Anda di halaman 1dari 46

1.

Sejarah Asal dan Perkembangan Manusia Ditinjau dari Segi

Biologisnya Oleh : Sabrina Maharani Pratama ( 121610101061 ) A. Teori Evolusionisme

Menurut Charles Darwin, seleksi dan adaptasi adalah proses evolusi yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekologis sekitar. Penguasa Eropa lain yang juga mengadopsi dan menerima teori Darwin diantaranya adalah Spanyol, Portugis, Inggris. Dampak yang terjadi pada seleksi alamiah adalah pada perubahan anatomis dan struktural spesies dalam teori evolusi Darwin itu telah mempengaruhi kuatnya pemikiran intelektual dalam separuh kedua abad ke-19 di dunia, khususnya daerah bagian Eropa. Pemikiran evolusionisme Darwin menyatakan bahwa semua bentuk kehidupan dan jenis-jenis makhluk hidup yang ada di muka bumi ini mengalami proses evolusi. Pemikiran evolusi ini diterapkan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis proses-proses evolusi sosial budaya masyarakat. Salah satunya adalah pemikiran Herbert Spencer, salah seorang tokoh evolusionis, yang berpendapat bahwa perkembangan masyarakat dan kebudayaan tiap-tiap bangsa di dunia telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama (evolusi universal). Menurut teori untuk bentuk-bentukDalam proses evolusi biologi yang telah berlangsung sangat lama, telah banyak bentuk makhluk sederhana yang hilang dan punah dari bumi. Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam masyarakat dan kebudayaan manusia di seluruh belahan dunia, selain dikenal adanya teori evolusi juga dikenal adanya teori difusi. Menurut pemikiran Difusionisme, kebudayaan manusia itu pangkalnya adalah satu dandi suatu tempat tertentu, yaitu pada waktu manusia baru saja muncul di dunia. Kemudian kebudayaan induk

tersebut berkembang dan menyebar ke dalam banyak kebudayaan barudikarenakan pengaruh lingkungan hidup, alam, dan waktu. Pemikiran Darwinisme dan pemikiran Evolusionisme pada akhirnya mengalami perkembangan yang memunculkan pemikiran neo-darwinisme dan neoevolusionisme.

Neo-darwinisme berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia adalah perpanjangan (berasal) darimakhluk hewan yang berwujud manusia yang berevolusi. Sementara itu di lain pihak neo-evolusionisme berpendapat bahwa evolusi tidak harus selalu diartikan atau disamakan dengan kemajuan, seperti dari kondisi sederhana menjadi kompleks. Perbedaan kedua pemikiran ini menunjukkan apa sesungguhnya manusia, dan perbedaannya dengan makhluk yang lainnya.

Oleh : Retno Widyastuti ( 121610101066 ) Apabila memperbincangkan mengenai asal usul dan perkembangan manusia yang ditinjau dari segi biologisnya, dasarnya tidak terlepas dari teori teori evolusi yang membicarakan mengenai asal usul dan perkembangan seorang manusia. Menurut Charles Darwin (1890 - 1892), evolusi yaitu proses perubahan struktur makhluk hidup dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks dan berlangsung dari generasi ke generasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

Ada berbagai perdebatan tentang apakah manusia modern sekarang ini berkembang di Afrika, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia atau berkembang dari manusia Neanderthal di Eropa. Dalam hal ini, pendapat pendapat tersebut dihadapkan dengan suatu periode waktu yang sangat panjang dan tidak bisa begitu saja dipastikan. Para peneliti juga pernah menemukan lukisan gua di Perancis Selatan yang diperkirakan sudah ada sejak 30.000 tahun sebelum Masehi. Paparan tersebut menyatakan bahwa terdapat problem fundamental di dalam penelitian ilmiah tentang asal usul manusia, yakni bahwa suatu bukti fisik yang kecil seringkali dijadikan suatu fondasi bagi teori besar tentang perkembangan dan proses migrasi manusia purba. Pernyataan umum mengenai teori evolusi menempatkan posisi manusia pada prespektif yakni manusia terdiri kode kode genetis yang ternyata juga dimiliki oleh seluruh makhluk yang ada di dunia ini. Pada tahun 1871 Darwin akhirnya merasa sudah waktunya untuk mengemukakan kepada publik topik tentang asal usul manusia. ia

menguraikan alasan untuk mempercayai bahwasanya manusia dan kera memiliki leluhur jauh yang kurang lebih sama dan bahwasanya semua ciri manusia, tidak peduli sebagaimana anehnya, telah berevolusi melalui serangkaian langkah yang bertahap. Walaupun teori darwin ini menuai banyak protes dari kebanyakan ilmuan yang beranggapan bahwa manusia sebagai mahluk yang terpisah dari dunia hewan. Sebagian dari para ilmuan tersebut teguh dengan keyakinannya bahwa asal usul manusia terjadi secara bertahap dan melalui tahap seleksi alamiah sendiri. Penjelasan tersebut menjelaskan kita mengenai asal usul dan perkembangan manusia yang di mulai dari jaman pra sejarah yang berkembang menjadi jaman sejarah, hingga akhirnya berkembang menjadi jaman globalisasi seperti sekarang ini. Melalui perkembangan jaman tersebutlah, berkembang pula manusia yang menurut teori Darwin, bahwa kera dan manusia memiliki nenek moyang yang tidak jauh berbeda, yang walaupun teorinya tersebut menuai banyak kontroversi. Perkembangannya tersebut dapat terlihat dan dirasakan hingga saat ini, baik dari segi bentuk tubuh, volume kepala, peningkatan fungsi kerja anggota tubuh, sampai cara berpikir yang dulunya primitive menjadi modern seperti sekarang ini. Sumber : http://carapedia.com/asal_usul_manusia_info673.html Charles Darwin dalam bukunya The Descent of Man (1871), Darwin

mengeluarkan dua hipotesis. Pertama dia menunjuk Afrika sebagai tanah leluhur manusia berdasarkan kemiripan anatomi simpanse dan gorila. Kedua ia mensyaratkan bahwa bisa dianggap sebagai manusia adalah bipedal (melangkah dengan dua kaki). Hipotesisnya tersebut, berkaitan dengan kemunculan Hominid. seperti yang diungkapkan Rodman & Henry , 1980, ciri Hominid yaitu, bipedal dan berjalan dengan dua kaki. Keuntungan dari jalan dengan dua kaki adalah mereka bisa mengawasi predator dan mangsa mereka sama baiknya. Dengan tangan yang bebas dari tanah mereka juga bisa memasok makanan ke sarang lebih banyak. Dengan demikian mempengaruhi perkembangan fisik mereka. Dan berkembang terus lebih baik. Sistem bipedal juga hemat energi dibanding dengan berjalan dengan empat kaki. Di tahun 2002 , terhitung 22 hominid di temukan . beberapa diantaranya adalah :

1. Sahelantropus Tchadensis (7-6 juta tahun lalu), diduga batas perpisahan antara leluhur manusia dan simpanse 2. Orrorin tugunensis, dan Ardiphitecus ramidus kaddabba (6-5 juta tahun lalu) 3. Ardiphitecus anamensis (5-4 juta tahun lalu ) 4. Australophitecus aethipiocus , Garhi , dan anggota genus homo tertua , Homo Rudolfensis (3-2 juta tahun lalu ) 5. Periode kepunahan genus australophitecus dan malah jumlah genus homo bertambah (Homo Ergaster , Homo Habilis , Homo Erectus) (2-1

juta tahun lalu ) 6. Homo antecessor, heidelbergensis, neanderthal dan homo sapiens (1 juta tahun lalu)

2. Terjadinya aneka warna yang berpredikat manusia dilihat dari ciri-ciri tubuh. Oleh : Annaasa Nur Hidayah ( 121610101065 )

Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-jenis seperti halnya binatang dan tumbuhan. manusia sebagai mahluk tuhan tetaplah berjenis satu. Keragaman manusia di maksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah mahluk individu yang setiap individu memiliki cirri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama di tinjau dari sipat-sipat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Contoh, sebagai mahasiswa baru kita akan

menjumpai teman-teman mahasiswa lain dengan sipat dan watak yang bergam. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menemukan keragaman akan sipat dan ciri-ciri khas dari setiap orang yang kita jumpai. Jadi manusia sebagai pribadi adalah unik dan beragam

Selain

makhluk

individu,

manusia

juga

makhluk

social

yang

membentuk persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarajat sebagai persekutuan itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, agama, budaya, ekonomi, status social, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, dan lain-lain. Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang

membentuk keragaman dalam masyarakat.

Beberapa para ahli mengemukakan :

William A. Havilland : Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Koentjaraningrat

: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat

manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Antropologi adalah suatu ilmu yang ingin mempelajari manusia dan perkembangannya, baik pada saat sekarang-lampau-prasejarah Perkembangannya meliputi : Fisik, pola kehidupan, susunan kekerabatan, tingkah laku dan kebudayaan. Secara umum antropologi dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Antropologi fisik 2.Antropologi budaya

Antropogi fisik terbagi menjadi lagi menjadi 2, yaitu paleoantropologi dan antropologi fisik. Sedangkan antropologi budaya terbagi lagi meliputi etnografi,etnologi,antropologi linguistik,foeklore, dan antropogi sosial.

Namun,dalam kali ini akan membahas Antropologi fisik. Antropologi fisik adalah ilmu yang mengandung pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuh baik lahir maupun sifat bagian dalam ( warna kulit,warna dan bentuk rambut,bentuk muka,hidung dan bentuk tubuh). Setiap antropologi yang memulai penelitian lapangan perdana nya, padau m u m n ya m e n c a r i s u a t u b a n g s a a t a u k e l o m p o k y a n g b e l u m p e r n a h d i t e l i t i . Tujuannya sudah jelas adalah untuk memperluas arena perbandingan di sampinguntuk merekam berbagai budaya sebelum budayabudaya itu lenyap.A n t r o p o l o g i m e m a n g m e r u p a k a n s t u d i t e n t a n g m a n u s i a . I a t i d a k h a n ya sebagai suatu disiplin ilmu yang bersifat akademis tetapi juga merupakan suatucara hidup yang berusaha menyampaikan kepada para mahasiswa apa yang telahdiketahui orang.A n t r o p o l o g i pada fisik

memusatkan

perhatiannya

manusia

s e b a g a i organisme biologis yang tekanannya pada upaya melacak evolusi perkembanganm a n u s i a d a n m e m p e l a j a r i p a r i a s i - p a r i a s i b i o l o g i s dalam spesies manusia.

Antopologi fisik terdapat berbagai eragaman Etnis, Ras, dan Budaya. Selaras dengan ungkapan di atas-yang mencoba menggali dan

merekonstruksi makna berbangsa- disini mencoba memaparkan dan membahas lebih jauh makna etnis dan ras. Sebab, dalam suatu bangsa terdapat beragam etnis dan ras, yang sudah wajar terdapat beragam kultur. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, membangun pemahaman yang kritis tentang makna etnis dan ras adalah sangat penting. Sering kali pengertian etnis dan ras terlihat saling tumpang-tindih ketika menyebutkan kedua kata tersebut. Padahal keduanya mempunyai makna yang sama kali berbeda. Kata etnis berasal dari kata Yunani ethnos yang merujuk pada pengertian bangsa atau orang. Acap kali ethnos diartika sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya, dan lainlain-lain, yang pada gilirannya mengindikasikanadanya kenyataan kelompok minoritas atau mayoritas dalam suatumasyarakat. Misalnya, penyebutan Eurocentric untuk menerangkan kebudayaan yang berpusat pada mayoritas etnik dan ras dari orang-orang Eropa; Chinacentric untuk menyebutkan kebudayaan yang berorietasi pada Cina; Jawacentric untuk menjelaskan kebudayaan yang berorientasi pada Jawa, dan lain-lain.65 Jadi, istilah etnik ini mengacu pada suatu kelompok yang sangat fanatik dengan ideologi kelompoknya, tidak mau tahu ideologi kelompok lain. Dan hal penting lain yang harus digaris bawahi dari pengertian etnis adalah bahwa etnis itu terbentuk berdasarkan definisi sosial dan bukan merupakan definisi yang didasarkan pada faktor keturunan atau biologis. Contohnya, orang Sunda dan Betawi secara fisik mungkin terlihat sama, akan tetapi jika dilihat latar belakang sosio-kultural keduanya, ternyata mereka berasal dari etnis yang berbeda.

Pengertian etnis,

secara tegas,

adalah lebih didasarkan pada ciri-ciri

sosio-kultural seperti agama, bahasa, asal suku, asal negara, dan tata cara hidup sehari-hari. Misalnya, anak seorang keturunan Belanda, berkulit putih dan bermata biru, tinggal bersama suatu keluarga Bali sejak kecil, kemudian anak itu tumbuh dewasa sebagaimana umumnya orang Bali; berbahasa, beragama, bertatacara

hidup sebagaiman orang Bali. Maka, secara sosio-kultural, apabila mengikuti makna etnis sesuai pengertian di atas, anak tersebut tidak bisa disebut ber-etnis Belanda, tetapi lebih layak disebut ber-etnis Bali.

Menurut Narroll, kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang (1) secara biologis mampu berkembang biak dan tumbuh, (2) mempunyai nilainilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; (3) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; (4) menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Thomas Sowell, yang menulis tentang ethnic of Americ,

mengemukakan bahwa kelompok etnik merupakan sekelompok orang yang mempunyai pandangan dan praktik hidup yang sama atas suatu nilai dan norma. Misalnya, kesamaan agama, negara asal, suku bangsa, kebudayaan, bahasa, dan lain-lainnya yang semuanya berpayung pada satu kelompok yang disebut kelompok etnik. Sementara itu, Fredrick Barth dan Zastrow mengatakan, bahwa etnik dalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa atau kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya. Koentjaraningrat memaksudkan etnik sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta sistem kepemimpinan sendiri. Sementara itu, dalam kaitannya dengan bangsa, etnik (kelompok etnik) merupakan konsep yang dipakai silih berganti untuk menerangkan suatu bangsa seperti Indonesia, dari sudut pandang kebangsaan yang melatar belakangi perkembangan kebudayaan.Martin Bulmer mengatakan, etnik atau yang selalu disebut kelompok etnik adalah satu kelompok kolektif manusia dalam penduduk yang luas, yang memiliki kenyataan atau ceritera asal-usul yang sama, mempunyai kenangan terhadap masa lalu, yang terfokus pada satu unsur simbolik atau lebih yang mendefinisikan identitas kelompok, seperti kekerabatan, agama, bahasa, pembagian wilayah, tampilan nasionalitas dan fisik (suku bangsa dan fisik), yang anggotanya sadar bahwa mereka merupakan anggota dari kelompok tersebut. Diana mengemukakan, etnik atau kelompok etnik adalah kumpulan

orang yang dapat dibedakan terutama oleh karakteristik kebudayaan atau bangsa, yang meliputi: (1) keunikan dalam perangai (trait) budaya; (2) perasaan sebagai satu komunitas; (3) mempunyai perasaan etnosentrisme; (4) status keanggotaan yang bersifat keturunan atau ascribed status; dan (5) berdiam atau memilki territorial tertentu. Glazer mendefinisikan sebagai sebuah keluarga dengan identitas sosial yang jelas seperti kesamaan agama misalnya orang Belanda, atau kesamaan bahasa seperti orang Belgia, atau kesamaan sejarah, pengalaman hidup, bahkan Mengacu kesamaan beberapa pengertian mitos etnik di atas, maupun maka dapat mistis. diambil

pengertian yang komprehensif. Pertama, etnik adalah suatu kelompok sosial yang mempunyai tradisi kebudayaan dan sejarah yang sama, dan karena kesamaan itu mereka memilki suatu identitas sebagai suatu sub-kelompok dalam masyarakat yang luas. Kelompok etnik sering kali dipakai secara bergantian dengan kelompok ras, karena kelompok ras selaim memilki karakteristik yang dimiliki etnik, juga mempunyai karakteristik yang sama (misalnya, Afrika-Amerika). Kedua, etnik adalah suatu kelompok individu yang memilki kebudayaan yang berbeda, namun di antara anggotanya merasa memilki semacam sub-kultur yang sama. Ketiga, etnik merupakan suatu kelompok yang memilki domain tertentu, yang biasa disebut dengan etnikc domain. Dalam hal ini, Susane Langer mengatakan bahwa kerap kali kelompok etnik itu mempunyai peranan dan bentuk simbol yang sama, memilki kesenian yang sama, yang diciptakan dalam ruang dan waktu mereka. Ada imajinasi yang sama atau arsitektur yang sama yang mereka ciptakan secara virtual (nyata).

Sumber:

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2243484-keragaman-

etnis-ras-dan-budaya/#ixzz267jm2IBv

Oleh : Arum Risalah ( 121610101060 )

Dipandang dari segi ilmu eksakta, manusia adalah kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia ( ilmu kimia ). Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi ( ilmu fisika ). Manusia merupakan mahluk biologis yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia ( biologi ). Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus ( ilmu ekonomi ). Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri ( sosiologi ), mahluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan ( politik ). Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Pulau-pulau di Indonesia berjumlah 13. 667 pulau besar dan kecil. Pulau-pulau itu membentang dari Sabang sampai Merauke. Dahulu, orang Indonesia berasal dari nenek moyang yang sama. Yaitu bangsa Yunan. Kemudian mereka berpencar. Karena berada di tempat yang letaknya terpisah-pisah oleh alam baik gunung, hutan, laut maupun sungai, maka terbentuklah berbagai suku bangsa. Suku bangsa tersebut memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Secara fisik pun kadang memiliki ciri khas tersendiri. Pengelompokan masyarakat membentuk kriteria diferensiasi social, antara lain : Diferensiasi Ras

Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki cirri-ciri fisik bawaan yang sama. Diperensiasi ras adalah ciri-ciri pengelompokan masyarakat fisiknya.

berdasarkan

Secara garis besar manusia terbagi kedalam ras-ras sebagai berikut: a. 1) 2) Menurut A..L. Krober

Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin). Mongoloid

- Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur). - Malayan Mongoloid (Asia Tenggara dan Penduduk Asli Taiwan). - American 3) Kaukasoid (Erofa (Erofa Utara, Tengah sekitar dan Laut Erofa Baltik). Timur). Mongoloid (Penduduk asli Amerika).

- Nordic - Alpine

- Mediterania (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran). - Indic 4) (Pakistan, Negroid Negroid (Benua Afrika). India, Bangladesh, Sri Langka).

- African

- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama - Malanesian 5) pokok) - Bushman - Veddoid - Polynesian (gurun (pedalaman (kepulauan Kalahari, Sri Langka, Micronesia, Afrika Sulawesi dan Selatan). Selatan). Polinesia). orang (Irian, Semang, Filipina). Melanesia).

Ras-ras Khusus (tidak dapat diklasifikasikan kedalam empat ras

- Ainu ( di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang). b. Menurut Ralph Linton 1) Mongoloid Ciri-ciri: - kulit kuning sampai sawo mateng - rambut lurus - bulu badan sedikit - mata sipit (Asia Mongoloid) Mongoloid Asia : Sub Ras Tionghoa (Jepang, Vietnam, Taiwan) Sub Ras Melayu (Malaysia, Filipina, Indonesia) Mongoloid Andian (orang Indian di Amerika) 2) Kaukasoid Ciri-ciri: - hidung mancung

- kulit putih - rambut pirang sampai coklat kepirang kehitaman - kelopak mata lurus Ras Nordic Alpin Mediteran Armenoid India

3) Negroid Ciri-ciri: - rambut keriting - kulit hitam - bibir tebal - kelopak mata lurus Sub Ras Negroid Nilitz Negro Rimba Negro Oseanis Hetentot Boysesman Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras, antara lain: Negrito, suku Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya. Veddoid, suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatra Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi. Neo Melanosoid, kepulauan Kei dan Aru. Melayu: - Melayu Tua (Proto Melayu), orang Batak, Toraja dan Dayak. - Melayu Muda (Deutro Melayu), orang Aceh, Minang, Bugis/Makasar. 1. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis) Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras, namun suku bangsa memiliki kesamaan

budaya sebagai berikut: - Ciri fisik - Bahasa daerah - Kesenian - Adat-istiadat Suku bangsa yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut:

- Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkuku, Jambi, Palembang, Melayu dan sebagainya. Pulau Pulau Jawa : Sunda, : Jawa, Dayak, Tengger Banjar dan dan sebagainya. sebagainya.

Kalimantan

- Pulau Sulawesi : Bugis, Toraja, Minahasa, Toil-Toli, Makassar, Bolaangmangondow, Gorontalo dan sebagainya.

- Kepulauan Nusa Tenggara : Bali, Bima Lombok, Flores, Timoer, Rote. - Kepulauan Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani Asmat. 2. Diferensiasi Klen (Clan) Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi). Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal). Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) terdapat pada: - Masyarakat Batak (sebutan Marga) - Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin. - Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar. - Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay. - Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit. - Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani,

Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw. - Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira. Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat : - Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampung-kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai dan sebagainya. - Masyarakat Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system matrilineal.

Sumber : Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial oleh Dadan Wahidin

3. Mengenai masalah sejarah: asal, perkembangan dan persebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia.

Oleh : Astinia Widyastuti

( 121610101069 )

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan). Seperti yang dikatakan Ernest Casirrer (1951: 32) bahwa manusia adalah mahluk yang paling mahir dalam menggunakan simbol-simbol, sehingga manusia disebut Homo Symbolicum. Karena itulah manusia dapat berbahasa, berbicara, melakukan gerakan-gerakan lainnya yang juga banyak dilakukan oleh mahlukmahluk lain yang serupa dengan manusia. Akan tetapi hanya manusia yang dapat mengembangkan sistem komunikasi lambang/simbol yang begitu kompleks karena manusia memang memiliki kemampuan bernalar. Di sinilah antropologi linguistik berperan. Ia merupakan deskripsi sesuatu bahasa (cara membentuk kalimat atau mengubah kata kerja) maupun sejarah bahasa yang digunakan (perkembangan bahasa dan saling mempengaruhi sepanjang waktu). Dari kedua pendekatan ini menghasilkan informasi yang berharga, tidak hanya mngenai cara orang berkomunikasi, akan tetapi juga tentang bagaimana memahami dunia luar. Bahasa Sunda misalnya mengenal bentuk jamak seperti: kata damang karena jamak menjadi daramang; kata sae menjadi sarae; kata angkat menjadi arangkat, dan sebagainya. Sehingga contoh penggunaannya menjadi: Kumaha bapa, ibu, daramang ? (Bagaimana bapa, ibu, sehat-sehat ?); Kembang eta mani

sarae pisan (Bunga-bunga itu bagus-bagus sekali); Bade arangkat kamana ieu teh ? (Pada mau berangkat kemana ini ?). Keadaan seperti ini dapat membantu kita untuk memahami maupun mengidentifikasi hal-hal yang dianggap mempunyai arti khusus dalam kebudayaan yang beragam. Di sinilah melalui studi linguistik para ahli antropologi dapat mengetahui lebih baik bagaimana pendapat orang tentang dirinya maupun dunia sekitarnya. Bahkan ahli antropologi linguistik dapat memahami masa lampau umat manusia. Melalui penyusunan hubungan genealogi bahasa-bahasa, mempelajari distribusi bahasa-bahasa tersebut, maka dia dapat memperkirakan berapa lama orang-orang yang menggunakan bahasa itu telah tinggal di tempat yang ia tempati. Asal mula,perkembangan dan persebaran aneka warna bahasa pada manusia telah menjadi topik yang didiskusikan oleh para ilmuwan selama beberapa abad. Walaupun begitu, tidak ada konsensus mengenai asal atau waktu awalnya. Salah satu masalah yang membuat topik tersebut sangat susah untuk dipelajari adalah tidak adanya bukti langsung yang kuat, karena tidak ada bahasa atau bahkan kemampuan untuk memproduksinya menjadi fosil. Akibatnya para ahli yang ingin meneliti asal mula bahasa harus mengambil kesimpulan dari buktibukti jenis lainnya seperti catatan fosil-fosil atau dari bukti arkeologis, dari keberagaman bahasa zaman sekarang, dari penelitian akuisisi bahasa, dan dari perbandingan antara bahasa manusia dan sistem komunikasi di antara hewanhewan, terutama primata-primata lainnya. Secara umum disepakati bahwa asal mula bahasa sangat dekat dengan asal mula dari perilaku modern manusia, tapi hanya sedikit kesepakatan tentang implikasi-implikasi dan pengarahan dari keterkaitan tersebut. Pendekatan terhadap asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. 'Teori Keberlanjutan' yaitu berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul begitu saja dari ketiadaan menjadi bentuk akhir seperti sekarang: ia pastinya berkembang dari sistem prelinguistik awal di antara leluhur primata kita. 'Teori Ketakberlanjutan' yaitu berdasarkan ide yang berlawanan -- bahwa bahasa adalah suatu sifat sangat unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan pada spesies

selain manusia dan oleh karena ia pasti muncul secara tiba-tiba selama perjalanan evolusi manusia. Perbedaan lainnya yaitu antara teori yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir yang ter-sandi secara genetis, dan mereka yang melihatnya sebagai sebuah sistem yang secara umum kultural -- dipelajari lewat interaksi sosial.

Oleh : Agya Nanda Prasetya (121610101064 ) ASAL MULA BAHASA Asal mula bahasa pada spesies manusia telah menjadi topik yang didiskusikan oleh para ilmuwan selama beberapa abad. Walaupun begitu, tidak ada konsensus mengenai asal atau waktu awalnya. Salah satu masalah yang membuat topik tersebut sangat susah untuk dipelajari adalah tidak adanya bukti langsung yang kuat, karena tidak ada bahasa atau bahkan kemampuan untuk memproduksinya menjadi fosil. Akibatnya para ahli yang ingin meneliti asal mula bahasa harus mengambil kesimpulan dari bukti-bukti jenis lainnya seperti catatan fosil-fosil atau dari bukti arkeologis, dari keberagaman bahasa zaman sekarang, dari penelitian akuisisi bahasa, dan dari perbandingan antara bahasa manusia dan sistem komunikasi di antara hewan-hewan, terutama primata-primata lainnya. Secara umum disepakati bahwa asal mula bahasa sangat dekat dengan asal mula dari perilaku modern manusia, tapi hanya sedikit kesepakatan tentang implikasiimplikasi dan pengarahan dari keterkaitan tersebut. Fakta bahwa bukti empiris sangat terbatas, telah membuat banyak ilmuwan menganggap semua topik secara keseluruhan tidak cocok untuk dipelajari secara serius. Pada tahun 1866, Linguistic Society of Paris sampai melarang debat mengenai subjek tersebut, sebuah larangan yang masih tetap berpengaruh di antara dunia barat sampai akhir abad 20. Sekarang, ada banyak hipotesis mengenai bagaimana, kenapa, kapan dan di mana bahasa mungkin pertama kali muncul. Tampaknya tidak begitu banyak kesepakatan pada saat sekarang dibandingkan seratus tahun lalu, saat teori evolusi Charles Darwin lewat seleksi alam-nya menimbulkan banyak spekulasi mengenai topik ini. Sejak awal 1990-an, sejumlah ahli linguis, arkeologis, psikologis, antropolog, dan ilmuwan profesional lainnya telah mencoba untuk menelaah dengan metoda baru apa yang mereka mulai pertimbangkan sebagai permasalahan tersulit dalam sains. Teori asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi dasarnya. 'Teori Keberlanjutan' yaitu berdasarkan ide bahwa bahasa sangat kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul begitu saja dari ketiadaan menjadi bentuk akhir

seperti sekarang: ia pastinya berkembang dari sistem pre-linguistik awal di antara leluhur primata kita. 'Teori Ketakberlanjutan' yaitu berdasarkan ide yang berlawanan -- bahwa bahasa adalah suatu sifat sangat unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan pada spesies selain manusia dan oleh karena ia pasti muncul secara tiba-tiba selama perjalanan evolusi manusia. Perbedaan lainnya yaitu antara teori yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir yang ter-sandi secara genetis, dan mereka yang melihatnya sebagai sebuah sistem yang secara umum kultural -- dipelajari lewat interaksi sosial. Noam Chomsky adalah pendukung utama dari teori ketakberlanjutan, sebuah masalah di mana ia berpihak sedikit terpisah dengan rekan akademisnya yang lain. Dia beralasan bahwa sebuah mutasi terjadi pada salah satu individu dalam rentang 100.000 tahun yang lalu, mengakibatkan munculnya kemampuan bahasa (sebuah komponen dalam otak) secara 'instan' dalam bentuk yang 'sempurna' atau 'hampir-sempurna'. Argumentasi secara filosofinya berbunyi sebagai berikut: pertama, dari apa yang diketahui mengenai evolusi, setiap perubahan biologis dalam suatu spesies timbul dari perubahan genetis secara acak pada satu individu, yang menyebar dalam satu kelompok peranakan. Kedua, dari perspektif komputasi dalam teori bahasa: satu-satunya perubahan yang dibutuhkan adalah kemampuan kognitif untuk membentuk dan memproses struktur data rekursif dalam pikiran (properti dari "diskrit tak-terbatas", yang muncul hanya unik pada manusia). Perubahan genetis ini, yang memberikan otak manusia suatu properti diskrit tak-terbatas, Chomsky beralasan, secara esensial merupakan loncatan yang menyebabkan dapat menghitung dari bilangan N, dimana N adalah bilangan pasti, sampai mampu menghitung sampai bilangan tak-terbatas (misalnya, jika N dapat dibentuk begitu juga N+1). Dari pernyataan di atas bahwa evolusi kemampuan bahasa pada manusia adalah saltasi karena, secara logika, tidak mungkin ada transisi secara bertingkat dari otak yang mampu menghitung pada bilangan tertentu, menjadi otak yang mampu berpikir mengenai ketakterbatasan. Gambarannya, dengan analogi sederhana, adalah bahwa formasi kemampuan berbahasa pada manusia adalah serupa dengan formasi kristal; diskrit tak-terbatas merupakan bibit kristal dalam otak super primata, yang mendekati

perkembangan menjadi otak manusia, oleh hukum fisika, saat sebuah batu kecil, tapi sangat penting, dilanjutkan oleh evolusi. Teori keberlanjutan sekarang dipegang oleh mayoritas ilmuwan, tapi mereka berbeda dalam melihat dalam pengembangannya. Diantaranya yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir, beberapa -- yang terkenal yaitu Steven Pinker -- menghindari berspekulasi mengenai pelopor bahasa pada primata nonmanusia, menekankan secara sederhana bahwa kajian bahasa harusnya berevolusi secara bertahap. Yang lainnya pada kelompok intelektual yang sama -- yang terkenal yaitu Ib Ulbaek -- menganggap bahwa bahasa berkembang tidak dari komunikasi primata tapi dari kesadaran primata, yang jauh lebih kompleks. Bagi mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi yang dipelajari secara sosial, seperti Michael Tomasello, melihat perkembangan bahasa dari aspek komunikasi primata, hal ini lebih kepada komunikasi secara gestural daripada secara vokal. Dimana prekursor vokal diperhatikan, banyak pendukung teori keberlanjutan membayangkan bahasa berkembang dari kemampuan manusia awal dalam bernyanyi. Melampaui pembagian keberlanjutan-lawan-ketakberlanjutan adalah

mereka yang melihat munculnya bahasa sebagai konsekuensi dari suatu bentuk transformasi sosial yang, dengan menghasilkan tingkat kepecayaan umum yang belum pernah terjadi sebelumnya, membebaskan potensi genetik untuk kreativitas linguistik yang sebelumnya dibiarkan tertidur. 'Teori koevolusi ritual/bicara' adalah sebuah contoh dari pendekatan ini. Ilmuwan-ilmuwan dalam kelompok intelektual ini menunjuk kepada fakta bahwa bahkan simpanse dan bonobo memiliki kemampuan terpendam yang, dalam lingkungan liar, jarang

dipergunakan. Karena munculnya bahasa terjadi begitu jauh dalam sejarah sebelum manusia, perkembangan yang terkait tidak meninggalkan jejak sejarah langsung; dan tidak ada proses pembandingan yang dapat dilakukan pada masa sekarang. Oleh karena itu, munculnya bahasa isyarat pada masa modern -- Bahasa Isyarat Nikaragua, misalnya -- mungkin berpotensi memperlihatkan gambaran tingkat-

tingkat perkembangan dan proses kreatif yang terlibat. Pendekatan lainnya yaitu dengan meneliti fosil manusia awal, melihat kemungkinan adanya jejak adaptasi fisik terhadap penggunaan bahasa. Pada beberapa kasus, saat DNA dari manusia yang telah punah dapat dipulihkan, ada atau absen-nya gen yang seharusnya berkaitan dengan bahasa -- FOXP2 sebagai contohnya -- mungkin dapat memberikan informasi lebih lanjut. Pendekatan lainnya, kali ini secara arkeologis, adalah dengan membawa perilaku simbolis (seperti aktivitas ritual) yang mungkin berpotensial meninggalkan jejak secara arkeologis -- seperti pengumpulan dan modifikasi dari pigmen ochre yang digunakan untuk melukis badan -- dapat membangun argumentasi teoretis untuk memberikan kesimpulan dari simbolism secara umum kepada bahasa secara khusus. Rentang waktu bagi evolusi bahasa dan/atau prasyarat anatomis terjadu, paling tidak secara dasar, sejak perpisahan phylogenetic pada Homo (2,3 sampai 2,4 juta tahun lalu) dari Pan (5 sampai 6 juta tahun lalu) sampai munculnya perilaku modernitas sekitar 150.000 - 50.000 tahun lalu. Beberapa orang membantah bahwa Australopithecus kemungkinan tidak memiliki sistem komunikasi yang lebih canggih dari pada Kera Besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis, sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo sapiens kurang dari 200.000 tahun lampau. Menggunakan metoda statistik untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui persebaran dan perbedaan pada bahasa modern saat sekarang, Johanna Nichols -- seorang ahli bahasa dari University of California, Berkeley -- memberikan argumen pada tahun 1998 bahwa bahasa vokal pastinya telah berdiversifikasi pada spesies kita paling tidak sekitar 100.000 tahun lalu. Menggunakan keberagaman fonemis, sebuah analisis terbaru memberikan dukungan linguistik langsung terhadap waktu yang sama. Estimasi semacam ini

secara independen didukung oleh genetis, arkeologis, paleontologi dan banyak bukti lainnya menyarankan bahwa bahasa mungkin muncul di suatu tempat di sub-Sahara Afrika selama zaman batu pertengahan, kira-kira sezaman dengan perkembangan spesies Homo sapiens. Para linguis setuju bahwa, selain dari pijin, tidak ada bahasa "primitif": semua populasi manusia modern berbicara bahasa yang hampir sama kompleks dan ekspresif kuatnya, walau penelitian terbaru telah mengeksplorasi bagaimana kompleksitas linguistik bervariasi antara dan dalam suatu bahasa selama perjalanan sejarah.

PERKEMBANGAN BAHASA Salah satu kemampuan yang menarik yang dimiliki oleh pengguna bahasa adalah referensi tingkat tinggi, atau kemampuan untuk menunjuk ke benda atau keadaan sesuatu yang tidak terjadi secara langsung bagi pembicara. Kemampuan ini terkadang berhubungan kepada teori pikiran, atau sebuah kepedulian dari orang lain sebagai mahluk hidup seperti dirinya dengan hasrat dan perhatian sendiri. Menurut Chomsky, Hauser dan Fitch (2002), ada enam aspek dari sistem referensi tingkat-tinggi:

Teori pikiran Kapasitas untuk mendapatkan representasi konseptual non-linguis, seperti perbedaan pada objek/sifat

Mengenali sinyal vokal Imitasi sebagai sistem yang rasional, bertujuan, sengaja. Secara sukarela mengatur produksi sinyal sebagai bukti dari komunikasi yang sengaja

Kognisi angka

Teori pikiran Simon Baron-Cohen (1999) berargumen bahwa teori pikiran pasti mendahului penggunaan bahasa, berdasarkan bukti penggunaan dari karakteristikkarakteristik berikut sekitar 40.000 tahun yang lalu: komunikasi, perbaikan komunikasi yang gagal, mengajar, persuasi, penipuan yang disengaja, membuat tujuan dan rencana bersama-sama, membagi fokus atau topik secara sengaja, dan berpura-pura. Lebih lanjut, Baron-Cohen berargumen bahwa banyak primata memiliki kemampuan ini, tetapi tidak semuanya. Penelitian Call dan Tomasello terhadap simpanse mendukung argumen ini, dimana seekor simpanse tampak memahami bahwa simpanse lain memiliki kepedulian, pengetahuan, dan tujuan, tetapi tidak memahami penipuan. Banyak primata memperlihatkan kecendrungan ke arah teori pikiran, tetapi tidak sepenuhnya sama dengan yang dimiliki manusia. Secara keseluruhan, ada sejumlah konsensus bahwa teori pikiran diperlukan untuk menggunakan bahasa. Maka, perkembangan dari teori pikiran pada manusia diperlukan sebagai suatu prekursor penting untuk penggunaan bahasa secara penuh. Pengenalan pada Angka Dalam satu penelitian, tikus dan merpati dibutuhkan untuk menekan tombol beberapa kali untuk mendapatkan makanan: binatang memperlihatkan akurasi perbedaan untuk angka yang kecil dari empat, tapi setelah angka dinaikkan, tingkat error meningkat (Chomsky, Hauser & Fitch, 2002). Matsuzawa (1985) mencoba mengajari angka arab. Perbedaan antara primata dan manusia dalam hal ini sangatlah besar, dimana simpanse membutuhkan ribuan percobaan untuk mempelajarai angka 1-9 dimana setiap angka membutuhkan waktu pelatihan yang hampir sama; dan, setelah mempelajari makna dari 1, 2 dan 3 (dan terkadang 4), anak-anak dengan mudah memahami nilai integer tertinggi dengan menggunakan fungsi turunan (misalnya, 2 lebih besar dari 1, 3 adalah 1 angkat lebih besar dari 2, 4 lebih besar 1 angka daripada 3; setelah mencapai angka 4 tampaknya hampir semua anak memiliki "a-ha!" momen dan memahami nilai semua integer n adalah lebih besar 1 dari angka sebelumnya). Secara sederhana,

primata lain belajar arti dari angka satu persatu dengan menggunakan pendekatan yang sama dengan mengacu pada simbol sementara anak-anak pertama cukup mempelajari daftar dari simbol (1,2,3,4...) dan kemudian nantinya mereka akan mempelajari arti sebenarnya. Hasil ini dapat dilihat sebagai bukti dari aplikasi dari "open-ended generative property" dari bahasa dalam pengenalan angka pada manusia.

PERSEBARAN BAHASA Bahasa adalah cara untuk mengkomunikasikan sesuatu dengan baik. Manusia mengenal berbagai macam jenis bahasa,mulai bahasa lisan,bahasa tulisan,bahasa tubuh dan bahasa daerah,bahkan secara kita sadari hewan pun,mempunyai bahasa,di komputer pun ada yang namanya bahasa pemrograman. Di dunia ini ada ribuan jenis bahasa, bahkan di Indonesia sendiri ada ratusan jenis bahasa daerah. Dari banyaknya bahasa tersebut, keragaman bahasa ini menciptakan sebuah kesulitan-kesulitan dalam mengkomunikasikan diri dengan bangsa lain, karena setiap bangsa mempunyai bahasa yang berbeda-beda dan kita tidak mungkin mempelajari puluhan ribu kata agar bisa berkomunikasi dengan bangsa lain. Oleh karena itulah ditetapkan bahasa universal yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan mudah oleh bangsa-bangsa di dunia. Bahasa Inggris adalah bahasa universal dan internasinal didunia, apa yang mendasarinya? Menurut Crystal, sebuah bahasa dapat menjadi bahasa

internasional karena (a) geographical-historical dan (b) socio-cultural. Dari penyebaran geografis, bahasa Inggris telah menjadi bahasa internasional karena faktor penyebaran di seluruh dunia sejak 1584 saat Walter Raleigh dari Inggris mendarat di North Carolina. Penyebaran ke Kanada terjadi tahun 1497 dan ke Australia pada abad ke-18. Persebaran ke Selandia Baru terjadi tahun 1770 saat James Cook menemukan kepulauan itu. Di Benua Afrika, Bahasa inggris sudah lama tersebar. Afrika Selatan menjadi koloni Inggris tahun 1806. Di India, kontak dengan bahasa Inggris dimulai tahun 1612. Asia Tenggara merupakan ladang

kolonialisasi menarik sejak 1786. Dengan demikian bisa dikatakan, bahasa Inggris merupakan bahasa yang penyebaran geografisnya amat luas. Selain itu terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa tahun 1920 memilih bahasa Inggris sebagai satu dari dua bahasa dalam liga itu menjadi titik tolak naiknya bahasa Inggris menjadi bahasa internasional. Semua dokumen LBB dengan 42 anggotanya dicetak dalam kedua bahasa itu. Bahasa inggris memiliki Jumlah penutur sekitar 500 juta jiwa ,dengan negara penutur Inggris Raya, AS, Afrika Selatan, Antigua & Barbuda, Australia, Bahama, Bangladesh, Barbados, Belize, Botswana, Brunei Darussalam, Dominika, Ethiopia, Eritrea, Fiji, Filipina, Gambia, Ghana, Grenada, Guyana, Hong Kong, India, Irlandia, Jamaika, Kamerun, Kanada, Kenya, Kiribati, Lesotho, Liberia, Malawi, Maladewa, Malta, Marshall Kepulauan, Maritius, Micronesia, Namibia, Nauru, Nigeria, Pakistan, Palau, Papua Nugini, Rwanda, Saint Kitts & Nevs, Saint Lucia, Saint Vincent & Grenada, Samoa, Selandia Baru, Seychelles, Sierra Leone, Singapura, Solomon Kepulauan, Somalia, Sri Lanka, Swaziland, Tanzania, Tonga, Trinidad & Tobago, Tuvalu, Uganda, Vanuatu, Zambia, Zimbabwe. Sudah jelaslah bahwa bahasa inggris adalah bahasa internasional dan universal (Dikutip dari berbagai Pustaka) Inilah yang sering tidak disadari atau pura-pura tidak disadari oleh bangsa kita yaitu menguasai bahasa universal atau bahasa internasional, sehingga kita sering sulit untuk berkomunikasi dengan bangsa yang lain, dan kita menjadi tertutup. Orang-orang dinegara kita sering sekali meremehkan atau tak mau tahu dengan bahasa ini. Jangan rakyat kecil, yang sekolah saja pun hanya sekedar mempelajari bahasa inggris diatas kertas saja, tanpa mau mempergunakannya sebagai alat komunikasi karena takut salah atau takut tidak ada yang mengerti. Bahasa inggris seharusnya sudah diajarkan mulai kecil karena ini adalah bahasa yang universal, selain bahasa kita sendiri bahasa persatuan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris bukanlah bahasa yang hanya diajarkan pada orangorangberpendidikan yang menempuh bangku sekolah, semua orang wajib tahu bahkan orang-orang bisu sekalipun. Sekali lagi bahasa merupakan alat komunikasi bukanlah teori semata yang diajarkan di bangku kuliah atau sekolah.

4.

Masalah perkembangan dan terjadinya aneka warna kebudayaan

manusia di dunia Oleh : Meidi Kurnia A. ( 121610101068 )

Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar mampu memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan perusahaan transnasional mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global.

Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan. Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh melalui media massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon. Masyarakat perkotaan dipengaruhi terutama melalui reproduksi meme yang dilakukan oleh media massa (Chaney, 1996). Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri waktu luang, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri gosip, kawasan huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instan (fast food), serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi. Hal ini terjadi di banyak masyarakat perkotaan Indonesia. Dampak budaya global Budaya global seperti di atas telah menggusur budaya lokal Indonesia (Ibrahim, pengantar dalam Lifestyles oleh Chaney, 1996). Contoh untuk hal ini dapat kita lihat pada masyarakat keraton Indonesia. Dalam dua abad terakhir tata masyarakat

kerajaan mulai memudar. Kedudukan bangsawan dikudeta oleh kaum pedagang dengan senjata teknologi dan uang. Legitimasi istana yang bersemboyan kawula gusti kini diinjak-injak oleh semangan individualisme, hak asasi, dan kemanusiaan.Mitos dan agama digeser sekularisme dan rasionalitas. Tata sosial kerajaan digantikan oleh nasionalisme. Akibat runtuhnya kerajaan yang mengayomi seniman-cendekiawan istana, berantakanlah kondisi kerja dan pola produksi seni-budaya istana (Heryanto, 2000).

Kebudayaan sebagai makna Dalam antropologi, budaya ialah pola perilaku dan pemikiran masyarakat yang hidup dalam kelompok sosial belajar, mencipta, dan berbagi (Microsoft Encarta Reference Library, 2005). Budaya membedakan kelompok manusia yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Ariel Heryanto (2000), kebudayaan bukan dipandang sebagai suatu realitas kebendaan, tapi persepsi, pemahaman atau konsep untuk melihat, menangkap dan mencerna realitas. Kebudayaan ada hanya jika ada kesadaran, konsep, dan bahasa manusia modern untuk melihat keberadaannya. Dengan kesadaran, konsep, dan bahasa tersebut manusia memberikan makna pada dunia yang dilihatnya.

Pemaknaan diri sendiri dan dunia di sekelilingnya merupakan perlengkapan mutlak bagi setiap orang untuk menggeluti berbagai kenyataan di sekitarnya (Heryanto, 2000). Namun bentuk dan isi makna-makna ini bukan takdir yang statis dan tak dapat ditawar-tawar. Bentuk dan isi makna ini dapat berubah sesuai dengan keinginan manusia.

Peran nalar dalam pemaknaan hidup Nalar didefinisikan sebagai kemampuan mental yang berguna untuk

menyesuaikan pemikiran maupun tindakan dengan tujuan (Brown, 1993). Nalar bekerja dengan kaidah filsafat (penarikan kesimpulan) dan kaidah psikologi (teori kesadaran). Nalar telah mengantarkan manusia kekedudukan yang tinggi dengan membantunya mengumpulkan pengetahuan.

Dapat kita simpulkan bahwa nalar adalah produk biologis- sekadar alat yang

menurut kodratnya terbatas kemampuannya (Calne, 2002). Nalar telah meningkatkan mutu cara kita melakukan sesuatu, tetapi nalar tidak mengubah mengapa kita melakukannya. Nalar lebih merupakan fasilitator daripada inisiator. Kita memakai nalar untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan menentukan apa yang kita inginkan. Nalar telah melahirkan pengetahuan yang membuat kita bisa terbang keliling dunia kurang dari 2 hari.Walaupun demikian kita melakukan perjalanan karena maksud dan alasan yang sama dengan yang mendorong leluhur kita dulu bepergian- berdagang, penaklukan, agama, petualangan, atau penindasan.

Gaya hidup mandiri Dengan gencarnya promosi gaya hidup modern sekarang ini, kita harus bisa mengambil sikap. Perubahan budaya lokal tidak dapat dielakkan, namun kita dapat mengarahkan perubahan tersebut. Corak budaya global yang negatif kita hilangkan, namun yang positif kita ambil.

Budaya luar yang baik untuk kita adopsi adalah budaya yang memerdakan dan membebaskan manusia. Menurut Immanuel Kant, ada dua unsur yang penting dalam manusia merdeka. Pertama, digunakannya akal budi sebagai satu bagian manusia- nalar yang mampu memecahkan persoalan-persoalan ethis tanpa sama sekali mengacu kepada wujud yang ilahiat. Kedua, publik sebagai arena. Bagi Kant, ukuran manusia yang dewasa, merdeka, adalah ketika ia mempergunakan nalarnya di arena publik tersebut. Untuk bisa mencapai ke arah sana, dibutuhkan kemandirian yang bertanggungjawab serta disiplin.Dan nalar menunjukkan bagaimana cara efektif dan efisien untuk melakukan perubahan tersebut. Kemandirian berarti kita mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Dan nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggungjawab maksudnya kita melakukan perubahan secara sadar dan memahami betul setiap resiko yang bakal terjadi serta siap menanggung resiko. Dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri.

Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan

manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggungjawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut. http://synaps.wordpress.com/2006/01/07/masalah-budaya/

1.

Konsep Suku bangsa

Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat, baik suatu komunitas desa, kota, kelompok kekerabatan, atau lainnya, memiliki corak yang khas, yang terutama tampak oleh orang yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Warga kebudayaan itu sendiri biasanya tidak menyadari dan melihat corak khas tersebut. Sebaliknya, mereka dapat melihat corak khas kebudayaan lain, terutama apabila corak khas itu mengenai unsur-unsur yang perbedaannya sangat mencolok dibandingkan dengan kebudayaannya sendiri. Suatu kebudayaan dapat memiliki suatu corak yang khas karena berbagai sebab, yaitu antara lain karena adanya suatu unsur kecil (dalam bentuk unsur kebudayaan fisik) yang khas dalam kebudayaan tersebut, atau karena kebudayaan itu memiliki pranata-pranata dengan suatu pola sosial khusus, atau mungkin juga karena warga kebudayaan menganut suatu tema budaya yang khusus. Sebaliknya, corak khas mungkin pula disebabkan karena adanya kompleks unsur-unsur yang lebih besar, sehingga tampak berbeda dari kebudayaan-kebudayaan lain.

2.

Konsep Daerah Kebudayaan

Suatu daerah kebudayaan adalah suatu daerah pada peta dunia yang oleh para ahli antropologi disatukan berdasarkan persamaan unsur-unsur atau ciri-ciri kebudayaan yang mencolok. Dengan penggolongan seperti itu, berbagai suku bangsa yang tersebar di suatu daerah di muka bumi diklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur kebudayaan yang menunjukkan persamaan, untuk memudahkan para ahli antropologi melakukan penelitian analisa komparatif. Klasifikasi berdasarkan daerah kebudayaan mula-mula dicetuskan oleh F. Boas, walaupun konsep itu menjadi terkenal dengan terbitnya buku C. Wissler (murid Boas) berjudul The American Indian(1920). Dalam buku itu Wissler membagi

kebudayaan suku bangsa Indian penduduk Amerika Utara ke dalam 9 daerah kebudayaan. Ciri-ciri kebudayaan yang dijadikan dasar dari suatu penggolongan daerah kebudayaan bukan hanya unsur-unsur kebudayaan fisik saja (misalnya alat-alat yang digunakan untuk berbagai jenis mata pencaharian hidup, yaitu alat bercocoktanam, alat berburu, dan alat transpor, senjata, bentuk-bentuk ornamen, gaya pakaian, bentuk rumah, dan sebagainya), tetepi juga unsur-unsur kebudayaan abstrak seperti unsur-unsur organisasi kemasyarakatan, sistem perekonomian, upacara keagamaan, adat-istiadat, dan lain-lain. Persamaan ciri-ciri yang mencolok dalam suatu daerah kebudayaan biasanya hadir lebih kuat pada kebudayaan-kebudayaan yang bersangkutan, dan makin tipis di dalam kebudayaan-kebudayaan yang jaraknya makin jauh dari pusat tersebut. Sifat kurang eksak yang merupakan kelemahan dari metode klasifikasi daerah kebudayaan tersebut telah mengundang kecaman dari kalangan para ahli antropologi sendiri, sementara upaya untuk mempertajam batas-batas dari suatu daerah kebudayaan bahkan akan mengaburkannya. Walaupun demikian, metode klasifikasi ini sampai sekarang masih banyak digunakan, karena pembagian wilayah itu dapat memberikan gambaran yang menyeluruh kepada seorang peneliti mengenai berbagai kebudayaan yang berbeda-beda yang ada di dunia. Buku Pengantar Antropologi 1 Koentjaraningrat Penerbit Rineka Cipta ISBN : 979-518-663-9 dicetak oleh PT Asdi Mahasatya.

Oleh : Wulandari Fajrin

( 121610101058 )

Ada beberapa penyebab proses perkembangan budaya sehingga terjadinya keanekaragama nkebudayaan manusia di dunia ini. 1) Cultural Evolution Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail

ataudapatjugadipandangdarijauhhanyadenganmemperhatiaknperubahanperubahan yang besarsaja. Proses evolusisosialbudaya yang dianalisasecara detail akanmembukamataseorangpenelitiuntukberbagaimacam proses perubahan yang terjadidalamdinamikakehidupansehari-haridalamsetiapmasyarakat di dunia.

2) Proses

Diffusion

Process

difusiiniterjadikarenaadanyapenyebarandanmigrasikelompok-

kelompokmanusia di mukabumi. Olehkarenaitu, unsur-unsurkebudayaan dam sejarahjugaikutmenyebar. Salah satubentukdifusidibawaolehkelompok-kelompok yang bermigrasi. Namunbisajugatanpaadanayamigrasi, tetapikarenaadaindividuindividu yang membawaunsur-unsurkebudayaanitu,

sepertiparapedagangdanpelaut.

3) Posessosial

Alculturation

Process yang

timbulbilasuatukelompokmanusiadengansuatukebudayaantertentudihadapkandeng anunsur-unsurdarisuatukebudayaanasingdengandemikianrupa, sehinggaunsur-

unsurkebudayaanasingtersebutlambatlaunditerimadandiolahkedalamkebudayaanse ndiritanpamenyebabkanhilangnyakepribadiankebudayaanitusendiri.

4) Proses sosial

Assimilation yang yang

Process timbulbilaadagolonganberbeda-beda. yang lama,

golonganmanusiadenganlatarkebudayaan

Kemudiansalingbergaullangsungsecaraintensifuntukwaktu

sehinggakebudayaangolongan-golongantadimasing-masingberubahsifatnya khas,

yang

danjugaunsur-unsurnyamasing-masingberubahwujudnyamenjadiunsuryang campuran.

unsurkebudayaan

5) Inovasiadalahsuatu energidan yang modal, proses

Innovation pembaruandaripenggunaansumber-sumberalam,

pengaturanbarudaritenagakerjadanpenggunaanteknologibaru dandibuatnyaproduk-

semuaakanmenyebabkanadanyasistemproduksi, Proses

produkbaru.

inovasisangateratkaitannyadenganteknologidanekonomi. proses sosial yang

Dalamsuatupenemuanbarubiasanyamembutuhkan

panjangdanmelaluiduatahapkhususyaitu discovery dan invention.

Perkembanganbudayatersebutterjadikarenaadanya pembelajaransehinggamembentukbudaya-budayabaru

proses yang

mengakibatkankebudayaan yang sudahadasemakinberagam. Berikutadalah proses belajarbudaya.

1)

Proses hasrat,

Internalisasi nafsu, emosi,

Manusiaterlahirdenganpotensibawaan,perasaan, danseterusnya. Sepanjangkehidupan

(darilahirsampaimati) yang

manusiamenanamkandalamkepribadiannyahal-hal

diperlukandalamkehidupan.Individuberusahamemenuhihasratdanmotivasidalamdi rinya; beradaptasi, belajardarialamdanlingkungansosialdanbudayanya.

2)

Proses

Sosialisasi

Individubelajarpola-polatindakandalaminteraksidengansesama, dariindividu yang mendudukianekaperanansosial. Sosialisasiberarti proses

belajaranggotamasyarakatuntukmengenaldanmenghayatikebudayaanmasyarakat di lingkungannya.

3)

Proses

Enkulturasi

Individumempelajaridanmenyesesuaikanalampikirandansikapnyadenganadatistiadat, sistemnorma, danperaturan-peratrurandalamkebudayaannya. membaca,

Kalaupadaawalmeniru,

sesuaidenganperkembangankehidupan,

menghayati, hinggamenjadipolatindakan.

DidukungolehpendapatKoentjoroningratdaribukunya, bahwaterjadinyaberagamwarnakebudayaanmanusia proses di duniainikarenaadanya yang

prosesperkembangankebudayaan

didapatdengandipelajarisehinggaterbentuklahbudayabudaya yang beranekaragam.

Oleh : Samsul Bachri

( 121610101063 )

Perkembangan dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di dunia dikarenakan terdapat perbedaan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia di berbagai belahan dunia. Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan normanorma. Karena perbedaan pola pola inilah terjadi perbedaan kebudayaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.( jurnal Antropologi Papua (ISSN: 1693-2099) Volume 1. No. 1, Agustus 2002).

Berdasarkan konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau cultural diversity, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya.Keanekaragaman budaya juga dipengaruhi beberapa faktor berikut : 1. Penemuan atau Invensi Dua konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan dan kebudayaan. Hal itu mengingat tanpa penemuan- penemuan yang baru dan tanpa invensi suatu budaya akan mati. Biasanya pengertian kedua terminologi ini dibedakan. Suatu penemuan berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar atau di alam semesta ini. Misalnya di dalam sejarah perkembangan umat manusia terjadi penemuanpenemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia menjadi lebih luas dan berarti pula semakin luasnya penyebaran kebudayaan. Selain itu, di dalam penemuan dunia baru akan terjadi difusi atau proses lainnya mengenai pertemuan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Istilah invensi lebih terkenal di dalam bidang ilmu pengetahuan. Dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan halhal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan penemuanpenemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang

telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di negara-negara barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka horizon baru di dalam kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan berkembang begitu cepat secara eksponensial sehingga apa yang ditemukan hari ini mungkin besok telah usang. Lihat saja misalnya revolusi komputer yang dapat berkembang setiap saat dan bagaimana peranan komputer di dalam kehidupan manusia modern. Kita hidup di abad digital yang serba cepat dan serba terukur. Semua hal ini merupakan suatu revolusi di dalam kehidupan dan kebudayaan manusia. Melalui invensi manusia menemukan berbagai jenis obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan dan umur manusia.

2. Difusi Difusi kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang lalu lebih bersifat perlahanlahan. Namun hal itu berbeda dengan sekarang dimana abad komunikasi mampu menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan intens, maka difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangatcepat. Bagaimanapun juga didalam masyarakat sederhana sekalipun proses difusi kebudayaan dari barat tetap menyebar. Hal itu dapat dibuktikan melalui pengamatan Margaret Mead dalam Tilaar (1999) yang meneliti masyarakat di kepulauan pasifik. Beberapa waktu setelah pengamatan Mead terhadap masyarakat tersebut telah terjadi perubahan masyarakat yang cukup berarti. Apa yang ditemukan oleh Margaret Mead dari suatu masyarakat yang tertutup dan statis ketika beliau kembali telah menemukan suatu masyarakat yang terbuka yang telah mengadopsi usnur-unsur budaya Barat.

3. Akulturasi Salah satu bentuk difusi kebudayaan ialah akulturasi. Dalamproses ini terjadi pembaruan budaya antarkelompok atau didalam kelompok yang besar. Dewasa ini misalnya unsur-unsur Jawa telah masuk di dalam budaya sistem

pemerintahan di daerah. Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama pemimpin di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan unsur-unsur tersebut telah disosialisasi dan diterima oleh masyarakat luas. Begitu pula terjadi akulturasi unsur-unsur budaya antarsubetnis di Nusantara ini.

4. Asimilasi Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antar etnis dengan subbudaya masing-masing. Kita lihat misalnya unsurnetnis yang berada di Nusantara kita ini dengan sub budaya masing-masing. Selama perjalanan hidup negara kita telah terjadi asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu banyak sulit dihilangkan. Apalagi halhal yang membatasi proses prejudis, perbedaan agama dan kepercayaan dapat menghalangi suatu proses asimilasi yang cepat. Di dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai kebijakan yang mempercepat proses tersebut, ada yang terjadi secara alamiah ada pula yang tidak alamiah. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya.

5. Inovasi Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalammasyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.

Itulah beberapa contoh faktor faktor yang mempengaruhi keanekaragaman budaya,(jurnal pendidikan dan perubahan sosial budaya)

5. Asas-asas kebudayaan manusia yang tersebar di seluruh dunia yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Oleh : Arfi Rifadah Budaya Setiap manusia memiliki hak untuk budaya, termasuk hak untuk menikmati dan mengembangkan kehidupan budaya dan identitas. Hak-hak budaya, ( 121610101057 )

bagaimanapun, tidak terbatas. Hak untuk budaya terbatas pada titik di mana ia melanggar hak asasi manusia yang lain. Tidak berhak dapat digunakan dengan mengorbankan atau kerusakan lain, sesuai dengan hukum internasional.

Ini berarti bahwa hak-hak budaya tidak dapat dipanggil atau ditafsirkan sedemikian rupa untuk membenarkan setiap tindakan yang mengarah ke penolakan atau pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan fundamental lainnya. Dengan demikian, mengklaim relativisme budaya sebagai alasan untuk melanggar atau menolak hak asasi manusia merupakan penyalahgunaan hak budaya. Ada yang sah, keterbatasan substantif pada praktek budaya, bahkan pada baiktradisi mengakar. Misalnya, tidak ada hari budaya sah dapat mengklaim hak untuk mempraktikkan perbudakan. Meskipun praktek dalam banyak kebudayaan sepanjang sejarah, perbudakan hari ini tidak dapat dianggap sah, legal, atau bagian dari warisan budaya berhak atas perlindungan dengan cara apapun. Sebaliknya, segala bentuk perbudakan, termasuk kontemporer seperti perbudakan praktek, adalah sebuah pelanggaran berat hak asasi manusia di bawah hukum internasional. Demikian pula, hak budaya tidak membenarkan penyiksaan, pembunuhan, genosida, diskriminasi atas dasar jenis kelamin, bahasa ras, atau agama, atau pelanggaran hak-hak asasi manusia lainnya universal dan kebebasan dasar yang didirikan pada hukum internasional. Setiap upaya untuk membenarkan pelanggaran tersebut atas dasar kebudayaan memiliki keabsahan berdasarkan hukum internasional. Sebuah Konteks Budaya Argumen relativisme budaya sering mencakup atau mengarah ke pernyataan bahwa budaya tradisional sudah cukup untuk melindungi martabat manusia, dan karena itu hak asasi manusia universal tidak diperlukan. Selain itu, argumen berlanjut, hak asasi manusia universal dapat mengganggu dan mengganggu perlindungan tradisional manusia, kebebasan hidup dan keamanan. Ketika budaya tradisional tidak efektif memberikan perlindungan tersebut, maka hak asasi manusia menurut definisi akan kompatibel, berpose tidak ada ancaman bagi budaya tradisional. Dengan demikian, budaya tradisional dapat menyerap

dan menerapkan hak asasi manusia, dan Negara yang mengatur harus berada dalam posisi yang lebih baik tidak hanya untuk meratifikasi, tetapi efektif dan sepenuhnya melaksanakan, standar internasional. Budaya tradisional bukan merupakan pengganti untuk hak asasi manusia, yang merupakan konteks budaya di mana hak asasi manusia harus dibentuk, terintegrasi, dipromosikan dan dilindungi. Hak asasi manusia harus didekati dengan cara yang berarti dan relevan dalam konteks budaya yang beragam. Daripada membatasi hak asasi manusia sesuai dengan budaya tertentu, mengapa tidak memanfaatkan nilai-nilai budaya tradisional untuk memperkuat penerapan dan relevansi hak asasi manusia universal? Ada kebutuhan yang meningkat untuk menekankan, inti nilai-nilai bersama yang dimiliki oleh semua budaya: nilai kehidupan, tatanan sosial dan perlindungan dari kekuasaan sewenang-wenang. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam hak asasi manusia. Budaya tradisional harus didekati dan diakui sebagai mitra untuk memajukan penghormatan yang lebih besar untuk dan ketaatan terhadap hak asasi manusia. Menggambar pada praktek yang kompatibel dan nilai-nilai umum dari budaya tradisional akan meningkatkan dan memajukan promosi hak asasi manusia dan perlindungan. Pendekatan ini tidak hanya mendorong toleransi yang lebih besar, saling menghormati dan pemahaman, tetapi juga mendorong kerja sama internasional yang lebih efektif untuk hak asasi manusia. Pemahaman yang lebih besar dari cara di mana budaya tradisional melindungi kesejahteraan rakyat mereka akan menerangi landasan umum martabat manusia yang hak asasi manusia promosi dan perlindungan berdiri. Wawasan ini akan memungkinkan advokasi hak asasi manusia untuk menegaskan relevansi budaya, serta kewajiban hukum, hak asasi manusia universal dalam konteks budaya yang beragam. Pengakuan dan penghargaan dari konteks budaya tertentu akan berfungsi untuk memfasilitasi, bukannya mengurangi, penghormatan hak asasi manusia dan ketaatan.

Bekerja dengan cara ini dengan budaya tertentu inheren mengakui integritas budaya dan keragaman, tanpa mengorbankan atau menipiskan standar diragukan lagi universal hak asasi manusia. Pendekatan seperti ini penting untuk memastikan bahwa masa depan akan dipandu atas semua oleh hak asasi manusia, pluralisme non-diskriminasi, toleransi dan budaya.

Secara umum kebudayaan banyak diartikan sebagai hasil karya manusia yang lahir dari cipta, rasa dan karsa. Berikut ada empat teori dan pendekatan kebudayaan, yaitu: 1. Memandang kebudayaan sebagai kata benda: Dalam arti lewat produk budaya kita mendenifisikan dan mengelola kebudayaan itu. Teori produk budaya ini juga penting karena semua hasil budaya yang ada di muka bumi merupakan produk budaya kolektif manusia. Identitas budaya dapat dilihat dari pendekatan ini. 2. Memandang kebudayaan sebagai kata kerja: Pendekatan ini dikemukakan oleh Pleh Van Peursen. Pendekatan ini juga penting untuk dipahami, karena akan mampu menjelaskan kepada kita bagaimana proses-proses budaya itu terjadi di tengah kehidupan kita. Produk-produk budaya yang kita pahami lewat pendekatan pertama di atas ternyata juga menyiratkan adanya proses-proses budaya manusia yang oleh Van Peursen disebut ada tiga terminal proses budaya. Kehidupan mistis dimana mitos berkuasa, atau kuasa mitos mengemudikan arah kebudayaan suatu masyarakat, dilanjutkan dengan hadirnya kehidupan ontologis dan yang terakhir adalah kehidupan fungsional yang hari-hari ini lebih mendominasi kehidupan budaya kita. 3. Memandang kebudayaan sebagai kata sifat: Ini untuk membedakan mana kehidupan yang berbudaya dan tidak berbudaya, membedakan antara kehidupan manusia yang berbudaya dan makhluk lain seperti hewan dan benda-benda yang tidak memiliki potensi budaya. Dalam memandang kebudayaan sebagai kata sifat maka unsur nilai-nilai menjadi sangat

penting. Kebudayaan dikonstruksi sebagai konfigurasi nilai-nilai atau sebagai kompeksitas nilai-nilai yang kemudian beroperasi pada berbagaibagai level kehidupan. Konfigurasi nilai yang dimiliki berbagai komunitas budaya yang berbeda kemudian melahirkan konstruksi budaya yang berbeda-beda pada komunitas budaya itu. 4. Memandang kabudayaan sebagai kata keadaan: Kondisi-kondisi budaya tertentu menjadi menentukan wajah kebudayaan. Ragam dan Unsur-Unsur Budaya Setiap kelompok masyarakat punya tradisi dan kebudayaan tersendiri, yang tentu saja berbeda satu sama lainnya. Kebudayaan-kebudayaan yang lebih sempurna dari suatu masyarakat yang nantinya akan dapat menjadi sebuah peradaban. Namun, walaupun masing-masing mempunyai keunikan tersendiri, budaya terdiri dari unsur-unsur dan mempunyai fungsi-fungsi tersendiri bagi masyarakatnya. Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Misal dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat di samping adanya unsurunsur kecil, seperti sisir, kancing, baju, peniti, dan lain-lainnya yang dijual di pinggir jalan. Marville J. Herskovits mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu: 1. alat-alat teknologi, 2. sistem ekonomi, 3. keluarga, dan 4. kekuasaan polotik. Sementara Bronislaw Malinowski yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional dalam anthropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut:

1. system norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya, 2. organisasi ekonomi 3. alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga merupakan pendidikan yang utama, dan 4. organisasi kekuatan. Pada intinya para ahli menunjuk pada adanya 7 unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya). 2. Mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi (pertanian,

peternakan, system produksi, system distribusi dan sebagainya). 3. Sistem kemasyarakatan (system kekerabatan organisasi politik, system hokum, system perkawinan). 4. Bahasa (lisan maupun tertulis). 5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya). 6. Sistem pengetahuan dan pendidikan. 7. Religi (system kepercayaan). Cultural-universals tersebut di muka, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsurunsur yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity. Sebagai contoh, cultural universals pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakan, system produksi, system distribusi, dan lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seperti seni tari, seni rupa, seni suara, dan lain-lain. Selanjutnya Ralph Linton merinci kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebutnya trait-complex. Misalnya, kegiatan pertanian menetap meliputi unsur-unsur irigasi, system mengolah tanah dengan bajak system hak milik atas tanah dan lain sebagainya. Selanjutnya trait-complex mengolah tanah dengan bajak, akan dapat dipecah-pecah ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil lagi, umpamanya hewan-hewan yang menarik bajak, teknik

mengendalikan bajak dan seterusnya. Akhirnya sebagai unsur kebudayaan terkecil yang membentuk traits, adalah items. Kebudayaan, selain memiliki unsur-unsur pokok, juga mempunyai sifat hakikat. Sifat hakikat kebudayaan ini berlaku umum bagi semua kebudayaan di manapun juga, walaupun kebudayaan setiap masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Sifat hakikat kebudayaan tersebut ialah sebagai berikut: 1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia. 2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. 3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah-lakunya. 4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajibankewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakantindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Gerak Kebudayaan Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh sebab hubungan-hubungan yang terjadi antar terjadi kelompok masyarakat. Kebudayaan suatu kelompok manusia jika dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda, lambat laun akan diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian manusia itu sendiri. Proses itu dinamakan akulturasi. Dalam proses akulturasi ada unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima seperti: unsur kebendaan ( alat tulis menulis ), unsur-unsur yang membawa manfaat besar untuk mass media ( radio transistor ) dan unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut ( penggiling padi yang dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang sederhana. Sedangkan unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima misalnya: unsur yang menyangkut kepercayaan ( ideologi, falsafah hidup ) dan unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosiologi

(contoh : nasi ). Pada umumnya generasi muda adalah individu yang dapat dengan cepat menerina unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, lebih sukar. Hal ini disebabkan karena pada generasi tua, norma-norma yang tradisional sudah internalized (mendarah daging, menjiwai) sehingga sukar untuk mengubahnya. Sumber: Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Penerbit Erlangga. Lubis, Ridwan. 2005. Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Departemen Agama RI. Soekanto, Soerjono. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cetakan kedelapan. Soekanto, Soerjono. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cetakan kedua. Koentjoroningrat, Pengantar antropologi I. Saifullah, Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan : Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan, Surabaya : Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal PA
    Soal PA
    Dokumen2 halaman
    Soal PA
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kuesioner
    Lembar Kuesioner
    Dokumen3 halaman
    Lembar Kuesioner
    Emario Estelo
    Belum ada peringkat
  • Caninus Impaksi
    Caninus Impaksi
    Dokumen15 halaman
    Caninus Impaksi
    Aulia Putri Evindra
    Belum ada peringkat
  • Inlay Onlay
    Inlay Onlay
    Dokumen29 halaman
    Inlay Onlay
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Landasan Hukum + Sanksi
    Landasan Hukum + Sanksi
    Dokumen5 halaman
    Landasan Hukum + Sanksi
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Buku Etika
    Buku Etika
    Dokumen12 halaman
    Buku Etika
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Persetujuan Kedokteran dan Informasi untuk Pasien
    Persetujuan Kedokteran dan Informasi untuk Pasien
    Dokumen9 halaman
    Persetujuan Kedokteran dan Informasi untuk Pasien
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Etika Kedokteran
    Etika Kedokteran
    Dokumen10 halaman
    Etika Kedokteran
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Art Ikel
    Art Ikel
    Dokumen3 halaman
    Art Ikel
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • PCL Ready
    PCL Ready
    Dokumen16 halaman
    PCL Ready
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Semen
    Semen
    Dokumen30 halaman
    Semen
    Weka Bathari
    100% (1)
  • OKESIP
    OKESIP
    Dokumen31 halaman
    OKESIP
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Skenario IV
    Skenario IV
    Dokumen32 halaman
    Skenario IV
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Skenario 3
    Skenario 3
    Dokumen18 halaman
    Skenario 3
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Semen
    Semen
    Dokumen30 halaman
    Semen
    Weka Bathari
    100% (1)
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen3 halaman
    Laporan
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Step 1: Mengklarifikasi Istilah / Konsep
    Step 1: Mengklarifikasi Istilah / Konsep
    Dokumen41 halaman
    Step 1: Mengklarifikasi Istilah / Konsep
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Asmaul Husna
    BAB 3 Asmaul Husna
    Dokumen6 halaman
    BAB 3 Asmaul Husna
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Sinar X
    Sinar X
    Dokumen31 halaman
    Sinar X
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen42 halaman
    Isi
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Sej 2
    Sej 2
    Dokumen148 halaman
    Sej 2
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Lap-Full PPGD
    Lap-Full PPGD
    Dokumen16 halaman
    Lap-Full PPGD
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Oklusi Lap
    Oklusi Lap
    Dokumen12 halaman
    Oklusi Lap
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Skenario 3
    Laporan Skenario 3
    Dokumen53 halaman
    Laporan Skenario 3
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Lap-Full Indera
    Lap-Full Indera
    Dokumen9 halaman
    Lap-Full Indera
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Ergo
    Ergo
    Dokumen13 halaman
    Ergo
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Semen Tar A
    Semen Tar A
    Dokumen33 halaman
    Semen Tar A
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • MATRIKS
    MATRIKS
    Dokumen20 halaman
    MATRIKS
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat
  • Resensi Buku Fiksi
    Resensi Buku Fiksi
    Dokumen3 halaman
    Resensi Buku Fiksi
    Weka Bathari
    Belum ada peringkat