Indonesia atau Nuswantara ini, dahulu dikenal dunia sebagai bangsa yang besar dan terhormat. Orang luar
bilang Nuswantara adalah “jamrud khatulistiwa” karena disamping Negara kita ini kaya akan hasil bumi juga
merupakan Negara yang luar biasa megah dan indah. Bahkan di dalam pewayangan Nuswantara ini dulu diberikan
istilah berbahasa kawi/Jawa kuno, yaitu :
“ Negara kang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerto raharja ”
“ Luas berwibawa yang terdiri atas daratan dan pegunungan, subur makmur, rapi tentram,
damai dan sejahtera. Sehingga tidak sedikit negara-negara yang dengan sukarela bergabung dibawah
naungan bangsa kita ”
Hal ini tentu saja tidak lepas peranan dari leluhur-leluhur kita yang beradat budaya dan berakhlak tinggi. Disamping
bisa mengatur kondisi Negara sedemikian makmur, leluhur kita juga bahkan bisa mengetahui kejadian yang akan
terjadi di masa depan dan menuliskannya ke dalam karya sastra. Hal ini bertujuan sebagai panduan atau bekal
anak cucunya nanti supaya lebih berhati-hati menjalani roda kehidupan. Akan tetapi penulisannya tidak secara
langsung menggambarkan kejadian di masa mendatang, melainkan menggunakan perlambang sehingga kita
harus jeli untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perlambang itu tadi. Digunakannya perlambang
karena secara etika tidaklah sopan apabila manusia mendahului takdir, artinya mendahului Tuhan yang Maha
Wenang.
Salah satu leluhur kita yang menuliskan kejadian masa Akan tetapi sejak runtuhnya Majapahit dan berdirinya
depan adalah Maharaja di kerajaan Dahana Pura Demak, banyak buku-buku, lontar-lontar kuno dan
bergelar Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya dalam karya-karya sastra leluhur kita yang dibakar dan
karyanya Jayabaya Pranitiradya dan Jayabaya dimusnahkan. Ada juga yang dijual atau dibawa paksa
Pranitiwakyo. Sering juga disebut “Jangka oleh Belanda pada masa penjajahan. Akibatnya kita
Jayabaya” atau “Ramalan Jayabaya”. sekarang jadi kurang memahami atau bahkan nol
pengetahuan tentang sejarah Nusantara ini. Untuk
Leluhur lainnya adalah R. Ng. Ranggawarsita yang itulah disini akan diuraikan sejarah Nusantara sejak
menyusun kejadian mendatang ke dalam tembang- berdirinya kerajaan pertama kali hingga saat ini, serta
tembang. Antara lain Jaka Lodang, Serat Kalatidha, pembagian jaman dari adanya bumi hingga akhir jaman
Sabdatama, dll. nanti, guna menambah wawasan bagi kita yang peduli
dengan sejarah nenek moyang kita.
Jaman dari awal adanya bumi hingga jaman akhir 365 hari, sedangkan dalam 1 Tahun Jawa terdiri dari
(kiamat) dibagi atas 3 Jaman Besar [trikali], setiap 354 hari. Tahun Surya menggunakan perhitungan dari
Jaman Besar dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], wuku [Tahun Pawukon] yang perhitungannya dibikin
dan setiap Jaman Sedang dibagi atas 3 Jaman Kecil oleh Sanghyang Wisnu, sebuah perhitungan awal mula
[mangsa kala]. yang dibikin oleh dewa.
Trikali atau 3 jaman besar itu terdiri dari : Dalam kalender Pawukon terdiri dari 30 Wuku, di mana
1. Kali Swara - jaman penuh suara alam masing-masing Wuku berusia 7 hari, jadi dalam 1 Tahun
2. Kali Yoga - jaman pertengahan Pawukon terdiri dari 210 hari.
3. Kali Sangara - jaman akhir
Setiap tujuh kali putaran tahun Pawukon yang total
Masing-masing Jaman Besar berusia 700 Tahun Surya, berjumlah 1.470 hari, itulah yang disebut dengan 1
jadi total usia bumi adalah 2.100 Tahun Surya. Tahun Tahun Surya, jadi 1 Tahun Surya sama dengan 7 kali
Surya tidak sama dengan perhitungan Tahun Masehi Tahun Pawukon, atau setara dengan sekitar 4 Tahun
ataupun Tahun Jawa, dalam 1 Tahun Masehi terdiri dari Masehi.
1 Tahun Surya = 7 Tahun Pawukon = 4,027 Tahun Masehi = 4,153 Tahun Jawa, atau setara dengan 1.470 hari.
1 Jaman Sedang Kala = 100 Tahun Surya = 700 Tahun Pawukon = 402,7 Tahun Masehi = 415,3 Tahun Jawa, atau
setara dengan 147.000 hari.
1 Jaman Besar Kali = 7 Jaman sedang Kala = 700 Tahun Surya = 4.900 Tahun Pawukon = 2.818,9 Tahun Masehi =
2.907,1 Tahun Jawa, atau setara dengan 1.029.000 hari.
Jangka Jayabaya yang berusia triKali atau 3 Jaman Besar Kali = 21 Jaman Sedang Kala = 2.100 Tahun Surya =
14.700 Tahun Pawukon = 8.456,7 Tahun Masehi = 8.721,3 Tahun Jawa, atau setara dengan 3.087.000 hari.
BUMI
1 2 3
KALI [Jaman Besar] KALI [Jaman Besar] KALI [Jaman Besar]
700 tahun Surya 700 tahun Surya 700 tahun Surya
Berikut adalah uraian tentang pembagian jaman disertai dengan silsilah Kerajaan-kerajaan besar di Jawa pada
jaman Kali Swara, Kali Yoga, dan Kali Sangara.
Sri Kameswara Dharma Iswara Madu Sudana Wartanindita Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya
Raja Dahana Pura, titisan Sanghyang Wisnu
sumber dari, seperti yang diceritakan oleh Eyang Sepuh, di-sari-kan oleh Ki Mayangga Seta,
disempurnakan dan ditulis ulang oleh Ki Atma Sasratama Jati.