar. Sebagai seorang pensiunan seorang pemadam kebakaran, membantu sesama adalah hal wajar baginya. Ada semburat kekhawatiran yang muncul dilangit hatiku. Ku pikir ia bisa saja melupakan segalanya demi kebaikan. Tetapi, aku mengerti ayahku adalah seorang yang cukup bijak dalam segala hal. Kami merasa banga sebagai anaknya. PAK seorang menepuk pundaku, akrab. Seorang pria campuran amerika-arab hampakan ingin menyampaikan sesuatu padaku. James El-nasser, seorang amerika berlogat arab yang tidak lain adalah sekertarisku. Aku mempersilahkannya untuk menyampaikan apa yang hendak ia katakan. Kulihat raut kekhawatiran terpancar dari mata kebiruannya. sumber listrik di barak padam, dan penyebabnya adalah sabotase yang dilakukan oleh orang yang tidak diketahui. benarkah ? aku berusaha memastikannya . Dia mengangguk. Kulihat kekhawatiran yang nyata dari raut wajahnya. Aku terdiam sejenak seraya memunculkan dugaan-dugaan yang masuk akal dalam benakku. ayo kita kesana

Sebuah garset tampak telah dibakar. Aku masih melihat kepulan asap putih yang menyeruak diantara kegelapan beberapa marinir tampat terus menyirami benda itu dengan beberapa ember air. Aku telah meminta beberapa orang bawahan menyelidiki apa yang terjadi. Aku mendesah di tengah kegelapan. Tercium benda terbakar barak militer tempatku berada hanya diterangi cahaya bulan semata. Aku tak bisa menganggap remeh hal ini. Musuh bisa menyerang kapan saja. Thaliban adalah organisasi pemberontak yang memiliki hubungan dengan alqaeda. Meraka adalah musuh bagi kita. Seminggu yang lalu terjadi kontak senjata antara kami dan mereka. Beberapa orang dari skuadron kami gugur. Aku yakin, mereka takkan puas sebelum kami pergi dari tanah pemburuan mereka. Teka tekisebuah ledakan yang cukup kuat terdengar dari sebuah mobil mengangkut pasukan yang treparkir diujung dari jajaran tenda-tenda pasukan. Ledakan tersebut cukup keras terdengar. Aku tak cukup mampu mengatasi kekacauan yang terjadi. Yang bisa kulakukan adalah mengambil senapan dan mengintruksikan pasukan agar segera berkumpul. Suara desingan peluru membelah kesunyian malam. Kilatan-kilatan api dan teriakan ketakutan hadir mengalahkan kegelapan malam yang dicekat dengan suhu dingin. Pasukan-pasukan yang ada disekitarku tersungkur dihantam oleh peluru yang membabi buta segala arah. Tak tahu apalah dari kawan atau lawan. Teriakanku tak lagi terdengar, dikalahkan oleh suara ledakan dan desingan peluru yang terdengar silih beganti. Pasukan yang seharusnya kupimpin telah tercerai berai. Aku menyerah, apakah sebaiknya aku pasrah dengan apa yang terjadi ? belum sempat aku menunduk, sebuah peluru nyasar menembus dadaku. Aku terjerembab berkalang tanah, mengerang karena peluru ini sungguhmenyakitkan. Kini, tak ada yang dapat mendengar frekuensi nafasku tak lagi dapat teratur. Bunyi nafas ini seperti sebuah alunan lagu yang sedang mengantarku

ke pintu kematian. Mungkinkah hanya suara nafas ini hal terakhir yang dapatku dengar didunia ini? Aku menggeleng kuat-kuat. Aku tak mau orang-orang bersedih karena kepergianku. Aku harus tetap hidup. Atau setidaknya ..... aku bisa bertemu keluargaku sebelum diriku dijemput kematian. Namun aku tak bisa mengatur hidup. Kadang kehidupan tak selalu sesuai dengan apa yang kuinginkan. Terakhir kujalani dengan penuh kesedihan ini sedang menghentak-hentak dinding dihatiku. Ternyata aku lupa bahwa jalan yang telah ku pilih ini adalah salah. Aku berada dipihak yang salah. Bertempur pada pihak yang salah. Bertempur pada pihak yang salah. Dan mati karena caraku sendiri dalam menyikapi hidup. Aku lupa bahwa tak selamanya aku bisa hidup, bisa menang, bisa mencintai sesuatu, serta menyelesaikan misi dengan sempurna. Pada kehidupan yang kulupakan sebenarnya terus berputar. Akhirnya ...... inilah hidupku. Berakhir dengan cara yang tak aku inginkan, kalau memang hidup ku berakhir sekarang, biarlah namaku dikenang bersama tentara lain telah menjadi kenangan. Inilah akihir menyedihkan dari kisah hidupku. Inilah balasan dari tuhan karena telah membunuh jiwa-jiwa tak berdosa, mengotori suatu negri dengan peluru penderitaan. Aku mengerutkan kening. Segala disekitarku menjadi sangat terang. Terlalu tenang, aku merasa tubuhku ringan dan melayang. Kesadaranku mulai menghilang ..... menghilang .. .. dan akhirnya menghilang sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai