Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN LINGKUNGAN MANAJEMEN LIMBAH

Disusun oleh: Sukma Putri Jaya P Nadiya Lifa Ningrum Cintya Windriya W Ulfi Rahmawati 105030200111092 105030201111100 105030201111111 105030204111009

FAKULTAS ILMU ADMISITRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Februari 2013

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manajemen Limbah.Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Manajemen Lingkungan. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak oleh karena itu izinkanlah penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan kepada Dosen mata kuliah Manajemen Lingkungan dan rekan sesama mahasiswa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi isi maupun dari segi penyusunan kalimat dan tata bahasanya.Untuk itu, penulis bersedia menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan lebih lanjut.atas perhatian dan penghargaan terhadap makalah ini penulis mengucapkan terimakasih.

Malang,Februari 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan di Indonesia khususnya bidang industri, senantiasa meningkatkan kemakmuran dan dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat kita. Namun di lain pihak, perkembangan industri memiliki dampak terhadap meningkatnya kuantitas dan kualitas limbah yang dihasilkan termasuk di dalamnya adalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Bila tidak ditangani dengan baik dan benar, limbah B3 akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Untuk mengatasi limbah (khususnya limbah B3) dapat digunakan metode biologis sebagai alternatif yang aman, karena polutan yang mudah terdegradasi dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang tidak berbahaya seperti CO2 dan H2O. Cara biologis atau biodegradasi oleh mikroorganisme, merupakan salah satu cara yang tepat, efektif dan hampir tidak ada pengaruh sampingan pada lingkungan. Hal ini dikarenakan tidak menghasilkan racun ataupun blooming (peledakan jumlah bakteri). Mikroorganisme akan mati seiring dengan habisnya polutan dilokasi kontaminan tersebut. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi terapan, karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun dari industri.Hal yang baru adalah bahwa teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun. Keberhasilan proses bioremediasi harus didukung oleh disiplin ilmu lain seperti fisiologi mikroba, ekologi, kimia organik, biokimia, genetika molekuler, kimia air, kimia tanah, dan juga teknik. Mikroba yang sering digunakan dalam proses bioremediasi adalah bakteri, jamur, yis, dan alga. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks. Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi.

1.2 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Limbah Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkandari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skalarumah tangga,industri,pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupagasdandebu,cairataupadat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbahBahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiapbahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandungbahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat ( toxicity, flammability, reactivity, dancorrosivity ) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baiksecara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkanlingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Dari pengertian limbah yang ada, limbah digolongkan menjadi dua jenis macam limbah yakni limbah organik dan limbah anorganik. Berikut penjelasannya: a. Limbah organik Limbah organik termasuk pada jenis limbah yang mudah diuraikan zat-zatnya mejadi partikel-partikel yang baik untuk lingkungan.Limbah organik bisa berupa sampah rumah tangga, sampah industri yang tidak menggunakan bahan kimia misalnya sampah sayur-sayuran dan sampah peralatan yang alami ataupun sampah hasil ternak.Limbah organik dari rumah tangga tidak hanya berpaku pada sampah-sampah yang berupa hasil olahan makhluk hidup saja tetapi Limbah apapun asalkan mampu diolah menjadi bendabenda yang lebih bermanfaat dan dapat diuraikan adalah limbah organik. b. Limbah anorganik Limbah anorganik merupakan limbah yang berasal dari limbah pabrik dan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan.Sumber daya alam yang tidak mampu untuk diuraikan menjadi partikel-partikel berguna inilah yang dikatakan limbah anorganik. Limbah industri anorganik yang tidak dapat diuaraikan ini akan berbahaya bagi kesehatan dan menjadi sampah yang tidak berguna bagi manusia maupun lingkungan sekitar. Limbah rumah tangga yang berupa benda-benda bekas

seperti plastik, kaleng bekas, botol-botol bekas dan peralatan lain juga dikatakan menjadi limbah anorganik karena limbah ini tidak mampu diuraikan.

2.1.1 Karakteristik B3 Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu: 1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane. 2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi. 3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit. 4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan benzoyl perioksida. 5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila berkontak dengannya. 6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida. 7. Radioactive

2.2. Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan.Hal ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa menyadari kita terkena penyakit tersebut.Penulis dalam kesempatan ini mendapatkan sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup menarik di dalam mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.

2.2.1. Keracunan Air Raksa Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir

Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh bulan, yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam perairan ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering.Berbagai penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan.Gejala keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan dan kaki terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas penglihatan menciut, ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap.Beberapa orang secara konstan merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas.Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang semakin parah. Melalui peristiwa ini, gambaran limbah B-3 begitu berbahayanya seandainya kita memakan ataupun mengkonsumsi ikan ataupun makanan yang mengandung merkuri. Walaupun seharusnya merkuri digunakan di dalam Industri plastik dan industri pertambangan, tetapi seharusnya hal tersebut tidak dibuang ke laut ataupun ke sungai dikarenakan membahayakan jiwa penduduk sekitar, begitu juga membahayakan diri kita sendiri seandai suatu saat nanti tanpa sadar anda memakan ikan yang berasal dari wilayah yang telah tercemari oleh pembuangan merkuri itu sendiri. Oleh karena itu kesadaran kepada para pihak yang selalu berurusan dengan Limbah B-3 untuk lebih memperhatikan kepentingan orang yang lebih banyak daripada mementingkan kepentingan perusahaan yang sedang anda jalankan sehingga para pihak di dunia industri juga memperhatikan tentang usaha-usaha untuk melanggengkan bisnis anda di suatu tempat.

2.2.2. Keracunan Cadmium Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Sypilis dan Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas. Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun titik langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena gagal jantung, kasus keracunan

Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang. Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun.Penyakit tersebut kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian dapat diakibatkan oleh gagal ginjal. Jika kita lihat dari uraian tentang Cadmium ternyata juga sangat membahayakan walaupun cadmium tersebut digunakan untuk pengobatan malaria dan penyakt syphilis atau raja singa.Oleh karena itu melalui uraian yang mungkin kebanyakan mengutip dari uraian buku yang penulis dapat tetapi setidaknya dengan adanya uraian tersebut dapat memberikan uraian yang cukup mengenai akibat dari Limbah B-3 yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya.Harapan tentang tidak terjadi pencemaran yang selalu diidam-idamkan masyarakat selama ini dapat tercapai dan bukan hanya untuk kepentingan uang semata, dimana masyarakat merasa tidak peduli dengan kesehatan mereka dikarenakan mungkin menurut mereka sudah bisa makan sehari saja merupakan berkah tak ternilai.Hal itu dikarenakan edukasi yang kurang yang diberikan oleh pihak yang seharusnya memberikan informasi bahwa dalam bekerja kesehatan itu penting.

2.3.

Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration. 2.3.1. Chemical Conditioning Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:

Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur Mendestruksi organisme pathogen Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

Concentratiothickening Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

Treatment, stabilization, andconditioning Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

De-wateringanddrying De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

Disposal Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2.3.2. Solidification/Stabilization Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi enam golongan, yaitu: 1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar 2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik 3. Precipitation 4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi. 5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat 6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing.Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkanKep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-

04/BAPEDAL/09/1995.

2.3.3. Incineration Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari

bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan

Anda mungkin juga menyukai

  • Artikel PB Sosek
    Artikel PB Sosek
    Dokumen6 halaman
    Artikel PB Sosek
    Shepchy Widyaningrum
    Belum ada peringkat
  • FCC
    FCC
    Dokumen7 halaman
    FCC
    Shepchy Widyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Form Topik Tugas Akhir
    Form Topik Tugas Akhir
    Dokumen4 halaman
    Form Topik Tugas Akhir
    Shepchy Widyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Modul 1
    Modul 1
    Dokumen11 halaman
    Modul 1
    Shepchy Widyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Shepchy Widyaningrum
    Belum ada peringkat
  • Alfisol
    Alfisol
    Dokumen3 halaman
    Alfisol
    Aulia Afellya
    Belum ada peringkat