TUJUAN KULIAH :
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa S1 Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga diharapkan mampu menjelaskan materi Regulasi hormon reproduksi manusia.
PENDAHULUAN
Hormon adalah substansi kimia yang disekresi oleh kelenjar endokrin, berfungsi mengatur proses tubuh, hormon dibawa ke organ target spesifik dan ke jaringan oleh aliran darah. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.
PENDAHULUAN
Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan.
Peptida : Follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) Steroid : Testosteron, Estrogen dan Progesteron
Prinsip hormon
Sebagian besar hormon bersirkulasi melalui darah sel Hormon akan mempengaruhi sel yang mempunyai reseptor khusus terhadap hormon tersebut Sel tersebut dinamakan Sel target
SISTEM KELENJAR
1. Kelenjar Eksokrin
Mengeluarkan sekresi melalui saluran (duktus) : Kelenjar keringat Kelenjar lemak Kelenjar sistem pencernaan
SISTEM KELENJAR
2. Kelenjar Endokrin (kelenjar buntu)
Tidak mempunyai saluran Sekresi ke dalam sistem pembuluh darah Hormon adalah senyawa yang dihasilkan - mempunyai target organ - target organ mempunyai reseptor - target organ biasanya jauh dari tempat disintesis
Endokrin oleh kelenjar/ jaringan sistem sirkulasi darah jaringan lain. Parakrin organ sama jaringan berbeda. Otokrin organ dan jaringan yg sama.
1. Sinyal Endokrin
Sinyal endokrin secara khusus disebut hormon, mempunyai jarak tempuh yang sangat jauh dari organ endokrin tempat sintesis molekul dengan sel target. Hormon biasanya dibawa oleh darah mengarungi jarak tempuh yang jauh tersebut.
2. Sinyal Parakrin
Molekul isyarat parakrin yang dilepaskan oleh sebuah sel hanya berpengaruh terhadap sel target yang berada disekitarnya. Salah satu contoh isyarat parakrin adalah pulsa elektrik yang dilepaskan oleh neuron ke sel saraf yang lain, dan dari neuron ke sel otot.
2. Sinyal Parakrin
Saat teraktivasi oleh isyarat parakrin dari sel saraf lain, neuron mengirimkan impuls elektrik secara cepat di sepanjang akson; ketika impuls mencapai ujung akson, ujung saraf akan mensekresikan isyarat kimiawi yang disebut neurotransmiter. Sinyal ini disekresikan ke cell junctions khusus yang disebut chemical synapses.
2. Sinyal Parakrin
Proses transduksi oleh akson memungkinkan sel saraf untuk melakukan regulasi terhadap sel target seperti sel otot yang terletak jauh sekali dari pusat saraf. Contoh : - asetilkolin, epinefrin (adrenalin)
3. Sinyal Otokrin
Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesis disebut sebagai fungsi Otokrin. Secara khusus kerja otokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen (gen yang mempromosikan kanker) yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan.
FUNGSI HORMON
Mengontrol Tingkat Aktivitas Jaringan Target dengan Jalan : 1. Mengubah Reaksi Kimia dalam Sel 2. Mengubah Permeabilitas Membran Sel terhadap bahan spesifik
HOMEOSTASIS
HORMON PRIA
Hormon hipotalamus yang mengatur hipofisis anterior ada 7 yaitu: 1.Growth-releasing hormone (GRH),golongan peptida, fungsi: merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi growth hormone (hormon pertumbuhan 2.Growth-inhibiting hormone (GIH), menghambat growth hormone apabila sekresinya telah berlebihan.
HORMON PRIA
3. Thyrotropin-releasing hormone (TRH) golongan tripeptida, fungsi: merangsang hipofisis anterior untuk memproduksi hormon tiroid (TSH=tiroid stimulating hormone)
4. Cortico-releasing hormone (CRH) polipeptida, fungsi: merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan adenocortico tropic hormone (ACTH)
HORMON PRIA
5. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), strukturnya decapeptida, Fungsi: merangsang hipofisis anterior mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
1. Mengatur perkembangan ciri seks sekunder pria seperti pertumbuhan kumis, tumbuh rambut didaerah vital dan terjadi perubahan suara. 2. Mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan proses spermiogenesis. 3. Merangsang kelenjar prostat untuk mensekresi asam sitrat. 4. Merangsang vesika seminalis untuk mensekresi cairan vesika seminalis. 5. Meningkatkan rangsangan seks pria.
MENSTRUASI
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Siklus menstruasi dibagi 3 : - Fase Folikuler - Fase Ovulatoir - Fase Luteal
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur.
1. Fase Folikuler
Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase Ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan oosit. oosit biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan oosit. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya; nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan oositnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.
3. Fase Luteal
Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
SIKLUS MENSTRUASI
Progesteron
Setelah fase proliferasi dari sel folikel maka terjadi ovulasi, diikuti tahap berikutnya korpus hemoragikum berisi gumpalan darah, keadaan ini tidak berlangsung lama dan segera diisi oleh sel-sel Lutein disebut korpus Luteum. Sel-sel Lutein akan mensekresi hormon progesteron dan fase ini disebut fase sekresi.
Progesteron
Progesteron bersama estrogen merangsang penebalan dinding endometrium. Fase ini berlangsung kurang lebih satu minggu kemudian fase sekresi ini berakhir diikuti oleh fase iskhemi dan fase menstruasi, ditandai dengan degenerasi korpus Luteum sehingga progesteron tidak diproduksi lagi dan menyebabkan dinding endometrium rontok dan terjadi pendarahan disebut fase menstruasi.
Progesteron
Korpus Luteum mengalami degenerasi ditandai dengan meningkatnya pigmen lemak dalam korpus yang kemudian akan masuk jaringan fibrosa, sehingga berwarna keputihan dan disebut korpus albikan.
Prolaktin
Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa, menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
Folistatin adalah peptide hipofisis dan perannya adalah inhibisi gonadotropin namun potensinya hanya sepertiga inhibin. Steroid gonad menggunakan kontrol umpan balik negatif dalam mengendalikan sintesa dan sekresi FSH dan LH. Pada sel-sel gonadotropin di hipofisis dan sejumlah neuron hipotalamus memiliki reseptor estrogen, progesteron dan androgen.
Reseptor hormon glikoprotein terdapat pada membran plasma sel target di gonad. Ditemukan reseptor FSH dan LH yang berbeda. Reseptor LH dan FSH terdapat di dalam membran plasma sel sel granulosa sel ovarium dan sel Sertoli di Testis. FSH menyebabkan proliferasi sel granulosa di sekitar folikel yang sedang berkembang dan biosintesis estrogen oleh sel ini.
Setelah ovulasi, sel theka sekeliling folikel ovarium yang sudah pecah diubah menjadi corpus luteum. Corpus Luteum merespon stimulasi LH dengan memproduksi progesteron. Pada pria, FSH menstimulasi spermatogenesis dalam epitel seminiferus dan produksi androgen binding androgen, terjadinya aromatase dan inhibin oleh sel Sertoli.
LH menstimulasi produksi testosteron oleh sel Leydig. Testosterone meningkatkan maskulinisasi pada lokasi target perifer setelah dikonversi menjadi metabolit yang lebih poten yaitu dehidrotestosteron DHT.
REFERENSI
Lewis, V. 2007. Reproductive Endocrinology and Infertility. Landes Bioscience. Austin, Texas, USA. Nieschlag E.,HM. Behre., S. Nieschlag. 2010. Andrology : Male reproductive health and dysfuction. Springer-Verlag Berlin.