Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN Seorang pria 27 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan jempol tangan kirinya bengkak sejak empat hari yang lalu akibat terkena pukul ketika kerja bakti. Beberapa jam setelah setelah kena pukul, jempol membengkak, sakit ringan dan sore harinya jempol terasa panas, sakit bila digerakkan, disertai meriang. Beberapa jam setelah diberi obat borehan dari daun Binahong, bengkak dan rasa sakit tersebut menjadi berkurang, namun timbul sedikit gatal, lalu pasien garuk dan timbul lecet. Akhirnya pada hari keempat badan menjadi lebih panas, rasa sakit memberat serta timbul bintik kekuningan pada bagian yang bengkak. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan febris (38,50C), takikardi, sedangkan tekanan darah dan frekuensi napas normal. Keadaan jempol lebih memerah, teraba hangat, nyeri tekan, konsistensi keras, sakit bila digerakkan dan ada bintik kuning. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit di atas normal (leukositosis), tetapi Hb dan trombosit normal. Hipotesis kami mengenai kasus ini adalah bahwa pasien mengalami infeksi pada jempol tangan kirinya, akibat kena pukul dan tidak segera ditangani. Hal ini dapat terlihat dari suhu tubuh pasien yang meningkat sebagai pertanda adanya sesuatu yang tidak beres pada tubuh pasien serta adanya bintik kekuningan yang kemungkinan besar adalah nanah. 1.1 Latar Belakang Masalah Hematologi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang timbul darinya. Salah satu gangguan/ kelainan hematologi pada sel darah putih adalah adanya leukositosis. Dalam keadaan normal jumlah leukosit yaitu 5.000-10.000/mm3. Leukositosis menunjukkan peningkatan leukosit yang umumnya nelebihi 10.000/mm3. Leukosit yang meningkat menunjukkan suatu respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari mikroorganisme. Leukositosis ini terjadi akibat respons terhadap infeksi, toksik maupun peradangan akut. Peradangan sebenarnya merupakan fenomena yang menguntungkan dan defensif, yang menghasilkan netralisasi dan eliminasi agen penyerang, penghancuran jaringan nekrotik, dan terbentuknya keadaan yang diperlukan untuk perbaikan dan pemulihan. Penyebab-penyebab peradangan banyak dan bervariasi, dan penting untuk memahami bahwa peradangan dan infeksi tidak sinonim. Dengan demikian infeksi hanya merupakan salah satu penyebab peradangan. Karena banyaknya keadaan yang mengakibatkan peradangan, maka pemahaman proses ini merupakan dasar ilmu biologi dan kesehatan. Tanpa memahami proses peradangan kita tidak mungkin mengerti prinsip-prinsip penyakit infeksi, prinsip-prinsip pembedahan, penyembuhan luka, dan respon terhadap berbagai trauma, atau prinsip-prinsip bagaimana tubuh menanggulangi bencana kematian jaringan seperti cedera serebrovaskuler (CVA, stroke), serangan jantung dan hal-hal serupa. Mengingat sangat pentingnya masalah peradangan ini, maka perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. Dengan diagnosa yang cepat dan penanganan sedini mungkin serta penatalaksanaan yang tepat, komplikasi dapat diatasi serta akan mendapatkan prognosa yang lebih baik. Oleh sebab itulah pada skenario ini mahasiswa dituntut untuk dapat memahami asal, pathogenesis, dan pathofisiologi dari peradangan otot yaitu miocitis, dengan gejala utama adanya peningkatan leukosit, serta mengetahui terapi yang tepat dalam tingkatan molekuler dan fisiologi supaya diagnosa dan pengobatan tidak terlambat. Serta dengan harapan, kasus ini dapat menjadi jembatan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dasar dalam penyelesaian masalah seperti ini, sehingga ketika telah menjadi dokter nanti dapat menjadi dokter yang terampil dalam menangani berbagai masalah pasien termasuk penanganan seperti kasus ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa jempol tangan kiri pasien menjadi bengkak, terasa panas dan sakit bila digerakkan setelah terkena pukul, bagaimanakah mekanismenya?

2. Mengapa beberapa jam setelah diberi obat borehan dari daun Binahong, rasa sakit dan bengkak tersebut menjadi berkurang, namun timbul rasa gatal? Kandungan apakah yang ada dalam daun tersebut? 3. Bagaimanakah mekanisme sampai timbul bintik kekuningan pada jempol tangan pasien yang bengkak? Apakah sebenarnya bintik kuning tersebut? 4. Mengapa dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan pasien yang tinggi (febris) serta adanya takikardi? 5. Mengapa jumlah leukosit pasien meningkat di atas normal (leukositosis) ?

6. Mungkinkah pasien mengalami infeksi pada jempol tangan kirinya? Jika ya, darimanakah asal infeksi tersebut? 7. Sakit apa sebenarnya pasien tersebut? Bagaimana pathogenesis dan pathofisiologi dari penyakit itu? 8. Bagaimanakah penataklaksanaan yang dapat diberikan dokter pada pasien tersebut, baik pemeriksaan yang harus dilakukan pasien, pengobatan atau terapinya maupun pencegahannya? Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Mampu memahami proses terjadinya peradangan/ Inflamasi, timbulnya infeksi pada tubuh seseorang serta proses terjadinya suatu respon imun dalam tubuh seseorang. 2. Mampu memahami mengenai Leukositosis dan apa-apa saja yang dapat menimbulkan keadaan tersebut. 3. Mengetahui manfaat dan kandungan dari salah satu obat herbal, yaitu daun Binahong. 4. Mampu memahami penyebab, pathogenesis, mekanisme terjadinya gejala dan tanda penyakit miositis. 5. Mampu memahami mengenai penatalaksanaan penyakit miositis/ peradangan otot, baik dari pemeriksaan yang harus dilakukan maupun pengobatan/ terapi serta pencegahannya. II. STUDY PUSTAKA DAUN BINAHONG Binahong adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi. Tumbuhan ini telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dan lain-lain. Seluruh bagian tanaman ini berkhasiat, mulai dari akar, batang dan daunnya. Pemanfaatannya bisa direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Tumbuhan merambat ini misterius karena belum banyak literatur maupun penelitian ilmiah yang mengungkapkan khasiatnya. Namun secara empiris, masyarakat memanfaatkannya untuk membantu proses penyembuhan berbagai penyakit, salah satunya menyembuhkan luka luar maupun dalam. Dalam suatu situs luar negeri, tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan Madeira Vine ini dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. Juga mengandung analgesik, minyak atsiri, kalium, aliin, saltivine, alkaloid, tannin, dan lain sebagainya. Kini tumbuhan ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. LEUKOSIT DAN PEMBENTUKANNYA Fungsi umum dari leukosit (sel darah putih) ini adalah sebgai system pertahanan tubuh melawan infeksi, dengan jumlah normal 5.000-10.000/mm3. Mekanisme pencegahan infeksi yaitu dengan dua cara : 1. Fagositosis merusak agent 2. Membentuk antibodi & limfosit yg disensitifkan menghancurkan dan membuat agent menjadi tdk aktif

1.3

Leukosit mempunyai kemampuan sebagai berikut : 1. Diapedesis: kemampuan menembus dinding pembuluh darah melalui lubang antar sel. 2. Gerak ameboid: kemampuan untuk bergerak. Gerak yg paling aktif adalah leukosit PMN (polymorfonuklear), yaitu neutrofil, eusinofil dan basofil. 3. Kemotaksis: kemampuan untuk menjauhi/mendekati suatu tempat karena adanya bahan kimia tertentu. Ex : hasil inflamasi yg berupa polisakarida. 4. Fagositosis: Kemampuan untuk memakan partikel. Jenis Leukosit ada granulosit, yaitu neutrofil sebanyak 62%, eusinofil 2,3% dan basofil 0,4%. Dan ada agranulosit, yati limfosit (30%) dan monosit 5,3%. Granulosit & monosit berfungsi terutama dalam melindungi tubuh dari organisme penyerang dengan cara fagositosis, sedangkan fungsi limfosit dan sel plasma berhubungan dengan sistem imun. PEMBENTUKAN LEUKOSIT (LEUKOPOESIS) Granulosit, monosit & sedikit limfosit dibentuk di sumsum tulang. Limfosit & sel plasma dibentuk di jaringan limfoid (kelenjar limfe, lien, tonsil). Granulosit sebagian besar disimpan dalam sumsum tulang sampai diperlukan di sirkulasi. Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid, sedikit yang secara temporer dibawa darah. Setelah dibentuk, sel-sel ini dibawa darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan.

Leukopoesis

Masa hidup leukosit yaitu, masa hidup granulosit sesudah dilepas dari sumsum tulang adalah 4-8 jam dalam darah, 4-5 hari dalam jaringan. Monosit mempunyai masa edar di darah 10-20 jam. Setelah masuk ke jaringan, sel-sel ini membengkak ukurannya menjadi makrofag, dalam bentuk ini dapat hidup berbulan-bulan/bertahun-tahun, kecuali bila melakukan fungsi fagosit. Sedangkan limfosit mempunyai masa hidup berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun (tergantung kebutuhan manusia). NEUTROFIL Ada dua jenis: neutrofil batang dan segmen, mempunyai fungsi seperti makrofag (tapi lebih lemah), mempunyai enzim proteolitik untuk mencerna bakteri dan protein asing, pada daerah yang mengalami inflamasi akan banyak terdapat neutrofil, setelah memfagositosis sel ini akan mati. EUSINOFIL Sel fagosit lemah, banyak terdapat di mukosa, usus dan jaringan paru, dapat mendeteksi adanya protein asing yang masuk dalam jaringan, eosinofil membawa histamin dari jaringan, pada alergi dan infeksi parasit jumlahnya meningkat. BASOFIL Mengeluarkan heparin, bahan yg mencegah pembekuan darah, melepaskan histamin, sedikit bradikinin dan serotonin (vasodilator), berperan juga dalam reaksi alergi, jumlah basofil naik setelah terjadi proses penyembuhan inflamasi dan pada penyakit kronis. LIMFOSIT

1.

2.

3.

4.

5.

Menjadi sel limfosit T dan limfosit B, terdapat di mana-mana (darah, jaringan limfoid, mukosa GIT, mukosa sal pernafasan), berperan dalam sistem imun, menghasilkan antibodi. MONOSIT Punya kemampuan berubah menjadi MAKROFAG, menghasilkan lisosom dan interferon, ikut bekerja sama dalam sistem imun, berperan pada radang kronis. PROSES INFLAMASI Peradangan/ Inflamasi merupakan reaksi lokal pada vaskuler dan unsur pendukung jaringan terhadap cedera atau kematian sel melalui pembentukan eksudat kaya protein serta merupakan respon protektif sistem imun non spesifik dengan melokalisasi, netralisasi dan menghancurkan agen pencedera. Penyebab inflamasi ini meliputi agens fisik, kimia, reaksi imunologik dan infeksi oleh organisme-organisme patogenik. Tanda-tanda dari Inflamasi adalah: Rubor (Kemerahan) Kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah peradangan. Reaksi peradangan menyebabkan arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler secara cepat terisi penuh darah (hiperemia/ kongesti), menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut. Kalor (Panas) Panas terjadi bersamaan dengan kemerahan. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan ke daerah yang normal. Dolor (Nyeri) Perubahan pH lokal/ konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung syaraf, begitu juga dengan pelepasan zat kimia tertentu seperti histamin. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal sehingga menimbulkan rasa nyeri. Tumor (Pembengkakan) Aspek paling mencolok dari peradangan akut adalah tumor yang dihasilkan oleh cairan dan selsel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan sel-sel yang tertimbun di daerah peradangan ini disebut eksudat. Pada kapiler darah normal dilapisi oleh sel-sel endotel, yang saling berikatan dengan erat, yang menyebabkan timbulnya sifat semipermeabel dari pembuluh darah ini, dimana molekul-molekul kecil dapat lewat, tetapi molekul besar seperti protein plasma tidak dapat lewat, tetap dalam lumen pembuluh darah. Sifat semipermeabel ini menimbulkan tekanan osmotik yang cenderung menahan cairan di dalam pembuluh darah, diimbangi oleh dorongan keluar tekanan hidrostatik di dalam pembuluh darah. Pada peradangan terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, yang menyebabkan sel-sel endotel yang berdekatan memisah, terjadi pergeseran keseimbangan osmotik, sehingga protein plasma bisa lewat, menumpuk dalam jaringan menyebabkan bengkak. Fungsio Laesa (Perubahan Fungsi) Bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal menjadikan organ/ bagian yang mengalami peradangan tidak berfungsi dengan baik. RESPON IMUN Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen karena adanya sistem imun yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen tersebut. Respon ini terbagi dua, yaitu Respon Imun Non Spesifik (Imunitas Bawaan/ Innate), respon terhadap zat asing, dimana tubuh sebelumnya belum pernah terpapar zat tersebut dan Respon Imun Spesifik (Imunitas Didapat/ Acquired), tubuh pernah terpapar sebelumnya oleh antigen tersebut. RESPON IMUN NON SPESIFIK Komponen-komponen utamanya adalah pertahanan fisik dan kimiawi (epitel dan substansi antimikroba yang diproduksi permukaan epitel), protein dalam darah (sistem komplemen),

mediator inflamasi, sitokin, sel-sel fagosit/ sel polymorfonuklear (neutrofil, eusinofil dan basofil), makrofag serta sel natural killer (NK). Pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen yang bersangkutan dengan proses fagositosis. Juga terjadi pada proses peradangan/ inflamasi. RESPON IMUN SPESIFIK A. Respon Imun Selular Melawan mikroorganisme intraselular dengan bantuan limfosit T-helper (Th) + MHC II dengan memproduksi berbagai limfokin, termasuk interferon untuk menghancurkan miroorganisme tersebut ataupun bantuan limfosit T-sitotoksik + MHC I dengan cara kontak langsung antar sel (ciuman maut) serta mengahsilkan interferon untuk mencegah penyebaran mikroorganisme ke sel-sel lain. B. Respon Imun Humoral Melawan mikroorganisme ekstraseluler dengan bantuan limfosit B yang menghasilkan antibodi (imunoglobulin). Differensiasi limfosit B satu klon sel plasma memproduksi dan melepaskan antibodi ke dalam darah antibodi berikatan dengan antigen kompleks antigen-antibodi mengaktivasi komplemen menghancurkan antigen tersebut. KOKKUS PENGHASIL NANAH BAKTERI PYOGENIS A. STAFILOKOKUS Bentuk bola, gram positif, tersusun tidak teratur, mudah tumbuh pada berbagi perbenihan dan metabolismenya aktif, pigmen putih sampai kuning tua, menghemolisis darah dan mengkoagulasi plasma, menyebabkan supurasi (nanah), pembentukan abses (penumpukan nanah), berbagai infeksi pyogenik bahkan septikimia, demam tidak terdeteksi, tumbuh paling cepat pada 370C dan paling baik pada 200C. B. STREPTOKOKUS Bulat, tersebar luas dalam alam, dapat menyebabkan panas/ demam yang lebih tinggi dari demam akibat bakteri stafilokokus, mempunyai toksin eritrogenik, bisa merupakan komplikasi dari infeksi lain, menimbulkan sepsis infeksi dari trauma mekanik, mudah menyebar dan menyebabkan petekie. MIOSITIS Miositis merupakan radang serabut otot, bisa hanya merupakan reaksi radang akibat trauma, atau berubah menjadi radang bernanah bila didahului adanya perlukaan. Radang bernanah ini dapat oleh karena masuknya mikroorganisme ke dalam luka. III. PEMBAHASAN Berdasarkan data-data yang telah diketahui pada kasus, dari hasil anamnesis diketahui bahwa jempol tangan kiri pasien mengalami pembengkakan, terasa panas, dan sakit bila digrakkan, setelah sebelum kena pukul. Keterangan ini menunjukkan adanya tanda-tanda peradangan/ inflamasi lokal pada jempol tangan pasien, akibat pukulan tersebut sehingga menimbulkan cedera. Diagnosis sementara ini diperkuat oleh hasil pemeriksaan fisik status lokalis (jempol kiri) pasien, yaitu adanya kemerahan, teraba hangat, nyeri tekan, konsistensi keras serta lebih sakit bila digerakkan, dimana berdasarkan tinjaun pustaka gejala tersebut merupakan tanda-tanda terjadinya peradangan/ inflamasi. Dari hasil anamnesis juga didapatkan keterangan, bahwa sebelumnya pasien memberikan obat borehan daun Binahong pada jempol tangannya yang bengkak, dan beberapa jam setelah itu didapatkan rasa sakit dan nyeri pada jempol tersebut berkurang, tapi timbul sedikit gatal. Hal ini menunjukkan, kemungkinan besar ada kandungan tertentu dari daun Binahong tersebut yang dapat mengurangi suatu pembengkakan dan nyeri. Dan dari hasil tinjauan pustaka, didapatkan bahwa memang benar Binahong merupakan tanaman obat/ herbal yang dikenal memiliki khasiat untuk penyembuhan yang luar biasa, dimana secara empiris hal ini telah ada buktinya dari hasil pengalaman banyak orang/ masyarakat yang telah menggunakannya, seperti menyembuhkan luka akibat tembakan dan operasi caesar. Dikatakan bahwa semua bagian tanaman ini berkhasiat, mulai dari akar, batang maupun daunnya, dimana dengan menumbuk halus daun tersebut dan mengoleskannya pada bagian yang sakit dapat mengobati rasa sakit tersebut serta menyembuhkan memarnya. Walaupun belum banyak literatur maupun penelitian ilmiah yang mengungkapkan khasiat dari tumbuhan Binahong ini, khususnya daunnya, namun dalam sebuah situs luar negeri

terpercaya, diungkapkan bahwa tumbuhan ini memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus serta mengandung alkaloid dimana derivat semisintetik dari alkaloid merupakan golongan obat analgesik opioid, yang terutama digunakan untuk meredakan/ menghilangkan rasa nyeri. Dari sini dapat disimpulkan bahwa rasa sakit dan bengkak pada jempol pasien yang berkurang setelah diberikan obat borehan daun Binahong adalah karena kandungan alkaloid yang ada pada tumbuhan tersebut. Sedangkan rasa gatal yang juga timbul setelah diberi obat borehan tersebut, kemungkinan karena timbulnya reaksi alergi pada tubuh pasien, dimana salah satu indikasi dari alkaloid adalah terkadang menimbulkan pruritus, yaitu rasa gatal dan timbulnya sensasi kulit untuk menggosok/ menggaruknya akibat pelepasan histamin dari basofil atau pengaruh langsung alkaloid pada syaraf. Untuk timbulnya bintik kekuningan kemungkinan besar adalah nanah akibat infeksi pada daerah tersebut, melalui lecet yang terjadi sehingga memungkinkan masuknya mikroorganisme patogen tertentu, khususnya bakteri pyogenis, stafilokokus/ streptokokus, dimana jika bakteri tersebut mati akan mengeluarkan zat yang berwarna kuning dan timbulah nanah. Namun untuk mengetahui lebih pasti pasien terkena infeksi bakteri apa, mesti dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga penanganan dapat lebih efektif. Adanya peradangan dan infeksi diperkuat oleh hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium yang menunjukkan suhu badan tinggi (febris). Ini menunjukkan suatu respon fisiologik dari tubuh akibat adanya suatu infeksi pada bagian/ organ tertentu dari tubuh. Dan adanya leukositosis semakin memperkuat diagnosis adanya peradangan dan infeksi, terutama infeksi peradangan otot (miositis) pada jempol tangan kiri pasien, dimana berdasarkan tinjauan pustaka di atas fungsi umum dari leukosit (sel darah putih) adalah sebgai system pertahanan tubuh, yang akan meningkat bila terjadi suatu peradangan maupun infeksi pada tubuh seseorang. Sedangkan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan takikardi menunjukkan mekanisme kompensasi dari sirkulasi yang abnormal yaitu darah lebih banyak mengalir pada daerah cedera, dibanding daerah sekitar lainnya, sehingga jantung memompa lebih keras untuk mengkompensasi hal tersebut. Selain itu takikardi juga sebagai kompensasi dari suhu tubuh pasien yang tinggi. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI Kena pukul pada jempol tangan kiri cedera menimbulkan peradangan/ inflamasi arteriol vasokontriksi sementara kemudian vasodilatasi darah mengalir lebih banyak ke dalam mikrosirkulasi lokal (jempol kiri tangan) Kongesti/ Hiperemia kapiler cepat terisi penuh darah KEMERAHAN LOKAL (RUBOR) darah lebih banyak dialirkan pada daerah cedera dibanding daerah normal PANAS LOKAL (KALOR) sel-sel mast (basofil jaringan) melepas histamin meningkatkan permeabilitas kapiler kehilangan plasma darah dalam jaringan cairan kaya protein bocor, masuk ke daerah cedera menumpuk jadi eksudat BENGKAK (TUMOR) menekan syaraf/ peningkatan tekanan lokal, serta pengaruh dari pelepasan histamin yang merangsang syaraf NYERI (DOLOR) bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal, lingkungan kimiawi lokal yang abnormal FUNGSI ABNORMAL (FUNGSIO LAESA) daerah cedera diberi obat borehan daun Binahong alergi/ akibat pelepasan histamin pada daerah cedera GATAL digaruk LECET mikroorganisme patogen masuk, bakteri pyogenis INFEKSI PANAS, sebagai respon tubuh berusaha melawan infeksi/ bakteri tersebut (RESPON IMUN) TAKIKARDI leukosit meningkat (LEUKOSITOSIS) terjadi peningkatan neutrofil pada daerah cedera, tertarik oleh mediator kemotaksis, seperti dari histamin oleh basofil, vasoactive amine oleh trombosit/ anafilatoksin oleh komplemen menarik neutrofil menuju bakteri (antigen) antigen mengalami opsonisasi oleh imunoglobulin/ oleh komplemen antigen masuk dalam neutrofil dengan endositosis neutrofil mengalirkan sitoplasma di sekeliling bakteri memasukkan partikel tersebut dalam sitoplasma terperangkap dalam kantung fagosom (ditelan) bakteri tersebut dibunuh oleh neutrofil sel yang terinfeksi dihancurkan oleh sel NK neutrofil mati setelah fagositosis kematian neutrofil dalam jumlah banyak tertimbun dalam jaringan membebaskan enzim hidrolitik mencerna jaringan di bawahnya mencairkan bakteri pyogenis zat warna kuning BINTIK KUNING/ NANAH.

PENATALAKSANAAN/ TERAPI

1. Kuratif dengan pemberian obat, baik topical (local), oral (diminum), maupun parentheral (suntikan). a. Simtomatis obati gejala dari penyakit yang dialami pasien, yaitu obat anti nyeri untuk gejala nyerinya, antihistamin untuk gatalnya, obat panas untuk panasnya. b. Kausal mengibati asal penyakit tersebut. Untuk kasus ini dengan antibiotic sesuai infeksi bakteri apa yang diderita pasien. 2. 3. 4. 5. Preventif (pencegahan) pemberian antiseptic setelah terpukul. Promotif penyuluhan mengenai infeksi/ luka dan pengobatannya. Suportif (penunjang) Rehabilitatif (rawat jalan)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dilihat dari gejala-gejala pada si anak serta hasil-hasil pemeriksaan anamnesis, fisik dan laboratorium, diagnosa dari kasus ini adalah adanya inflamasi/ peradangan pada jempol tangan kiri pasien akibat kena pukul. Dan timbulnya infeksi oleh mikroorganisme, bakteri pyogenis yang masuk dalam daerah cedera dari lecet yang timbul akibat digaruk, kemungkinan dari kuku si pasien yang mengandung bakteri tersebut. Diperlukan penanganan dengan cepat agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut/ menyebar sehingga menimbulkan keadaan yang lebih fatal (infeksi sitemik). SARAN Diharapkan kita tidak menganggap remeh luka yang kecil akibat sesuatu, maupun penyakitpenyakit lain, karena dari luka kecil tersebut jika tidak segera diobati dapat menjadi masalah yang lebih besar yaitu timbulnya infeksi seperti pada kasus ini. Selain itu diharapkan agar kita tidak sembarangan menggunakan obat herbal yang diracik sendiri sebelum kita mengetahui tata cara pemakaian dan pembuatannya dengan benar, karena jika kita tidak berhati-hati, bukan kesembuhan yang terjadi, tetapi malah akibat yang lebih buruk dari sebelumnya. Saran lain, yaitu pada kasus ini dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai infeksi bakteri apa yang diderita pasien sehingga penanganan dapat lebih tepat dan efektif. V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2007.

Binahong

Si

Misterius

Kaya

Khasiat.

http://darfaherba.blogspot.com/feeds/posts/default Dorland, W.A.Newman; Alih bahasa Hartanto, Huriawati dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta:EGC Ganong, William F; Alih bahasa Widjajakusuma, Djauhari. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC Jawetz, Ernest; Alih Bahasa Tonang H. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta:EGC

Kresno, Siti Boedina. 2007. Imunologi, Diagnosis dan Prosedur Laboratorium Edisi 4. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M; Alih bahasa Pendit, Brahm U. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC Rukmono dkk. 1973. Patology UI. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia Sacher, Ronald A dan McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC Sherwood, Lauralee; Alih bahasa Pendit, Brahml. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC Syarif, Amir dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI Ilmu Penyakit Dalam FK UI Widmann, Frances K; Alih bahasa Kresno, Siti Boedina dkk. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil PemeriksaanLaboratorium. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai