Anda di halaman 1dari 5

Flu Burung: Apa dan Bagaimana Pengobatannya?

Oleh Benyamin Lukito elakangan ini, ramai dibicarakan mengenai adanya flu burung yang telah menyebar ke berbagai area di Asia Tenggara dan juga dilaporkan adanya flu yang menyerang dan mematikan ratusan bahkan jutaan ekor ayam di seluruh Asia. Penyakit pada ayam ini ditakutkan akan menular ke manusia dan menyebabkan kematian. Apa sebenarnya flu burung tersebut, apakah berbeda dengan flu yang sering kita dengar? Influenza yang lebih sering dikenal sebagai flu adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza A dan B. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit dan kematian yang perlu mendapat perhatian khusus. Nama influenza pertama kali digunakan oleh orang Italia pada abad kedelapan belas yang mengatakan penyakit ini sebagai the influence of heavenly bodies. Virus Influenza juga dapat menyebabkan epidemi global yang dikenal sebagai pandemi. Selama ini sudah terjadi 31 pandemi influenza yang terdokumentasi sejak pertama kali dilaporkan tahun 1580, termasuk 3 pandemi yang terjadi pada abad kedua puluh yaitu tahun 1918, 1957 dan 1969. Pandemi tahun 1918-1919 yang dikenal sebagai "flu Spanyol" disebabkan oleh virus yang sangat virulen dan telah menelan korban kurang lebih 40 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sejak tahun 1997 di Hong Kong ditemukan kasus influenza yang mematikan, akhirnya dikenal sebagai "flu Hong Kong". Virus influenza dapat menyebabkan sakit pada semua golongan umur, namun yang paling sering terkena anak-anak. Sedangkan infeksi serius dan kematian terutama terjadi pada pasien berusia > 65 tahun dan pasien yang mempunyai kondisi kesehatan tertentu yang berisiko tinggi terkena komplikasi dari influenza. Apa Itu Virus Influenza? Virus influenza merupakan virus yang kompleks dan terus-menerus berubah. Struktur fisik virus ini cenderung mengalami perubahan-perubahan kecil pada antigen permukaan selama fase replikasi yang dapat meyebabkan virus menginvasi sistem kekebalan pejamu. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang terinfeksi dapat mengalami reinfeksi pada tahun berikutnya meskipun sudah punya antibodi terhadap virus pertama. Ada dua tipe virus influenza yang dapat menyebabkan epidemi pada manusia, yaitu influenza A dan influenza B. Virus influenza A dibagi lagi dalam subtipe berdasarkan dua antigen permukaan, hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Virus influenza B tidak dibagi lagi dalam subtipe. Selanjutnya virus influenza A dan B dikelompokkan berdasarkan karakteristik antigeniknya. Virus influenza dengan antigen permukaan baru merupakan varian virus yang telah ada, berasal dari perubahan antigen yang cepat terjadi karena mutasi yang terjadi pada saat
1

replikasi. Virus influenza B mengalami perubahan antigen lebih lambat dibanding dengan virus influenza A. Virus A dapat menginfeksi beberapa spesies hewan, seperti burung, babi, kuda, ikan paus dan singa laut. Virus yang menginfeksi burung lebih dikenal sebagai virus influenza avian atau influenza burung. Virus flu burung ini biasanya tidak menyebabkan sakit burung-burung yang liar terbang di mana-mana, tetapi burung-burung tersebut membawa dan dapat menyebarkan flu burung dalam jarak yang cukup jauh. Sebaliknya virus flu burung ini bila menginfeksi binatang peliharaan (burung) akan menyebabkan burung peliharaan tersebut sakit dan mati. Biasanya virus influenza A tidak menginfeksi manusia, namun beberapa laporan sejak tahun 1997 menunjukkan bahwa ternyata virus ini juga dapat menginfeksi manusia. Gejala Flu Burung Masa inkubasi influenza berkisar 1-4 hari dengan rata-rata 2 hari. Seseorang yang menderita influenza dapat menularkan infeksi mulai hari sebelum gejala muncul sampai kurang lebih 5 hari setelah gejala timbul. Anak-anak dapat menularkan infeksi untuk masa yang agak lebih lama. Penyakit influenza yang tidak mengalami komplikasi ditandai permulaan mendadak dengan gejala/tanda konstitusional dan pernapasan seperti demam (sering lebih tinggi pada anak-anak), mialgia, sakit kepala, malaise berat, batuk non-produk- tif, nyeri tenggorokan dan rinitis. Pada kebanyakan kasus permulaan yang sangat mendadak menyebabkan pasien dapat mengetahui persis waktu mulainya sakit. Namun kadang manifestasi klinisnya ringan, dengan gejala-gejala seperti common cold. Panas bisa bervariasi antara 380C sampai setinggi 410C. Gejala-gejala pada sistem pernapasan kadang menjadi lebih menonjol justru setelah gejala-gejala sistemiknya berkurang. Pasien batuk-batuk kadang disertai rasa tidak enak di belakang dada. Pada mata sering dirasa nyeri bila menggerakkan bola mata, fotofobia dan rasa terbakar. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari, meskipun batuk dan malaise dapat dijumpai terus sampai 2 minggu atau lebih. Diagnosis definitif influenza harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Uji diagnostik terhadap influenza bertujuan mengisolasi virus, deteksi protein virus, deteksi asam nukleat virus dan diagnosis serologi. Ketiga cara pertama adalah yang paling baik. Bahan diambil dari usapan tenggorokan atau nasofaring. Isolasi virus merupakan standar emas untuk diagnosis laboratoris terhadap influenza, namun hasilnya tidaklah cukup cepat untuk dijadikan dasar terapi antivirus (perlu waktu 2-3 hari). Deteksi protein virus dapat dilakukan dengan cara yang cepat dan mudah. Namun uji ini kurang sensitif dibanding kultur atau PCR. Dengan uji ini dapat diperoleh hasil kurang dari 1 jam. Deteksi asam nukleat virus (RNA) dilakukan dengan reverse transcription yang diikuti PCR dengan gen spesifik oligonukleotia primer (RT-PCR) Metoda itu sangat sensitif dan dengan cara ini pula dapat dideteksi virus yang non-viabel. Cara lain yang baru dikembangkan yaitu dengan real time quantitative TaqMan PCR assay. Keuntungan cara ini adalah dapat diketahui kuantitas beban virus (virus load). Diagnosis
2

serologis influenza didasarkan pada peningkatan empat kali atau lebih titer antibodi spesifik dengan cara hemaglutinasi inhibisi, fiksasi komplemen atau uji netralisasi. Komplikasi Influenza Komplikasi tersering adalah radang paru. Radang paru karena virus influenza mempunyai angka mortalitas yang tinggi. Gejala dimulai dalam 24 jam setelah panas, timbul batuk kering yang makin lama menjadi berdarah, sesak napas, badan kebiruan yang progresif dan kegagalan pernapasan. Meskipun diberikan antibiotika keadaan umum pasien memburuk. Selain itu radang paru juga dapat disebabkan oleh infeksi bakterial sekunder akibat daya tahan tubuh yang sangat lemah ditandai dengan panas yang baru timbul dan batuk produktif pada masa konvalesens dini. Penyebab utama adalah Streptokokus pneumonia, Stafilokokus aureus, Hemofilus influenza dan Streptokokus grup A beta hemolitikus. Virus flu burung yang ramai dibicarakan saat ini ternyata mempunyai kode H5N1. Dari sejarahnya ternyata sudah ditemukan sejak lama. Paling tidak terdapat 18 kasus yang terbukti secara laboratoris terserang infeksi influenza A (H5N1) pada tahun 1997 di Hong Kong. Enam di antaranya meninggal. Umur pasien berkisar 1 tahun sampai 60 tahun dengan pasien yang terinfeksi berat dan kematian lebih banyak dijumpai pada pasien yang berumur lebih dari 13 tahun. Kebanyakan kasus datang dengan panas akut dan disertai gejala-gejala saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Virus ini menjadi penting untuk diwaspadai karena potensi menyebabkan kesakitan dan kematian sangat tinggi. Pilihan utama untuk mengurangi dampak influenza adalah imunoprofilaksis dengan vaksin yang telah diinaktivasikan. Sedangkan penggunaan obat-obat antivirus yang spesifik untuk influenza baik untuk kemoprofilaksis maupun pengobatan merupakan tambahan yang penting selain vaksinasi. Memberikan vaksinasi pada seorang yang berisiko tinggi sebelum musim influenza setiap tahunnya merupakan tindakan yang paling efektif untuk menekan dampak influenza. Cakupan vaksinasi dapat ditingkatkan dengan memvaksinasi seseorang selama perawatan atau pada kunjungan pasien untuk pemeriksaan kesehatan berkala sebelum musim influenza. Rekomendasi Vaksinasi terhadap influenza sangat direkomendasikan untuk setiap orang berusia > 6 bulan yang karena umur atau kondisi medisnya mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi bila terkena influenza. Selain itu pekerja kesehatan dan orang-orang yang sering kontak dengan orang berisiko tinggi juga sebaiknya divaksinasi untuk menghindari penularan kepada kelompok risiko tinggi . Yang dimaksud dengan kelompok risiko tinggi adalah: - Orang yang berusia > 65 tahun - Penghuni rumah perawatan dan tempat-tempat perawatan penyakit kronik . - Anak-anak dan orang dewasa yang mempunyai penyakit paru atau kardiovaskuler yang kronik termasuk asma
3

- Anak-anak dan orang dewasa yang memerlukan follow up medis secara teratur atau perawatan di rumah sakit karena penyakit metabolik kronik termasuk diabetes mellitus, penyakit ginjal, hemoglobinopati atau imunosupresi termasuk yang disebabkan oleh obat-obatan atau HIV - Anak-anak dan remaja (usia 6 bulan sampai 18 tahun) yang mendapatkan terapi aspirin jangka panjang sehingga dapat timbul risiko terjadinya sindroma Reye bila terinfeksi influenza - Wanita hamil yang akan memasuki trimester kedua atau ketiga selama musim influenza. Sedangkan kelompok pekerja kesehatan dan orang yang kontak dekat dengan kelompok risiko tinggi tersebut adalah: - Dokter, perawat dan pekerja baik di rumah sakit dan tempat praktek. - Pekerja di rumah perawatan dan tempat-tempat perawatan penyakit kronik - Pekerja yang membantu orang-orang cacat dan pekerja di tempat-tempat lain untuk orang yang berisiko tinggi - Orang-orang yang melayani kunjungan-kunjungan ke rumah orang yang berisiko tinggi - Anggota keluarga termasuk anak-anak di rumah di mana terdapat orang yang berisiko tinggi. Vaksinasi influenza aman pada wanita menyusui dan anaknya. Vaksin influenza dapat diberikan bersama dengan vaksin lainnya seperti vaksin pneumococcal dan vaksin yang rutin diberikan pada anak-anak tanpa meningkatkan efek samping. Efek samping yang timbul berupa rasa nyeri pada tempat suntikan yang biasanya ringan, panas, malaise, myalgia, timbul 6-12 jam setelah suntikan dan berakhir 1-2 hari kemudian. Vaksin influenza mengandung protein telur dalam jumlah sangat sedikit sehingga tetap dapat memberikan reaksi hipersensitivitas berupa angioedema, asma, dan anafilaksis pada orang yang alergi terhadap protein telur namun hal ini sangat jarang terjadi. Dosis vaksin yang direkomendasi bervariasi sesuai dengan kelompok umur. Pada orang dewasa dan anak-anak yang sudah agak besar dapat disuntikkan di otot deltoid sedang pada bayi dan anak-anak yang lebih kecil diberikan di bagian anterolateral paha. Orang berisiko tinggi terjadi komplikasi bila terserang influenza yang belum divaksinasi sebelum musim semi atau musim dingin sebaiknya divaksinasi bila mereka berencana untuk: - Pergi ke daerah tropik, karena pada daerah tropik influenza dapat terjadi sepanjang tahun. - Pergi dengan kelompok besar wisatawan pada setiap waktu sepanjang tahun. - Pergi ke belahan bumi selatan pada bulan April sampai September. - Pergi ke belahan bumi utara pada bulan September sampai April.
4

WHO dalam konperensi persnya tetap menganjurkan untuk melakukan vaksinasi pada musim flu tahun ini dengan memberikan vaksin flu di atas, juga bagi para wisatawan yang akan bepergian ke daerah yang sekarang terlanda wabah flu burung. Obat Antivirus Selama dekade terakhir beberapa obat antivirus termasuk anti-influenza telah ditemukan dengan target struktur protein yang spesifik dari virus. Pada virus influenza target protein tersebut adalah neuraminidase, yaitu glikoprotein permukaan utama dari virus influenza. Neuraminidase influenza berikatan dengan asam sialik yang ada pada sel-sel saluran pernapasan, melubangi sel tersebut sehingga virus dapat masuk dan bereplikasi. Aktivitas neuraminidase sangat tergantung pada tempat perlekatan tersebut sehingga dengan membuat katalisis pada tempat neuraminidase tadi dibuatlah obat yang bersifat inhibisi. Neuraminidase inhibitor adalah analog asam sialik sehingga obat ini berikatan dengan neuraminidase virus sehingga tidak terjadi ikatan dengan asam sialik pada saluran pernapasan. komplikasi pada orang berusia lebih dari 12 tahun yang mengalami gejala tidak lebih dari 2 hari. Baik zanamavir maupun oseltamivir tidak bisa mencegah terjadinya komplikasi yang serius dari influenza. Penggunaan kedua obat ini untuk profilaksis belum disetujui, tetapi ada sa Zanamavir dan oseltamivir, keduanya disetujui pemakaiannya oleh FDA Amerika untuk influenza pada tahun 1999, merupakan obat golongan neuraminidase inhihitor baru yang dapat menghambat secara selektif neuraminidase baik virus influenza A maupun B. Berbeda dengan amantadin dan rimantadin yang efektif terutama pada virus influenza A. Zanamavir diindikasikan untuk pengobatan influenza tanpa tu penelitian yang menyatakan untuk profilaksis kedua obat ini cukup efektif (zanamavir 84% dan oseltamivir 82%). Profilaksis tetap terbaik dengan vaksinasi.Pemberian zanamavir dengan cara inhalasi. Oseltamivir tersedia dalam bentuk oral 75 mg diberikan dengan dosis 2 kali perhari selama 5 hari. * Penulis adalah ahli penyakit dalam pada Siloam Gleneagles Hospital Lippo Karawaci, Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai