Prostate
Prostate
com
PRESENTASI KASUS
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS Nama : Tn. T Umur : 84 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Petani Alamat : Kemiri, candi
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tidak bisa BAK Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 2 hari SMRS. Selain itu pasien mengeluhkan perut bagian bawah terasa penuh dan nyeri. Keluhan nyeri pinggang, kencing berdarah, kencing batu, nyeri diujung kemaluan saat BAK dan demam disangkal. Menurut pasien dan keluarganya, pasien mulai merasakan gangguan BAK sejak 3 bulan SMRS. Menurut pasien sebelum keluhan tidak bisa BAK muncul, pasien merasa saat ingin BAK harus mengedan dan menunggu lama baru air kencingnya keluar. Air kencing berwarna kuning jernih dengan pancaran lemah namun tidak bercabang dan kadang berhenti kemudian keluar lagi. Setelah BAK kadang ada air kencing yang menetes dan pasien sering merasa BAK nya tidak tuntas. Pada malam hari pasien sering terbangun 3 kali untuk BAK.
ANAMNESIS (2)
Riwayat keluhan yang sama +, riwayat pemasangan kateter sebelumnya + Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat tekanan darah tinggi disangkal Riwayat konsumsi obat-obat tertentu disangkal
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
PX FISIK
Status Generalis Keadaan Umum : Kesadaran : Tanda vital :
N RR S TD
: : : :
ABDOMEN
Inspeksi : Datar Palpasi : Supel,NT - , hepar dan lien tidak teraba membesar Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen Auskultasi : BU normal Regio Supra Simfisis VU : Inspeksi: Distensi Perkusi: Redup Palpasi: Teraba massa,konsistensi keras, nyeri tekan+ Colok Dubur - Tonus sfingter ani: Baik - Ampula recti: Tidak kolaps - Mukosa rektum: Teraba licin - Prostat : Menonjol, konsistensi kenyal, permukaan rata, simetris kanan dan kiri, nodul (-), nyeri tekan (-), batas atas teraba, ukuran
PX PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Leukosit Hb Ht Plt
: : : :
DIAGNOSIS KERJA Retensi Urin et Causa Benign Prostat Hyperplasia DIAGNOSA BANDING Karsinoma prostat Urolitiasis Kelemahan otot detrusor PENATALAKSANAAN Infus RL 20 tpm Pasang kateter urin Operasi :Prostatektomi terbuka
PROSTATE
Lokasi, Diantara Vesica Urinaria dan dinding dasar pelvis Ukuran 3x4x2,5 cm, Berat 20gr Fungsi Sekresi cairan encer seperti susu mengandung ion sitral, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin. Glandular portion terbagi dalam 3 Zona: central (20% to 25% dari total volume) transitional (5% to 10%) peripheral (70% to 80%) Serta dua komponen utama: stroma (Otot Polos & jar.Ikat) +epithelium berkelenjar ratio normal stroma:epithelium adalah 2:1
BPH
Hiperplasia kelenjar periurethral (sel-sel glanduler dan interstitial) dari prostat
Insidensi BPH
Prevalensi meningkat sesuai pertambahan usia Pria diatas 50 tahun Pria usia: > 60 tahun 70 % > 80 tahun 90 %
PATTHOGENESIS
Laboratorium Darah
GDS, Elektrolit, Kadar Ureum Kreatinin, PSA (Prostat Specific Antigen) 0,5 4,0 ng/mL : Normal 4,0 10 ng / mL: Hitung PSA Density (PSA serum dibagi Volume Prostat) 0,15 biopsi > 10 ng / mL : Biopsi Prostat
Tatalaksana BPH
Target Manajemen: Dulu Mencegah dan Menurunkan Angka Kematian akibat BPH Sekarang Meningkatkan Kualitas Hidup Tatalaksana: 1. Watchful Waiting 2. Medika Mentosa 3. Invasif (Operatif)
Tatalaksana BPH
Watchful Waiting (Observasi): Untuk Pasien dengan gejala ringan s/d sedang dengan
keluhan yang tidak mengganggu (IPSS 7) dan pasien menolak terapi medikamentosa, flowmetri non obstruktif Diberikan Petunjuk: 1. Hindari obat-obatan yang menyebabkan serangan LUTS atau retensi urin (obat-obat dekongestan) 2. Mengurangi minum banyak setelah makan malam, mengurangi minum kopi dan alkohol 3. Kontrol kembali 3 6 bulan kemudian (IPSS, Flowmetri) juga PSA dalam 12 bulan mendatang
Tatalaksana BPH
Medika Mentosa
Inhibitor of 5-reductase. - Finasteride 1 x 5 mg/hari
Alpha blockers: mengurangi tonus otot polos pada jaringan prostate dan leher vesica urinaria serta mengurangi resistensi aliran urine Dinilai sebagai monotheraphy terbaik untuk meredakan symptom dalam waktu dekat. 5 alpha-reductase inhibitors: Didemontrasikan untuk dapat menghindari progresivitas BPH. Kombinasi therapy ( alpha blocker + 5 alphareductase inhibitor) merupakan treatment paling efektif untuk symptomps dan progresi BPH pada moderate hingga severe symptomp.
Tatalaksana BPH
Operasi Sistostomi / pasang kateter dahulu utk
keadaan Retensio Urine Invasif
Transurethral Ressection of the prostate (TURP),transurethral incision of the prostate (TUIP), open prostatektomi, prostatektomi dengan laser Nd-YAG
Minimal invasif:
Transurethral Microwave Thermotherapy(TUMT), Transurethral Baloon Dilatation (TUBD), Transurethral Needle Ablation (TUNA)
Tatalaksana BPH
Operasi
Indikasi Absolut:
1. 2. 3. 4. 5. 6. Gejala Klinis Grade III IV Retensio Urine Berulang Hematuria Tanda Penurunan Fungsi Ginjal Tanda-tanda obstruksi berat Ditemukan Urolithiasis
OPEN PROSTATECTOMY
cancer
Kelebihan: Follow-up pembedahan tidak begitu dipentingkan Kekurangan: > Insisi abdominal > longer convalescence vs. transurethral approaches > Berpotensi Hemorrhage
Golden Standard Treatment Indikasi: gejala klinis sedang s/d berat, pasien cukup sehat menjalani operasi
Kelebihan: 90% memperbaiki Symtomps Invasi lebih minimal dibandingkan prostatectomy Hanya mebutuhkan anastesi regional / lokal Kekurangan: Potensi komplikasi: Infeksi Pendarahan Reoperation / operasi ulang Impotensi dan Incontinence (Jarang)
Urinary retention Renal impairment Urinary tract infection Gross hematuria Bladder stones Bladder decompensation Overflow incontinency
PEMBAHASAN
Dari anamnesis
Tidak
bisa BAK+gejala-gejala obstruktif traktus urinarius (BAK mengejan, menetes, nokturia, tidak tuntas)
Pemeriksaan fisik
Distensi
KESIMPULAN
Pada
kasus ini penegakan diagnosis retensi urin et causa benign prostat hyperplasia ditegakkan berdasarkan keluhan pasien dimana tidak bisa BAK ditambah dengan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan pembesaran prostat.
DAFTAR PUSTAKA
Mahummad A., 2008., Benigna Prostate Hiperplasia., http://ababar.blogspot .com/2008/12/benigna-prostate-hyperplasia.html Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam: Dasar dasar urologi., Edisi ke 2. Jakarta: Sagung Seto. 2003. p. 69 85 McConnel JD. Epidemiology, etiology, pathophysiology and diagnosis of benign prostatic hyperplasia. In :Wals PC, Retik AB, Vaughan ED, Wein AJ.Campbells urology. 7th ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 1998.p.1429-52. AUA practice guidelines committee. AUA guideline on management of benign prostatic hyperplasia (2003). Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. J Urol 170: 530547, 2003 5. Lepor H dan Lowe FC. Evaluation and non-surgical management of benign prostatic hyperplasia. Dalam: Campbells urology, edisi ke 7. editor: Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED, dan Wein AJ. Philadelphia: WB Saunders Co., 1337-1378, 2002 Roehrborn CG, Sech S, Montoya J, Rhodes T dan Girman CG Interexaminer reliability and validity of a three-dimensional model to assess prostate volume by digital rectal examination Urology, 57:1087, 2001 Tanagho AE dan McAninch WJ , Smiths General Urology, edisi ke 17: New York: McGrawHill, 2008 www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP.