Anda di halaman 1dari 11

Disusun oleh : Dan Irfan Fahmy Fajar A.

Herni Suhartini Okay Rohayati Regina Lusi Lestari Ridwan Taufik Sulistiana Yuga Prasetia (A1.1100019) (A1.1100036) (A1.1100006) (A1.1100018) (A1.1100020) (A1.1100033) (A1.1100030) (A1.1100004)

Dengan potensi teknologi RE yang dimiliki Jepang saat ini, khususnya kemajuan dalam bidang PV, didukung dengan modal pengalaman kerja sama yang sudah berlangsung lama antara Indonesia Jepang di sektor industri manufaktur, kemudian adanya keharusan Jepang untuk menurunkan emisi karbonnya, maka kedua negara mempunyai potensi yang sangat besar pada pengembangan industri PV. Pengembangan industri PV justru luput dari fokus pengembangan kerjasama di kedua negara sebagaimana tidak tertuangnya poin ini di dalam isi perjanjian JIEPA tersebut. Tulisan ini akan membahas perkiraan alasan tidak termasuknya pengembangan industry PV dalam JIEPA, potensi kedua negara dalam hal pengembangan industri PV, yang akan difokuskan kepada potensi pengembangan industri PV di Indonesia, manfaat yang akan didapat, khususnya dalam hal ketersediaan lapangan kerja dan juga jaminan ketersediaan bahan baku murah untuk pengembangan industri PV.

Strategi Jepang dalam menghadapi situasi energi dunia

Renewable yaitu dapat diperbaharui. Menurut data laporan yang dikeluarkan oleh IEA , pada tahun 2005, jumlah penduduk Jepang hampir setengahnya dari penduduk Indonesia, yaitu sekitar 127.76 juta jiwa sedangkan Indonesia 220.56 juta jiwa, tetapi dari segi GDP, Indonesia hanya mencapai 207.74 juta/kapita sedangkan Jepang 4.999 juta/kapita. Jepang hanya mampu menghasilkan energi sebesar 99.77 juta ton setara minyak sedangkan Indonesia menghasilkan energi sebesar 263.39 juta ton setara minyak, yang dengan kondisi ini Indonesia masih surplus energi sebesar 83.5 juta ton sedangkan Jepang sangat jauh kekurangan energi sebesar 438.98 juta ton setara minyak. Berdasarkan jenis energi fossil, Jepang sangat tergantung sekali dengan minyak bumi yang mencapai 58%, disusul batubara 25% dan gas alam 17%, sedangkan Indonesia tergantung sebanyak 25% kepada minyak bumi, 43% untuk batu bara, dan 32% untuk gas alam, seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Table 2. Perbandingan Indikator Energi Indonesia dan Jepang, 2005 [6] Indikator Energi Unit Indonesia Jepang

Populasi
GDP Produksi Energi

Million
billions 2000$ Mtoe

220.56
207.74 263.39

127.76
4,994.13 99.77

Import Energi Net

Mtoe

(83.50)
179.51 112.33 340.98

438.98
530.46 1,051.90 1,214.19

Total Kons. Energi Mtoe Primer Konsumsi Energi Listrik TWh Emisi Karbon Dioksida Mt of CO2 (C02)

Indonesia sudah mulai mengimpor minyak bumi karena jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia melebihi jumlah yang bisa dihasilkannya. Untuk gas alam, Indonesia merupakan penghasil peringkat ke 7 dan untuk batubara peringkat ke 2. Jepang adalah pengimpor minyak bumi kedua terbesar setelah Amerika Serikat, yaitu sekitar 9% dari total impor minyak bumi dunia, menempati posisi ketiga untuk gas alam sebesar 10% dan posisi pertama untuk impor batubara sebesar 22%.

Kemajuan Industri PV Jepang

Tulang punggung dari industri PV di Jepang didukung oleh kemajuan industri dalam bidang R&D. Saat ini, sudah ada 13 perusahaan yang berkecimpung di dalam industri PV. Seperti Sharp, Sanyo, Kyocera, Mitsubishi, Kaneka dan lainnya. Kemajuan industri PV Jepang didukung oleh berkembangnya pasar di dalam negeri sendiri dengan meningkatnya permintaan PV di sektor perumahan. Pertumbuhan pasar dan industri PV memicu pertumbuhan industri pendukung seperti industri material silicon, industri ingot dan waver silicon, inverter, dan frame aluminium untuk modul PV.

Grafik.1a.Produksi PV Dunia

Grafik.1.b. Produsen PV Jepang 2005

Menciptakan Peluang Industri PV di Indonesia Ada dua permasalahan yang perlu dipikirkan oleh Pemerintah Indonesia agar mampu mengembangkan industri PV dengan mengajak Jepang untuk berinvestasi di Indonesia. Masalah yang pertama terletak pada Indonesia sendiri yaitu mampukah menyusun kebijakan energi listrik masa depan Indonesia yang mendukung pemanfaatan RE, termasuk pemanfaatan PV sebagai penghasil energi listrik, sehingga akan menciptakan pasar tersendiri di Indonesia dan sisanya bisa untuk diekspor. Permasalahan kedua terletak pada pihak Jepang yaitu bagaimana menghasilkan produk PV yang lebih murah dengan kualitas konversi energi yang tinggi yang mampu menghasilkan energi listrik dengan biaya yang dapat bersaing dengan jenis energi listrik lainnya

Potensi Penyedian Energi dan Pembukaan Lapangan Kerja Baru Dengan skenario energi yang dibuat oleh Indonesia, termasuk pemanfaatan teknologi PV untuk menghasilkan energi listrik, maka potensi radiasi sinar matahari di Indonesia yang sangat besar sekitar 4.8 KWh/m2.hari akan sangat sayang jika tidak dimanfaatkan. Industri PV yang dikembangkan di Indonesia, dengan dukungan kebijakan, tersedianya bahan baku dan sumber daya manusia, dan pendukung lainnya, tentu akan membuat harga PV semakin murah, khususnya bagi Indonesia sendiri. Yang harus dipikirkan selanjutnya adalah strategi yang bertujuan untuk menekan harga pemakaian atau pembelian teknologi ini, sehingga terjangkau oleh masyarakat awam atau dunia usaha. Strategi ini dapat berupa subsidi silang dengan pemanfaatan dana bantuan internasional untuk pengembangan energi berwawasan lingkungan, penjualan Certificate Emission Reduction (CER) dan lain sebagainya.

KESIMPULAN
Jepang walaupun miskin sumber daya energi bisa membuktikan keperkasaan ekonomi dan teknologinya yang mampu memberikan kesejahteraan yang setinggi-tingginya bagi rakyatnya. Sementara itu, Indonesia dengan diberikan kekayaan alam yang melimpah ruah masih tertinggal jauh dalam hal ekonomi dan kemajuan teknologi jika dibandingkan dengan Jepang, sehingga masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah kesejahteraan. Pengembangan industri PV di Indonesia mempunyai potensi untuk menyediakan energi listrik nasional di masa depan sebagai pengganti berkurangnya produksi minyak bumi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2020 nanti. Disamping itu, pengembangan industri PV berpotensi untuk memberikan lapangan kerja baru yang sangat besar, yaitu tersebar pada bagian produksi, retail dan instalasi, dan pemeliharaan. Untuk mewujudkan semua ini, pemerintah Indonesia harus mulai memikirkan skenario dan strategi yang tepat dalam mengajak Jepang untuk berinvestasi di sektor industri PV ini.

Anda mungkin juga menyukai