Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta jiwa (4,48 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. Fenomena ini menimbulkan permasalahan global.Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis. Bantuan dan perlindungan bagi lansia diperlukan di berbagai bidang seperti kesempatan kerja, kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, keagamaan, dan lainlain. Selain itu lansia yang berpengalaman dan memiliki keahlian perlu diberi kesempatan untuk tetap turut serta berpartisipasi dalam pembangunan dan hidup bermasyarakat. Arah, strategi pembangunan, dan pemberdayaan lansia dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka dilakukan secara terpadu dan lintas sektor. Oleh karena itu, data statistik dan indikator yang memberikan gambaran makro mengenai kondisi dan potensi penduduk lansia di berbagai bidang seperti demografi, pendidikan, kesehatan, dan kegiatan sosial, di tingkat nasional maupun provinsi, sangatlah diperlukan untuk dalam merumuskan dan mengevaluasi hasil pembangunan dan pemberdayaan penduduk lansia.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana profil demografi lansia di Indonesia ? 1.2.2 Bagaimana kasus terkini pada lansia di Indonesia ? 1.2.3 Bagaimana profil demografi lansia di Jawa Timur ?
1

1.2.4 Bagaimana kasus terkini pada lansia di Jawa Timur ?

1.3

Tujuan

1.3.1 Mendeskripsikan profil demografi lansia di Indonesia 1.3.2 Mendeskripsikan kasus terkini pada lansia di Indonesia 1.3.3 Mendeskripsikan profil demografi lansia di Jawa Timur 1.3.4 Mendeskripsikan kasus terkini pada lansia di Jawa Timur

1.4

Manfaat Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang komunitas gerontik yang berhubungan dengan profil demografi lansia di Indonesia dan Jawa Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Profil Demografi di Indonesia Di tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan mencapai angka sekitar 248 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini, Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang besar ini jika dikelola dengan baik akan menjadi modal dasar dan aset yang berharga dalam proses pembangunan. Pertambahan penduduk yang terus menerus ini harus diimbangi dengan kualitas penduduk, karena bila tidak ada perimbangan antara kuantitas dan kualitas maka hal ini akan menjadi masalah dan beban dalam pembangunan. Untuk itu data dan informasi tentang jumlah penduduk perlu diketahui dengan memaknainya dalam komposisi dan distribusi penduduk. Penempatan penduduk sebagai pelaku dan sasaran pembangunan sangatlah penting. Oleh karenanya, data dasar kependudukan sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan khususnya dalam perencanaan pembangunan. Pada kegiatan perencanaan pembangunan, salah satu data dasar kependudukan yang sangat dibutuhkan adalah data struktur demografis penduduk. Dalam penyajian demografi, ciri utamanya adalah penyajian umur dan jenis kelamin. Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini merupakan cermin proses demografi masa lalu sekaligus juga memberikan gambaran perkembangan penduduk masa depan sebagai akibat dari proses kelahiran dan kematian. Komposisi penduduk Indonesia menggambarkan adanya pertambahan jumlah penduduk lansia sebagai akibat dari peningkatan kualitas hidup dan kemajuan ilmu kesehatan khususnya kedokteran. Data penduduk menurut umur atau kelompok umur antara lain digunakan untuk menentukan kelompok sasaran pembangunan. Kelompok sasaran yang saat ini menjadi perhatian pemerintah adalah penduduk usia 60 tahun ke atas atau penduduk lanjut usia (lansia). Meningkatnya jumlah lansia diyakini merupakan proses transisi demografi yaitu perubahan struktur penduduk sebagai akibat dari kemajuan pembangunan.

2.1.1 Perkembangan Struktur Penduduk Indonesia Penduduk Indonesia selama kurun waktu 40 tahun sejak tahun 1970 telah mengalami perubahan struktur. Proporsi penduduk usia di bawah 15 tahun mengalami perubahan menjadi mengecil walaupun jumlahnya masih bertambah. Seiring dengan membaiknya kondisi kesehatan, struktur umur penduduk Indonesia juga mengalami peningkatan sebagai dampak meningkatnya angka harapan hidup. Hal ini mempengaruhi jumlah dan persentase penduduk lanjut usia yang terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2.1 dimana persentase penduduk lansia mencapai 8,37 persen dari keseluruhan penduduk. Perubahan struktur penduduk ini mengindikasikan keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara global dan nasional, sebagai implikasi dari peningkatan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat. Berdasarkan kelompok umur, persentase penduduk lansia relatif kecil dibandingkan dengan penduduk usia dibawah 15 tahun (29,06 persen), penduduk usia 1535 tahun (34,53 persen), maupun penduduk dewasa usia 36-59 tahun (28,04persen). Meskipun persentasenya relatif kecil dibandingkan kelompok umur lainnya, namun secara umum jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh karena itu keberadaan lansia tidak bisa dikesampingkan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Kepedulian akan kesejahteraan lansia tertuang dalam UU No 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. UU tersebut mengamanatkan pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi lansia agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

Tabel Persentase Penduduk menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin < 15 Kelompok Umur (Tahun) 15-35 36-59 60+ Total

Perkotaan (K) Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P 28,67 26,46 27,56 36,24 36,60 36,42 28,14 28,91 28,53 6,94 8,03 7,49 100,00 100,00 100,00

Perdesaan (D) Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P 31,85 29,09 30,46 32,52 33,00 32,76 27,09 28,08 27,59 8,53 9,83 9,19 100,00 100,00 100,00

K+D Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P 30,32 27,82 29,06 34,32 34,74 34,53 27,60 28,48 28,04 7,76 8,96 8,37 100,00 100,00 100,00

Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10 persen ada di provinsi D.I. Yogyakarta (14,02 persen), Jawa Tengah (10,99 persen), Jawa Timur (10,92 persen) dan Bali (10,79 persen).

2.2

Kasus pada Lansia Depresi Depresi yang merupakan masalah mental paling banyak ditemui pada lanjut usia (lansia) membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang pada aspek fisik, mental dan sosial. Di samping itu, depresi pada lansia harus diwaspadai dan dideteksi sedini mungkin karena dapat mempengaruhi perjalanan penyakit fisik dan kualitas hidup pasien. perlu dilakukan untuk mewaspadai depresi, terutama pada lansia dengan penyakit degeneratif, lansia yang menjalani perawatan lama di rumah sakit, lansia dengan keluhan somatis kronis, lansia dengan imobilisasi berkepanjangan serta lansia dengan isolasi sosial. Waspadai jika pasien lansia menunjukkan keluhan subyektif tentang kelelahan kronis atau menurunnya kondisi fisik tanpa diketahui penyebab klinisnya. Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan, dan sebagainya. Depresi pada lansia juga dapat tampil dalam bentuk perilaku agitatif, ansietas atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular, kelemahan fisik. Sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal. Peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.

2.3

Profil Demografi di Jawa Timur Jawa Timur telah menerbitkan Perda Nomor 5/2007 tentang Meningkatkan Kesejahteran Lanjut Usia. Begitu banyak jumlah Lansia di Jawa Timur, dengan adanya Perda ini diharapkan konsistensi Pemerintah Jatim dapat menuangkan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan para Lansia. Disamping karena jumlah, memang upaya peningkatan kesejahteran sosial Lansia menjadi komitmen nasional, karena potensi/peran yang strategis dari para lansia sebagai pewaris/penerus nilai-nilai budaya bangsa. Ini secara tegas tertuang dalam Undang-undang no 13/98 diikuti PP no 43/2004 dan dipertegas oleh Perda no 5/2007. Terang M. Djumadi Ramelan, SH. Kabid Rehsos Dinsos Prov. Jatim. Jadi Peran yang sangat strategis itulah yang harus menjadi komitmen bersama yang harus dilaksanakan. Diharapkan para lansia dapat melakukan fungsi-fungsi penting dalam kehidupan bernegara seperti memberikan bimbingan dan nasehat terutama di lingkungan keluarganya, juga dapat memberikan keteladanan bagi para generasi penerus bangsa. Memang fungsi2 strategis lansia sangat banyak, tetapi mengapa masih banyak lansia yang terlantar..??. Menanggapi Hal Ini Prof. Wirawan mengatakan, Memang ini dasarnya adalah masalah mindset dari masyarakat, bahwa selama ini kita beranggapan bahwa orang tua itu harus dikasihani, semestinya kita harus beranggapan bahwa orang tua harus kita hormati karena kita tidak mungkin ada kalau mereka tidak ada. . Selain itu banyaknya lansia yang terlantar juga disebabkan kurangnya kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang menyentuh langsung untuk kesejahteraan para lansia. Memang di Jatim sudah mempunyai Perda untuk menangani para Lansia, tetapi tindak lanjut dari Perda tersebut masih kurang. Menurut DR. Tjuk Sukiadi Ketua BK3S Jatim, Lansia itu akan menjadi masalah besar, karena di Indonesia jumlah lansia semakin banyak, juga harapan hidup mereka semakin lama. Tentunya ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat . Di BK3S Jawa Timur sendiri sejak 3 tahun yang lalu telah melaksanakan program pioneering/rintisan dari Kemensos yaitu Homecare lansia berbasis komunitas dan keluarga. Program ini diprioritaskan bagi lansia Dhuafa yang nonproduktif dan nonpensiun.
7

Seiring dengan perkembangan waktu, nilai-nilai hormat kepada orang tua semakin berkurang. Terbukti dengan adanya lansia yg terlantar karena ditelantarkan keluarganya. Menurut Pujianto Ka. UPT Yansos Lansia Banyuwangi, Dilapangan kita menemukan adanya lansia yang sengaja ditelantarkan keluarganya. Padahal keluarga tersebut mampu untuk merawatnya. Ini menjadi masalah yg sangat rumit, kenapa? Karena jika kita menolong kita melihat keluarganya berkecukupan, disisi lain jika tidak kita tolong akan menimbulkan masalah di keluarganya. Pada dasarnya Keluarga adalah yang menjadi ujung tombak dari permasalahan lansia ini. Jika dari keluarga mempunyai kesadaran bahwa mereka harus menghormati para lansia, maka jumlah lansia terlantar akan bisa ditekan. Maka dari itu perlu adanya perubahan mindset masyarakat bahwa mereka harus lebih menyayangi/menghormati para orang tua khususnya lansia.

2.4

Kasus pada Lansia Orang lanjut usia (lansia) dengan memar dan cedera di sana sini, kurang makan dan minum, tidak dimandikan dan tidur di tempat tidur yang kotor, demikian beberapa tanda terjadinya penyaahgunaan terhadap lansia. a. Minim pengakuan Kebanyakan negara sudah mulai mengatasi kasus-kasus penyalahgunaan lansia. Contohnya Jepang dan Australia, walaupun demikian, banyak negara yang belum siap. Secara umum, kebanyakan negara masih berkutat dengan advokasi perihal ini dan meningkatkan kesadaran. Dari semua bentuk kekerasan domestik, penyalahgunaan lansia adalah yang paling jarang diakui dan dikenali.

b. Teman sekamar Ada enam jenis penyalahgunaan pada orang tua lanjut usia: kekerasan fisik dan psikologis, penelantaran, eksploitasi keuangan, pelecehan seksual dan pelanggaran hak-hak orang yang telah berusia di atas 65 tahun. Sebagian besar lansia yang menjadi korban penyalahgunaan tergantung pada pelakunya. Hubungan bisa saja hubungan profesional, misalnya dengan pengasuh di rumah
8

atau di panti jompo. Tapi teman sekamar di panti atau anggota keluarga juga bisa menjadi pelakunya. Yang sering terjadi adalah kasus penggelapan rekening bank para lansia oleh anggota keluarga mereka sendiri, selain kasus penganiayaan fisik yang tidak disengaja. Misalnya jika pengasuh frustrasi karena lansia yang dirawatnya tidak mau mandi atau makan, kemudian memukul.

c. Rencana aksi Statistik penganiayaan berbeda di tiap negara, mulai dari 5 sampai 10% persen pada orang lanjut usia. Ini berkaitan erat dengan definisi istilah tersebut, dan perhatian umum akan isu terkait. Pengakuan terhadap isu ini akan meningkatkan statistik.

d. Lansia terlanjur dihubungkan dengan ketidakberdayaan. e. Penelantaran lansia f. Kekerasan terhadap lansia

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Pada dasarnya keluarga adalah yang menjadi ujung tombak dari permasalahan lansia ini. Jika dari keluarga mempunyai kesadaran bahwa mereka harus menghormati para lansia, maka jumlah lansia terlantar akan bisa ditekan. Maka dari itu perlu adanya perubahan mindset masyarakat bahwa mereka harus lebih menyayangi/menghormati para orang tua khususnya lansia

3.2

Saran Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

10

DAFTAR PUSTAKA

H. Wahjudhi Nugroho, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.EGC. Jakarta http://www.rand.org/pubs/research_briefs/RB5058/index1.html The Encyclopedia of Penduduk. New York , , Macmillan Referensi Amerika Serikat , 2003 , www. lansia/Pelayanan Khusus Lansia di Jawa Timur _ Penyuluhan & Publikasi Dinsos Jatim.htm Badan Pusat Statistik, 2009, Pedoman Pencacahan Susenas Kor Juli, 2009, Badan Pusat Statistik, Jakarta,

11

Anda mungkin juga menyukai