Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN I PENGUJIAN KANDUNGAN STEROID, KAROTENOID DAN ALKALOID PADA BUAH SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN.) A. Tujuan 1.

Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada tanaman sirsak 2. Untuk mempelajari cara pengujian metabolit sekunder pada tanaman sirsak 3. Untuk membuktikan adanya kandungan steroid, karotenoid dan alkaloid pada buah sirsak

B.

Dasar Teori Sirsak (Annona muricata Linn.) termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berubah sepanjang tahun, apabila air tanah mencakupi selama pertumbuhannya. Menurut beberapa literature, tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah. Buah tropis ini kemudian menyebar hampir ke seluruh benua. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari dataran rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut (Radi, 2002) Sirsak atau zuurzak (Belanda) dikenal juga dengan nama nangka welanda (Sunda) atau soursop (Inggris) atau guyabano (Filipina). Buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan ini di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nagka sebrang, di Bali disebut srikaya jawa, sedangkan di Lampung dikenal dengan nama jambu landa, durian bertawi (Minangkabau), Deureuyan belanda (Aceh). 1. Morfologi Tanaman Pohon buah sirsak (Annona muricata Linn.) tumbuh di sembarang tempat dapat mempunyai ketinggian kurang lebih delapan meter (Suhanda, 2009). Pohon sirsak merupakan pohon yang memiliki batang utamanya berukuran kecil dan rendah (Utami, 2008). Batang merupakan batang berkayu, bulat, bercabang, berwarna cokelat kotor. Daun sirsak merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lanset dengan ujung runcing yang memiliki panjang 6-18 cm dan lebar 2-6 cm. Pertulangan pada daun merupakan pertulangan menyirip warna hijau kekuningan dan hijau. Bunga sirsak merupakan bunga tunggal dengan

daun kelopak kecil warna kuning keputihan dengan benang sari banyak, berambut, berkepala putik silindris, mahkota berdaging, bulat telur, panjang 3-5 cm, kuning muda, muncul pada batang dan ranting. Buah majemuk atau buah agregat terdiri dari kumpulan buah-buah dengan biji tunggal saling berdampingan sehingga tidak ada batas antara buah berkumpul menjadi satu berbentuk bulat telur dengan panjang 1535 cm berdiameter 5-10 cm dengan kulit buah berwarna hijau, daging buah berwarna putih. Berat per buah dapat mencapai 2,5 kilogram. Biji menyebar dalam daging buah berbentuk bulat telur dengan tekstur keras dan berwarna hitam kecokelatan, biji buah bersifat racun dan dapat digunakan sebagai insektisida alami seperti biji srikaya. Akar tanaman ini tunggang, bulat dan cokelat muda (Suhanda, 2009). 2. Budidaya tanaman sirsak Sirsak merupakan tanaman buah yang tumbuh dengan baik di daerah tropis lembap. Sirsak tergolong ke dalam buah yang tidak mengenal waktu untuk berbuah. Musim berbuah sirsak terjadi sepanjang bulan Maret sampai Desember setiap tahun. Budidaya tanaman sirsak di Indonesia masih dilakukan secara tradisional dan belum dilakukan secara intensif. Alhasil, peluang peningkatan produksi, kualitas dan pemasarannya masih sangat terbuka lebar (Zuhud, 2011). Sirsak adalah buah yang sangat mudah rusak. Dan penyelidikan lebih lanjut mengenai penanganan pasca panen diperlukan karena tidak adanya perawatan pasca panen atau teknologi yang tersedia untuk mempertahankan buah lebih dari 9 hari (Espinosa, 2013). Ada beberapa jenis buah sirsak yang telah dibudidayakan. Jenis-jenis buah tersebut adalah : a. Sirsak biasa Buahnya berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri. Rasa buah masam sedikir manis dan berkadar air tinggi. Sirsak ini cocok dibuat dodol, wajik atau campuran es krim. b. Sirsak ratu Sirsak ini pertama kali dikembangkan di kawasan Pelabuhan Ratu (Sukabumi). Oleh sebab itulah disebut sirsak ratu. Buahnya berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri. Daging buahnya bertepung, kering dan berasa manis.

c. Sirsak mandalika Tampilan buahnya mirip dengan buah nona, yakni bulat kecil dengan daging buah berwarna kuning, berbiji banyak dan berasa manis. Tanaman ini banyak ditanam di Cianjur dan Sukabumi. (Budi, 2008) 3. Kandungan tanaman sirsak Dalam 100 g buah sirsak mengandung karbohidrat cukup tinggi terutama dalam bentuk sukrosa, dekstrosa dan levulosa. Sirsak dikenal karena kandungan vitamin C-nya yang relatif tinggi. Dibanding dengan buah kandungan kimia pada akar dan batang meliputi flavonoida, di samping itu akarnya mengandung saponin, tannin, polifenol dan alkaloida. 4. Kegunaan buah sirsak Buah sirsak terkenal sebagai sumber vitamin C. buah ini juga berfungsi untuk melancarkan percernaan karena kandungan seratnya cukup lumayan. Serat sangat dibutuhkan untuk kelancaran gerakan peristaltic usus, membantu mencegah simbelit, mencegah kanker usus, mencegah sakit pada usus besar, mencegah wasir, membantu menurunkan kadar kolesterol dan membantu menurunkan berat badan. Aroma sirsak sangat harum dan enak dibuat puree sirsak (puree adalah daging buah yang dilumatkan). Rasa asam sirsak dapat menghilangkan rasa mual setelah makan. Selain dikonsumsi segar, sirsak juga diolah dan diproduksi menjadi berbagai makanan dan minuman olahan (Suhanda, 2009). Buah sirsak salah satu jenis buah yang dapat diolah untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan dodol, sirup sari buah dan lain-lain. Dalam pengolahannya tersebut menjadi bahan makanan dan minuman olahan dihasilkan limbah berupa ampas sirsak. Ampas sirsak yang selama ini belum dimanfaatkan masih mengandung senyawa gizi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan nata (Suparti, 2007). Selain dapat dimanfaatkan sebagai obat dan makanan, tanaman sirsak dapat juga digunakan sebagai bahan insektisida. Pada sirsak ditemukan senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin. Pada konsentrasi tinggi senyawa ini bersifat antifeedant bagi serangga,

sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah dengan pemberian oral bersifat sangat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa ini juga bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel (Naria, 2005). 5. Alkaloid Alkaloid adalah senyawa-senyawa organic yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, bersifat basa dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsure-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. Beberapa cara telah digunakan untuk mengindentifikasi alkaloid, misalnya mikroskopik kristal, kelarutan dalam berbagai jenis pelarut, spectrum absorpsi dan perputaran optis atau sifat farmakologisnya. Reaksi warna juga sering digunakan walaupun tidak spesifik. Pelarut alkaloid adalah pelarut yang sering dipakai untuk mengendapkan larutan alkaloid. Pelarut yang penting antara lain pereaksi Mayer, pereaksi Marme, pereaksi Wagner, pereaksi Dragendorff, pereaksi Sonnenschein dan pereaksi Scheiber (Sumardjo, 2008). 6. Steroid Steroid merupakan messenger kimia atau juga dikenal sebagai hormon. Steroid disintesis dalam kelenjar dan dihantarkan oleh aliran darah ke jaringan target untuk merangsang atau menghambat suatu proses. Steroid bersifat nonpolar, karenanya steroid merupakan suatu lipid. Karakter nonpolarnya memungkinkannya untuk melewati membrane sel. Dengan demikian steroid dapat meninggalkan sel, dalam mana steroid-steroid tersebut disintesis dan memasuki sel-sel targetnya. Berdasarkan pada fungsi fisiologisnya, steroid dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Steroid anabolik, yaitu kelompok steroid alami atau sintetik yang berinteraksi dengan reseptor androgen untuk mendorong pertumbuhan dan pembelahan sel yang menghasilkan pertumbuhan berbagai macam jaringan. b. Kortikosteroid, yaitu merupakan sekelompok hormone steroid yang dicirikan dengan kemampuannya untuk berikatan dengan reseptor kortisol dan merangsang efek yang serupa.

c. Steroid seks atau steroid gonad, yaitu sub-bagian dari hormone seks yang berinteraksi dengan androgen vertebrata atau reseptor estrogen untuk menghasilkan perbedaan-perbedaan kelamin dan mendukung reproduksi. d. Fitosterol atau sterol tanaman, yaitu steroid alcohol yang terjadi secara alami dalam tanaman. e. Ergosterol yang merupakan steroid yang terdapat pada fungi dan mencakup beberapa suplemen vitamin D. (Sarker, 2009) 7. Karotenoid Karotenoid adalah kelompok besar senyawa karoten yang dijumpai sebagai pigmen (zat warna) pada buah dan sayuran dan berfungsi sebagai antioksidan yang kuat. Lebih dari 500 pigmen yang telah diidentifikasi termasuk dalam kelompok karotenoid dan dapat dibagi menjadi karoten dan xantofil (karoten teroksigenasi, yang mudah berubah menjadi karoten kembali. Yang paling banyak ditemui dan penting fungsinya adalah betakaroten. Pada umumnya karotenoid merupakan antioksidan serbaguna. Walaupun tidak menjadi vitamin A (seperti halnya beta-karoten), karotenoid lain tersebut (misalnya likopen, lutein dan zeaksantin) semuanya efektif sebagai antioksidan yang merangkap radikal bebas. Sumber yang kaya akan karotenoid adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan berwarna oranye (Vitahealt, 2004). Zat ini merupakan nutrisi alamiah penting yang larut dalam lemak. Karotenoid tidak diproduksi dalam tubuh manusia dan ditemukan dalam tumbuhan dan beberapa satwa. Jumlah karotenoid berlimpah di tanaman disebabkan tanaman tersebut harus hidup menghadapi sinar matahari yang bisa dianggap sebagai salah satu sumber energy yang kayak akan radikal bebas. Jadi fungsi karotenoid disini adalah sebagai tameng. Dari sekitar 600 jenis karotenoid uang telah diidentifikasi, ada beberapa jenis karotenoid yang cukup popular dan telah diketahui manfaar serta pentingnya bagi kesahatan manusia, yaitu : a. Likopen adalah pigmen merah yang terdapat pada tanaman yang berfungsi pada tubuh manusia untuk menjaga jaringan prostat, testis dan saluran cerna agar tidak mudah mengalami pertumbuhan sel seperti tumor maupun kanker.

b. Beta karoten merupakan salah satu bentuk (isomer) dari karoten yang bisa ditemukan pada buah-buahan yang berwarna hijau tua atau kuning tua dan pada sayur mayur. Dalam tubuh manusia beta karoten diubah menjadi vitamin A yang bertindak sebagai antioksidan. (Tapan, 2005)

Daftar Pustaka Budi, Santoso. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Agromedia Pustaka: Jakarta. Espinosa. dkk. 2013. Physiological and Physicochemical Behavior of Soursop Fruits Refrigerated with 1-Methylcyclopropene. Journal of Food Quality 36. Hal 10-20. Naria, Evi. 2005. Insektisida Rumah Tangga. Info Kesehatan Masyarakat Vol.9 (1). Medan. Radi, Juhaeni. 2002. Sirsak: Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius: Yogyakarta. Sarker, Satyajid D. 2009. Kimia untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Suhanda, Irawan. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Kompas: Jakarta. Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. EGC: Jakarta. Suparti. dkk. 2007 Pemanfaatan Ampas Buah Sirsak (Annona muricata) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Nata Dengan Penambahan Gula Aren. MIPA Vol.17 (1). Hal 1-9. Tapan, Erik. 2005. Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Elex Media Komputindo: Jakarta. Tim Redaksi Vitahealth. 2004. Seluk Beluk Food Supplement. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka: Jakarta. Zuhud. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai