Anda di halaman 1dari 36

www.themegallery.

com

Senoaji Yuniar Sasmito 20060310126

PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS
IDENTITAS Nama : Tn. T Umur : 84 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Petani Alamat : Kemiri, candi

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Tidak bisa BAK Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 2 hari SMRS. Selain itu pasien mengeluhkan perut bagian bawah terasa penuh dan nyeri. Keluhan nyeri pinggang, kencing berdarah, kencing batu, nyeri diujung kemaluan saat BAK dan demam disangkal. Menurut pasien dan keluarganya, pasien mulai merasakan gangguan BAK sejak 3 bulan SMRS. Menurut pasien sebelum keluhan tidak bisa BAK muncul, pasien merasa saat ingin BAK harus mengedan dan menunggu lama baru air kencingnya keluar. Air kencing berwarna kuning jernih dengan pancaran lemah namun tidak bercabang dan kadang berhenti kemudian keluar lagi. Setelah BAK kadang ada air kencing yang menetes dan pasien sering merasa BAK nya tidak tuntas. Pada malam hari pasien sering terbangun 3 kali untuk BAK.

ANAMNESIS (2)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama +, riwayat pemasangan kateter sebelumnya + Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat tekanan darah tinggi disangkal Riwayat konsumsi obat-obat tertentu disangkal

Riwayat Penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

PX FISIK
Status Generalis Keadaan Umum : Kesadaran : Tanda vital :

Tampak sakit Compos mentis

N RR S TD

: : : :

72 x/menit 24 x/menit 36,5 C 140/100 mmHg

Kepala dan thorax dbn

ABDOMEN
Inspeksi : Datar Palpasi : Supel,NT - , hepar dan lien tidak teraba membesar Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen Auskultasi : BU normal Regio Supra Simfisis VU : Inspeksi: Distensi Perkusi: Redup Palpasi: Teraba massa,konsistensi keras, nyeri tekan+ Colok Dubur - Tonus sfingter ani: Baik - Ampula recti: Tidak kolaps - Mukosa rektum: Teraba licin - Prostat : Menonjol, konsistensi kenyal, permukaan rata, simetris kanan dan kiri, nodul (-), nyeri tekan (-), batas atas teraba, ukuran

PX PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Leukosit Hb Ht Plt

: : : :

12.400 /uL 10,7 gr%/dl 30,9gr%/dl 196 mm

Pemeriksaan Kimia Darah


GDS : 124 mg% Ureum : 22 mg% Kreatinin : 1,1 mg%

DIAGNOSIS KERJA Retensi Urin et Causa Benign Prostat Hyperplasia DIAGNOSA BANDING Karsinoma prostat Urolitiasis Kelemahan otot detrusor PENATALAKSANAAN Infus RL 20 tpm Pasang kateter urin Operasi :Prostatektomi terbuka

PROSTATE

Lokasi, Diantara Vesica Urinaria dan dinding dasar pelvis Ukuran 3x4x2,5 cm, Berat 20gr Fungsi Sekresi cairan encer seperti susu mengandung ion sitral, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin. Glandular portion terbagi dalam 3 Zona: central (20% to 25% dari total volume) transitional (5% to 10%) peripheral (70% to 80%) Serta dua komponen utama: stroma (Otot Polos & jar.Ikat) +epithelium berkelenjar ratio normal stroma:epithelium adalah 2:1

Anatomi Kelenjar Prostat


Pembagian Lobus (Lowsley): Lobus Lateral kanan dan kiri Lobus Posterior Lobus Medius Lobus Anterior (atrofi saat bayi) Pembagian Zona (McNeal): Zona Anterior Zona Transisional (predileksi BPH) Zona Central Zona Perifer
Kundra, V. et al. Am. J. Roentgenol. 2007;189:830-844

Copyright 2007 by the American Roentgen Ray Society

BPH
Hiperplasia kelenjar periurethral (sel-sel glanduler dan interstitial) dari prostat

Hiperplasia kelenjar periurethral (sel-sel glanduler dan interstitial) dari prostat


Etiologi belum pasti, dikemukakan beberapa teori: Teori Stem Cell (Isaac, 1987) Teori Reawakening (McNeal, 1978) Teori Keseimbangan Estr. Dan Test. (Huggins Moore, 1947) Teori Dihidrotestoteron (McConnel, 1990) Teori Growth Factor

Insidensi BPH
Prevalensi meningkat sesuai pertambahan usia Pria diatas 50 tahun Pria usia: > 60 tahun 70 % > 80 tahun 90 %

PATTHOGENESIS

Gejala Klinis BPH


Anamnesis
(Faktor utama: Pria USIA > 50 tahun)
Seringkali didapatkan gejala LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) 1. Gejala Obstruktif 2. Gejala Iritatif Keluhan keluhan disusun dalam bentuk skor (International Prostate Symptoms Score)

Gejala Klinis BPH (Obstruktif)


Anamnesis
- Melemahnya pancaran urin - Rasa tidak lampias setelah miksi - Hesitancy (lama menunggu keluarnya air kemih) - Straining (mengedan)

- Intermittency (BAK terputusputus)


- Retensi Urin sampai dengan Inkontinensia (Overflow)

Gejala Klinis BPH (Iritatif)


Anamnesis
- Frekuensi miksi meningkat - Nokturia (sering miksi malam hari) - Urgensi (perasaan miksi yang sangat mendesak) - Disuria (nyeri pada saat miksi)

International Prostate Symptoms Score

Derajat: 1. Ringan skor 0 7 2. Sedang skor 8 18 3. Berat skor 19 35

Gejala Klinis BPH


Pemeriksaan Fisik
Rectal Toucher Inspeksi:
Prostat:
-Pool atas tidak teraba -Latero-lateral membesar Anus Warna, Benjolan, Skin Tag, -Sulkus Medianus mendatar Darah -Konsistensi keras -Nodul -/+ -Nyeri Tekan -/+ Palpasi: Handscoon: - Tonus Sphincter Ani (TSA) - Darah - Faeces - Ampulla Recti
- Mucosa Recti - Nyeri Tekan

Gejala Klinis BPH


Derajat Berat Hiperplasia Prostat melalui RT
1. Derajat I penonjolan prostat jelas, batas mudah diraba, sisa volume urine <50 mL 2. Derajat II penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume urine 50 100 mL 3. Derajat III penonjolan prostat jelas, batas atas tidak dapat diraba, sisa volume urine > 100 mL

Pemeriksaan Penunjang BPH


Urinalisis
Volume, Warna, Berat Jenis, Sedimentasi

Laboratorium Darah
GDS, Elektrolit, Kadar Ureum Kreatinin, PSA (Prostat Specific Antigen) 0,5 4,0 ng/mL : Normal 4,0 10 ng / mL: Hitung PSA Density (PSA serum dibagi Volume Prostat) 0,15 biopsi > 10 ng / mL : Biopsi Prostat

Pemeriksaan Penunjang BPH


Uroflowmetri Clinical Grading Urine Residu Urine: Grade I 0 50 cc II 50 150 cc III >> 150 cc IV retensi urine total I II indikasi konservatif III IV indikasi operatif

Pemeriksaan Penunjang BPH


Ultrasonography
Trans Abdominal (Suprapubic) Trans Rectal Ultrasonography (TRUS)
Dapat : 1. Melihat Gambaran Struktur Prostat 1. Hipoechoic: Suspect Keganasan 2. Shadowing: Batu Prostat 2. mengukur Volumetri Prostat (elipsoid) 3. Patologi lain dalam buli-buli

Tatalaksana BPH
Target Manajemen: Dulu Mencegah dan Menurunkan Angka Kematian akibat BPH Sekarang Meningkatkan Kualitas Hidup Tatalaksana: 1. Watchful Waiting 2. Medika Mentosa 3. Invasif (Operatif)

Tatalaksana BPH
Watchful Waiting (Observasi): Untuk Pasien dengan gejala ringan s/d sedang dengan
keluhan yang tidak mengganggu (IPSS 7) dan pasien menolak terapi medikamentosa, flowmetri non obstruktif Diberikan Petunjuk: 1. Hindari obat-obatan yang menyebabkan serangan LUTS atau retensi urin (obat-obat dekongestan) 2. Mengurangi minum banyak setelah makan malam, mengurangi minum kopi dan alkohol 3. Kontrol kembali 3 6 bulan kemudian (IPSS, Flowmetri) juga PSA dalam 12 bulan mendatang

Tatalaksana BPH
Medika Mentosa
Inhibitor of 5-reductase. - Finasteride 1 x 5 mg/hari

Alpha receptor blockers -Prazosin, Doxazosin, Terazosin - Tamsulosin (selektif 1a)

Alpha blockers: mengurangi tonus otot polos pada jaringan prostate dan leher vesica urinaria serta mengurangi resistensi aliran urine Dinilai sebagai monotheraphy terbaik untuk meredakan symptom dalam waktu dekat. 5 alpha-reductase inhibitors: Didemontrasikan untuk dapat menghindari progresivitas BPH. Kombinasi therapy ( alpha blocker + 5 alphareductase inhibitor) merupakan treatment paling efektif untuk symptomps dan progresi BPH pada moderate hingga severe symptomp.

Tatalaksana BPH
Operasi Sistostomi / pasang kateter dahulu utk
keadaan Retensio Urine Invasif
Transurethral Ressection of the prostate (TURP),transurethral incision of the prostate (TUIP), open prostatektomi, prostatektomi dengan laser Nd-YAG

Minimal invasif:
Transurethral Microwave Thermotherapy(TUMT), Transurethral Baloon Dilatation (TUBD), Transurethral Needle Ablation (TUNA)

Tatalaksana BPH
Operasi
Indikasi Absolut:
1. 2. 3. 4. 5. 6. Gejala Klinis Grade III IV Retensio Urine Berulang Hematuria Tanda Penurunan Fungsi Ginjal Tanda-tanda obstruksi berat Ditemukan Urolithiasis

OPEN PROSTATECTOMY

Dianjurkan pada pembesaran prostate >100 g dan pada penderita bladder

cancer

Kelebihan: Follow-up pembedahan tidak begitu dipentingkan Kekurangan: > Insisi abdominal > longer convalescence vs. transurethral approaches > Berpotensi Hemorrhage

TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (TURP)

Golden Standard Treatment Indikasi: gejala klinis sedang s/d berat, pasien cukup sehat menjalani operasi
Kelebihan: 90% memperbaiki Symtomps Invasi lebih minimal dibandingkan prostatectomy Hanya mebutuhkan anastesi regional / lokal Kekurangan: Potensi komplikasi: Infeksi Pendarahan Reoperation / operasi ulang Impotensi dan Incontinence (Jarang)

KOMPLIKASI POTENSIAL PADA BPH

Urinary retention Renal impairment Urinary tract infection Gross hematuria Bladder stones Bladder decompensation Overflow incontinency

PEMBAHASAN

Dari anamnesis
Tidak

bisa BAK+gejala-gejala obstruktif traktus urinarius (BAK mengejan, menetes, nokturia, tidak tuntas)

Pemeriksaan fisik
Distensi

supra simfisis, NT+ Colok dubur prostat

Retensi urin et causamembesar BPH

KESIMPULAN
Pada

kasus ini penegakan diagnosis retensi urin et causa benign prostat hyperplasia ditegakkan berdasarkan keluhan pasien dimana tidak bisa BAK ditambah dengan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan pembesaran prostat.

DAFTAR PUSTAKA

Mahummad A., 2008., Benigna Prostate Hiperplasia., http://ababar.blogspot .com/2008/12/benigna-prostate-hyperplasia.html Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam: Dasar dasar urologi., Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto. 2003. p. 69 85 McConnel JD. Epidemiology, etiology, pathophysiology and diagnosis of benign prostatic hyperplasia. In :Wals PC, Retik AB, Vaughan ED, Wein AJ.Campbells urology. 7th ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 1998.p.1429-52. AUA practice guidelines committee. AUA guideline on management of benign prostatic hyperplasia (2003). Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. J Urol 170: 530547, 2003 5. Lepor H dan Lowe FC. Evaluation and non-surgical management of benign prostatic hyperplasia. Dalam: Campbells urology, edisi ke 7. editor: Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED, dan Wein AJ. Philadelphia: WB Saunders Co., 1337-1378, 2002 Roehrborn CG, Sech S, Montoya J, Rhodes T dan Girman CG Interexaminer reliability and validity of a three-dimensional model to assess prostate volume by digital rectal examination Urology, 57:1087, 2001 Tanagho AE dan McAninch WJ , Smiths General Urology, edisi ke 17: New York: McGrawHill, 2008 www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai