Anda di halaman 1dari 11

Kumpulan Cerpen

Sahabat Sejati
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi. Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan. Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan. Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang. Mungkin sakit! jawab Mama. Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya! katanya bersemangat Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi. Oh, kasihan Momon, ucapnya dalam hati, Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung. Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria! Papa menegur Momon, Pa. Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia? Iwan menggeleng.

Lantas! Papa penasaran ingin tahu. Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja. Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan. Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah! ujarnya. Lalu apa rencana kamu?

Aku harap Papa bisa menolong Momon! Maksudmu? Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku! Iwan memohon dengan agak mendesak. Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu! kata Papa. Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon. Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa. Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu! Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali! Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri. Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau? Tanya Papa.

Soal sekolah kamu, lanjut Papa, kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung. Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya. Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan. Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua

Ternyata .
Hari ini pertama kalinya bagi Bella kembali menginjakkan kakinya di Indonesia. Setelah 2 tahun lebih dia menyelesaikan study-nya di Paris. Saat baru sampai dirumah, Bella langsung meminta Kak Dimas mengantarnya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kak Dimas menuruti keinginan Bella, adik satu-satunya ini.Sesampainya di salah satu mall, Bella dan Kak Dimas masuk ke sebuah toko kaset. Sudah lama Bella tidak membeli kaset dan CD musik Indonesia. Saat asyik mendengarkan musik, Bella melihat dua orang yang dikenalnya. Lalu Bella menghampiri dan ternyata Ruben Olive teriak Bella. Hai, kapan dateng? ucap Olive gugup. Olive tentunya kaget banget melihat Bella, sahabatnya, yang nyaris tanpa kabar dan tiba-tiba telah ada di hadapannya. Ah, lo nggak bilang-bilang kalo mau balik, kan bisa gue jemput. ucap Ruben dengan senyum sumringahnya. Kan surprise kata Bella dengan senyum yang menunjukkan lesung pipinya. Gimana Paris, asik nggak? Kota paling romantis tuuh. Tanya Olive tanpa kegugupannya lagi. Ya lumayanlah, lumayan parah. Lo tau nggak, gue butuh waktu yang lamaaa banget buat sosialisasi doang. Secara gue nggak bisa bahasa Perancis capek deh. keluh Bella. Cowoknya gimana? Udah dapet pacar orang sana dong? tanya Ruben. Ya gimana ya? Gue suka sama cowok pribumi sih, jadi belom punya pacar tuh. Gaya lo suka sama cowok pribumi. Kalah donk lo sama gue. ucapan Ruben membuat Bella mengernyitkan jidatnya. Maksud gue, gue udah punya cewek sekarang. Nah, cewek gue itu, Olive. ucap Ruben santai dan tanpa sadar telah membuat Bella telak syok. Begitu juga sama Olive yang nggak percaya kalo Ruben bakal bilang ke Bella, saat itu juga. Sasama Olive? Bella kontan gelagapan. Ruben mengangguk santai seraya tersenyum senang. Mulut Bella masih menganga lebar, Se..seselamet deh kalo kayak gitu. Oke, gue mau nyamperin Kak Dimas dulu ya. Bye kata Bella sambil meninggalkan Olive dan Ruben tanpa menunggu kata-kata dari

keduanya. Bella nggak percaya Olive tega melakukan hal itu terhadapnya. Ruben sendiri masih bingung dengan sikap Bella yang pergi begitu saja. # # # Malam harinya. Sejak kejadian tadi siang, Bella hanya terdiam di kamarnya. Bella nggak percaya di hari pertamanya di Indonesia, dia malah dikecewain sama Olive, sahabatnya.Tega banget Olive sama gue, batin Bella. Di tengah ketidakpercayaannya, Kak Dimas diam-diam masuk dan mengagetkan Bella yang ada di atas tempat tidurnya. Dengan cara, Kak Dimas dengan manisnya meluncur tepat di samping tubuh Bella. KAKAAAK Apaan sih? Kaget tau. ucap Bella sambil menghantamkan bantal berkali-kali di badan Kak Dimas. Kak Dimas tertawa lebar, Lagian, dari tadi siang dieeem aja, kayak mayat hidup tau. Biarin. Bukan urusan Kakak. Bella tambah cemberut aja. Kenapa sih, Dek? Ada masalah ma Olive y? Tanya Kak Dimas dengan nada bicara dan air muka yang berbeda. Kok tau? Ya taulah, Kakaak Kak Dimas narsis Serius deh, Kak. Kalo becanda, mending keluar deh! Jangan ganggu Bella! Buset dah, galak amat sih, Dek. Bella berusaha nggak nanggepin kata-kata Kakaknya itu. Gini. Tadi, baruu aja, si Olive nelpon. Ngapain dia nelpon kesini? Bella memotong ucapan Kak Dimas dengan ketus. Santai, cuy Kan tu telpon Kakak yang angkat. Pas kakak mau panggil kamu, dia bilang nggak usah, katanya kamu pasti nggak mau ngomong sama dia. Emang. Jangan gitulah, Dek! Dia kan sahabat kamu. Pasti ada alasan kok, kenapa dia kayak gitu. Kakak nggak ngerti, jadi jangan ceramahin Bella! Karena Kakak tau, makanya Kakak ngomong gitu. Nggak ada salahnya kok ngedenger penjelasan dari dia. Cobalah. ucap Kak Dimas sambil mengelus kepala Bella. Olive bilang, besok dia nunggu kamu di GreenCafe, jam 2. Dateng loh, Dek. Ocay? Iya. Ucap Bella lemas. Ya udah, Kakak mau tidur dulu ya, capek. Muuaaacchh. Kak Dimas kabur langsung. Idih, Kakaaak.Bella kembali diam, memikirkan kebenaran omongan Kakaknya. Memang sih nggak salah untuk ngederin semuanya dari Olive. Cuma Bella masih merasa belom siap aja untuk ketemu sama Olive dengan keadaan dan posisi yang kayak gini. # # #Udara sejuk mengitari setiap ruang di GreenCafe. Terlihat di salah satu ruangnya, seorang gadis sedang resah menunggu, Olive, ya gadis itu memang Olive. Olive memang resah menunggu sahabatnya, Bella, yang tanpa kabar akan datang atau tidak. Sekitar pukul 14.30, Olive masih menunggu dengan sabar.Di tempat lain, Bella sendiri masih bingung. Sempat terpikir oleh Bella untuk kembali pulang ke rumah dan membiarkan Olive menunggu dirinya nggak tau sampe kapan. Tapi Bella berusaha meyakini kata-kata Kak Dimas tadi malam. Bella kemudian berada di depan kafe dan berusaha melangkah maju memasuki kafe walau sebenarnya ragu. Terlihat Olive tersenyum sambil melihat ke arah Bella. Bella tidak membalas senyuman itu, dia terus berjalan dan sekarang berada di hadapan Olive. Hai, Bell. Duduk. Kata Olive sambil tersenyum canggung. Makasih. Bella sendiri masih dengan kedinginannya. Mau pesen apa, Bell? Olive berucap dengan hatihati. Nggak, makasih. Gue udah makan. Kata-kata Bella membuat Olive diam seketika. Langsung aja deh, lo mau bilang apa sama gue? Olive menarik napas dalam-dalam, Gini, Bell sebenernya gue. Gue juga nggak nyangka gue bisa jadian sama Ruben. Tapi yang jelas gue lebih lama suka sama Ruben dibandingin sama lo. Maksud lo? Bella menatap Olive dalam-dalam bersamaan dengan dahinya yang berlipat. Maksud guegue suka sama Ruben dari kelas 1 SMP, Bel. Apa lo bilang? Lo

lo kelas 1? Maksud lo. Bella sama sekali nggak bisa berkata-kata lagidan hanya bisa menganga, tentunya. Kemudian Bella mengangguk dan mengambil napas, Terserah lo deh, gue udah sangat-sangat muak sama semua kata-kata lo ke gue. Jelas? ucap Bella dengan mata yang berkaca-kaca seraya beranjak dari tempat duduknya dan kemudian pergi. Tapi Bell, dengerin gue dulu. Bella membalikkan badannya menghadap ke arah Olive. Stop! Oke, stop! Gue nggak mau denger apa-apa lagi dari lo. Basi. Lo nggak ngerti. Ucap Olive dengan nada suara lebih tinggi dari sebelumnya. Gue nggak ngerti? Iya, gue nggak ngerti. Gue nggak ngerti sama semua tindakan lo yang udah bener-bener ngecewain gue. Thanks for everything. Bella pun benar-benar pergi kali ini. Olive terduduk lesu, menangis, dan hanya diam. Malam hari yang kacau untuk seorang Bella. Sunyi sepi. Bintang pun tak hadir malam ini untuk menghibur hati Bella. Bella benar-benar galau. Kekecewaannya memuncak hari ini, seperti bom atom yang meledak. Bella duduk di samping tempat tidurnya dan memandang keluar beranda kamarnya. Bella mengingat kembali masa-masa bersama Olive dan Ruben saat SMP.Ruben adalah teman masa kecil Bella, sampai sekarang. Ruben dan Bella selalu bersama dalam satu sekolah dari TK, SD sampai SMP. Saat SMP Ruben dan Bella berkenalan dengan Olive, yang notabene-nya satu kelas dengan mereka.Mulanya memang sama sekali nggak ada rasa antara Bella dengan Ruben. Saat beranjak SMA, Bella diam-diam mempunyai rasa yang lebih dari sebagai sahabat dengan Ruben. Olive menyadari hal itu, Olive yang menyemangati Bella untuk menyatakan perasaannya sama Ruben. Bella nggak cukup berani untuk itu, sampai akhirnya Bella harus sekolah di Paris.Kak Dimas yang diamdiam memperhatikan tingkah Bella khawatir dengan keadaan Bella. Kak Dimas pun mengundang dua sahabat Bella yang lain untuk membujuk Bella agar memahami maksud Olive. Kedua sahabatnya itu telah berada di depan pintu kamarnya. Bella. Sapa Citra sambil membuka pintu kamar Bella. Tak ada jawaban dari dalam kamar. Bell sapa Yeyen yang agak takut-takut untuk memasuki kamar. Lagi-lagi tak ada jawaban dari Bella. Citra dan yeyen sepakat untuk.. BEELLLAAAA. Teriak keduanya tepat di depan kuping Bella. Bella kaget bukan main, tapi kemudian dia tersenyum dan memeluk keduanya. Kangen nih. Ucap Bella sambil memeluk Citra dan Yeyen dengan erat. Kmn aja sih? Kok nggak ada kabar? Tanya Bella sambil melepaskan pelukannya. Lo tu yang kemana aja?! 2 tahun lebih kagak balik-balik, betah tah? Tanya Citra dengan sewotnya. Maafmaaf. Bella tersenyum senang. Mereka bertiga pun duduk di kasur empuk milik Bella. Gila ya, gue udah hampir 3 tahun nih nggak bersentuhan dengan kasur ini. Ucap Yeyen sambil mengatur posisi duduk ternyamannya. Lebay ah. Kata Bella. Oya, gw denger lo ribut sama Olive. Kenapa sih, Ruben ya? Tanya Yeyen hatihati. Udahlah, gue males bahas itu yang lain aja ya. Lo nggak boleh gitu lah, lo tau kan Olive tu orangnya gimana. Gue yakin, kalian itu cuma salah paham aja kok. Sebenernya gw ma Citra waktu itu mau ngomong sama lo, tapi kan mahal bos biayanya. Ucap Yeyen cengingisan. Bisa aja lo. Diam sejenak, Gue benci sama Olive. Gue sama dia dan kalian udah berapa lama temenan sih? Kita berempat nggak cuma temenan, kita sahabat. Olive terbuka sama gue? Nggak, sama sekali nggak. Coba kalo dia ngomong n cerita sama gue, mungkin gue lebih bisa nerima. Bella menarik napas. Gue bingung, gue serasa jadi orang tolol. Tangisan Bella pun pecah. Ya gue saranin lo mesti dan tetep dengerin semua yang mau Olive omongin sama lo. Gue sama Yeyen kurang tau gimana

jelasnya masalah ini. Kita berdua takut salah ngomong aja, Bell. Lo ngerti kan maksud gue? Bella pun mendengarkan semua saran yang diajukan oleh kedua sahabatnya itu. Mereka bertiga hanyut dalam semua cerita yang mereka bagi. # # # Di sore yang cerah Bella bersama Kak Dimas sedang menonton film di ruang keluarga. Dari raut wajah Bella sedikit tergambar bahwa Bella sudah mulai menerima semuanya. Saat asik menonton, bel rumah berbunyi. Kak, ada tamu tuh. Buka pintu, gih! Ogah, ah. Kamu aja, kasian bibi lagi sibuk. Udah, biar bibi yang buka pintu. Ternyata Bibi mendengar kata-kata juragan mudanya itu. He..he..he.. makasih ya, Bi. Ucap Bella dengan senyum kudanya. Bibi pun muncul dari ruang tamu. Non Bella, ada tamunya tuh. Hah? Siapa, Bi? Biasa Biasa? Sapa ya? ucap Bella sambil menuju ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, Bella benar-benar kaget bukan main. Ruben?Ya, itu memang Ruben. Ruben sedang duduk di sofa ruang tamu. Hai kenapa? Kaget ya? Ngnggak kok nggak bilang-bilang kalo mau ke sini? Sejak kapan gue mesti bilang dulu kalo gue mau ke rumah lo? Iya juga ya. Sejak kapan ya? Hehehe. Bella Cuma bisa mesem-mesem. Gue mau ngajak lo jalan, mau nggak? Gimana ya? Mmm Bella berpikir sejenak. Oke, deh. Tapi bentar ya, gue mau ganti baju dulu. Sebentar aja. Bella pun langsung beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya. Bella secepat kilat mengganti bajunya. Kemudian Bella menginjakkan kakinya di anak tangga. Kak, Bella pergi keluar dulu ya. Pamit Bella sambil menuju ke ruang tamu. Sama siapa, Bell? Sama Ruben. Daah.Bella sudah berada di hadapan Ruben. Siap? Yaps.Mereka pun berangkat dengan motor gede kesayangan Ruben. Sepanjang perjalanan Bella dan Ruben hanya diam. Tak ada kata-kata yang menghiasi perjalanan menuju tempat favorit mereka berdua.Berhentilah mereka di depan kafe kesayangan mereka yang mana di sini juga menjadi tempat nongkrong teman-teman mereka yang lain. Bella memilih duduk di salah satu ruang yang menjadi ruang favoritnya.Bella dan Ruben duduk dengan meja berada di hadapan mereka. Sesaat kemudian pelayan yang telah akrab dengan mereka menghampiri keduanya. Ada yang bisa Saya bantu? Mau pesan apa? ucap pelayan tersebut berpura-pura tidak mengenali Ruben dan Bella. Hai, Ardi? Apa kabar? Tanya Bella seketika ketika dia sadar bahwa pelayan itu adalah Ardi. Baik. Lo sendiri gimana? Sombong ih, yang mentang-mentang sekolah di Paris. Apaan sih gue baik kok. Gue kira lo udah pindah kerja, ternyata masih disini. Ujar Bella dengan senyum sumringahnya.Ruben hanya tersenyum senang melihat Bella yang begitu bahagia melihat Ardi. Ardi adalah teman Bella dan Ruben dari SMP, tapi Ardi lebih tua 2 tahun dengan Bella. Ardi bekerja untuk tambahtambah uang jajan aja, orang tuanya sangat mampu untuk membiayai hidupnya. Tapi Ardi nggak mau sepenuhnya bergantung sama orang tuanya yang bisa dibilang tajir itu. Ya udah mau pesen apa? Gue yang traktir deh, gimana? Bella sih apa aja mau. Apalagi yang geratongan gitu, nggak bisa nolak dia. Ucap Ruben yang tahu benar apa kesukaan Bella. Bisa aja lo, Ben. Gue pesen yang biasa ajalah. Yang biasa? Air putih, mau? seketika mereka tertawa. Terpancar aura bahagia dari Bella. Ruben tersenyum simpul. Lo itu ya ada-ada aja. Balik nih gue. Bella mengancam Ardi Ya jangan gitu donk. Bell, lo itu udah 2 tahun lebih kagak kesini. Jadi mana inget gue sama menu kesukaan lo. Ooo gitu sekarang sama gue. Lupa sama kesukaan gue, bolehboleh. Iya, iya kagak, Bell. Inget gue. Seraya menulis menunya.

Lo apa, Ben? Biasa juga? Ya iya. Terus jangan pake lama ya. Pesan Ruben Sip-sip. Tunggu ya! kata Ardi yang pergi untuk melayani tamu yang lain.Keheningan kembali merasuki ruang antara Bella dan Ruben. Mereka kembali diam. Lebih diam dari sebelumnya. Ruben dan Bella samasama bingung harus meulai pembicaraan dari mana dan harus berbincang apa tentunya. Bella menarik napas dalam dan itu sangat kentara di depan Ruben. Oke, lo ngajak gue ke sini buat ngomongin masalah Olive kan? Salah satunya. Gue Cuma bingung aja kenapa lo sampe semarah itu sama dia. Olive nggak salah sama sekali dalam hal ini. Maksud lo? Gue nggak ngerti. Pesanan mereka datang. Silakan, Bell. Makasih. Ucap Bella yang langsung meminum jus alpukat pesanannya. Jadi, waktu smp kelas 1 gue udah suka sama lo.Bella tersedak, Uhuk..uhukLo nggak apa-apa?Uhuk, nggak apa-apa kok. Lanjut. Ucap Bella sambil mengelus dadanya.Ya gue suka sama lo sejak kelas satu smp, tapi gue belom berani buat nyatain semuanya ke lo. Dan kayaknya gue liat lo masih seneng-seneng aja dengan status lo yang jomblo bareng Olive, Citra sama Yeyen.Mmmm terus?Gue akhirnya beraniin diri buat curhat sama Olive, makanya Olive sempet maksa lo buat bilang suka sama gue. Itu karena dia tau kalo gue juga suka sama lo. Lo dan gue nggak sama-sama bisa bilang sayang sampe akhirnya lo mesti pergi ke Paris. Ruben terdiam, begitu juga dengan Bella. Mulai dari situ gue deket sama Olive. Dia yang selalu buat gue semangat waktu lo nggak ada. Setahun lo nggak di sini, gue ngerasa kalo gue sayang sama Olive lebih dari temen. Gue nyatain semuanya ke Olive. Gue takut dia pergi juga kayak lo, dia sempet nolak gue karena nggak enak sama lo.Oooo terus? ucap Bella yang sedang mengunyah spaghettinya.Terus, terus. Ntar dulu gue haus. Ruben meminum jusnya. Gue selalu ngeyakinin Olive buat ngejalanin semuanya sama gue. Dan dia mau juga. Ini salah gue, Bell, gue yang nggak berani ngambil tindakan waktu itu. Gue yang salah, Bell. Sebenernya gue marah bukan karena Olive jadian sama lo, tp gara-gara Olive nggak jujur sama gw kalo dari dulu dia suka sama lo. Gue ma dia udah lama temenan tapi kenapa dia nggak cerita sama gue kalo dia itu suka sama lo.Bella menarik napas panjang.Masalah udah bereskan? Kita tetep temankan? ucap Ruben seraya menunjukkan jari kelingkingnya ke hadapan Bella.Bella kemudian mengaitkan kelingkingnya di kelingking Ruben, Yap, kita tetep temen. Sampe mampus. Sambil tersenyum lebar. Terus gw masih bisa kan ngegelitikin lo pas lo susah banget gw bangunin? Gw juga masih bisa kan naek motor lo yang brek bek bek bek itu? ucap Bella senang dan kemudian tertawa lebar.Bella akhirnya sadar. Ternyata Olive nggak sejahat yang ia bayangkan. Olive begitu sabar menunggu dan menghadapi semuanya. Jadi memang nggak ada salahnya kalo kita mendengarkan alasan seseorang sebelum kita berpikir yang bukan-bukan tentangnya.

Surga Tuhan Untuk Seorang Ibu

Rangga Poeradisastra Lebih tepatnya 2 minggu lalu suatu peristiwa yang tidak akan pernah bisa kulupakan dalam seumur hidupkupun terjadi.. Jarum jam menunjukkan pukul 5 subuh bergerak, bergetar perlahan terdengarmatahari pun masing enggan untuk muncul dari pekat dan dinginnya malam kala itu. Tapi samar-samar suara gesekan pintu terdengar jelas entah nyata atau dibawah alam sadar ingin kubuka mataku sulit sekali, ngantuk dan malas menyeliputi sekujur tubuh, kedua bola mataku terbuka setengah, aku melihat ibuku berjalan dan membuka pintu hendak keluar Sedikit demi sedikit matakupun kembali merapat, selang beberapa menit suara benda jatuh terdengar keras seolah ada seseorang yg memukulku dgn keras akupun terbangun mencoba mengamati sumber suara itu. Pintu depan rumahku tidak tertutup dengan rapat kakikupun melangkah mendekatinya..kupegang gagang pintu itu ingin coba kututup akan tetapi entah kenapa hatiku pun sedikit berat. Kubuka gorden dan kaca jendela serta kuamati sekitarnya yang masih sangat gelap. Sungguh sangat kaget dengan apa yang aku lihat seolah tidak percaya??? Aku berlari menghampiri dua sosok wanita di pojok depan rumah. Badankupun semua lemas tak berdaya melihat ibuku terjatuh dan tergeletak di tanah, disebelahnya seorang ibu berhati malaikat memegang kepala ibuku, tak bisa berpikir entah apa yang akan terjadi jika ia tidak ada pada saat itu mungkin kepala ibuku sudah hancur terbentur sudut anak tangga Syukur alhamdulilah ia masih bisa berjalan walaupun kulihat di wajahnya begitu pucat * Sekilas Tentang Ibu Berhati Malaikat Itu * Ia memang cukup disegani dilingkungan sekitar, semua anggota keluarganya sangat baik bahkan menjadi panutan bagi semuanya. Selain berhati malaikat iapun mempunyai semangat yang sangat luar biasa, suaminya mencari nafkah dengan menjual mie ayam sedangkan ibu itu seorang perempuan perkasa penjual gorengan dengan gerobak besar yang setiap harinya ia harus dorong menuju pasar di dekat rumahdikala orang lain tertidur pulas ia harus menyiapkan dagangannya untuk esoksuara aktifitas itupun setiap hari kudengar karena memang rumah kita bersebelahan Banyak kesaaman kulihat ia seperti ibuku, rasanya hanya dengan untaian kata-kata saja tidak lah cukup untuk menggambarkan semua hal tentang dirinya Jam berdetak menunjukkan pukul 16.30 itu artinya aku harus bergegas pulang setelah lelah dari seharian bekerja. Ditengah perjalanan pulang bunyi telepon berdering aku mendapat kabar buruk bahwa ibuku kembali sakit semua badan ku rasanya lemas, panik serta tidak bisa berpikir apapun selain terus berdoa agar tuhan jangan mengambil nyawanya sebelum aku tiba dirumah. Sesampainya dirumah aku melihat ibuku tebaring di tempat tidur kulihat lelah dimata ayahku, kulihat pula kesedihan memancar jelas dimata adikku. Disekitannya kulihat ibu berhati malaikat itu bersama suaminya sedang memijat kaki dan memberikan air putih yang sudah dibacakan lafal ayat suci untuk diminumkan ke ibuku. Allahu AkbarAllah Maha Besar ke esokan harinya ibukupun kembali lebih baik. Dua hari sudah sejak kejadian itu tidak pernah kuliat lagi ibu berhati malaikat itu dengan segala aktifitasnya, ditengah keheningan malam tiba-tiba suara tangisan terdengar keras dari arah sebelah rumah, aku terbangun jarum jam terlihat jelas menunjukkan pukul 04.00 subuh setengah malas dan masih mengantuk sambil terus memperhatikan suara tangisan itu, makin lama terdengar keras sampai membuat anggota keluaga ku pun terbangun semua berlari keluar rumah.Sumber suara itu berasal dari rumah ibu berhati malaikat itu, semua anggota keluarganya menangis, ibu itu tergeletak dibawah seolah malaikat kematian berada disekitarnya, tubuh ini merinding aku dan ibuku pun hanya bisa terdiam tak percaya dengan apa yang kita lihat. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku

melihat Syakaratul Maut sebelum tuhan mengambil nyawanya walaupun samar-samar kulihat bibir ibu itu berusaha mengucapkan dua kalimat syahadat Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh Kedua matanya tertutup, bibirnya pun merapat sejenak seluruh ruangan itupun pecah dengan suara tangisan, bibirku menggeretak kencang, air mata membasahi wajah, serta mata ku tidak bisa berkedip seolah kulihat ia adalah ibuku sendiri.Ibukupun begitu lemas ia menangis histeris seolah tak percaya dengan apa yang terjadi.tuhan mengambil nyawanya begitu cepat, walaupun orang disekitarnya sendiripun tidak pernah mempunyai firasat sedikitpun karena memang ia manusia yang tidak pernah mengeluh Tidak ada yang tau dengan pasti apa yang akan terjadi nanti mungkin hari ini atau esok kita sudah tidak bisa melihat indahnya matahari bersinar ketika pagi atau mungkin pula tubuh ini sudah terbujur kaku berselimut lembaran kain putih..!! disetiap detikmenitjamhari..bula n serta tahun waktu akan berjalan semakin cepat bukan melambat.Yang ada pada saat itu adalah rasa penyesalan mengapa hari ini waktu tidak bisa kita manfaatkan sebaik mungkin Sebab kematian itu akan datang hanya satu kali Didalam sujud dan doa Aku selalu berdoa agar tuhan selalu Memberikan surga untuk ibu ituuntuk ibuku serta semua ibu di dunia ini. Kematian Hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui

Jadian
Dila,dila loe itu bisanya cuman menghayal sama ngarep doank.Buktiin dong kalo lo bisa ngedapetin Ariel,kata Ocha mengagetkan Dila yang lagi asyik ngelamunin Ariel. Ocha sayang,trus gue harus ngelakuin apa buat dapetin dia?,kata Dila dengan nada menyindir Ocha. Ya apa ajalah yang loe bisa!,kata Ocha dengan sedikit kebingungan menjawab pertanyaan Dila tadi. Hmm,,apa ya yang gue bisa buat dapetin Ariel?,Dila masih terus menyindir OchaUdah ah,gue bingung ama loe!,Kata Ocha sambil berlalu,Dila pun langsung mengejar OchaOcha tunggu,loe jangan marah dong. Hmm,sekarang hari ulang tahunnya Ocha,kasi apa ya???,pikir Dila bingung.Hai Dila lagi apa tuh?,Tanya Andra cowok yang naksir berat sama Ocha dari kelas 1.Eh elo ,ndra ngagetin gue aja.,Elo lagi apa?,Tanya Andra lagi oh,gue lagi mikirin hadiah buat Ocha dia kan lagi ulang tahun sekarang.,kata Dila Hmm,gue juga mau cari hadiah buat Ocha.,kata Andra dengan yakin.Hah,yang bener?,Tanya Dila tak percaya Ia,gue juga mau nembak dia malam ini.Loe tolongin gue ya,kata Andra sambil tersenyum mantap.Lagi Dila terkejut dibuatnya Trus gue harus bantu loe apa?,Tanya Dila senang,Tar gue kasi tau deh.Sekarang loe mau kemana?,Tanya Andra Hmm,gue sih maunya pulang.Memangnya kenapa?,Tanya Dila bingung Gue mau traktir loe makan,mau gax?Yaa,sekalian gue ngomongin rencana gue,gimana?,kata Andra Gimana ya,ya udah deh ini kan demi Ocha juga.,kata Dila sambil mengambil tasnya Dil,sebenernya kita mau kemana sih?,Tanya Ocha bingung.

Udah loe tenang aja!,kata Dila sambil tersenyum.Gue gak mau tau awas kalo sampe gue kenapa-napa.,kata Ocha dengan tampang masamnya.Uhh,loe tuh ya bawel amat sih,omel Dila sambil terus menyetir mobil AVANZA yang dibawanya. Sesampainya di restoran KASIH SAYANG, Dila langsung membawa Ocha masuk Gila loe mau ngajak gue makan disini? Dapet duit dari mana loe?,Tanya Ocha tak percaya Dila membawanya ke restoran mewah itu.Kok restoran terkenal gini sepi banget sih?,Tanya Ocha lagi,tapi Dila tetap tak menjawab pertanyaan itu. Ocha yang mulai kesal akhirnya diam saja.Sekarang loe diam disini aja,tar gue balik lagi kok.,kata Dila sambil langsung berlari meninggalkan Ocha sendirian.Eh,Dila sini donk gue takut,Dila.,teriak Ocha,Selamat ulang tahun kami ucapkan,yanyian itu mengagetkan Ocha yang tadi hampir saja menangis."An...Andra apa-apaan ini?"kata Ocha kesal."Cha,Andra mau ngomong sesuatu yang penting ama loe,jadi sekarang loe dengerin deh yang mau dia omongin."kata Dila membuat Ocha bingung... "Cha..."Andra mulai bicara suasana pun hening,padahal disana ada banyak teman-teman mereka,ada pula Ariel cowok impian Dila..."Cha,sebenernya gue suka sama loe,dari jaman kita kelas 1 gue udah naksir ama loe..."ucapan Andra tersebut membuat Ocha kaget,"Loe...loe mau kan jadi pacar gue?"kata Andra lagi membuat Ocha semakin kaget dan langsung menatap Dila yang ada di belakang Andra Dila pun langsung mengangguk tanda mengiyakan..."Dra..."kata Ocha kemudian membuat suasana semakin hening"Ma...maaf gue...",Sesaat Ocha menghentikan ucapannya,Andra sudah hampir pingsan mendengar kalimat Ocha itu..."Gue ga bisa nolak,loe"ucap Ocha akhirnya,membuat semua yang ada disana bertepuk tangan...Andra pun langsung memeluk Ocha yang masih senyum-senyum sendiri.... "Cha,pulang bareng yuk"ajak Dila suatu hari "Aduh sory ya,Dil gue udah janjian mau pulang ama Andra",kata Ocha"Ciiieeee,,yang baru jadian.Ya udah deh ga pa-pa.met seneng-seneng ya."kata Dila sambil berlalu.......

Kucari Cinta Sejati


Hari itu pun datang dengan tiba-tiba tak bisa ku menyangka kau hadir dalam indahnya hariku , kau hadir di saat aku mencari potongan tulang rusukku yang belum di temukan , wanita yang sempurna pun di turunkan untuk menemani hidupku yang penuh dengan kesepian . Sejak kau datang aku pun merasa kau adalah serpihan tulang rusukku yang aku cari selama ini , ku coba cinta demi cinta tapi tak ada yang seindah yang ku rasaka , demi cintaku aku rela melangkah denganmu . aku tak bisa membiasakan diri ini berbohog ketika cinta itu datang aku hanya bisa tersenyum dan tersenyum , kadang hati ini berkata " siapa yang akan mengisi sebagia hati ini " . Indah cinta yang aku rasakan tanpa aku ketahui , dimana aku akan menemuka hati yan sejati , tak ku sangka rasa itu sudah ada sejak aku kenal kamu , hari demi hari aku pikirkan orang yang aku cari , ku rela menjadi apa yang kamu iginkan , aku bersedia memberikan hidupku

hanya untukmu SAYANG , aku tak ingin mengecewakan hidupmu , dan janji kita , Aku kan bawa janji kita dalam suatu ikatan yang tidak bisa ada yang memisahkan kita berdua , hanya kematianlah yang menjadi dinding - dinding penghalang bagi kita , aku tidak akan pernah mengatakan bosan untuk mencintaimu , tapi aku akan mengatakan dalam hati ini selalu dan selalu kalau aku tidak pernah berhenti mencintaimu dan menyanyagimu selamanya , untuk kasih yang aku cintai , aku sangat berterima kasih karena kamu telah memberikan cinta mu kepada ku ,walaupun kamu belum mencintaiku dengan angka 100% , karena kita belum NIKAH hehehehe , SAYANK aku tidak pernah berhenti mencintaimu ,,, selamanya , dan kan ku bawa cinta ini sampai aku mati ,,

Anda mungkin juga menyukai