Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menegakkan diagnosis suatu kelainan atau penyakit di bidang telinga, hidung dan tenggorokan diperlukan kemampuan dan keterampilan melakukan anamnesis dan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini merupakan bagian dari pemeriksaan fisik yang merupakan syarat bila terdapat keluhan atau gejala yang berhubungan dengan kepala dan tenggorokan demikian pula sebaliknya.1 Di Indonesia sampai saat ini penyakit telinga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit telinga ini berkaitan dengan kebersihan dan

kebiasaan individual dalam merawat tubuh, karena bentuknya yang kecil dan tidak terlalu diperhatikan maka telinga cenderung terabaikan kebersihannya sehingga dapat terjadi infeksi telinga yang memicu terjadinya otitis ekterna dan otitis media. Sebelum pengobatan otitis eksterna dimulai, sangatlah penting untuk menyingkirkan otitis media sebagai kelainan dasar karena adanya perbedaan dalam penatalaksanaan kedua penyakit telinga ini 1.

1.2 Definisi Otitis eksterna adalah radang liang telinga luar dapat bersifat akut maupun kronis yang kebanyakan disebabkan oleh bakteri.1

1.3 Etiologi Otitis eksterna disebabkan oleh bakteri apa saja (non spesifik). Di klinik seringkali sukar dibedakan peradangan yang disebabkan oleh sebab lain seperti jamur, alergi (eksim) atau virus, sebab seringkali timbul bersama-sama.1,2

1.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, maka kuman dan jamur akan mudah tumbuh di liang telinga. Hal lain yang mempermudah terjadinya radang telinga luar ialah trauma ringan, misalnya ketika mengorek telinga atau ketika berenang yang menyebabkan perubahan kulit karena kena air yang mengandung kaporit. 1,3 Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.2

1.5 Klasifikasi Adapun klasifikasi dari otitis eksterna yaitu otitis eksterna akut, kronis dan maligna sebagai berikut 1,2 : a. Otitis eksterna Akut Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumkripta dan otitis eksterna difus Otitis Eksterna Sirkumkripta (furunkel atau bisul) Kulit sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka ditempat ini dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Otitis eksterna Difus Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas serta tidak terdapat furunkel. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escheria colli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. b. Otitis eksterna kronis Merupakan kelanjutan dari otitis eksterna akut yang dibiarkan dalam waktu lama, gejala klinis dapat berkurang atau bertambah dengan atau tanpa komplikasi. c. Otits eksterna maligna

Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Bila pada otitis media peradangan hanya terjadi terbatas pada kulit, sedangkan pada otitis eksterna maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan ke organ sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan, berupa khondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal.

1.6 Gejala Klinis Gejala klinis yang terjadi tergantung dari tipe otitis eksterna, yaitu 1,2 : a. Otitis Eksterna Akut Otitis Eksterna Sirkumkripta (furunkel atau bisul) Gejala klinis ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Otitis eksterna Difus Gejala klinis sama dengan otitis eksterna sirkumkripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. b. Otitis Eksterna Maligna

Gejala klinis dimulai dengan rasa gatal diliang telinga yang dengan cepat diikutu oleh rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut akan makin menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progesif yang disebabkan akibat infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat

1.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan utama otitis eksterna terdiri dari manajemen nyeri, pembersihan meatus akustikus eksternal dan penggunaan obat topikal untuk mengurangi edem dan infeksi serta menghindari faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya otitis eksterna, untuk selanjutnya pemberian obatobatan tergantung dari tipe otitis eksterna, yaitu (1,4) : a. Otitis Eksterna Akut Otitis Eksterna Sirkumkripta (furunkel atau bisul) Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanah. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polimixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%)

Bila dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat sompatomatis seperti analgetik dan obat penenang. Otitis eksterna Difus Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik. Antibiotika spektrum luas dapat digunakan seperti Amoksisillin atau Ampicillin. b. Otitis Eksterna Maligna Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting disekitarnya. Pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian antibiotika dosis tinggi terhadap Pseudomonas aeruginosa yang dikombinasikan dengan aminoglikosida dan diberikan secara parenteral selama 46 minggu. Kombinasi yang sering digunakan adalah karbecillin, tikarcillin atau pipercillin dengan gentamicin, tobramicin, colistimethate atau amikacin. Di samping obat-obatan sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka (debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka (debrideman) yang kurang bersih akan menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.

BAB II SIMULASI KASUS

2.1 Kasus Anamnesa Tn. Bobby, 17 tahun, pekerjaan kasir di sebuah perusahaan kredit sepeda motor, alamat Jalan Beringin Rt.12 No.5 Banjarbaru, datang ke praktek dokter umum jam 05.00 sore dengan keluhan utama sakit telinga sebelah kanan. Sakit telinga sudah dirasakan sejak kemarin. Apabila telinga tertekan waktu berbaring, atau bila daun telinga ditarik dengan tangannya, nyeri bertambah Keluhan ini muncul setelah pasien mencoba mengeluarkan kotoran telinga dengan pengorek telinga dari logam punya saudaranya yang berprofesi sebagai dokter. Tidak ada keluar cairan dari telinga. pendengaran tidak terasa berkurang. Pemeriksaan Fisik Tanda vital : TD = 120/80 mmHg RR = 20 x/menit N = 80 x/menit t = 37 0 C

Kepala dan leher : Nyeri sentuh aurikula, tragus pain (+), canalis auricularis externus nampak eritematus dan sempit karena edem, nampak serumen agak basah di liang telinga. Thorax Abdomen Ekstremitas Diagnosis : nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal dan reguler : dalam batas normal : dalam batas normal : Otitis Eksterna

2.2 Tujuan Pengobatan Tujuan pengobatan untuk mengeliminasi infeksi serta mengurangi atau menghilangkan radang dan nyeri telinga. 2.3 Daftar kelompok Obat dan Jenisnya Yang Berkhasiat Untuk Otitis Eksterna Pada Kasus Ini Kelompok Obat 1. Antibiotika lokal 2. Analgetik Jenis Obat Polymixin B, kloramfenikol (1,2) Asam mefenamat, kalium diklofenak(1,2)

2.4 Perbandingan Kelompok Obat Menurut Khasiat, Keamanan dan Kecocokannya Untuk Kasus Tersebut

N o 1.

Jenis Obat

Khasiat

Polimixin B

Antibiotika terhadap kuman Gram negative khususnya Pseudomonas aeruginosa(2,5,6


)

Keamanan (Efek Samping Obat) Efek sampingnya (5,6,7) : Alergi (jarang secara topical) Neurotoksisitas Nefrotoksik Kemerahan pada wajah Vertigo Ataksia Mengantuk parestesia

Kecocokan (Kontraindikasi)

2.

Kloramfeniko l

Antibiotika spectrum luas(5,6)

Kontraindikasi(5,6) : Bila daerah kulit yang akan diobati luas ototoksisitas mungkin berbahaya, khususnya pada anak, pasien lanjut usia, pasien dengan kerusakan ginjal Efek sampingnya Kontraindikasi (5,6,7) (5,6,7) : : Kelainan darah Wanita hamil, reversible menyusui Neuritis perifer Pasien porfiria Neuritis optic Eritema multiforme Mual muntah Diare

3.

Asam mefenamat

Analgetikantipiretik(5,6)

4.

Kalium diklofenak

Analgetik

Stomatitis Glositis Hemoglobinuria nokturnal Efek sampingnya Kontraindikasi(5,6): (5,6) : Tukak lambung dan usus Diare iritasi lambung hati-hati pada penderita tua, alergi hipersensitivitas , asma, ginjal dan wanita hamil Efek sampingnya8: Kontraindikasi : Ulkus Peptik Gangguan Gastrointestinal Sakit kepala Vertigo Ruam

Antibiotik Topikal No. Uraian Obat Pilihan 1. Nama Obat Polimixin B 2 BSO (generic, Generic: paten, kekuatan) BSO : Paten: Otopraf BSO : tetes telinga 10 ml merupakan sediaan kombinasi dalam 5ml mengandung Polimixin B sulphate 10.000 IU, neomycin sulphate 5mg, fludrocortisone acetate 1mg, lidocaine HCl 40mg 3. BSO yang Tetes telinga , sesuai diberikan dan untuk keadaan klinis alasannya pasien 4. Dosis referensi 2-4 kali sehari sebanyak 45 tetes pada telinga yang sakit 5. Dosis kasus 4 tetes/kali pada telinga tersebut dan yang sakit alasannya 6. Frekuensi 4x sehari Obat Alternatif kloramfenikol Generic: chloramfenicol BSO : tetes telinga 3% Paten : Colme BSO : tetes telinga 8ml,mengandung chloramfenicol 10% dan lidocaine HCl 4%

Tetes telinga, sesuai untuk keadaan klinis pasien 3-4 kali sehari sebanyak 1-2 tetes pada telinga yang sakit 2 tetes/kali pada telinga yang sakit 3 x sehari

7.

pemberian Cara pemberian dan alasannya Saat pemberian dan alasannya Lama Pemberian dan alasannya

Tetes karena pasien masih sadar dan kooperatif Tidak ada aturan khusus 5 hari, tidak ada aturan khusus namun karena mengandung antibiotika maka diberikan standar lama pengobatan minimal

8. 9.

Tetes karena pasien masih sadar dan kooperatif Tidak ada aturan khusus 5 hari, tidak ada aturan khusus namun karena mengandung antibiotika maka diberikan standar lama pengobatan minimal

Analgetik No. Uraian Obat Pilihan 1. Nama Obat Asam mefenamat 2 BSO (generic, Generic: Asam mefenamat paten, kekuatan) BSO : kaptab salut selaput 250mg,500 mg Paten : Mefinal BSO : kapsul 250mg, kaptab salut selaput 500 mg 3. BSO yang diberikan dan alasannya Dosis referensi Dosis kasus tersebut dan alasannya Frekuensi pemberian dan alasannya Cara pemberian dan alasannya Saat pemberian dan alasannya Kaptab salut selaput, sesuai untuk keadaan klinis pasien 500mg, 3 kali sehari 500 mg/x (8) Obat Alternatif Kalium diklofenak Generic : kalium diklofenak BSO : tablet 25 mg, 50mg Paten : Exaflam BSO : tablet 25 mg, 50 mg tablet, sesuai untuk keadaan klinis pasien 50mg, 3-4x/hari 50 mg/x (8)

4. 5.

6.

3 x sehari, sesuai dengan waktu paruh Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan Sesudah makan karena dapat menimbulkan iritasi mukosa lambung 3 hari karena sifatnya simptomatis

3 x sehari, (waktu paruh 1,2-2 jam) Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan Sesudah makan untuk mengurangi efek saluran cerna yang ditimbulkan 3 hari karena sifatnya simptomatis

7.

8.

9.

Lama Pemberian dan alasannya

10

2.6 Resep Yang Tepat dan Rasional Untuk Kasus Tersebut Resep Spesialistis Dr. Chalid M.A. Muthaher, MARS SIP. I1A008084/90/10

Alamat Rumah : Jl. Cemara raya, Akasia II No.1 Banjarmasin Telp (0511) 3300260

Alamat Praktek : Jl. A.yani km 36 no.48 Banjarmasin Telp (0511) 6106267 Hari Praktek : Senin-Jumat Jam Praktek : 17.00-21.00 wita Banjarmasin, 17 Februari 2013

Otopraf gtt auric No . I S. 3.d.d. g.t.t. IV . aur dex. Mefinal captab 500mg S. 3 d.d. captab I p.c. No.IX

Pro Umur Berat Alamat

: Tn.Bobby : 17 tahun : 55 kg : Jl. Beringin Rt.12 No. 5 Banjarbaru

Resep Offisinalis

11

Dr. Rizky Yusnida Amelia, MM SIP. I1A008055/91/09

Alamat Rumah : Alamat Praktek : Jl. A.Yani km.5 Komp. Bumi mas Jl. Cempaka no. 98 Banjarbaru No.130B Banjarmasin Telp (0511) 3308990 Telp (0511) 7348973 Hari Praktek : Senin-Jumat Jam Praktek : 17.00-20.00 wita Banjarmasin, 18 Februari 2013

Otopraf

gtt auric

Lag

No . I

3.d.d.gtt. IV . aur dex.

Asam mefenamat captab 500 mg No.IX 3 d.d. captab I p.c. (dur.dol)

Pro Umur Berat Alamat

: Tn.Bobby : 17 tahun : 55 kg : Jl. Beringin Rt.12 No. 5 Banjarbaru

Resep Alternatif

12

Dr. Yulia Fitriani, M.Sc SIP. I1A003056/85/09

Alamat Rumah : Alamat Praktek : Jl. A. Yani Km. 34 Belakang RSUD Jl. Pinus, no 90 Banjarbaru, Banjarbaru, No. 44 Telp (0511) 264187 Telp (0511) 7348973 Hari Praktek : Senin-Jumat Jam Praktek : 17.00-20.00 wita Banjarmasin, 19 Februari 2013

Colme gtt auric No . I 3.d.d. g.t.t. IV . aur dex. Kalium diklofenak tab 50mg S. t.d.d Tab I. p.c (dur.dol) No.IX

Pro Umur Berat Alamat

: Tn.Bobby : 17 tahun : 55 kg : Jl. Beringin Rt.12 No. 5 Banjarbaru

13

2.7 Pengelolaan Obat Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi pemberian, cara pemberian, saat pemberian, lama pemberian dan efek samping. Bila timbul efek samping, obat harus dihentikan dan dapat diganti dengan obat lain yang khasiatnya sama. Jika menggunakan antibiotik sistemik, penggunaan nya untuk terapi kausatif harus habis dan tidak boleh terputus, sesuai lama pemberian yang ditentukan untuk mencegah resistensi obat. Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien Telinga kanan nyeri sejak kemarin, nyeri bertambah bila tertekan waktu berbaring atau daun telinga ditarik. Sebelumnya kemarin pasien mencoba mengeluarkan kotoran telinga dengan pengorek telinga logam. Tidak ada keluar cairan dan pendengaran tidak berkurang. Pada kasus diatas pasien datang dengan keluhan sakit (nyeri) telinga kanan, pasien ini didiagnosis dengan otitis eksterna. Pemilihan terapi penyakit ini yaitu memberikan terapi kausatif berupa antibiotik topikal saja yaitu otopraf. pengobatan secara topikal karena pada penderita terdapat iritasi yang mengalami peradangan disekitarnya yang disinyalir sebagai tanda terjadinya infeksi oleh bakteri. Sedangkan penggunaan antibiotik sistemik tidak diindikasikan pada pasien ini karena antibiotik sistemik atau oral digunakan untuk mengobati infeksi berat atau selulitis.3 Sedangkan pada pasien masih berupa infeksi ringan sehingga pemberian antibiotik oral masih ditangguhkan. Pengobatan antibiotik secara topikal diberikan Polimiksin B yaitu Otopraf dalam bentuk tetes yang diteteskan pada telinga yang sakit. Diharapkan dengan

14

pemberian obat tetes ini akan mempercepat penyembuhan, karena didalam Otopraf mengandung Polimiksin B Sulfat 10.000 IU, Neomisin Sulfat 5 mg, Lidokain HCl 40 mg.. Polimixin B ditujukan sebagai antibiotika terhadap bakteri dan neomycin lebih ditujukan sebagai anti jamur. Fludrocortisone berupa kortikosteroid dimaksudkan sebagai anti inflamasi dan lidocain berguna untuk menghilangkan nyeri lokal pada telinga yang sakit. Sebagai obat alternatifnya diberikan Colme tetes telinga. Pemberian asam mefenamat ditujukan sebagai obat simptomatis yaitu analgesik. Untuk obat alternatifnya diberikan kalium diklofenak. Pemberian obat simptomatis sebaiknya sesingkat mungkin dan diberikan bila perlu saja. Setelah obat yang diberikan habis, penderita hendaknya memeriksakan kembali penyakitnya, sehingga dokter dapat memutuskan apakah penyakit tersebut sudah benar-benar sembuh secara klinis.

15

BAB III PENUTUP

Telah dibahas suatu kasus otitis eksterna pada seorang laki-laki umur 17 tahun. Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluh. Telinga kanannya nyeri sejak kemarin, nyeri bertambah bila tertekan waktu berbaring atau daun telinga ditarik. Sebelumnya kemarin pasien mencoba mengeluarkan kotoran telinga dengan pengorek telinga logam. Tidak ada keluar cairan dan pendengaran tidak berkurang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit ,frekuensi nafas 20 x/menit, suhu tubuh 37 0 C, terdapat nyeri sentuh aurikula, tragus pain (+), canalis auricularis externus nampak eritematus dan sempit karena edem, dan nampak serumen agak basah di liang telinga. Jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Obat kausatif pilihan yang diberikan pada kasus ini adalah antibiotik topikal adalah tetes telinga otopraf yang komposisinya terdiri dari Fludrokortison asetat 1 mg, Polimiksin B Sulfat 10.000 IU, Neomisin Sulfat 5 mg, Lidokain HCl 40 mg. Obat simptomatik sebagai analgesik pilihan untuk kasus ini asam mefenamat.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, EA (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok dan Kepala Leher edisi 5. FK UI. Jakarta. 2001. 2. Adams L, George dkk. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC. 1997. 3. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan Infeksi. Dalam: Informatorium Obat nasional Indonesia 2000 (IONI). Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan makanan. 2000. 4. Waitzman AA. Otitis Externa Medication. Medscape Reference. Available at http://emedicine.medscape.com updated January, 22nd 2013. 5. Ganiswarna S. (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Penerbit FK UI, Jakarta. 1995. 6. Winotopradjoko, M dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Akarta, Volume 39. 2004. 7. Tjay, TH & Rahardja K. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek sampingnya. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta. 2002. 8. Anonymous. NSAIDs. Medscape Reference. Available http://emedicine.medscape.com. (visited at February, 25th 2013). at

17

Anda mungkin juga menyukai