Turunan Fungsi Dan Gugus
Turunan Fungsi Dan Gugus
ψ ψ ψ ψ ψ ψ ψ ψ ψ ψ
0
TURUNAN FUNGSI
ILUSTRASI TERAPAN MASALAH
♣ Pada tanaman gandum yang tingginya 60 cm diberikan hormon pertumbuhan. Selama minggu pertama
percobaan ini, tanaman tersebut tumbuh dengan laju rata-rata 0.10 cm per hari; pada minggu kedua
percobaan ini laju rata-rata pertumbuhannya menjadi 0.04 m per hari; dan pada minggu ketiga
percobaan tersebut, laju rata-rata pertumbuhannya menjadi 20 cm per hari. Tentukanlah tinggi tanaman
gandum pada akhir minggu ketiga ! Berapakah laju rata-rata pertumbuhannya selama periode waktu
tiga minggu itu ?
♣ Andaikan protein diuraikan menjadi asam-asam amino menurut rumus di bawah ini:
M = 24/(t + 1)
sedangkan M merupakan massa protein dalam satuan gram dan t adalah waktu dalam satuan jam.
Tentukanlah laju rata-rata reaksi penguraian tersebut dari t = 0 sampai dengan t = 2.
♣ Parasit ádalah hewan atau organisma yang hidup pada atau di dalam organisma lainnya yang disebut
inang. Parasit itu ada yang bermanfaat dan ada pula yang berbahaya bagi inangnya. Binatang
memamah biak seperti domba sangat tergantung pada sejenis parasit untuk melakukan pencernaan
makanannya. Parasit sering juga digunakan sebagai pemberantas hama secara biologis. Salah satu
jenis parasit terakhir ini dapat menghancurkan telur labah-labah. Jika banyaknya labah-labah pada
suatu daerah ialah H dan banyaknya relatif parasit itu ialah P, maka anggaplah hubungan antara H
dengan P merupakan fungsi berbentuk :
Sedangkan M ialah maksimum banyaknya populasi inang. Akan tetapi, parasit itu hanya dapat
berkembang biak pada suhu yang berkisar di antara 21oC sampai dengan 30 oC. Oleh karena itu
banyaknya relatif parasit merupakan fungsi dari suhu t dan anggaplah :
Dengan demikian banyaknya populasi labah-labah H dipengaruhi oleh suhu, meskipun populasi labah-
labah tidak peka terhadap suhu. Keadaan demikian itu dapat dirumuskan sebagai fungsi majemuk :
Tentukanlah laju perubahan populasi labah-labah ini pada suhu 25 oC. Apakah populasi labah-labah ini
akan bertambah atau berkurang ?
1
semacam ini mempunyai satu konsep dasar matematika yang dikenal sebagai turunan fungsi, yang
merupakan tahapan awal studi tentang kalkulus diferensial. Jadi kasus-kasus di atas dapat anda selesaikan
melalui turunan fungsi. Pertanyaannya sekarang, apakah yang dimaksud dengan turunan fungsi ? Apa
konsepnya ? Mengapa anda dapat menerapkan turunan pada kasus-kasus di atas ? Lalu bagaimana
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut jika menggunakan turunan fungsi ?
Mempelajari turunan fungsi sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Apalagi jika anda mengetahui trik-trik khusus
pada turunan suatu fungsi ini, maka mungkin anda akan lebih menyukai dan tertantang ketika menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan turunan fungsi. Faktor terpenting adalah ketelitian dalam membaca
soal atau masalah serta khususnya dalam hal ini, menghafalkan formula-formula atau rumus-rumus yang ada,
untuk kemudian menggunakannya dengan tepat. Hal ini disebabkan pada turunan fungsi, formula atau rumus
yang digunakan cukup banyak, sehingga anda harus memiliki cara yang kreatif untuk dapat mengingat
formula-formula tersebut dengan lebih cepat.
Dalam bab ini diungkapkan pengertian turunan dan sifat-sifat serta penerapannya dalam menentukan laju
perubahan per satuan waktu dari peubah-peubah kontinyu yang saling terpaut, rumus-rumus dasar
pendiferensialan, penggunaan berbagai jenis derivatif, turunan berordo tinggi serta pendiferensialan implisit.
MATERI BAHASAN
Perkembangan kalkulus diferensial dalam abad ketujuh belas untuk sebagian besar dipengaruhi oleh dua
masalah, yaitu :
♦ Menemukan tanjakan (kemiringan) garis singgung di sebuah titik pada suatu kurva yang diketahui.
♦ Menentukan kecepatan sesaat sebuah partikel yang bergerak sepanjang garis lurus dengan laju yang
berubah.
- Garis Singgung pada Sebuah Kurva. Andaikan y = f(x) sebuah fungsi dan P; (c, f(c)) suatu titik pada
grafik f (x). Tanjakan (kemiringan) garis singgung grafik f di P; (c, f(c)) adalah :
∆y f(c + ∆ x) – f (c)
lim = lim , asalkan limitnya ada.
∆x→0 ∆x ∆x→0 ∆x
- Laju Perubahan Sesaat. Misalkan fungsi y = f (x) didefinisikan di sekitar x = c. Yang dimaksud dengan
laju perubahan sesaat pada x = c ialah :
Limit pada definisi ini dapat dituliskan dalam bentuk yang lain. Misalkan x = c + ∆x, yang berarti pula
2
bahwa ∆x = x – c. Dengan demikian jika ∆x 0, maka x c. Oleh karena itu :
∆y f (x) – f (c)
lim = lim
∆x→0 ∆x ∆x→0 x–c
∆y f(c + ∆ x) – f (c)
f ’(c) = lim = lim , asalkan limitnya ada.
∆x→0 ∆x ∆x→0 ∆x
Jika limit ini ada, maka f dinamakan terdiferensialkan (terturunkan) di c. Daerah asal f ‘ adalah himpunan
bagian daerah asal f. Menentukan sebuah fungsi dinamakan pendiferensialan (penurunan).
Lambang lain untuk f ‘ adalah Dxf (baca “turunan f menurut x”); dalam hal ini x adalah peubah bebas f. Jika
diandaikan y = f (x), lambang lain untuk turunan f adalah dy/dx dan Dxy (baca “turunan y menurut x”).
Jadi turunan fungsi f(x) pada titik x = c ialah :
f(c + ∆ x) – f (c)
f ’(c) = lim
∆x→0 ∆x
Turunan sebuah fungsi adalah suatu limit. Juga, bahwa jika limit tersebut ada, maka fungsi yang
bersangkutan kontinyu. Dengan demikian fungsi, limit dan kekontinyuan hubungannya erat sekali dengan
konsep derivatif.
Teorema 5. Derivatif jumlah aljabar dua fungsi yang dapat diturunkan sama dengan jumlah aljabar
derivatif fungsi-fungsi. Dengan rumus : D x(f ± g) = Dxf ± Dxg.
Teorema 6. Teorema akibat. Derivatif jumlah fungsi-fungsi yang terhingga banyaknya dan yang dapat
diturunkan sama dengan jumlah turunannya.
3
- Turunan Hasil Kali atau Hasil Bagi Fungsi-fungsi.
Teorema 1. Turunan produk dua fungsi yang dapat diturunkan sama dengan fungsi pertama dikalikan
turunan fungsi kedua ditambah dengan fungsi kedua dikalikan dengan turunan fungsi yang
pertama. Dengan rumus : D x(u . v) = u . Dxv + v . Dxu.
Teorema 2. Jika v dapat diturunkan, maka Dx(1/ v) = - (Dxv) / v2.
Teorema 3. Derivatif hasil bagi dua fungsi yang dapat diturunkan sama dengan penyebut kali turunan
pembilang dikurangi dengan pembilang kali turunan penyebut dibagi seluruhnya oleh kuadrat
penyebut :
v . Dxu – u . Dxv
Dx(u / v) = asal v (x) ≠ 0
v2
Teorema. Andaikan y = f (x) mendefinisikan sebuah fungsi f yang dapat didiferensialkan pada sebuah
selang I. Andaikan x1 ∈ I dengan f ’(x1) ≠ 0. Andaikan f –1 balikan f yang kontinyu pada selang terbuka f
yang memuat titik y1 = f (x1). Maka x = f -1(y) dapat diturunkan di y1 dan nilai dx/dy di y1’ adalah :
1
dx/dy = .
dy
dx
Misalnya : Andaikan f fungsi yang didefinisikan sebagai f (x) = 2x3 + x – 5 ; maka turunan pertama f
adalah f ’ dengan f ‘(x) = 6x2 + 1, sedangkan turunan kedua f adalah f “ dengan f ” (x) =
12x dan turunan ketiga f adalah f ”’ dengan f ’’’ (x) = 12.
4
Apabila n bilangan positif bulat lebih dari 2, maka turunan ke n fungsi f adalah turunan pertama dari
turunan ke (n – 1) fungsi f. Lambang-lambang untuk turunan ke-n fungsi f adalah :
dnf
n
f(n), D x f, dan ,
dxn
Adakalanya berguna untuk melambangkan f sebagai f(0).
Sebagai cara untuk menentukan turunan sebuah fungsi implisit yang dapat didiferensialkan akan
diterangkan dalam contoh soal pemecahan masalah. Dalam melakukan hal ini tidak perlu dinyatakan
peubah tak bebas dengan peubah bebas yang terdapat dalam persamaan dengan dua peubah yang
diketahui. Cara demikian dinamakan pendifrensialan implisit.
Dxf (g(x)) = f ‘(u) . g ‘(x) atau f ’(x) = (f . g)’(x) = f ’ (g(x)) . g’(x), yang ekivalen.
Diferensial.
Andaikan f sebuah fungsi yang dapat didiferensialkan pada nilai x1 peubah bebas x dan andaikan y = f (x).
Maka :
d(uv) dv du
= u + v .
dx dx dx
Jika ruas kiri dan ruas kanan persamaan tersebut dikalikan dengan diferensial dx, dan bentuk-bentuk d(uv)/dx,
du/dx, dan dv/dx dianggap sebagai hasil bagi diferensial, maka diperoleh :
d(uv) = u dv + v du.
Jadi diferensial hasil kali dua fungsi yang dapat diturunkan sama dengan fungsi pertama dikalikan dengan
diferensial fungsi kedua ditambah dengan fungsi kedua dikalikan dengan diferensial fungsi pertama. Di
bawah ini terdapat daftar yang jalur pertamanya memuat rumus-rumus untuk turunan-turunan yang ditulis
dengan notasi Leibniz, sedangkan jalur kedua memuat rumus-rumus yang sesuai dengan bentuk diferensial.
5
1. dc 1’. dc = 0
= 0
dx
Teorema Akibat. Andaikan y = f (x). Maka dy = f ’(x)dx walaupun x bukan peubah bebas atau walaupun x
fungsi peubah lain.
CONTOH SOAL PEMECAHAN MASALAH
1. Andaikan sebuah mobil memerlukan waktu 3 jam untuk perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Berdasarkan
anggapan jarak Bandung-Jakarta adalah 180 km, dikatakan bahwa kecepatan (laju) rata-rata mobil itu selama
periode waktu 3 jam tersebut ialah :
2. Dalam sistem biologi, laju perubahan suatu faktor kadang-kadang diketahui, meskipun bentuk fungsi dari
faktor tersebut tidak diketahui. Pada keadaan seperti ini nilai fungsi itu dapat diaproksimasi dengan
menggunakan laju perubahan; misalnya volume air yang diserap tanaman. Volume air sebenarnya yang
diserap atau dikeluarkan daun atau tangkainya sangat sukar diukur secara langsung. Akan tetapi, perubahan
air yang ada (laju aliran) dapat diukur dalam selang waktu yang singkat dengan menggunakan suatu alat
tertentu. Andaikanlah laju aliran rata-rata dalam anak selang dari selang waktu [0, 1.5] diberikan pada tabel
berikut :
Anak Selang [0, 0.25] [0.25, 0.50] [0.50, 1.00] [1.00, 1.50]
Laju aliran rata-rata 0.80 1.20 -1 0.20
Misalkan V(t) menyatakan volume H 2O pada saat t, dan anggaplah V(0) = 14. Laju aliran rata-rata volume
H2O, V(t), selama selang waktu [a,b] adalah :
6
∆V V(b) – V(a)
= ; Oleh karena itu
∆t b–a
Formula ini dapat digunakan untuk menghitung volume H 2O pada t = 1.5 melalui proses beruntun seperti
tercantum pada tabel berikut :
Seandainya laju aliran tersebut dianggap konstan pada setiap anak selang selama pengukuran berlangsung,
maka volume H2O terhadap waktu merupakan garis lurus pada setiap anak selang.
Jawab : Laju pertumbuhan tumor (LPT) pada hari yang kelima ialah :
4. Misalkan suatu benda bergerak sepanjang suatu rel dan jarak yang ditempuh benda itu setelah t satuan
waktu sejak berangkat dari titik acuan dilambangkan oleh fungsi S(t). Dalam hal ini, kecepatan benda pada
saat t0 didefinisikan sebagai laju perubahan sesaat dari fungsi S(t) pada t = t0. Oleh karena itu kecepatan pada
saat t ialah :
S(t + ∆t) – S(t)
V(t) = lim
∆t→0
∆t
Kecepatan ini dapat bernilai positif atau negatif, tergantung pada orientasi terhadap titik acuan. Laju (speed)
benda ini adalah nilai mutlak dari kecepatan :
Laju = V(t)
7
Percepatan benda ini didefinisikan sebagai laju perubahan sesaat dari kecepatan dan dilambangkan sebagai
a(t),
V(t + ∆t) – V(t)
a(t) = lim ,
∆t→0
∆t
Merupakan konsep matematika. Untuk sembarang fungsi f dan titik x 0 kita dapat menghitung limit tersebut
jika nilainya ada. Untuk memberikan nama matematika bagi limit tersebut di atas, yang tidak terpaut pada
bentuk modelnya atau masalahnya, diperkenalkanlah pengertian turunan.
5. Tentukanlah persamaan garis singgung terhadap kurva fungsi f(x) = x3 – 1 pada titik (1,0) !
Jawab :
f(x) – f(1) (x 3 – 1) – 0
f ’(1) = lim = lim ,
∆x→1 ∆x→1
x–1 x–1
= lim (x 2 + x + 1) = 3
∆x→1
Jadi persamaan garis singgung terhadap kurva y = f(x) pada titik (1,0) ialah :
y – 0 = 3(x – 1) atau y = 3x – 3.
6. Andaikan f sebuah fungsi yang didefinisikan sebagai f(x) = 13x – 6. Tentukan f ’(4), yaitu nilai f ’ di titik
x = 4.
Oleh karena pembilang dan penyebut pecahan 13(∆x)/∆x memiliki limit nol apabila ∆x→0, kita tak dapat
menentukan limit tersebut dengan cara substitusi. Akan tetapi : 13(∆x)/∆x = 13. untuk semua ∆x ≠ 0.
Sehingga kita peroleh :
13(∆x)
lim = lim 13 = 13
∆x →0 ∆x →0
∆x
Jawab :
Dxf = D x(5x6) – Dx(2x3) + Dx(x2) – Dx(1) = 30x5 – 6x2 + 2x.
8
8. Hitunglah turunan fungsi y = f(x) = (1 – 2x3)17.
Jawab : Dengan menggunakan teorema turunan hasil bagi dua fungsi diperoleh :
(x2 + 1) Dx(1 – x3)6 – (1 – x3)6 Dx(x2 + 1) (x2 + 1) 6(1 – x3)5Dx(1 – x3) – (1 – x3)6 (2x)
Dxy = =
x2 + 1 x2 + 1
6(x2 + 1) (1 – x3)5. (-3x2) – 2x(1 – x3)6 2x(1 – x3)5{- 9(x2 + 1)x – (1 – x3)}
Dxy = =
x2 + 1 x2 + 1
10. Jika f (x) = 2x2 + 1 dan g(x) = 1/x, tentukanlah turunan fungsi majemuk h(x) = (f . g)(x) dan
F(x) = (g . f)(x).
Cara 1 : Dari f (x) = 2x2 + 1, diperoleh f ’(x) = 4x dan f ‘ (g(x)) = f ‘(1/x) = 4/x.
Karena g(x) = 1/x, maka g’(x) = -1/x2 dan g’(f (x)) = g’(2x2 + 1) = -1/(2x2 + 1)2.
Dengan demikian :
9
Maka diperoleh dy/du = -1/u2 = -1/(2x2 + 1)2 dan du/dx = 4x.
Dengan demikian :
F’(x) = dy/dx = dy/du . du/dx = -1/(2x2 + 1)2 . 4x = -4x/(2x2 + 1)2.
11. Jika fungsi f(x) = x 2, untuk x > 0, maka turunan fungsi kebalikannya pada titik x = 4, yaitu f-1(4) dapat
ditentukan dengan cara seperti berikut :
(1) Karena titik x = 4 pada fungsi f-1 berpadanan dengan titik x =2 pada fungsi f, maka kita hitung dahulu
f’(2). Dalam hal ini f’(x) = 2x, sehingga f ‘(2) = 4.
(2) Dengan rumus di atas diperoleh f-1(4) = 1/f’(2) = ¼.
12. Andaikan x2 + 5y2 = 1 menentukan secara implisit sebuah fungsi dari x yang dapat didiferensialkan.
Tentukanlah D xy.
13. Andaikan x3 + x 2y - 10y4 menentukan secara implisit sebuah fungsi dari x yang dapat diturunkan.
Tentukan Dxy.
Jawab : Turunkan persamaan yang diketahui suku demi suku. Maka diperoleh :
Dx(x3) + Dx(x2y) – Dx(10y4) = D x(0).
Sehingga
3x2 + [x2 . Dxy + y . D x(x2)] - 10(4y3 . Dxy) = 0
atau
3x2 + x 2 . Dxy + 2xy - 4 0 y3 . Dxy = 0
Akhirnya
3x2 + 2xy
10
Dxy = , 40 y3 - x2 ≠ 0.
40 y3 – x2
15. Kecepatan suatu partikel yang bergerak sepanjang suatu lintasan didefinisikan sebagai V(t) = Dtf(t),
sedangkan f(t) menyatakan jarak yang ditempuh partikel itu dari suatu titik tertentu pada saat t. Percepatan
partikel itu didefinisikan sebagai laju perubahan dari kecepatan, yaitu a(t) = Dt(V(t)). Akibatnya percepatan
merupakan turunan kedua dari fungsi f :
a(t) = D2t(f(t)).
16. Parasit ádalah hewan atau organisma yang hidup pada atau di dalam organisma lainnya yang disebut
inang. Parasit itu ada yang bermanfaat dan ada pula yang berbahaya bagi inangnya. Binatang memamah biak
seperti domba sangat tergantung pada sejenis parasit untuk melakukan pencernaan makanannya. Parasit
sering juga digunakan sebagai pemberantas hama secara biologis. Salah satu jenis parasit terakhir ini dapat
menghancurkan telur labah-labah. Jika banyaknya labah-labah pada suatu daerah ialah H dan banyaknya
relatif parasit itu ialah P, maka anggaplah hubungan antara H dengan P merupakan fungsi berbentuk
Dengan demikian banyaknya populasi labah-labah H dipengaruhi oleh suhu, meskipun populasi labah-labah
tidak peka terhadap suhu. Keadaan demikian itu dapat dirumuskan sebagai fungsi majemuk :
Tentukanlah laju perubahan populasi labah-labah ini pada suhu 25 oC. Apakah populasi labah-labah ini akan
bertambah atau berkurang ?
11
Jawab : Perhatikan bahwa :
3M 16
=- (400) = - M.
225 3
dan
dP -2t + 51 1
= = .
dt t = 25 15 t = 25 15
oleh karena itu :
dH dH dP
h’(25) = = .
dt t = 25 dP t = 25 dt t = 25
-16M 1 -16
= = M. Jadi laju perubahan populasi labah-labah itu pada suhu 25 oC ialah :
3 15 45
h‘ (25) = -16 M/45
PROYEK TERAPAN MASALAH (Project Base Learning) – Praktikum Latihan Pemecahan Masalah.
1. Misalkanlah kadar polusi pada suatu danau setelah t tahun dapat dirumuskan oleh :
2. Hubungan antara massa suatu sel dengan garis tengahnya, d, diberikan oleh persamaan :
M = ρ π (d/3)2
Konstanta ρ menyatakan kerapatan (density) spesifik sel itu dan nilainya biasanya hampir sama dengan
satu. Apabila garis tengah sel itu, d = 0.25 cm, tentukanlah laju perubahan massa sel itu sewaktu diameter
(garis tengah) itu bertambah besar.
3. Banyaknya kebakaran hutan pada suatu daerah tertentu dapat dinyatakan sebagai fungsi dari waktu
(satuan hari) x sejak pengukuran curah hujan yang terakhir. Kebakaran itu dapat berasal dari halilintar
atau dari ulah manusia. Misalkanlah banyaknya kebakaran yang disebabkan oleh halilintar diberikan oleh
fungsi :
N(x) = 0.1 (2x – 7),
dan banyaknya kebakaran yang disebabkan oleh ulah manusia diberikan oleh fungsi :
12
M(x) = (0.5)x2
Oleh karena itu total banyaknya kebakaran dapat dirumuskan oleh fungsi F(x) = N(x) + M(x). Dengan
demikian proporsi kebakaran yang disebabkan oleh manusia ialah :
M(x)
R(x) =
F(x)
Tentukanlah laju perubahan kebakaran relatif yang disebabkan oleh ulah manusia !
Tentukanlah f ’(x) dari nomor 4 – 14 di bawah ini :
1
7. f(x) = .
3x2 + 2
1
8. f(x) = .
5x8
1
9. f(x) = .
4x4 + 3x3 + 2
4x4 – 2x3 – 6x
10. f(x) = .
4x
2x3 – x + 4
11. y = .
x2 + 3x – 5
3x3 – 4x + 10
12. y = .
x2 + 2x – 11
2t2 + 9t – 3
13. G(t) =
t3 + 6t2 – t + 2
6t3
14. G(t) =
(2t2 – 3)2
13
15. Andaikan u dan v fungsi-fungsi yang dapat diturunkan. Jika u(0) = 4, u’ (0) = -1, v(0) = -3 dan v’(0) = 5, tentukan
di x = 0, nilai dari :
a. D x(u . v) b. D x(u / v)
16. Andaikan f dan g dapat diturunkan. Andaikan f(3) = 7, f’ (3) = 2, g(3) = 6 dan g’(3) = -10, tentukan di x = 3, nilai
dari :
a. (f . g)’ b. (f / g)’
ψψψψψψψψψψ
14
GUGUS
I LUSTRASI TERAPAN
Dalam biologi dikenal istilah ordo, family, genus, spesies untuk mengelompokkan koleksi
hewan atau tumbuh-tumbuhan berdasarkan cirri-cirinya yang serupa. Manusia yang hidup di
dunia ini dapat dikelompokkan menurut golongan darah, jenis kelamin, atau suku bangsanya.
Sistem penyimpanan buku-buku diperpustakaan dikelompokkan berdasarkan disiplin ilmunya.
Masyarakat terkelompokkan ke dalam berbagai himpunan, fraksi, atau organisasi social politik
yang terbentuk berdasarkan kesamaan wawasan, gagasan, ideologi, atau tujuannya.
Semua ilustrasi ini mengungkapkan bahwa istilah-istilah seperti famili, kelas, ordo,
himpunan, kategori, kelompok, golongan mempunyai makna yang identik dalam pengertian
adanya ciri penentu yang dapat membedakan apakah suatu obyek sembarang termasuk atau
tidak di dalamnya. Tujuan pengelompokkan ini tidak lain adalah untuk menyusun suatu
kelompok himpunan menjadi lebih sistematik dan sederhana. Kelompok-kelompok inilah yang
kemudian dikenal dengan istilah GUGUS.
Di dalam bab ini akan dibahas konsep dasar teori gugus yang dapat dimanfaatkan pada
berbagai situasi seperti yang dijumpai dalam ilmu-ilmu kehidupan, perilaku, pertanian, bahkan
computer, serta keteknikan.
M ATERI BAHASAN
PENGERTIAN GUGUS
Gugus adalah sekumpulan obyek, baik abstrak maupun konkret, yang terdefinisi dengan
baik. Dalam pengertian ini tersirat makna adanya cirri yang jelas untuk menentukan apakah
suatu obyek sembarang termasuk atau tidak termasuk dalam gugus tersebut. Obyek-obyek
yang membentuk gugus disebut anggota-anggota atau unsur-unsur gugus tersebut.
Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang matematikawan Jerman bernama
George Cantor (1845-1918) dengan nama “Menge”. Beliau adalah perintis dalam
mengembangkan teori-teori tentang gugus dengan berbagai macam symbol yang memenuhi
kaidah sistematik dan memanfaatkannya sebagai bahasa untuk mengungkapkan gagasan-
gagasan matematika yang rumit dalam bentuk sederhana.
Contoh 1 : Semua tumbuhan yang menghasilkan oksigen, menyusun suatu gugus,
karena dapat dibedakan dengan jelas tumbuhan mana yang berklorofil dan mana yang tidak.
Akan tetapi semua koleksi tumbuh-tumbuhan yang berdaun lebar tidak memeuhi syarat untuk
disebut sebagai suatu gugus. Mengapa? Karena ungkapan “berdaun lebar” bersifat subyektif.
ISTILAH-ISTILAH GUGUS
Gugus Kosong, yaitu gugus yang tidak mempunyai satu pun anggota.
Contoh : himpunan astronot Indonesia yang mendarat di bulan
Gugus terhingga, yaitu gugus yang banyak anggotanya terhingga
Contoh : himpunan bilangan genap kurang dari 10
Gugus tak terhingga, yaitu gugus yang anggotanya tak terhingga
Contoh : himpunan bilangan yang digunakan untuk mencacah
Gugus Semesta, yaitu gugus yang mencakup semua anggota yang menjadi acuan atau
ruang lingkup pembahasan.
LAMBANG GUGUS
Gugus biasanya dilambangkan dengan huruf capital seperti A, B, C,… Sedangkan
gugus kosong dilambangkan dengan ø atau { }, dan gugus semesta dilambangkan dengan
huruf U. Anggota-anggota suatu gugus dinyatakan dengan huruf kecil a, b, c…,x, y dan
seterusnya. Untuk melambangkan suatu unsure x dalam gugus A digunakan bentuk x є A yang
artinya x adalah anggota gugus A. Ingkaran pernyataan tersebut, yaitu x bukan anggota gugus
A. Lambang keanggotaan gugus ini pertama kali diusulkan oleh matematikawan Italia bernama
Giuseppe Peano (1858-1932).
Contoh :
A = {a, b, c, d,…}
B = {1, b, 2, d,…}
PENYAJIAN GUGUS
Gugus dapat disajikan dalam 3 (tiga) cara, yaitu :
1. Cara Daftar, yaitu menyajikan semua anggota dalan tanda kurawal “{ }” dan setiap
anggota dengan anggota lainnya dipisahkan dengan koma
Contoh :
G = { 2,4,6,8}
2. Cara Notasi, yaitu mendefinisikan anggota dalam tanda kurawal “{ }”
Contoh :
G = {x I x = bilangan genap positif < 10 }
3. Cara Deskriptif, menggambarkan atau menyebutkan karakteristik dari anggota
himpunan diantara tanda kurawal “{ }”
Contoh :
G = {bilangan yang dapat dibagi 2 kurang dari sepuluh}
B. GUGUS/HIMPUNAN SAMA
Gugus dikatakan sama dengan gugus lain jika keduanya mempunyai anggota yang
sama. Gugus yang sama dinyatakan dengan lambing “ = ” sedangkan gugus yang tidak
sama dinyatakan dengan lambang “ ≠ ”.
Contoh :
Jika A = {a,i,u,e,o}, B = {1,2,3,4,5}, C = {5,4,3,2,1}, dan D = {o,e,u,i,a}
Maka A = D dan B = C
A ≠ C dan B ≠ D
C. GUGUS/HIMPUNAN BAGIAN
Gugus A dikatakan bagian dari Gugus B, jika setiap anggota A juga merupakan anggota
B. Untuk menyatakan himpunan bagian digunakan lambang “ “ (proper subset).
Contoh : A = {1, 5, 7} dan B = {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
Maka A merupakan bagian dari B atau ditulis A
DENAH VENN
Hubungan antar Gugus dapat digambarkan pada diagram Venn, diperkenalkan oleh
matematikawan Inggris bernama John Venn (1834-1923). Diagram Venn digambarkan dalam
bidang datar berbentuk segi empat atau lingkaran.
Diagram Venn dapat menunjukkan hubungan antara beberapa gugus berbeda yang
tergabung dalam gugus semesta.
Contoh :
Diagram Venn untuk A B S
S
B
A
S
B
A
PENGOLAHAN GUGUS
A. GABUNGAN (UNION) DIBERI SIMBOL “ U ”
Gabungan gugus A dan gugus B adalah suatu gugus yang anggota-anggotanya adalah
anggota gugus A atau B. Ditulis A U B atau B U A.
Notasi A U B = {x I x є A atau x є B}
A B
A U B
B. IRISAN (INTERSECTION) DIBERI SIMBOL “ ∩ “
Irisan gugus A dan gugus B adalah suatu gugus yang anggota-anggotanya adalah
anggota gugus A dan B. Ditulis A ∩ B atau B ∩ A.
Notasi A ∩ B = {x I x є A atau x є B}
A B
A ∩ B
Dua gugus B dan C yang irisannya merupakan himpunan kosong atau Ø disebut
himpunan yang saling pisah “disjoint” atau saling asing.
Notasi B ∩ C = Ø
B C
Notasi Ac = {x I x Є S dan x Є A}
Ac
D. SELISIH (DIFFERENCE) DIBERI SIMBOL “ - “
Selisih gugus A dan gugus B adalah suatu gugus yang anggota-anggotanya merupakan
anggota gugus A tetapi bukan merupakan anggota gugus B. Ditulis A – B.
Notasi A – B = {x I x Є A dan x Є B}
A B
A-B
Notasi I A U B I = I A I + I B I – I A ∩ B I
Diagram eksklusi
A B
Diagram Inklusi
b. Asossiatif A U (B U C) = (A U B) U C
A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
c. Distributif A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C)
A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C)
d. De Morgan (A U B)c = Ac U Bc
(A ∩ B)c = Ac ∩ Bc
Jika A – B = A ∩ Bc, Ac = U – A
A = B, maka A – B = B – A = Ø
A U B = Ø, maka A – B = A dan B – A = B
U
JI KOMPETENSI
Jika:
Tentukan :
a. A U B
b. A U C
c. A ∩ C
d. B ∩ C
e. Ac
f. Cc
g. A – C
h. B – C
i. IAI
j. ICI
Jika:
Tentukan :
a. A x B
b. B x A
c. P (C)
Jika:
Tentukan :
a. IA U CI
b. IB U CI