Anda di halaman 1dari 5

LITERATUR REVIEW Konsep pecking order theory merupakan konsep yang pertama kali diuraikan oleh Gordon Donaldson

pada tahun 1961 dengan penelitian yang berjudul Corporate Debt Capacity: A Study of Corporate Debt Policy and Determination of Corporate Debt Capacity. Pada konsep awalnya, dikemukakan bahwa perusahaan cenderung mengutamakan pendanaan dari sumber internal guna membayar deviden dan mendanai investasi, bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan dana dari sumber eksternal sebagai tambahannya. Pendanaan internal diperoleh dari sisa laba atau laba ditahan dan arus kas dari penyusutan. Sedangkan pendanaan eksternal dilakukan terutama dengan menerbitkan obligasi daripada penerbitan saham baru dikarenakan dikarenakan biaya penerbitan (floatation cost) untuk penerbitan obligasi lebih kecil ketimbang penerbitan saham baru. Pecking order theory mendapat dukungan dari Myers dan Majluf (1984) yang dikemukakan dengan menggunakan dasar pemikiran bahwa tidak ada suatu target debt to equity ratio tertentu dan tentang hirarkhi sumber dana yang paling disukai oleh perusahaan. Mereka menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable umumnya menggunakan lebih sedikit hutang. Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar karena dana internal tidak mencukupi, dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Sehingga teori pecking order ini membuat hirarkhi sumber dana, yaitu dari internal dan eksternal. Pemilihan sumber eksternal menurut Myers dan Majluf (1984) disebabkan karena adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Myers (1984) memperjelas konsep pecking order theory. Dengan menggunakan istilah Modified Pecking Order Theory tentang hirarkhi sumber dana : 1. 2. 3. Perusahaan cenderung mengutamakan penggunaan pendanaan internal. Perusahaan akan menyesuaikan batasan atau target untuk devidend payout ratio pada peluang investasi yang dimiliki. Kebijakan deviden ketat ditambah dengan fluktuasi profitabilitas yang tidak dapat diprediksi dan keberadaan kesempatan untuk berinvestasi mengakibatkan arus kas internal lebih besar atau lebih kecil ketimbang kebutuhan modal. Jika terjadi kelebihan dana, maka perusahaan akan membayar hutangnya atau melakukan investasi pada sekuritas yang marketable. Tetapi jika terjadi kekurangan dana, maka perusahaan akan menguras persediaan kasnya atau menjual sekuritas yang dipegangnya. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan mengawalinya dengan menerbitkan hutang kemudian diikuti dengan penerbitan sekuritas hybrid seperti obligasi konvertibel kemudian baru menerbitkan saham baru sebagai alternatif terakhir.

4.

Sejalan dengan Frank dan Goyal (2007) yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan keputusan pendanaan secara hierarki dari pendanaan internal ke eksternal,dari pendanaan yang bersumberpada laba ditahan, hutang sampai pada penerbitan ekuitas baru dimulai dari sumber dana dengan biaya termurah . Pemilihan jenis hutang Denis dan Mihov (2003) yang secara khusus menganalisis pilihan jenis hutang dari 1.480 perusahan publik di Amerika pada tahun 1995-1996. Penelitian ini menyimpulkan bahwa determinan utama pemilihan jenis hutang adalah kualitas kredit dari perusahaan. Perusahaan dengan performa dan kualitas kredit yang bagus akan memilih menggunakan hutang publik dengan menerbitkan obligasi. Sementara perusahaan dengan kualitas kredit sedang akan meminjam kredit dari bank, dan perusahaan dengan kualitas kredit rendah akan meminjam dari kreditor non-bank, seperti perusahaan pembiayaan. Dalam kaitannya dengan asymmetric information, kesimpulan tersebut selaras dengan pecking order theory dimana perusahaan dengan rating kredit yang baik memiliki permasalahan informasi yang rendah cenderung menggunakan public debt karena risiko terjadi mispricing akan rendah. Deviden Shyam-Sunder dan Myers (1999) melakukan pengujian pecking order theory secara empiris dengan dasar asumsi bahwa perusahaan menggunakan hutang tergantung dari kondisi defisit pendanaannya, sebagai akibat adanya ketidakcukupan arus kas internal (internal cashflow) untuk investasi dan komitmen perusahaan untuk membagi dividen. Penelitian tersebut menggunakan regresi sederhana antara defisit finansial perusahaan terhadap perubahan penggunaan hutang perusahaan dengan menggunakan sampel semua perusahaan yang tercatat dalam Compustat dari tahun 1971-1989. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pecking order theory merupakan teori struktur modal yang dapat menjelaskan perilaku pendanaan perusahaan. Fama dan French (2000) menguji prediksi tradeoff dan pecking order tentang dividen dan hutang. Perusahaan yang profitabel dan perusahaan yang mempunyai keperluan investasi lebih sedikit akan memiliki dividend payout yang lebih tinggi. Sebaliknya mereka juga menyatakan bahwa dengan memiliki market leverage yang lebih sedikit dengan long term dividend payout yang lebih rendah, meskipun dividen tidak bervariasi untuk mengakomodasikan variasi investasi jangka pendek. Variasi investasi dan earning jangka pendek sebagian besar diserap oleh hutang. Hal ini konsisten dengan prediksi pecking order theory Penelitian Tong dan Green (2004) menggunakan sample 50 perusahaan top China yang terdaftar di Shanghai and Shenzhen stock exchanges dari tahun 2001 and 2002, hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara leverage dan profitability, positif signifikan antara current leverage dan past devidends sehingga mendukung Pecking Order Theory.

Dalam Penelitian Frielinghaus, Mostert dan Firer (2005) yang menguji hubungan antara struktur modal perusahaan dan tahap hidupnya. Hasil penelitian menemukan bahwa perusahaan pada tahap awal kehidupan dan akhir menggunakan lebih hutang dari kas eksternal sesuai dengan Pecking Order Theory. Sikap-pemimpin Dalam penelitian Lin, chang, and chen (2005) yang melakukan tesperbandinganuntuk membuktikan Optimisme juga dapat menyebabkan pecking order preference dalam keputusan pembiayaan. Menggunakan perusahaan Taiwan terdaftar sebagai sampel, Hasil penelitian menunjukkan bahwa menejer optimis menunjukkan kepekaan net-debt-issue/financing-deficit lebih besar daripada manajer non-optimis. ???? Penelitian Mehmet dan Eda (2008) yang membandingkan leverage Ratio tahunan dengan total asset profitability, current rate dan sales amount pada 75 perusahaan manufaktur yang listing di ISE pada periode 1993-2007. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara rasio leverage dengan total asset profitability, current rate dan sales amount yang menjelaskan Pecking Order Theory. Matemilola dan Bany-Ariffin (2011)menguji hubungan antara laba dan hutang jangka panjang serta hubungan antara laba dan total hutang di Afrika Selatan. Dengan menentukan model panel dinamis dan menggunakan generalized method of moments(GMM). Hasil menunjukkan bahwa laba memiliki hubungan negatif dengan signifikansi hutang jangka panjang. Demikian pula, keuntungan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan total hutang. Hasil penelitian ini mendukung teori pecking order dan menandakan adanya masalah informasi asimetris antara perusahaan dan pemodalnya. Selain itu, hasil menyiratkan perlu untuk lebih mengembangkan pasar modal dalam rangka untuk meminimalkan asimetri informasi biaya yang berkaitan dengan meningkatkan modal eksternal. Liono, Utami danWijaya (2009) menemukan hubungan interdependensi antara kebijkan deviden, financial leverage, dan investasi dalam pengujian pecking order theory. Objek yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2007. Hasil penelitian secara statistikal ditemukan adanya interdependensi antara kebijakan deviden, financial leverage dan investasi, namun tidak mendukung pada pecking order theory. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo-Erkaningrum (2002) yang melihat keterkaitan antara dividend payout ratio, financial leverage dan investasi, yang memberikan hasil penelitian yang disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak mendukung atau tidak mengikuti pecking order hypothesi.

Vasiliou, Eriotis and Daskalakis (2009) menunjukkan bahwa metodologi yang berbeda dapat menyebabkan implikasi yang berbeda mengenai validitas teori pecking order. Hasil menunjukkan bahwa hubungan negatif antara leverage dan profitabilitas tidak selalu berarti bahwa hirarki pembiayaan pecking order berlaku. Peneliti menyarankan Analisis tidak boleh hanya mengandalkan pada rata-rataanalisis regresi kuantitatif untuk menguji pecking order theory, penelitian harus lebih berfokus untuk menyelidiki alasan yang mendasari pendanaan perusahaan yang sebenarnya. Analis harus mempertimbangkan ini fitur khusus dari pendekatan pecking order ketika menganalisis keberadaan pola pembiayaan pecking order. Metodologi yang diikuti menjadi sangat penting dalam analisis keberadaan pola pembiayaan pecking order. Perlu dilakukan penelitian dalam menguji validitas dari teory pecking order teory di Indonesia.

Daftar Pustaka. A. Frielinghaus, B. Mostert And C. Firer, Capital Structure And The Firm's Life Stag, South. Africa Journal of Business Management, 36(4), 9-18. Denis, David J. dan Mihov, Vassil T. (2003), The choice among bank debt, non-bank private debt, and public debt: Evidence from new corporate borrowings. Journal of Financial Economics, Vol. 70, hal. 3-28 Dimitrios Vasiliou, Nikolaos Eriotisand Nikolaos Daskalakis (2009), "Testing the Pecking Order Theory: The Importance of Methodology", Qualitative Research in Financial Markets, Vol. 1, No. 2, pp. 85-96, 2009 Fama, Eugene F., and French, Kenneth R., 2000," Testing Tradeoff and Pecking Order Predictions About Dividend and Debt", Working Paper, University of Chicago. Frank M.Z., dan K.V. Goyal (2007) Trade-Off and Pecking Order Theories of Debt, Handbook of Corporate Finance: Empirical Corporate Finance, Vol.2, pp. 1-82. Matemilola, B T; Bany-Ariffin, A N. (2011), Pecking Order Theory of Capital Structure: Empirical Evidence from Dynamic Panel Data, International Journal on GSTF Bussiness Review, Vol. 1,. No. 1, August 20011 Mehmet SEN dan Eda ORUC (2008) Testing of Pecking Order Theory in ISE (Istanbul Stock Exchange Market), International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 21, pp 19-25.

Nency Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009), Interdependensi Kebijakan Deviden, Financial Leverage Dan Investasi: Pengujian Pecking Order Theory, Manajemen & Bisnis, Volume 8, Nomor 1, Maret 2009 Syam-Sunder, L., Myers, S., 1999. Testing Static Trade Off Againts Pecking Order Models of Capital Structure. Journal of Financial Economics 51, 219-244 Yau, J., Lau, E., Tong G. dan Green C. J. (2004) Pecking Order or Trade-off Hypothesis? Evidence on The Capital Structure of Chinese Companies, Taylor and Francis Journal, Vol. 37, No. 19, pp. 1-14s. Yueh-hsiang Lin a, Shing-yang Hu and Ming-shen Chen (2005) Testing pecking order prediction from the viewpoint of managerial optimism: Some empirical evidence from Taiwan, Pacific-Basin Finance Journal 16 (2008) 160181

Anda mungkin juga menyukai