Anda di halaman 1dari 4

KEKALAHAN TOLUTO, PELAJARAN BUAT PARA PEJABAT

Toluto disarankan jeli memilih penasehat

Tarutung () Setidaknya, Kekalahan demi kekalahan yang menerpa Bupati Tapanuli Utara yang akrab dengan panggilan Toluto dalam setiap gugatan mengenai kebijakannya terutama yang berujung di Pengadilan Negeri hingga Mahkamah Agung terhitung mulai Tahun 2010 hingga Tahun 2012 menjadi pelajaran berharga buat para pemimpin negeri ini untuk tidak sewenangwenang mengambil kebijakan tanpa dasar yang kuat. Torang Lumbantobing yang saat ini memegang jabatan sebagai Bupati Tapanuli Utara yang adalah merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Utara dinilai oleh beberapa kalangan adalah Bupati yang memiliki kebijakan aneh. Diantaranya adalah memecat dengan tidak atas permintaan sendiri beberapa PNS golongan IV dimana hal tersebut dilakukan tanpa ada pertimbangan dari Gubernur selaku pembina PNS maupun dari Baperjakat yang ketika itu diketuai oleh Sanggam Hutagalung yang menjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Bahkan, Sanggam Hutagalung sendiri yang merupakan saudara ipar (anak dari paman) Toluto akhirnya diberhentikan dari jabatannya sebagai Sekretaris Daerah dan digantikan oleh Pelaksana Sekretaris Daerah Drs. Haji H.P. Marpaung yang dulunya menjabat Asisten I dilingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Dasar dari pemberhentian tersebut adalah SK Bupati Taput no. 821/1760/BKD/I/2012 tanggal 31 MEI 2012 dan SK Gubernur Sumatera Utara No 821.23/2497/2012, tanggal 28 Juni 2012 tentang Pemberhentian Sekdakab Tapanuli Utara, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan kerja Provinsi Sumatera Utara. Tak jelas apa alasan Toluto memberhentikan Sanggam sebagai Sekdakab, namun Sanggam ketika itu berpesan dalam acara temu pisah yang tidak dihadiri oleh Toluto kepada para PNS di lingkungan Sekdakab Taput agar seluruh jajaran PNS Pemkab Taput tidak sesekali menghianati atasannya dalam setiap melaksanakan tugas. "Mutasi PNS hal yang biasa, bukan hal yang perlu ditakuti, yang penting jalankan tugas dengan baik, dan jangan hianati atasanmu, mari kita menjunjung tinggi sportifitas," ucapnya. Sanggam juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh PNS Pemkab Taput dengan raut wajah yang sedikit kusam. Ketika disinggung mengani pemberhentian dirinya diwaktu kemudian, Sanggam

mengatakan, dari dulu hidupnya lebih kental rasa kekeluargaan daripada jabatan. Dalam hati ini, tidak ada masalah tentang pencopotan jabatan saya oleh Bupati. Karena selama ini, saya menganggap jabatan adalah amanah yang tidak selamanya dapat dipegang, kata Sanggam Hutagalung SE MM yang sekarang menjadi PNS disalah satu SKPD Pemprovsu. Keputusan demi keputusan mulai dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang tidak digubris oleh Toluto mengakibatkan Pengadilan Negeri Tarutung menghukum Toluto dengan 6 (enam) amar putusan untuk kasus gugatan Erty Panent yang pangkatnya diturunkan oleh Toluto setingkat lebih rendah dari III/d ke III/c. Ketua Majelis Hakim Dominggus Silaban di dampingi hakim anggota, Setia Sri Mariana dan Relson M Nababan menyatakan bahwa perbuatan tergugat I (toluto) merupakan perbuatan melawan hukum, menghukum Bupati Tapanuli Utara untuk melaksanakan eksekusi atas putusan PTUN Medan, Nomor :73/G/2009/PTUN Medan, tanggal 6 Januari 2010, jo putusan Pengadilan Tinggi TUN Medan, Nomor : 69/B/2009/PTUN Medan, tanggal 21 Januari 2010, jo putusan MA Nomor :431 K/TUN/2010, tanggal 17 Pebruari 2011 yang mempunyai kekuatan hukum tetap atas nama penggugat Erty Panent SE. Kemudian, menghukum agar Bupati Tapanuli Utara, membayar tunjangan jabatan penggugat selama 41 bulan yang untuk setiap bulannya Rp600 ribu, terhitung sejak Juli 2009, sampai putusan perkara tersebut dibacakan. Sehingga total tunjangan yang harus dibayarkan senilai Rp24.600.000. Selanjutnya, menghukum Torang Lumbantobing agar membayar kerugian penggugat untuk biaya transportasi akibat pemindahan tugas penggugat keluar Kota Tarutung, yakni dari domisili penggugat di Tarutung ke Kecamatan Pangaribuan, terhitung sejak April 2010 hingga Nopember 2012 senilai Rp35 ribu per hari dikali 31 bulan, yakni senilai Rp13.640.000 kepada Erty Panent SE. Pada poin ke-5 amar putusan majelis hakim dinyatakan, mengukum Torang Lumbantobing untuk membayarkan uang paksa sebesar Rp10 juta untuk setiap bulannya dan diserahkan kepada penggugat. Pembayaran uang paksa tersebut dibayarkan dari gaji/tunjangan Torang Lumbantobing setiap bulannya melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Balige, dengan ketentuan supaya pembayaran uang paksa dimaksud dilakukan secara berkesinambungan sampai dengan Bupati Tapanuli Utara mematuhi/melaksanakan isi putusan hakim PTUN yang telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan pada amar putusan ke-6, majelis hakim menyatakan, bahwa putusan itu dapat dilaksanakan serta merta, meskipun ada upaya hukum yang dilakukan oleh tergugattergugat. Tak hanya itu, hakim juga menyatakan bahwa seluruh ongkos perkara tersebut dibebankan kepada Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumbantobing yang diperkirakan mencapai Rp1.376.000,-.

Belum lagi keputusan Badan Pertimbangan Pegawai yang membatalkan keputusan Bupati Tapanuli Utara tentang pemberhentian 5 (lima) PNS dengan alasan tidak atas permintaan sendiri. Hal ini diketahui setelah Tumpak Hutabarat selaku Kepala Bagian Humas Badan Kepegawaian Negara memberikan komentar sebagaimana yang dikutip dari JPNN. Bupati tidak boleh cari-cari alasan lagi, pasalnya putusan BAPEK juga sudah dikirim ke bupati Taput, sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian, ujarnya. Kelima PNS dimaksud juga menerima salinan putusan. Ini sesuai ketentuan PP 24 Tahun 2011, pasal 11 ayat (6), yang menyatakan, " Keputusan BAPEK disampaikan kepada PNS yang mengajukan banding administratif, Pejabat Pembina Kepegawaian atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah, dan Pejabat lain yang terkait". Bagaimana jika kelima PNS tersebut belum juga diaktifkan kembali? Tumpak menyebutkan, secara hukum posisi kelima PNS itu cukup kuat karena sudah ada putusan BAPEK. "Mereka bisa menggugat bupati jika tak juga segera diaktifkan lagi," kata Tumpak Hutabarat kepada JPNN di Jakarta, kemarin (5/12). Hanya saja, Tumpak menyarankan, sebaiknya kelima PNS itu melakukan pendekatanpendekatan yang sifatnya kekeluargaan. Antara lain misalnya, menemui Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Taput. "Sampaikan saja, temui BKD, ini sudah ada surat putusan dari BAPEK, mohon segera ditempatkan (kerja, red) lagi," saran Tumpak. Jika masih juga mentok, Tumpak mengatakan, kelima PNS itu bisa langsung kerja lagi di tempat kerjanya yang lama, sebelum mereka diberhentikan oleh bupati. "Bisa langsung kerja lagi. Kerja lagi di tempat yang lama, nanti urusannya dengan Kepala Dinas-nya," kata Tumpak. Soal gaji, Tumpak menjelaskan, terhitung keluar SK pemberhentian dari bupati, hingga keluar putusan BAPEK, kelima PNS itu masih berhak menerima gajinya. "Kalau selama ini tidak dibayarkan, ya sekarang harus dibayarkan," cetusnya. Bahkan, Tumpak menyatakan siap memberikan penjelasan langsung kepada kelima PNS dimaksud. "Bisa telepon saya langsung untuk konsultasi. Biar saya jelaskan langsung," ujar Tumpak. Seperti telah diberitakan, pada sidang 22 Nopember 2012, BAPEK memutuskan membatalkan SK Bupati Taput Torang Lumbantobing yang memecat kelima PNS itu. Secara jelas, di situs resmi BAPEK, disebutkan lima nama PNS Taput, yang secara berurutan adalah Drs. Alpa Simanjuntak, M.Pd, Drs. Joksen, Drs. Sofian Simanjuntak, Ir. Longgam Panggabean, dan Junelia Pakpahan. Putusan Bapek sama untuk kelimanya, yakni pemecatannya dibatalkan. Toluto Disarankan jeli memilih penasehat

Dilain

pihak,

keputusan

Toluto

mengeluarkan

keputusan

yang

semena-mena

tentu

dilaksanakan setelah mendengar pertimbangan dan saran-saran dari para penasehat atau orang-orang terdekatnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Alain Delon Simanungkalit dalam kapasitasnya sebagai Ketua LSM Pemberantas Korupsi. Tidak mungkin Bupati (Toluto, red) mengambil keputusan tanpa mendengar pertimbangan-pertimbangan, saran dan nasehat dari orang-orang terdekatnya. Selayaknya Bupati mempertimbangkan lagi posisi dan jabatan mereka, tegasnya. (chompey)

Anda mungkin juga menyukai