Anda di halaman 1dari 67

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Beton Sebagai Bahan Konstruksi Mulai dari tahapan perencanaan suatu konstruksi, sudah harus dapat ditentukan bahan bangunan yang akan. Bahan yang seiring digunakan adalah beton. Beton terdiri dari campuran agregat pasir, kerikil, semen dan air sebagai bahan perekat sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi dan memiliki kekuatan tertentu sesuai dengan perencanaan awal. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan suatu konstruksi umunya adalah agregat halus, agregat kasar, semen, air, batu bata, besi tulangan, papan, bahan campuran (Admixture), dan lain-lain. Selama mengikuti kerja praktek, bahanbahan yang disebutkan diatas telah digunakan dan semua bahan tersebut telah memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh normalisasi di Indonesia. Konstruksi pondasi berfungsi untuk meneruskan akumulatif semua gaya gaya yang diterimanya ke tanah dasar pondasi. Struktur kolom, balok dan plat lantai menggunakan beton dengan mutu K-350. Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar Rujukan di bawah ini. Standar Rujukan: Standar Industri Indonesia (SII) SII-13-1977 Standar Nasional Indonesia (SNI) PBI 1971 SK SNI M -02-1944-03 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam : Semen Portland (AASHTO M85 75)

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

17

(AASHTO T11-90)

Agregat Yang lolos saringan No.200 (0.075mm)

SNI 03-2816-1992

: Metode

Pengujian

Kotoran

Organik

Dalam Pasir (AASHTO T21 -87) SNI 03 1974 -1990 (AASHTO T22 -90) Pd M 16 -1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji (AASHTO T23 -90) SNI 03-1968-1990 Beton di Lapangan : Metode Pengujian tentang anlisis Saringan (AASHTO T27 -88) SNI 03 2417 -1991 (AASHTO T96-87) SNI 03 3407-1994 (AASHTO T104 -86) Agregat Halus dan Kasar : Metode Pengujian Keausan Agregat Untuk campuran Mortar dan Beton : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton

dengan Mesin Los Angeles : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat

SK SNI M 01 -1994 -03 (AASHTO T112 -87) agregat SNI 03 2493 -1991

: Metode Pengujian gumpalan lempung dan Butir butir mudah pecah dalam

: Metode Pembutan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium

SNI 03 2458-1991

: Metode

Pengambilan

Contoh

Untuk

Campuran Beton Segar.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

18

AASHTO: AASHTO T26 -79 : Quality of Water to be used in Concrete.

III.1.1 Semen Portland Semen Portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Semen Portland dipergunakan dalam semua jenis struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya yang diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan. Apabila semen Portland dicampur dengan pasir atau kapur maka dihasilkan adukan yang dipakai untuk pasangan bata atau sebagai bahan plesteran untuk tembok. Dan apabila semen dicampurkan dengan agregat kasar dan agregat halus kemudian dibubuhi air maka terbentuklah beton. Ikatan ikatan utama dalam semen Portland antara lain :
Trikalsium Silikat (C3S)

Ikatan yang paling dikehendaki dalam semen Portland karena bahan ini cepat mengeras dan menjadi penyebab bagi semen Portland untuk mencapai ikatan awal yang tinggi.
Dikalsium Silikat (C2S)

Dikalsium silikat mengeras secara perlahan lahan (lambat) akan tetapi pengaruhnya terhadap penambahan kekutan pada umur lebih dari satu minggu besar. Jika dikalsium silikat berhubungan dengan air maka dikalsium silkiat mengikat air dengan lambat dan terbentuklah kalsium silikat hidrat.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

19

Trikalsium Aluminat (C3A)

Trikalsium aluminat membebaskan panas yang sangat banyak selama hari - hari pertama dalam mencapai pengerasan. Trikalsium aluminat memegang peranan penting dalam perkembangan kekuatan awal, meskipun tidak banyak Tetrakalsium Aluminoferrit Dengan terbentuknya tetrakalsium aluminoferrit, maka suhu yang menyebabkan terjadinya klinker menurun, sehingga dengan demikian membantu dalam pembuatan semen Portland. Tetrakalsium aluminoferrit cepat mengikat air namun sedikit sekali memberikan sumbangan pada perkembangan kekuatan.
a. Jenis jenis (type) semen Portland

Standart Industri Indonesia SII 0013-1977 menetapkan lima jenis (type) semen Portland yaitu:
Semen Biru

Semen biru adalah semen untuk pemakaian umum untuk pasangan tidak konstruksi tanpa persyaratan khusus, penggunaannya untuk pasangan batu bata, dan plesteran. Jenis (type) I Jenis I adalah semen untuk pemakaian umum tanpa persyaratan khusus. Penggunaannya untuk mortar, cor lantai kerja dan cor elemen elemen khusu struktur yang umum. Jenis (type) II Jenis II adalah semen yang mempunyai sifat ketahanan sedang terhadap garamgaram sulfat di dalam air. Untuk semen jenis ini diisyaratkan kadar C 3A tidak lebih dari 8%. Semen type ini dipergunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang berhubungan terus menerus dengan air kotor dan air tanah. Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 20

Jenis (type) III Jenis III adalah semen yang cepat mengeras atau semen yang mempunyai kekuatan tinggi pada umur muda. Kadar C3S, dan C3A pada jenis semen ini adalah tinggi, sedangkan butirannya halus (semen digiling halus sekali). Semen type ini dipergunakan untuk pekerjaan beton di daerah yang bersuhu rendah. Jenis (type) IV Jenis IV adalah semen dengan panas hydrasi rendah. Semen jenis ini pengerasan serta perkembangannya lambat. Kadar C3S dibatasi sampai maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 5%. Semen type ini dipergunakan untuk pembuatan beton atau bangunan yang berukuran besar dengan tebal 2 meter seperti pembuatan bendungan, pondasi jembatan atau landasan mesin berukuran besar. Jenis (type) V Semen type ini dipergunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industry, untuk bangunan yang berhubungan dengan pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta bangunan yang selalu berhubungan dengan air tanah yang mengandung garam-garam sulfat dalam prosentasi yang tinggi. b. Sifat sifat Semen Portland Sifat sifat semen Portland sangat dipengaruhi oleh susunan ikatan dari oksidasioksidasi serta bahan-bahan kotoran-kotoran lainnya. Sifat-sifat fisik semen Portland antara lain : Kehalusan butiran Kehalusan butiran semen mempengaruhi kecepatan reaksi. Makin halus butiranbutiran semen, makin cepat berjalannya proses hidrasi dan makin cepat pula perkembangan kekuatan selama 7 hari pertama.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

21

Kemulusan Kemulusan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran dari kemampuan pengembangan dari bahan-bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah mengikat. Ketidakmulusan pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang

pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam campuran tersebut. Waktu pengikatan Waktu Pengikatan diukur dengan alat vicat atau Gillmore dengan alat tersebut dapat diukur kecepatan atau waktu pengikatan semen Portland. Dengan demikian dapat ditentukan apakah pasta semen itu cukup lama berada dalam keadaan plastis sampai beton bersangkutan dapat dituangkan atau dicor. Jangka waktu bagi beton untuk tetap berada dalam keadaan plastis bergantung pada susunan kimia serta kehalusan butiran semen, kadar air dan suhu. Kekuatan beton Kekuatan tekan semenportland ditentukan dengan menekankan benda uji semen sampai hancur. Benda uji semen dibuat dengan menggunakan contoh semen yang akan diuji kemudian mencampurnya dengan pasir silica seragam dan air dalam keadaan perbandingan-perbandingan yang diisyaratkan, kemudian memasukkan campuran yang bersangkutan ke dalam kubus-kubus cetakan 5x5x5 cm. Kekuatan tekan diuji setelah benda uji berumur 1 hari, 3 hari dan 28 hari. Kekuatan tekan beton relatif sesuai dengan pengaruh dari jenis-jenis semen yang dipergunakan. Panas hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang timbul waktu berlangsung reaksi antara semen dan air. Jumlah panas yang dikeluarkan terutama bergantung pada susunan kimia, Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 22

kehalusan butiran semen serta suhu pada waktu dilaksanakan perawatan. Panas hidrasi diperiksa dengan menggunakan sebuah calorimeter, cara ini hanya dilakukan terhadap semen Portland kelas II dan Kelas IV. c. Faktor air Semen Kekentalan (konsistensi) adukan beton harus disesuaikan dengan cara transport, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai hal antara lain jumlah dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat serta pengguna bahan bahan pembantu. Di bawah ini di tujukan nilai factor air semen yang ditetapkan menurut PBBI tahun 1971. Jumlah semen Kondisi Beton Beton di dalam ruang bangunan : a. Keadaan keliling korosif b. Keadaan keliling korosif 275 325 0.60 0.52 Minimum per m3 Beton (kg) Nilai faktor air Semen maksimum

disebabkan oleh kondensasi atau uap-uap korosif Beton di luar ruang bangunan: a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung Beton yang masuk ke dalam tanah: a. Mengalami keadaan basah 23 275 0.6 325 0.6

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat 325 0.55

alkali dari tanah atau air tanah Beton yang kontinu berhubungan dengan air: a. air tawar 275 0.57 375 0.52

b. air laut 375 0.52 Tabel 3.1 Faktor air semen (sumber data PBBI tahun 1971) d. Slump Untuk mencegah adukan beton yang terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai nilai slump yang terletak dalam batas batas yang ditujukan dalam table dibawah ini. Uraian Dinding, pelat pondasi dan pondasi tapak bertulang Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi di bawah tanah Pelat, balok, kolom dan dinding Pengerasan jalan 15.0 7.5 7.5 5.0 9.0 2.5 Slump (cm) Maksimum Minimum 12.5 5.0

Pembetonan masal 7.5 2.5 Tabel 3.2 Nilai slump (sumber data PBBI tahun 1971) III.1.2 Agregat Agregat yang cocok untuk produksi beton yang bermutu harus bebas dari lempung, lanau dan bahan bahan organic yang akan mengurangi kekuatannya. Makin baik grdasi dari suatu agregat, makin kurang pula pengolahannya yang dibutuhkan dalam bentuk pemecahan serta penyaringan. Secara umum agregat Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 24

dibedakan atas 2 jenis yakni agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar yang digunakan untuk campuran beton berupa agregat yang memilki ukuran 4 63 mm sedangkan dihalus yang digunakan memiliki ukuran lebih kecil dari 4 mm. a. Berat jenis dan daya serap dari agregat Tujuan dari spesifikasi ini adalah untuk menentukan volume bahan padat (absolute).Dari agregat dari satuan isi kering dari agregat yang di tusuk tusuk sedemikian, sehingga dapat ditentukan berat isi agregat supaya direncanakan suatu campuran beton. b. Komponen komponen yang merugikan agregat Komponen komponen yang merugikan agregat adalah bahan bahan yang menganggu berlangsungnya pengikatan serta pengerasan beton. Selain itu dapat mengurangi kekuatan serta berat isi beton yng menyebabkan terkelupasnya serta lunturnya warna beton. Sebagian komponen komponen yang merugikan dapat mempengaruhi ketahanan terhadap serangan karat. Komponen komponen yang relative dan merusak dari agregat alami biasa dijumpai di Indonesia ialah bahan bahan sebagai berikut: Silika dan gelas Sulfida Lempung dan mika Kotoran organic dan garam

c. Gradasi Agregat

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

25

Dilihat dari ukuran butirannya agregat dibedakan dalam 5 zona yang diatur dalam PBBI tahun 1971 yang diartikan sebagai berikut:
Zona 1 : adalah daerah tidak baik, di daerah ini campuran agregat halus dan

agregat kasar terlalu halus sehingga dibutuhkan terlalu banyak air dan semen untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan serta dapat mencapai kekuatan yang diisyaratkan.
Zona 2: adalah daerah baik akan tetapi dioerlukan lebih banyak air dan semen

dibandingkan dengan zona 3.


Zona 3: adalah merupakan daerah baik sekali untuk campuran agregat halus dan

agregat kasar dengan ukuran ukuran yang diisyaratkan.


Zona 4: adalah daerah gradasi baik untuk agregat bergradasi celah (gap grade).

Zona 5: adalah daerah tidak baik oleh karena akan menghasilkan beton kasar yang sukar untuk dikerjakan. Di bawah ini adalah grafik batas-batas gradasi untuk agregat dengan ukuran maksimum 19 mm
100 90 80 70 Persentase Lewat Saringan 60 50 40 30 20 10 0 0 .1 5 0 .3 0 .6 1 .2 2 .4 4 .8 9 .6 19 38 76 U k u ra n s a rin g a n (m m )
Zo n a 1 z ona 2 Zo n a 3 z ona 4

Grafik 3.1 Gradasi agregat (sumber data PBBI tahun 1971) III.1.3 Air Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 26

Pada pekerjaan konstruksi beton, air adalah merupakan bahan pencampur yang turut menentukan kualitas beton. Air untuk pembuatan campuran beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam garam, bahan organik atau bahan bahan lain yang dapat merusak beton. Untuk itu apabila ada keraguan mengenai air, maka harus diadakan pemeriksaan zat zat yang dikandung air tersebut. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau berat dan harus dilakukan secermatnya. Demikian pH air yang harus bersifat netral agar tidak merusak baja tulangan pada beton, pH air yang diperkenankan adalah berkisar antara 5 PH 7 Perbandingan berat air untuk semen pada suatu adukan beton disebut Water Cement Ratio (WCR). Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada umumnya dipaki nilai WCR 0.40 0.60 tergantung mutu beton yang hendak dicapai.

III. 2 Besi Beton Sebagai Tulangan Beton Tulangan beton harus dipasang dengan seksama pada tempat uang telah ditentukan, diikat dengan kuat dan tetap dipertahankan ditempatnya dengan menggunakan kait kait sengkang, ganjel, atau penahan, kawat pengikat dan alat alat lainnya selama dilaksanakan pengecoran beton. Selimut beton atau beton penutup adalah jarak minimum antara sisi luar dari tulangan termasuk sengkang. Kawat pengikat dan tulangan spiral dan permukaan permanen terdekat beton. Dari elemen elemen beton yang teratur, selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm untuk kolom , 25 mm untuk balok dan 20 mm untuk tembok pelat, dan harus ditambahkan dengan 35 -40 mm untuk komponen komponen utama , atau 45 mm untuk tembok dan pelat lantai jika tanah dipergunakan sebagai acuannya.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

27

Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik pada umumnya setiap pabrik mempunyai standar mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Namun demikian, pada umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu mutu yang tercantum dalam daftar berikut: Tegangan ulur karakteristik (au) atau tegangan karakteristik yang memberikan Mutu U 22 U 24 U 32 U 39 U 48 Sebutan Baja lunak Baja lunak Baja sedang Baja keras regangan tetap 0.2 % (0.2) dalam kg/cm2 2.200 2.400 3.200 3.900

Baja keras 4.800 Tabel 3.3 Mutu baja (sumber data PPBBI tahun83)

Yang dimaksud dengan tegangan ulur karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0.2% adalah tegangan yang bersangkutan, dimana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan, kemungkinan adanya tegangan yang kurang dari tegangan tersebut terbatas sampai 58% saja. Tegangan ulur minimum dan tegangan minimum yang memberikan regangan tetap 0.2 % yang dijamin oleh pabrik pembuatnnya dengan sertifikat, dapat dianggap sebagai tegangan karakteristik bersangkutan. Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang diprofilkan. Yang dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatic berpernampang bulat, persegi lonjong dan lain lain dengan permukaan licin. Dan yang dimaksud dengan batang yang diprofilkan adalah batang prismatic atau miring

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

28

terhadap sumbu batang, dengan jarak antara rusuk rusuk tidak lebih dari 0.7 kali diameter pengenalnya. III.2.1 Kait dan Bengkokan
Kait harus berupa kait penuh seperti yang ditujukan dalam gambar 2.1, atau kait

miring seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.2 dengan memperhatikan ayat (2), dimana d adalah diameter batang polos dan dp adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan menurut pasal 3.7 ayat (4) PBBI 1971. Kait-kait sengkang harus berupa kait miring yang melingkari batang-batang sudut dan mempunyai bagian yang lurus paling sedikit 6 kali diameter batang dengan minimum 5 cm, seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.3
Bengkokan harus mempunyai diameter intern sebesar paling sedikit 5d atau 5dp

seperti yang ditujukan dalam gambar 2.4, dimana d adalah diameter batang polos dan dp adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan menurut pasal 3.7 ayat (4).
> 4 dp

>4d

> 2.5 d
d

> 1.5 dp dp

Batang Polos Gambar 3.1

Batang Yang Diprofilkan

>5d

> 5dp

> 1.25 d
d

> 2.5 dp dp

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 29 Batang Polos Batang Yang Diprofilkan Gambar 3.2

Batang Polos

Batang Yang Diprofilkan

> 6d > 5 cm

>6d > 5 cm

Gambar 3.3

>5d > 5 dp

dp
d

Gambar 3.4

III.2.2 Panjang Penyaluran


Tulangan yang menerus harus mempunyai panjang penamaan paling sedikit sama

dengan panjang penyaluran Ld setelah titik dimana tulangan yang berdampingan yang di bengkokan atau dihentikan tidak diperlukan lagi untuk memikul lentur. Ketentuan ini dapat dilihat pada gambar 2.5.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

30

Panjang penyaluran dasar tulangan tarik (Ld) dalam cm ditetapkan sebagai berikut: 1. Untuk batang polos Ld = 0.14 0.013 x d x `*au

2. Untuk batang yang diprofilkan

Ld = 0.07

0.065 x dp x *au

Panjang penyaluran dasar tulangan tekan (Ld) dalam cm ditetapkan sebagai berikut: 3. Untuk batang polos Ld = 0.14 0.01 x d x *au

4. Untuk batang yang diprofilkan Ld = 0.14 0.005 x dp x *au

> Ld
h atau 12d (12dp)

Ld

Titik balik
Ld Ld Ld

Ld

Ld

Ld

Ld

> Ld

Gambar A.3.4

Sebenarnya titik penghentian batang, tetapi diteruskan mengingat pasal 8.4

Gambar 3.5 Panjang penyaluran dasar tulangan tekan

III.3

Baja Sebagai Bahan Konstruksi

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

31

Salah satu bahan lain yang sering digunakan adalah baja. Baja adalah paduan besi karbon yang dituang dari masa cair yang memilki komposisi sedemikian hingga padat pada suhu tertentu, dapat ditempa dan memiliki kandungan karbon (kadar zat arang dibawah dari 2%). Baja memiliki kekutan yang sangat besar baik terhadap tarik maupun tekan. Dengan baja yang dimaksudkan suatu bahan dengan keserbasamaan yang besar, terutama terdiri atas ferum (Fe) dalam bentuk hablur dan 1,7% karbon (C), zat arang itu didapat dengan jalan membersihkan bahan pada temperature sangat tinggi. Bahan dasar untuk pembuatan baja ialah Besi mentah atau disebut juga besi kasar, yang dihasilkan dari dapur tinggi. Besi kasar dalah hasil pertama dan merupakan has ail sementara dari pengolahan bijih bijih besi dan belum dapat digunakan sebagai bahan konstruksi dan besi tempa karena sifatnya rapuh, disamping itu juga unsur unsur yang bercampur didalam besi kasar, misalnya karbon, silicon, pospor masih sangat tinggi. Baja struktur adalah suatu jenis baja berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan, dan sifatnya cocok sebagai pemikul beban dengan beberapa keuntungan : Memiliki sifat elastic (dapat kembali ke posisi awal jika beban ditiadakan) Memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan merata (walau massa jenisnya besar tetapi baja memiliki berat sendiri yang rendah karena penampangnya yang kecil) Dapat dibongkar pasang (dipakai berulang ulang) Dapat disambung dengan las yang tidak memilki perlemahan penampang Tahan lama jika dipelihara Disamping itu kerugian baja adalah: Memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang teratur;
Kekuatannya di pengaruhi temperatur;

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

32

Karena batang-batang baja kebanyakan langsing, maka bahay tekuk mudah terjadi. Jadi proses pembuatan baja adalah untuk menurunkan persentase karbon lebih kurang 1,7%. Adapun tujuan pembuatan baja didalam dapurdapur baja adalah : Mengubah besi kasar/ besi tulang menjadi baja; Mengerjakan / mencairkan baja baja rongsokan atau baja bekas. Pemakaian baja dalam Teknik Sipil diantaranya sebagai struktur utama misalnya : Baja digunakan dalam Beton Prategang; Baja digunakan dalam Beton Bertulang; Baja digunakan dalam Konstruksi Baja. Semua jenis jenis baja sedikit banyak dapat ditempa dan disepuh, sedangkan untuk baja lunak pada tegangan yang jauh dibawah kekuatan tarik atau batas patah B, yaitu apa yang dinamakan batas lumer atau tegangan lumer V, terjadi suatu keadaan yang aneh, dimana perubahan bentuk selalu berjalan terus beberapa waktu, dengan tidak memperbesar beban yang ada itu. Sifat sifat baja bergantung sekali pada kadar zat arang , semakin bertambah kadar ini, semakin naik tegangan patah dan regang menurut persen yang terjadi pada sebuah batang percobaan yang dibebani denagn tarikan, yaitu apa yang dinamakan regang patah menjadi lebih kecil. Persentase yang sangat kecil dari usur unsur lainnya dapat mempengaruhi sifat-sifat baja dengan kuat sekali. Untuk membeda bedaknnya jenis jenis baja itu diberi nomor yang sesui dengan tegangan patah yang dijamin dan yang terndah pada

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

33

peercobaan tarik yang normal, tetapi untuk setiap jenis baja juga ditentukan suatu Bmaks. Kekuatan maupun tegangan yang dapat dikerahkan oleh baja tergantung dari mutu baja. Tegangan leleh dan tegangan dasar dari berbagai macam baja bangunan adalah sebagai berikut: Macam baja Sebutan Sebutan baru lama St. 33 St. 37 St. 44 Bj. 33 (Fe. 310) Bj. 37 (Fe. 360) Bj. 44 (Fe. 430) Tegangan leleh l Kg/cm2 2000 2400 2800 M Pa 200 240 280 Tegangan dasar Kg/cm2 1333 1600 1867 MPa 133.3 160 186.7

St.52 Bj. 52 (Fe. 510) 3600 360 2400 240 Tabel 3.4 Tegangan leleh dan tegangan dasar baja (sumber data PPBBI tahun 83) 1 Mpa = 10 kg/cm2 Mpa = Mega pascal ( satuan system internasional)

Untuk elemen elemen baja yang tebalnya lebih dari 40 mm, tetapi kurang dari 100 mm, harga - harga dalam table harus dikurangi 10%. Tegangan dasar baja biasanya menggunakan persamaan = l / 1,5 . Tegangan normal yang diijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan tegangan dasar. Tegangan geser yang diijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan 0,58 kali tegangan dasar. = 0,58 Untuk elemen baja yang mengalami kombinasi tegangan normal dan geser, maka tegangan ideal yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar. i i =

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

34

Untuk pembebanan sementara (akibat berat sendiri, beban bangunan, beban/gaya gempa dan angin) besarnya tegangan dasar baja dapat dinaikkan sebesar 30%.

sem = 1.3
Konstanta konstanta pada konstruksi baja adalah sebagai berikut : a. Modulus Elastisitas (E) Modulus elastisitas untuk semua baja (yang secara relative tergantung dari kuat leleh) adalah 28000 sampai 30000 ksi atau 193000 sampai 207000 Mpa. Nilai untuk desain lazimnya diambil sebesar 29000 ksi atau 20000Mpa. Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), nilai modulus elastisitas baja 2,1 x 106 Mpa. b. Modulus Geser (G) Modulus geser setiap bahan elastisitas dihitung berdasarkan formula: G= E 2 (1 + )

Dimana = perbandingan Poisson yang diambil sebesar 0,3 untuk baja. Dengan menggunakan = 0,3 maka akan memberikan G = 11000 ksi atau 77000 Mpa. Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), nilai modulus geser (tergelincir) baja adalah 0,81 x 106 kg / cm2 atau 0,81 x 105 Mpa. c. Koefisien Ekspansi Koefisien ekspansi adalah koefisien permuaian linier. Koefisien ekspansi baja dapat diambil sebesar 12 x 106 per0 C. d. Tegangan leleh Tegangan leleh ditentukan berdasarkan mutu baja. Sifat sifat lain yang penting

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

35

Sifat sifat termasuk massa jenis baja, yang sama dengan 490 pcf atau 7,850 t/m3; atau dalam berat satuan , nilai untuk baja sama dengan 490 pcf atau 76,975 Kn/m3. Berat jenis baja umumnya adalah sebesar 7,85.

III.4 Pondasi Semua konstruksi yang bertumpu pada tanah harus didukung oleh pondasi. Pondasi adalah bagian sistem rekayasa yang berfungsi meneruskan beban yang dipikulnya dan berat sendirinya ke dalam tanah yang berada dibawahnya. Konstruksi pondasi berfungsi untuk meneruskan akumulatif semua gaya-gaya yang diterimanya ke tanah dasar Secara garis besar pondasi dapat digolongkan : a) Pondasi Dangkal Pondasi dangkal didefenisikan sebagai pondasi yang perbandingan kedalaman dan lebar telapak kurang dari satu (D/B 1), dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terlekat dekat dengan permukaan tanah. atau sering disebut pondasi alas, pondasi telapak atau telapak tersebar dan pondasi rakit. Pondasi dangkal ini umumnya memakai beton dengan mutu K 225 dan biasanya memakai tulangan untuk memikul momen lentur yang bekerja pada pondasi ini. b) Pondasi Dalam Pondasi dalam yaitu pondasi yang perbandingan kedalamannya dan lebar pondasi lebih dari empat (D/B 4) , Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah. contohnya : tiang pancang, V pile, bore pile, dsb. Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

36

untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat dalam. Pondasi tiang ini berfungsi untuk menyalurkan beban beban yang diterimanya dari konstruksi di atasnya kelapisan tanah yang lebih dalam. Teknik pemasangan pondasi tiang dapat dilakukan dengan pemancangan tiang tiang baja/beton pracetak atau dengan membuat tiang tiang beton bertulang yang langsung dicor di tempat (cast in place), yang sebelumnya telah dibuatkan lubang terlebih dahulu. Pada umumnya pondasi tiang ditempatkan tegak lurus (vertikal) di dalam tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring agar dapat menahan gaya gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dicapai tergantung dari alat yang digunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaan.

III.4.1 Penggolongan Pondasi Tiang Perencanaan pondasi, dengan pemilihan jenis pondasi tiang pancang tergantung pada banyak variabel. Faktor - faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam pemilihan tiang pancang antara lain type dari tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri - ciri topografinya, alasan teknis pada waktu pelaksanaan pemancangan dan jenis bangunan yang akan dibangun. Pondasi tiang dapat digolongkan berdasarkan material yang digunakan dan berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah.

III.4.1.1 Berdasarkan material yang digunakan

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

37

Berdasarkan material yang digunakan, pondasi tiang terbagi atas 4 jenis, yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang

pancang komposit.
1. Tiang pancang kayu Pemakaian tiang pancang kayu adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon dan biasanya diberi bahan pengawet. Pada pemakaian tiang pancang kayu tidak diizinkan untuk menahan beban lebih tinggi dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang. Tiang kayu akan tahan lama apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah dan akan lebih cepat busuk jika dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti - ganti. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda benda agresif dan jamur yang bisa menyebabkan pembusukan. a. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu : 1) Tiang pancang kayu relatif ringan sehingga mudah dalam pengangkutan; 2) Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu diangkat untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti pada tiang pancang beton precast; 3) Muda untuk pemotongannya apabila tiang kayu sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah; 4) Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end bearing pile karena tekanannya relatif kecil. b. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu : 1) Karena tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka jika letak air tanah terendah tersebut sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian;

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

38

2) Tiang pancang kayu mempunyai umur relatif kecil dibandingkan dengan tiang pancang baja atau beton, terutama pada daerah yang tinggi air tanahnya seing naik turun; 3) Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang pancang kayu ini bias rusak atau remuk.

Gambar 3.6. Tiang Pancang Kayu

2. Tiang pancang beton Tiang pancang beton terbuat dari bahan beton bertulang yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Precast reinforced concrete pile Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat atau keras lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang beton ini dapat memikul beban lebih besar dari 50 ton untuk setiap tiang, tetapi tergantung pada dimensinya. Penampang precast reinforced concrete pile dapat berupa lingkaran, segi empat dan segi delapan. Keuntungan pemakaian precast reinforced concrete pile yaitu : 1) Precast reinforced concrete pile mempunyai tegangan tekan yang besar tergantung pada mutu beton yang digunakan; 2) Dapat diperhitungkan baik sebagai end bearing pile ataupun friction pile; Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 39

3) Tahan lama dan tahan terhadap pengaruh air ataupun bahan bahan korosif asal beton dekingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya; 4) Karena tidak berpengaruh oleh muka air tanah maka tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya. Kerugian pemakaian precast reinforced concrete pile : 1) Karena berat sendirinya besar maka biaya pengangkutannya akan mahal, oleh karena itu precast reinforced concrete pile dibuat di tempat pekerjaan; 2) Tiang pancang beton ini baru dipancang apabila sudah cukup keras hal ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menuggu sampai tiang pancang beton ini bisa digunakan; 3) Bila memerlukan pemotongan, maka pelaksanaannya akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama juga; 4) Bila panjang tiang kurang dan karena panjang tiang tergantung pada alat pancang (pile driving) yang tersedia, maka akan sukar untuk melakukan penyambungan dan memerlukan alat penyambung khusus; 5) Apabila dipancang di sungai atau di laut tiang akan bekerja sebagai kolom terhadap beban vertikal dan dalam hal ini akan ada tekuk sedangkan terhadap beban horizontal akan bekerja sebagai cantilever.

Gambar 3.7. Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 40

Bentuk-bentuk penampangnya : 1) Bentuk persegi (segi empat/square pile) 2) Bentuk segi delapan (oktogonal pile) 3) Bentuk lingkaran 4) Bentuk segitiga (V-pile, biasanya panjangnya lebih pendek dari jenis lainnya). Cara kerjanya : 1) Pengangkutan, dilakukan dengan truk khusus mengingat beratnya bobot tiang panjang ini. Penyusunan tiang-tiang ini harus memperhitungkan momen-momen lentur yang bekerja. 2) Pengangkutan ke lokasi yang akan dipancang biasanya dilakukan dengan derek (craine), ini juga harus memperhitungkan momen-momen yang terjadi. 3) Tiang didirikan di atas driver pile, biasanya berupa traktor khusus dengan tiang penyangga dan tiang untuk menempatkan hammer. 4) Tiang diatur posisinya dan hammer dihidupkan. Tiang pancang sampai kedalaman yang diinginkan. Pada pemancangan biasanya dicatat besarnya penurunan yang tejadi persepuluh pukulan ini sekaligus dapat langsung mengetahui berapa daya dukung tiang yang ada. Pemancangan V-pile biasanya agak berbeda dengan tiang pancang precast lainnya, hal ini mengingat dimensi V-pile yang lebih kecil. Pemancangan V-pile ini biasanaya dialakukan dengan mesin hidrolis yang melakukan penekanan pada V-pile tersebut. V-pile ini biasanya hanya

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

41

mampu memikul beban rencana yang jauh lebih kecil dari jenis tiang pancang lainnya. Rumus untuk mencari daya dukung tiang pancang : 1) Terhadap kekuatan bahan tiang P tiang = bahan x A tiang Dengan : P tiang = kekuatan yang diijinkan pada tiang pancang (kg) bahan = tegangan tekan ijin bahan tiang (kg/cm2) A tiang = luas penampang tiang pancang (cm2) 2) Terhadap kekuatan tanah a) beban sementara Q tiang = b) beban tetap Q tiang = c) beban dinamis Q tiang = Dengan : Q tiang = daya dukung keseimbangan tiang (kg) P O I C = nilai konus dari hasil sondir (kg/cm2) = keliling tiang pancang (cm) = panjang tiang yang berada di dalam tanah (cm) = harga cleef rata-rata (kg/cm2)

Beban yang dapat dipikul tiang adalah : N P tiang N Q tiang 42

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

Tiang pancang umumnya digunakan : 1) Untuk membawa beban beban kontruksi di atas tanah, kedalam atau

melalui sebuah lapisan tanah. Di dalam hal ini beban vertikal dan beban lateral dapat terlibat. 2) Untuk menahan gaya desakan ke atas, atau gaya guling, seperti

telapak ruangan bawah tanah di bawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki kaki menara terhadap guling. 3) Memampatkan endapan endapan tak berkohesi yang bebas lepas

melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar kemudian. 4) Dapat mengontrol penurunan bila kaki kaki yang tersebar atau

telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi. 5) Membuat tanah di bawah pondasi mesin menjadi kayu untuk

mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut. 6) Sebagai faktor keamanan tambahan di bawah tumpuan jembatan dan

pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang pontensial. 7) Dalam kontruksi lepas pantai untuk meneruskan beban beban diatas

permukaan air melalui air kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Pemilihan jenis tiang untuk suatu pekerjaan ditentukan oleh kondisi dalam tanah, karateristik pembebanan tiang, bentuk pondasi, dan juga segi ekonomi. Perbandingan ekonomi berdasar pada harga pondasi keseluruhan tidak hanya dari harga per tiang.

b. Precast Prestressed Concrete Pile Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 43

Precast prestressed concrete pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang menggunakan baja dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya. Keuntungan pemakaian precast prestressed concrete pile adalah : 1) Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi; 2) Tiang pancang tahan terhadap karat; 3) Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi. Kerugian pemakaian precast prestressed concrete pile adalah : 1) Sukar ditangani; 2) Biaya pembuatannya mahal; 3) Pergeseran cukup banyak sehingga prategangnya sukar disambung.

c. Cast in place Tiang pancang cast in place ini adalah pondasi yang dicetak di tempat pekerjaan dengan terlebih dahulu membuatkan lubang dalam tanah dengan cara mengebor. Pelaksanaan cast in place ini dapat dilakukan dengan dua cara : 1) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik ke atas; 2) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah kemudian diisi dengan beton, sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal dalam tanah. Keuntungan pemakaian cast in place : 1) Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjaan; 2) Tiang tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko kerusakan dalam pengangkutan; 3) Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Kerugian pemakaian cast in place : 1) Kebanyakan dilindungi oleh hak patent;

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

44

2) Pelaksanaannya memerlukan peralatan khusus; 3) Beton dari tiang yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol. Tiang franki adalah termasuk salah satu jenis dari cast in place. Adapun prinsip kerjanya adalah sebagai berikut : 1) Pipa baja yang pada ujung bawahnya disumbat dengan beton yang dicor di dalam ujung pipa dan telah mengeras; 2) Dengan drop hammer sumbat beton tersebut ditumbuk agar sumbat beton dan pipa masuk ke dalam tanah; 3) Setelah pipa mencapai kedalaman yang direncanakan, pipa terus diisi dengan beton sambil terus ditumbuk dan pipanya ditarik ke atas. Tiang pancang jenis ini terbagi lagi menjadi bermacam-macam type : 1) Franki Piles Adalah termasuk dalam salah satu type dari tiang pancang beton yang dicor setempat. Dalam pemancangannya franki piles

menggunakan pipa baja yang pada ujung bawahnya disumbat dengan beton yang dicor didalam ujung pipa dan telah mengeras (kering), dan dengan penumbuk yang jatuh bebas (drop hammer) sumbat beton tersebut ditumbuk dampai kedalam yang direncanakan kemudian pipa bajanya tadi ditarik keluar. Disini sumbat beton tadi akan melebar, sehingga ujung bawah akan berbentuk seperti jamur (the mushroom base). Sedangkan permukaan tiang tidak lagi rata, tetapi akan menjadi sangat kasar. Karena ujung tiang menjadi besar dengan sendirinya tahanan ujung menjadi besar pula, sehingga tahanan geser dan lekatan tiang akan menjadi besar pula karena tiang sangat kasar.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

45

Gambar 3.8

2) Solid-Point Pipe Piles ( Closed-end Piles) Type ini hamper sama dengan Franki Piles, sedangkan bedanya hanya adalah: - Sumbatnya bukan beton, tapi dari besi tuang (cast-iron) - Setelah dicor, pipa tetap didalam tanah dan tidak ditarik keluar. Keuntungan dari type ini adalah : - Ringan dalam transport dan pengangkatan. - Mudah dalam pemancangan - Kekuatan tekannya dapat besar.

Gambar 3.9

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

46

3) Open-end Steel Piles Tiang ini adalah suatu tiang pancang dari baja dengan ujung bawah terbuka. Adapun prinsip pelaksanaannya pipa baja dengan ujung bawah tebuka dipancang masuk kedalam tanah, bila pipa kurang panjang dapat disambung dengan type solid steel-pipe pile. Bila pipa telah mencapai kedalaman yang direncanakan, pemancangan

dihentikan. Kemudian tanah yang berada didalam pipa dikeluarkan dengan penyemprotan udara (compressed), coring out dan sebagainya, lalu pipa diisi dengan beton. Keuntungan tiang type ini ialah pada waktu pemancangan tidak akan mengganggu bangunan-bangunan yang berada disekitar tempat pemancangan, dan dalam transport 47elative ringan dan kekuatan tiang cukup besar.

Gambar 3.10

4) Raymond Concrete Pile Tiang pancang ini termasuk salah satu type dari tiang beton yang dicor setempat dan pertama-tama digunakan sebagai tiang goseran. Tiang Raymond ini makin keujung bawah diameternya semakin kecil Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 47

(biasanya setiap 2,5 feet diameter berkurang 1 inchi). Tiang Raymond ini terdiri dari pipa shell yang tipis terbuat dari baja dan diberi alurberspiral disepanjang pipa. Prinsip pelaksanaan tiang type ini adalah sebagai berikut: a) Karena shell tersebut tipis, maka pada waktu pemancangan diberi inti (core) dari pipa yang kuat.

Gambar 3.11 b) Shell bersama-sama dengan inti (core) dipancang dalam tanah, sampai mencapai kedalaman yang direncanakan. c) Kemudian inti (core) ditarik keluar. d) Selanjutnya kedalam shell tersebut dicor beton. Panjang tiang Raymond ini maximum 37.5 feet (11.25m)

5) Simplex Concrete Pile Tiang ini dapat dipancang melalui tanah yang lembek (kurang compact) maupun kedalam tanah yang keras. Setelah pipa ditarik bidang keliling(kulit) beton langsung menekan tanah disekitarnya,

karena itu tanah harus cukup kuat/teguh dan padat/compact untuk mendapatkan beton yang cukup padat.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

48

Kalau tanah tidak cukup padat/compact maka dalam pipa dimasukkan shelll pipa yang tipis dengan diameter yang lebih kecil daripada diameter luar, kemudian beton dicor dan pipa sebelah luar ditarik keatas.

Gambar 3.12 6) Base driven Cased Pile Type tiang ini adalah termasuk type tiang yang dicor setempat dengan pipa baja(casing) yang tetap tinggal dalam tanah dan tidak ditarik keatas. Casing atau pipa baja terbuat dari plate yang dilas berbentuk pipa. Diameter pipa berkisar antara 10-28 inchi(25-70 cm) dengan total 3/8 inchi (1cm). Panjang tiang dapat ditambah dengan cara dilas. Pada ujunng pipa(casing) diberi sepatu dan sumbat beton yang dicor lebih dulu seperti halnya tiang Frangki. Keuntungan tiang type ini adalah : Pipa (casing) ringan dalam transportasi Penambahan dan mudah pemotongan panjang dapat dilakukan dengan

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

49

Karena ringan maka pemancangan tak memerlukan alat pancang yang berat seperti halnya precast concrete piles.

Gambar 3.13 7) Dropped in Shell Concrete Pile Type ini adalah salah satu type variasi daripada tiang yang dicor setempat tanpa adanya casing permanen yang tinggal didalam tanah. Sebagai ganti dari casing dipergunakan shell logam tipis yang dimasukkan kedalam casing luar kemudian setelah beton dicor casing luar ditarik keatas. Type ini digunakan bila pembuatan tiang yang dicor setempat tanpa adanya casing sukar dilaksanakan misalnya seperti pada tanah pasir. Bila casing bagian luar ditarik maka akan terjadi rongga disekeliling shell yang mana rongga ini akan diisi kerikil. Dengan demikian kerikil ini akan memperbesar geseran antara tanah dan tiang. Diameter casing bagian luar ini berkisar antara 12-20 inchi (30-50 cm) dengan panjang 75 feet (22.50 cm).

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

50

Gambar 3.14 8) Dropped-in Shell Concrete Pile with compressed base sections Tiang type ini dipergunakan bila lapisan atas tanah terdiri dari tanah yang sangat lunak yang mana tidak memungkinkan memakai tiang yang dicor setempa tanpa adanya casing. Adapun prinsip palaksanaannya adalah : perlengkapan tiang type ini seperti halnya type dropped in shell terdri dari casing (pipa luar), dan core (yang disebut pula inti). Seperti halnya dropped-in shell core dimasukkan pada casing luar, kemudian core dan casing dipancang bersama-sama sampai mencapai tanah keras. Kemudian setelah mencapai tanah keras, core ditarik keluar dari casing dan beton dicor kedalam casing sampai setinggi tanah yang mana diperhitungkan cukup kuat untuk menahan beton yang masih muda (belum kering). Setelah itu core dimasukkan lagi kedalam casing sampai dasar core bertumpu pada beton yang baru dicor tadi. Core dipertahankan tetap pada posisinya dengan jalan meletakkan hammer diatas core, kemudian casing luar ditarik perlahan-lahan keatas sampai dasar casing sama tinggi dengan dasar core. Setelah itu core ditarik keatas kemudian

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

51

shell dimasukkan kedalam casing sedemikian hingga ujung bawah shell terletak pada beton. Core dimasukkan lagi dalam casing sehingga sepatu (ujung bawah) core terletak pada shell. Setelah core ditahan ujung atasnya dengan hammer lalu casing ditarik keluar dan tinggal shell saja yang berada dalam tanah. Kemudian beton dicor kedalam shell dan lubang disekeliling shell bekas tempatnya casing diisi dengan kerikil. Pengecoran beton dapat pula dilakukan sebelum casing ditarik keluar.

Gambar 3.15

3. Tiang pancang baja Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang ini sangat bermanfaat jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar. Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap texture (susunan butir) dari

komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah (moisture content). Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 52

Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya sirkulasi air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung oksigen akan menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang terjadi karena terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak di bawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen, maka lapisan pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja. Keuntungan pemakaian tiang pancang baja : a. Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungan; b. Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang tinggi; c. Dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah. Kerugian pemakaian tiang pancang baja : a. Tiang pancang ini mudah mengalami korosi; b. Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus tanah keras dan yang mengandung batuan, sehingga diperlukan penguatan ujung.

Gambar 3.16. Tiang Pancang Baja

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

53

4. Tiang pancang komposit Yang dimaksud dengan composite pile ini adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama - sama sehingga merupakan satu tiang. Composite pile ini dapat berupa beton dan kayu maupun beton dan baja. Composite pile ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu : a. Water proofed steel pipe and wood pile Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian bawah muka air tanah dan bagian atasnya adalah beton. Kelemahan tiang ini adalah tempat sambungan apabila tiang pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1) Casing dan core dipancang bersamaan ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakkan tiang pancang kayu tersebut dan harus terletak di bawah muka air tanah yang terendah; 2) Kemudian core di tarik ke atas dan tiang pancang kayu dimasukkan ke dalam casing dan terus dipancang hingga mencapai lapisan tanah keras; 3) Setelah mencapai lapisan tanah keras, pemancangan dihentikan dan core ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor ke dalam casing sampai penuh terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.

Gambar 3.17. Water proofed steel pipe and wood pile

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

54

b. Composite dropped in - shell and wood pile Composite dropped in - shell and wood pile hamper sama dengan water proofed steel pipe and wood pile hanya saja tipe tiang ini memakai shell yang terbuat dari logam tipis yang permukaannya diberi alur spiral. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1) Casing dan core dipancang bersamaan samapi mencapai kedalaman yang telah ditentukan di bawah muka air tanah; 2) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus benar benar diperhatikan agar kepala tiang tidak rusak; 3) Setelah mencapai lapisan tanah keras, core ditarik keluar dari casing; 4) Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan ke dalam casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk bujur sangkar; 5) Beton kemudian dicor ke dalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing ditarik keluar sambil shell yang berisi beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core di ujung atas shell.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

55

Gambar 3.18. Composite dropped in - shell and wood pile c. Composite ungased concrete and wood pile Dasar pemilihan tiang ini adalah : 1) Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan cast in place concrete pile. Sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile akan terlalu panjang sehingga akan sulit dalam pengangkutan dan biayanya juga akan lebih besar; 2) Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga apabila kita menggunakan tiang pancang kayu akan memerlukan galian yang sangat besar agar tiang pancang tersebut selalu di bawah muka air tanah terendah. Cara pelaksanaan tiang ini adalah sebagai berikut : 1) Casing baja dan core dipancang ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan di bawah muka air tanah; 2) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras; Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 56

3) Setelah sampai pada tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton dicor sebagian ke dalam casing, kemudian core dimasukkan lagi ke dalam casing; 4) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola di atas tiang pancang kayu tersebut; 5) Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai padat setinggi beberapa cm di atas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik ke atas sampai keluar dari tanah.

Gambar 3.19. Composite ungased concrete and wood pile d. Composite dropped shell and pipe pile Dasar pemilihan tiang ini adalah : 1) Lapisan tanah keras terlalu dalam letaknya bila digunakan cast in place concrete pile; 2) Letak muka air tanah terendah sangat dalam apabila kita menggunakan tiang composite yang bawahnya dari tiang pancang kayu. Cara pelaksanaan tiang ini adalah sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

57

1) Casing dan core dipancang bersamaan sehingga casing hampir seluruhnya masuk ke dalam tanah. Kemudian core ditarik keluar dari casing; 2) Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras; 3) Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali; 4) Kemudian shell yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan pembesian maka besi tulangan dapat dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor sampai padat; 5) Shell yang terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik keluar dari tanah.

Gambar 3.20. Composite dropped shell and pipe pile

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

58

e. Franki composite pile Prinsip kerjanya hampir sama dengan tiang Franki biasa, hanya saja pada Franki composite pile ini pada bagian atasnya dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari baja. Cara pelaksanaan tiang ini adalah : 1) Pipa dengan sumbat beton yang dicor lebih dahulu pada ujung pipa baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras; 2) Setelah pemancangan mencapai kedalaman yang telah direncanakan pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola; 3) Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah; 4) Rongga di sekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau pasir.

Gambar 3.21. Franki composite pile

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

59

III. 3.1.2 Berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (End Bearing Pile) Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan tanah pendukung.

tanah lunak tiang

tanah keras

Gambar 3.22. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Ujung (End Bearing Pile) Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I

2. Tiang pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile) Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat.

tian g

tan ah berbu tir kasar

Gambar 3.23. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Gesekan (Friction Pile) Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 60

3. Tiang pancang dengan tahanan lekatan (Adhesive Pile) Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah disekitar dan permukaan tiang.

tiang

tanah berkohesif tinggi

Gambar 3.24. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile) Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid 1

III. 3. 2 Perencanaan Pondasi Tiang Pada perencanaan pondasi tiang pada umumnya diperkirakan pengaturan tiang tiangnya terlebih dahulu seperti letak/susunan, diameter dan panjang tiang. Dalam pengaturan tiang tiang tersebut perlu diperhatikan beberapa hal berikut : 1. Tiang yang berbeda kualitas bahannya atau tiang yang memiliki diameter berbeda tidak boleh dipakai untuk pondasi yang sama; 2. Tiang miring dipakai apabila besarnya gaya horizontal yang bekerja pada kelompok tiang terlalu besar untuk ditampung oleh tiang vertikal; 3. Jarak yang dianjurkan antara tiang dalam satu kelompok adalah antara 0, 60 sampai 2, 0 meter. Pada umumnya gaya gaya luar yang bekerja pada tiang yaitu pada kepala tiang yang meliputi berat sendiri bangunan di atasnya, beban hidup, tekanan tanah dan tekanan air. Sedangkan beban yang bekerja pada tubuh tiang yaitu meliputi berat Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 61

sendiri tiang, gaya geser negatif pada selimut tiang dan gaya mendatar akibat getaran ketika tiang tersebut melentur.
Gaya pemancangan Gaya tarik Gaya mendatar Pergeseran akibat lentur

Gambar 3.25 Beban Beban yang Bekerja pada Kepala Tiang Sumber : Ir. Suyono Sudarsono, 1990 Mekanika Tanah & Teknik Pondasi

Tiang

Gambar 3.26. Beban Beban yang Bekerja pada Tubuh Tiang Sumber : Ir. Suyono Sudarsono, 1990 Mekanika Tanah & Teknik Pondasi Perencanaan suatu pondasi tiang biasanya dilaksanakan sesuai dengan prosedur sebagai berikut : Menentukan kriteria perencanaan, seperti beban beban yang bekerja

pada dasar tumpuan (poer), parameter tanah, situasi dan kondisi bangunan di sekitar lokasi, besar pergeseran yang diijinkan dan tegangan ijin dari bahan bahan pondasi; Memperkirakan diameter, jenis, panjang, jumlah dan susunan tiang; Menghitung daya dukung vertikal tiang tunggal (single pile);

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

Tiang

62

Menghitung faktor efisiensi dalam kelompok tiang dan daya dukung

vertikal yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam satu kelompok tiang; Menghitung beban vertikal yang bekerja pada setiap tiang dalam

kelompok tiang; Memeriksa beban yang bekerja pada setiap tiang apakah masih dalam

batasan daya dukung yang diijinkan. Apabila tidak sesuai, maka perkiraan diameter, jumlah atau susunan tiang pada prosedur yang kedua harus dihitung kembali kemudian dilanjutkan dengan prosedur berikutnya; Menghitung daya dukung mendatar setiap tiang dalam kelompok; Menghitung beban horizontal yang bekerja pada setiap tiang dalam

kelompok; Menghitung penurunan (bila diperlukan); Merencanakan struktur tiang.

III.3.3 Pemancangan Tiang Pancang Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk menempatkan tiang pancang di dalam tanah sehingga berfungsi sesuai perencanaan. Pada umumnya pelakasanan pemancangan dapat dibagi dalam tiga tahap, tahap pertama adalah pengaturan posisi tiang pancang, yang meliputi kegiatan mengangkat dan mendirikan tiang pada pemandu rangka pancang, membawa tiang pada titik pemancangan, mengatur arah dan kemiringan tiang dan kemudian percobaan pemancangan. Setelah selesai, tahap kedua adalah pemancangan tiang hingga mencapai kedalaman yang direncanakan. Pada tahap ini didalam pencatatan data pemancangan, yaitu jumlah pukulan pada tiap penurunan tiang sebesar 0, 25 m atau 0, 5 m. Hal ini Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 63

dimaksudkan untuk memperkirakan apakah tiang telah mencapai tanah keras seperti yang telah direncanakan. Tahap terakhir biasa dikenal dengan setting, yaitu pengukuran penurunan tiang pancang per - pukulan pada akhir pemancangan. Harga penurunan ini kemudian digunakan untuk menentukan kapasitas dukung tiang tersebut. a. Peralatan Pemancangan (Driving Equipment) Untuk memancangkan tiang pancang ke dalam tanah digunakan alat pancang. Pada dasarnya alat pancang terdiri dari tiga macam, yaitu : 1. Drop hammer 2. Single - acting hammer 3. Double - acting hammer Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul (hammer), leader, tali atau kabel dan mesin uap. Hal - Hal yang Menyangkut Masalah Pemancangan Ada beberapa hal yang sering dijumpai pada saat proses pemancangan. Pada umumnya yang sering terjadi antara lain adalah kerusakan tiang, pergerakan tanah pondasi hingga pada masalah pemilihan peralatan. 1. Pemilihan peralatan Alat utama yang digunakan untuk memancangkan tiang-tiang pracetak adalah penumbuk (hammer) dan mesin derek (tower). Untuk memancangkan tiang pada posisi yang tepat, cepat dan dengan biaya yang rendah, penumbuk dan dereknya harus dipilih dengan teliti agar sesuai dengan keadaan di sekitarnya, jenis dan ukuran tiang, tanah pondasi dan perancahnya. Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan alat penumbuk adalah kemungkinan pemancangannya dan manfaatnya secara ekonomis. Karena dewasa ini masalah-masalah lingkungan seperti suara

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

64

bising atau getaran tidak boleh diabaikan, maka pekerjaan seperti ini perlu digabungkan dengan teknik-teknik pembantu lainnya walaupun sebelumnya telah ditetapkan salah satu cara pemancangan. 2. Pergerakan tanah pondasi Pemancangan tiang akan mengakibatkan tanah pondasi dapat bergerak karena sebagian tanah yang digantikan oleh tiang akan bergeser dan mengakibatkan bangunan - bangunan yang berada di dekatnya akan mengalami pergeseran juga 3. Kerusakan tiang Pemilihan ukuran dan mutu tiang didasarkan pada kegunaannya dalam perencanaan, tetapi setidaknya tiang tersebut harus dapat dipancangkan sampai ke pondasi. Jika tanah pondasi cukup keras dan tiang tersebut cukup panjang, tiang tersebut harus dipancangkan dengan penumbuk (hammer) dan tiang harus dijaga terhadap kerusakan akibat gaya tumbukan dari hammer. b. V- Pile System 1. Pengertian V- Pile System

V- pile system adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan menggunakan mekanisme Indirect Hydraulic Jacking Technology, dimana sistem ini telah mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom dan New Zealand. Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang tiang, kemudian tiang ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara continue ke dalam tanah, tanpa suara, tahap pukulan dan tanpa getaran.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

65

Penempatan sistem penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada dua sisi tiang serta penempatan mal yang segaris dengan plat penekan menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup akurat. Ukuran diameter piston tersebut adalah 13,00 cm dengan luas 125,023 cm2. Sebagai pembebanan, ditempatkan balok balok beton atau plat plat besi pada dua sisi bantalan alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan tiang. 2. Keunggulan dan kekurangan teknologi V- Pile

Keunggulan teknologi V- pile ini yang ditinjau dari beberapa segi, antara lain adalah : Bebas getaran Bila suatu proyek yang akan dikerjakan berdampingan dengan bangunan, pabrik atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja, maka teknologi hydraulic jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib bebas getaran terhadap instansi yang ada tersebut. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan Teknologi pemancangannya bersih dari asap dan partikel debu (jika menggunakan drop hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika menggunakan bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara pukulan pancang (seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit, sekolah dan bangunan di tengah kota, teknologi ini tidak akan membuat lingkungan sekitarnya terganggu. hydraulic jacking system ini juga disebut dengan teknologi berwawasan lingkungan (Environment Friendly).

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

66

Daya dukung aktual per tiang diketahui Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan dibangun umumnya terdiri dari lapisan lapisan yang berbeda ketebalannya, jenis tanah maupun daya dukungnya. Sedangkan jumlah titik soil investigation seperti sondir dan SPT diadakan dalam jumlah yang terbatas. Sehingga pada sistem drop hammer untuk mengetahui daya dukung pertiang masih menggunakan dan mempercayakan cara tidak langsung (indirect means). Sedangkan dengan V Pile system, daya dukung setiap tiang dapat diketahui dan dimonitor langsung dari manometer yang dipasang pada peralatan V- pile sepanjang proses pemancangan berlangsung. Harga yang ekonomis Teknologi hydraulic jacking ini tidak memerlukan pemasangan tulangan pada kepala tiang seperti pada tiang pancang umumnya. Disamping itu, dengan sistem pemancangan yang simpel dan cepat menyebabkan biaya operasional yang lebih hemat. Lokasi kerja yang terbatas Dengan tinggi alat yang relatif rendah, V- Pile system ini dapat digunakan pada basement, ground floor atau lokasi kerja terbatas yang lainnya. Alat V Pile ini komponen komponennya dapat dipisahkan atau dibongkar pasang sehingga me=mudahkan untuk pengangkutannya ke lokasi kerja. Loading test secara langsung Karena beban penekan yang berupa balok beton plat besi adalah merupakan perangkat terpadu dari alat V- Pile tersebut dengan berat dua kali beban maksimum yang dapat dipikul per tiang dan berfungsi juga sebagai beban uji, maka prosedur,

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

67

jadwal dan jumlah titik loading test dapat dengan mudah ditentukan pelaksanaannya sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Adapun kekurangan dari teknologi V-Pile, antara lain adalah : 1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang ditekan, maka hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat

pemancangan; 2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur (biasanya pada areal tanah timbunan); 3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 70 ton dan saat permukaan tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang. Kondisi ini akan sangat berbahaya terhadap keselamatan pekerja; 4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses pemindahannya relatif lama untuk pemancangan titik yang berjauhan.

7 mm DIA PRESTRESSED WIRE

10 mm THICK PLATE

h=197mm

228 mm

Gambar 3.27 Detail Ujung Mini pile

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

68

Mini pile 2 NOS OF 10 mm THK. PLATE TO BE WELDED Mini Pile

WELD FULL LENGHT

Gambar 3.28. Detail Sambungan Ujung Plat (Sumber : PT. Perintis Mini Pile, Teknologi Teori V- Pile System ) c. Tiang Pancang Kelompok (Pile Group) Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk kelompok (Pile Group) seperti dalam Gambar 2.7. Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer dianggap/dibuat kaku sempurna, sehingga : 1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar. 2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiangtiang.

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

69

(a)

(a)

(b) Gambar 3.29 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : (a) Untuk kaki tunggal, (b) Untuk dinding pondasi Sumber : Bowles, 1991 d.Jarak antar tiang dalam kelompok Dasar pengaturan jarak antar tiang mini pile pada dasarnya sama dengan tiang pancang jenis lannya. Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. diisyaratkan :

S 2,5 D S 3,0 D Dimana : Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 70

S = Jarak masng masing antar tiang D = Diameter Tiang Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Bila S < 2,5 D a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu

berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan. b. dahulu. 2. Bila S > 3 D Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukuran/dimensi dari poer (footing). Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal. Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang. Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiang-tiang pancang. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

71

Gambar 3.30 Pengaruh tiang akibat pemancangan Sumber : Sardjono Hs, 1988 e. Kapasitas Kelompok dan Efisiensi Tiang Pancang (mini pile) Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat, atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah lempung lunak. Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak kebawah oleh akibat beban yang bekerja (Gambar 3.31a). Tetapi, jika jarak tiang-tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang-tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang mendukung beban Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 72

kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model keruntuhannya disebut keruntuhan blok (Gambar 3.31b). Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang (mini pile) maupun tiang bor.

(a) Gambar 3.31

(b)

f. Faktor Keamanan Untuk memperoleh kapasitas ujung tiang, maka diperlukan suatu angka pembagi kapasitas ultimate yang disebut dengan faktor aman (keamanan) tertentu. Faktor keamanan ini perlu diberikan dengan maksud : 1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan; 2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah;

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

73

3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja; 4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok tiang masih dalam batas batas toleransi; 5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batas-batas toleransi. Sehubungan dengan alasan butir (d) dari hasil banyak pengujian - pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban kerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2, 5. Reese dan ONeill (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) untuk perancangan pondasi tiang (Tabel 2.7), yang dipertimbangkan faktor - faktor sebagai berikut : 1. Tipe dan kepentingan dari struktur; 2. Variabilitas tanah (tanah tidak uniform); 3. Ketelitian penyelidikan tanah ; 4. Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan; 5. Ketersediaan tanah ditempat (uji beban tiang); 6. Pengawasan/kontrol kualitas di lapangan; 7. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layanan struktur. Tabel 3.5. Faktor Aman Yang Disarankan (Reese & ONeill, 1989) Klasifikasi struktur Monumental Permanen Sementara Faktor keamanan ( F ) Kontrol Kontrol normal jelek 3 3,5 2,5 2,8 2 2,3

Kontrol baik 2,3 2 1.4

Kontrol sangat jelek 4 3,4 2,8

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

74

III.5 Rencana Kap Portal dan Kemiringan Atap Sebelum membuat sebuah konstruksi Kap Portal kita harus terlebih dahulu merencanakannya. Untuk itu kita harus mengetahui terlebih bagian-nagian dario kap portal tersebut yaitu : 1. Rangka kuda kuda

Rangka kudakuda ialah konstrksi rangka batang rata yang merupakan pemikul utama konstruksi atap. 2. Gading-gading kap

Gading-gading kap ialah konstruksi rangka batang ruang yang dibentuk oleh rangka kuda-kuda, ikatan-ikatan angin dan gording untuk memikul atap. 3. Konstruksi Atap

Konstruksi atap ialah konstruksi gading-gading kap termasuk penutup atap misal genteng, seng dan lain-lain. Adapun langkah-langkah merencanakan kap portal adalah : 1. Rencanakan bentuk rangka kuda kuda dan kemiringan atap Dasar dasar pertimbangannya: a. Jenis atap yang akan digunakan, b. Fungsi bangunan, c. Keadaan lokasi bangunan. 2. Rencanakan jarak portal rangka kuda-kuda Merencanakan: a. Dimensi gording, b. Penyambung gording,

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

75

c. Rencanakan ikatan angin 3. Rencanakan diagonal rangka kuda-kuda. III.6 Gording Gording merupakan gelagar yang sejajar dengan sumbu konstruksi kap, yang berfungsi untuk mendukung bidang atap. Untuk merencanakan gording diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan jarak gording, 2. Menentukan jarak portal, 3. Mengetahui jumlah lapangan, Jumlah lapangan = Panjang Lapangan cos x jarak gording

4. Menghitung berat beban-beban yaitu berat sendiri, berat pekerja, beban angin dan berat lainnya, 5. Kontrol lendutan. III.7 Beban-Beban pada Portal Kap Dalam menentukan bentuk dan ukuran bagian-bagian suatu konstruksi baja, kita harus menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia dan ketentuanketentuan yang memberi perintah, antara lain mengenai pengerjaan bahan, bebanbeban yang diambil dan tegangan-tegangan yang diizinkan. Beban suatu bangunan dapat dibedakan dalam :
1. bobot sendiri dan baban diam,

2. beban berubah-ubah atau apa yang dinamakan beban berguna, 3. beban salju/hujan , 4. beban angin yang sedang, 5. beban angin yang besar. Perhitungan harus dikerjakan untuk kombinasi beban : Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 76

A:1+2+3 B:1+2+4 C:1+2+5

jika perlu digabungkan dengan 6

III.8 Stabilitas Balok yang Dibebani Lentur (KIP) 1. Balok-Kolom yang Penampangnya Tidak Berubah Bentuk Yang dimaksud dengan balok-kolom yang penampangnya tidak berubah bentuk adalah balok-balok yang memenuhi syrat-syarat: h/tb 75 dan L/h 1,25 b/ts dimana h = tinggi balok b = labar sayap tb = tebal badan ts = tebal sayap L = jarak antara dua titik dimana tepi tertekan dari balok itu ditahan terhadap kemungkinan terjadinya lendutan kesamping. 2. Balok-balok yang penampangnya berubah bentuk a. Pada balok-balok yang tidak memenuhi syarat etrsebut pada point 1 (satu) di atas tegangan tekan terbesar pada sayap harus memnuhi: tekan maks adalah angka tekuk dengan cara mengambil menurut tabel 2,3,4, dan 5 dalam PPBBI 1984 yang harus dicari dengan cara mengambil tekuk sama

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

77

panjang bentang sayap tertekan yang tidak ditahan terhadap goyangan pada arah tegak lurus badan,dimana harga jari-jari kelembaban = iytepi. iy tepi adalah jari-jari kelembaban tepi tertekan terhadap sumbu y-y, b. Yang dimaksud tepi tertekan adalah sayap dan 1/3 tinggi badan yang tertekan (untuk penampang simetris menjadi 1/6 tinggi badan) A = Asayap + 1 A badan 6

III.9 Balok dan Kolom Pada dasarnya setiap batang dalam suatu struktur mengalami momen lentur dengan gaya aksial, baik itu berupa tarik aksial maupun tekan aksial. Namun demikian apabila salah satu dari momen lentur atau gaya aksial itu relatif kecil dibanding dengan yang lainnya, maka dalam perhitungannya sering diabaikan. Sehingga struktur tersebut dianggap sebagai balok atau sebagai batang tekan atau tarik. Untuk keadaan yang tidak memungkinkan mengabaikan baik momen lentur maupun gaya aksial, maka dalam perencanaan haruslah diperhitungkan. Suatu batang yang menderita beban tekan aksial dan momen lentur bersamaan inilah yang dinamakan balok kolom. Akibat momen lentur batang tersebut akan berprilaku sebagai balok. Di lain pihak denagn adanya desak aksial menjadikan batang tersebut berperilaku sebagai kolom. Sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia, maka perencanaan balok kolom berdasarkan pada PPBBI 1984. Adapun cara yang digunakan dalam perencanaan ini adalah persamaan iteraksi terhadap tegangan izin. Salmon et al (1981) dalam bukunya mengelompokan kemungkinan rusaknya batang yang menderita kombinasi beban aksial dan momen lentur menjadi : 1. Akibat beban tarik aksial dan momen lentur rusak pada keadaan luluh, 78

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

2.

Akibat beban desak aksial dan momen lentur satu arah akan rusak karena tekuk pada arah bidang momen, tanpa puntiran,

3.

Akibat beban desak aksial dan momen lentur arah sumbu kuat akan rusak karena tekuk torsi-lateral,

4.

Akibat beban desak aksial dan momen lentur dua arah pada batang bertampang puntir kaku, misalnya tampang WF akan rusak karena tekuk pada salah satu arah prinsipnya (principal direction),

5.

Akibat beban desak aksial dan momen lentur dua arah pada tampang dinding tipis terbuka akan rusak karena kombinasi momen lenturan dan puntiran pada tampang puntir lemah,

6.

Akibat desak aksial, momen lentur dua arah, dan puntir (torsi) akan rusak karena kombinasi puntiran dan momen lentur apabila pusat geser tidak pada bidang momen. Melihat pada banyaknya kemungkinan rusaknya batang akibat kombinasi

beban aksial dan momen lentur tampaknya tidak mudah untuk menentukan suatu cara perencanaan yang dapat mencakup seluruh kemungkinan tersebut. Pada umumnya suatu perencanaan didasarkan pada salah satu dari: 1. Pembatasan pada tegangan kombinasi, 2. Menggunakan rumus iteraksi berdasarkan tegangan izin, 3. Menggunakan rumus iteraksi berdasarkan tegangan batas. Pembatasan pada tegangan kombinasi biasanya memerlukan stabilitas dan faktor keamananyang tinggi, sehingga cara iteraksi banyak disukai karena hal ini lebih dapat mendekati kenyataan. Sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia, maka perencanaan balokkolom berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Untuk Gedung

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

79

1987 (PPBBG 1987), adapun caranya yang digunakan oleh peraturan lain tidak dibahas. Perencanaan yang digunakan berdasarkan persamaan itraksi terhadap tegangan izinnya.
1. Balok- Kolom Melentur Searah, Tanpa Gaya Lintang

Pada keadaan tidak ada gaya lintang, suatu balok-kolom hanya akan menerima gaya aksial dan momen lentur. Untuk menjamin kekuatan balok-kolom tersebut perlu dipilih sedemikian sehingga arah lenturan searah dengan sumbu kuat balok-kolom tersebut. Pada umumnya sumbu kuat tersebut ditunjukkan oleh sumbu x, sedangkan sumbu lemah ditunjukkan oleh sumbu y. Sesuai dengan PPBBG, persyaratan iteraksi balok-kolom secara umum harus memenuhi:

N n M + A n 1 W

dimana = faktor tekuk searah sumbu tekuk N = beban aksial A = luas tampang balok-kolom M = momen balok-kolom searah sumbu yang ditinjau W = tahanan momen searah momen yang ditinjau = 0,6 + 0,4M1/M2 harus 0,4 bila panjang tekuk diperhitungkan terhadap jarak antar dukungan harus 0,6 bila panjang tekuk sebenarnya yang digunakan dalam perhitungan M1/M2 positif, bila menyebabkan suatu pelengkungan, dan negatif bila menyebabkan dua pelengkungan. Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry 80

n=

P* N

2 EI 2 EA 2 EA = = 2 2 2 P* = L Lk i
Adapun n merupakan faktor perbandingan antara gaya aksial dengan gaya tekuk Euler yang akan memperbesar momen skunder balok-kolom. Sedangkan pada ujung-ujung kolom beban yang bekerja harus memenuhi persamaan: N M + A W Untuk arah sumbuh lemah yang tidak dipengaruhi momen lentur harus memenuhi persyaratan kolom biasa yaitu:

N A

2. Balok-Kolom Melentur Dua Arah Tanpa Beban Lintang Pada dasarnya perhitungan untuk kolom-balok yang melentur dua arah adalah sama dengan keadaan melentur searah. Dengan menganggap bahwa keadaan bahan masih elastis, maka berlaku super posisi tegangan. Secara umum persamaan iteraksi adalah: K1 N K 2 M x K 3 M y + + A Wx Wy dimana K1 = max , faktor tekuk terbesar K2 =

x nx nx 1

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

81

K3 =

y ny
ny 1

5 1 kip (8 3M x1 / M x 2 )

Tegangan kip, kip dihitung berdasarkan pada perhitungan balok yang menderita lentur, sehingga terjadi tekuk puntir-lateral (lateral torsional buckling) Pada ujung-ujung kolom akibat pembebanan harus memenuhi persamaan di atas dengan mengambil K1 = 1, K2 = , dan K3 = 1

3. Balok-Kolom Melentur dan Dibebani Gaya Lintang Balok-kolom yang selain dibebani gaya normal dan momen lentur juga dibebani oleh gaya-gaya melintang harus memenuhi syarat:

maks

n y y M y 2 + M Dy n x2 M D2 N + x + A n x 1 W x ny 1 Wy

Untuk ujung-ujung balok-kolom harus memenuhi syarat: M + M Dx M y 2 + M Dy N + x2 + A Wx Wy dimana MDx adalah momen lapangan terbesar pada kolom akibat beban melintang yang tegak lurus sumbu x, dengan anggapan kedua ujung kolom berupa sendi. Apabila MDx berlawanan tanda denagn Mx2 dan MDx 2Mx2, pada persamaan di atas MDx tidak diperhitungkan. MDy seperti MDx, Akibat beban melintang yang tegak lurus sumbu y.

4. Balok-Kolom Bergoyang Penyangga Stabilitas Konstruksi

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

82

Kolom dapat bergoyang apabila portal yang didukungnya bergoyang, sehingga balok pada portal tersebut akan menyalurkan momen tambahan akibat goyangan ke kolom penyangga (pen-stabil) konstruksi. Balok-kolom selain dibebani oleh gaya normal dan momen lentur juga mengalami goyangan harus memenuhi syarat-syarat: ny M y n (V x N )e x * n Mx N + x + 0,85 x 0,85 A nx 1 Wx n y 1 Wx n y 1 Wy ny M y n (V y N )e y * n Mx N + x + 0,85 x 0,85 A nx 1 Wx n y 1 Wx n y 1 Wy

x
dan

Pada ujung kolom harus memenuhi syarat: M My N + x A Wx W y

Laporan Kerja Praktek Proyek PT Medan Sugar Industry

83

Anda mungkin juga menyukai