Anda di halaman 1dari 19

CYBER CRIME Kejahatan dunia maya (Inggris: cybercrime) adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan

komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll. Walaupun kejahatan dunia maya atau cybercrime umumnya mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer sebagai unsur utamanya, istilah ini juga digunakan untuk kegiatan kejahatan tradisional dimana komputer atau jaringan komputer digunakan untuk mempermudah atau memungkinkan kejahatan itu terjadi. Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai alat adalah spamming dan kejahatan terhadap hak cipta dan kekayaan intelektual. Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai sasarannya adalah akses ilegal (mengelabui kontrol akses), malware dan serangan DoS. Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai tempatnya adalah penipuan identitas. Sedangkan contoh kejahatan tradisional dengan komputer sebagai alatnya adalah pornografi anak dan judi online. Cybercrime Cybercrime bisa diartikan sebagai tindakan yang merugikan orang lain, atau pihak-pihak tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan perangkat-perangkat digital. Pada dasarnya, tindakan, perilaku dan perbuatan yang termasuk dalam kategori cybercrime ini dan sering kita temui adalah: Penipuan finansial melalui perangkat komputer dan media komunikasi digital. Sabotase terhadap perangkat-perangkat digital, data-data milik orang lain, dan jaringan komunikasi data. Pencurian informasi pribadi seseorang maupun organisasi tertentu. Penetrasi terhadap sistem komputer dan jaringan, sehingga menyebabkan privasi terganggu atau gangguan pada fungsi komputer yang anda gunakan (denial of service). Para pengguna internal sebuah organisasi melakukan akses-akses ke server tertentu atau ke internet yang tidak diizinkan oleh peraturan organisasi. Menyebarkan virus worm, backdoor, trojan, pada perangkat komputer sebuah organisasi yang mengakibatkan terbukanya akses-akses bagi orang-orang yang tidak berhak. Pengertian Cybercrime Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi computer khusunya internet. Cybercrime didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi computer yang berbasasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet.

Karakteristik Cybercrime Dalam perkembangannya kejahatan konvensional cybercrime dikenal dengan : 1. Kejahatan kerah biru 2. Kejahatan kerah putih Cybercrime memiliki karakteristik unik yaitu : 1. Ruang lingkup kejahatan 2. Sifat kejahatan 3. Pelaku kejahatan 4. Modus kejahatan 5. Jenis kerugian yang ditimbulkan Dari beberapa karakteristik diatas, untuk mempermudah penanganannya maka cybercrime diklasifikasikan : a. Cyberpiracy : Penggunaan teknologi computer untuk mencetak ulang software atau informasi, lalu mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi komputer. b. Cybertrespass : Penggunaan teknologi computer untuk meningkatkan akses pada system computer suatu organisasi atau indifidu. c. Cybervandalism : Penggunaan teknologi computer untuk membuat program yang menganggu proses transmisi elektronik, dan menghancurkan data dikomputer. c. Perkiraan perkembangan cyber crime di masa depan dapat diperkirakan perkembangan kejahatan cyber kedepan akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi atau globalisasi dibidang teknologi informasi dan komunikasi, sebagai berikut : Denial of Service Attack. Serangan tujuan ini adalah untuk memacetkan sistem dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk mengendalikan atau mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit yang menguras tenaga dan energi. Hate sites. Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling menyerang dan melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola oleh para ekstrimis untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang / kelompok, bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain sebagai pesan yang disampaikan. Cyber Stalking adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak dikehendaki oleh user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan pemaksaan. Walaupun e-mail sampah ini tidak dikehendaki oleh para user.

3. Jenis-jenis Cybercrime a. Jenis-jenis cybercrime berdasarkan jenis aktivitasnya 1. Unauthorized Access to Computer System and Service Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukan hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi internet/intranet. Kita tentu tidak lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam database berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang e-commerce, yang memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini dalam beberapa waktu lamanya. 2. Illegal Contents Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya adalah pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan sebagainya. 3. Data Forgery Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi salah ketik yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku. 4. Cyber Espionage Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang computerized. 5. Cyber Sabotage and Extortion Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic

bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut, tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut sebagai cyber-terrorism. 6. Offense against Intellectual Property Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya. 7. Infringements of Privacy Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya. 8. Cracking Kejahatan dengan menggunakan teknologi computer yang dilakukan untuk merusak system keamaanan suatu system computer dan biasanya melakukan pencurian, tindakan anarkis begitu merekan mendapatkan akses. Biasanya kita sering salah menafsirkan antara seorang hacker dan cracker dimana hacker sendiri identetik dengan perbuatan negative, padahal hacker adalah orang yang senang memprogram dan percaya bahwa informasi adalah sesuatu hal yang sangat berharga dan ada yang bersifat dapat dipublikasikan dan rahasia. 9. Carding Adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi computer untuk melakukan transaksi dengan menggunakan card credit orang lain sehingga dapat merugikan orang tersebut baik materil maupun non materil. b. Jenis-jenis cybercrime berdasarkan motif Berdasarkan motif cybercrime terbergi menjadi 2 yaitu : Cybercrime sebagai tindak kejahatan murni : dimana orang yang melakukan kejahatan yang dilakukan secara di sengaja, dimana orang tersebut secara sengaja dan terencana untuk melakukan pengrusakkan, pencurian, tindakan anarkis, terhadap suatu system informasi atau system computer. Cybercrime sebagai tindakan kejahatan abu-abu : dimana kejahatan ini tidak jelas antara kejahatan criminal atau bukan karena dia melakukan pembobolan tetapi tidak merusak,

mencuri atau melakukan perbuatan anarkis terhadap system informasi atau system computer tersebut. Selain dua jenis diatas cybercrime berdasarkan motif terbagi menjadi Cybercrime yang menyerang individu : kejahatan yang dilakukan terhadap orang lain dengan motif dendam atau iseng yang bertujuan untuk merusak nama baik, mencoba ataupun mempermaikan seseorang untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Contoh : Pornografi, cyberstalking, dll Cybercrime yang menyerang hak cipta (Hak milik) : kejahatan yang dilakukan terhadap hasil karya seseorang dengan motif menggandakan, memasarkan, mengubah yang bertujuan untuk kepentingan pribadi/umum ataupun demi materi/nonmateri. Cybercrime yang menyerang pemerintah : kejahatan yang dilakukan dengan pemerintah sebagai objek dengan motif melakukan terror, membajak ataupun merusak keamanan suatu pemerintahan yang bertujuan untuk mengacaukan system pemerintahan, atau menghancurkan suatu Negara. Membedakan Cybercrime dan Cyber-Related Crime Banyak kejahatan yang menggunakan teknologi komputer tidak bisa disebut cybercrime Pedophilia, stalking, dan pornografi bisa disebarkan dengan atau tanpa menggunakan cybertechnology Sehingga hal-hal di atas tidak bisa disebut cybercrime Hal-hal diatas biasanya disebut cyber-related crime Cyber-Related Crime Cyber-related crime bisa dibagi menjadi : - cyber-exacerbated crime - cyber-assisted crime Sehingga kejahatan yang menggunakan teknologi internet bisa diklasifikasikan menjadi 1. Cyber-specific crimes 2. Cyber-exacerbated crimes 3. Cyber-assisted crimes PERSPEKTIF HUKUM TENTANG CYBER CRIME DALAM BERBAGAI TRANSAKSI PERBANKAN DI INDONESIA SERTA ANALISANYA Dalam era globalisasi sekarang ini, di sektor perbankan semakin meningkat meningkat para investasi yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan jasa perbankan, atas dasar inilah yang dapat meningkatkan serta mendukung pembangunan ekonomi di Indonesia. Akan tetapi kegiatan perbankan didalam melayani kegiatan para investasi tersebut, tidak terlepas dari saran serta perangkat media elektronik berupa computer beserta perangkat internetnya, yang mungkin saja akan terjadi tindak kejahatan yang menggunakan sarana media computer, yang dapat mengganggu system perbankan di

Indonesia. Atas dasar tersebutlah maka dikenal kejahatan Cyber Crime adalah kejahatan yang dengan menggunakan sarana media elektronik internet (kejahatan dunia alam maya) atau kejahatan dibidang komputer dengan secara illegal, dan dari difinisi yang lain dapat diartikan sebagai kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media elektronik internet (segala bentuk kejahatan dunia alam maya). Dengan disain Deklarasi ASEAN tanggal 20 Disember 1997 di manila adalah membahas jenis-jenis kejahatan yang termasuk Cyber Crime yaitu : 1.Cyber Terorism ( National Police Agency of Japan (NPA) yang difinisikannya adalah sebagai serangan elektronik melalui jaringan computer yang menyerang prasarana yang sangat penting dan berpotensi menimbulkan suatu akibat buruk bagi aktifitas social dan ekonomi suatu Bangsa. 2.Cyber Pornography : penyebaran abbscene materials termasuk pornografi, indecent exposure danchild pornography. 3.Cyber Harrasment : pelecehan seksual melalui email, website atau chat program. 4.Cyber Stalking : crime of stalkting melalui penggunaan computer dan internet. 5.Hacking :penggunaan programming abilities dengan maksud yang bertentangan dengan hukum. 6.Carding ( credit card fund),carding muncul ketika otang yang bukan pemilik kartu kredit menggunakan kartu credit tersebut sebagai perbuatan melawan hukum. Terdapat juga difinisi yang lain tentang cyber crime yang dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan computer sebagai sarana/alat atau computer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Terhadap difinisi tersebut dapat diartikan secara luas yaitu mencakup seluruh bentuk baru kejahatan yang ditujukan pada computer, jaringan computer dan penggunanya, serta bentuk-bentuk kejahatan tradisional yang sekarang dilakukan dengan menggunakan atau dengan bantuan peralatan computer. Cyber crime yang dapat merugikan perekonomian Negara yaitu dengan melalui kegiatan perbankan antara lain adalah : 1. Typo site : pelaku membuat nama situs palsu, persis seperti situs asli, 2. Keystroke longer,3. Sniffing, 4. Brute force attacking, 5. Web deface, 6. Email spamming dan 7. Denial of service. Atas dasar tersebutlah perlunya payung hukum yang dapat membatasi kejahatan Cyber Crime yaitu dengan UU Khusus yang mengatur Cyber Crime, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan undang terkait lain seperti UU. NO. 3 TAHUN 2004 Tentang Bank Indonesia, UU N0. 4 Tahun 2004 tentang Perbankan dan Kitab Undang Undang Hukum Pidana. Media elektronik internet1 (merupakan kejahatan dunia alam maya) atau kejahatan dibidang komputer dengan secara illegal, dan terdapat difinisi yang lain yaitu sebagai kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media elektronik internet. Deklarasi ASEAN2 tanggal 20 Disember 1997 sebagaimana telah dijelaskan diatas. Tujuan dari penulisan serta pembahasan adalah untuk melakukan penelusuran terhadap kejahatan Cyber Crime3 yang sangat mengganggu stabilitas perkonomian Pembangunan Indonesia dan Jaringan Sistem Perbankan Indonesia maupun Internasional, baik kejahatan jaringan internet secara internal maupun secara eksternal. Mengingat kejahatan ini adalah merupakan sebagai kejahatan dunia alam maya dengan tujuan untuk mencari

keuntungan yang sebesar-besarnya dengan secara tidak sah atau illegal serta betentangan dengan Undang-Undang Pertelekomunikasian Indonesia. Teori konsep yang digunakan penulis adalah : Aspek Cyber Law terhadap Cyber Crime : Dalam Hukum Internasional terdapat 3 jenis Yuridis yaitu( The Juridiction to Prescribe)Yuridis untuk menetapkan undang-undang,( The Juridicate to Enforce)Yuridis untuk menghukum dan (The Jurisdiction to Adjudicate)Yuridis untuk menuntut. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, Pasal 7 ayat ( 2 ) : Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 1 angka (1): Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, penerimaan, dan/atau penerimaan dan serta informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromanetik lainnya. Terdapat permasalahan yaitu : a. apa yang dimaksud dengan Cyber Crime ?, b. bagaimanakah bentuk Cyber Crime pada sektor perbankan ? dan sampai sejauhmana upaya untuk mengantisipasi Cyber Crime di sektor Perbankan Indonesia untuk mendukung Pembangunan ekonomi di Indonesia. ? Cyber Crime yang dianggap sebagai klausula tindak kejahatan yang masih tergolong muda, yang menggunakan jaringan computer pada dunia alam maya dan atas dasar tersebutlah telah lahirnya pula Cyber Law (hokum siber), Law of Information Technology dan Virtual World Law (Hukum Dunia Maya. Dimana Cyber Law bertumpu pada disiplin ilmu hukum antara lain HAKI, Hukum Perdata, Hukum Perdata Internasional dan Hukum Internasional. Pengertian Cyber Crime adalah suatu upaya memasuki/ menggunakan fasilitas computer/ jaringan computer tanpa ijin dan melawan hukum atau tanpa menyebabkan perubahan atau kerusakan pada fasilitas komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut atau kejahatan yang dengan menggunakan sarana media elektronik internet (merupakan kejahatan dunia alam maya) atau kejahatan dibidang komputer dengan secara illegal, dan terdapat difinisi yang lain yaitu sebagai kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media elektronik internet. Dengan demikian Cyber Crime merupakan suatu tindak kejahatan didunia alam maya, yang dianggap betentangan atau melawan undang-undang yang berlaku, oleh karenanya untuk menegakkan hukum serta menjamin kepastian hukum di Indonesia perlu adanya Cyber Law yaitu Hukum yang membatasi kejahatan siber (kejahatan dunia maya melalui jaringan internet), yang dalam Hukum Internasional terdapat 3 jenis Yuridis yaitu( The Juridiction to Prescribe)Yuridis untuk menetapkan undang-undang, (The Juridicate to Enforce) Yuridis untuk menghukum dan (The Jurisdiction to Adjudicate)Yuridis untuk menuntut. The Jurisdiction to Adjudicate terdapat beberapa asas yaitu :

a.Asas Subjective Territorial yaitu berlaku hukum berdasarkan tempat pembuatan dan penyelesaian tindak pidana dilakukan di Negara lain, b.Asas Objective Territorial yaitu hukum yang berlaku adalah akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak kerugian bagi Negara yang bersangkutan, c.Asas Natonality adalah hokum berlaku berdasarkan kewarganegaraan pelaku, d.Asas PassiveNatonality adalah Hukum berlaku berdasarkan kewarganegaraan korban, e.Asas Protective Principle adalah berlakunya berdasarkan atas keinginan Negara untuk melindungi kepentingan Negara dari kejahatan yang dilakukan diluar wilayahnya dan f.Asas Universality adalah yang berlaku untuk lintas Negara terhadap kejahatan yang dianggap sangat serius seperti pembajakan dan terorisme (crime against humanity). Berkaitan dengan Cyber Crime dihubungkan dengan Hukum Perbankan adalah suatu peraturan atau perundang-undangan perbakan yang mengatur bank-bank komersil, Bank pemerintah, Bank Swasta dan Bank swasta Asing, dengan melakukan Izin pendirian. Sedangkan izin Pendirian adalah ketentuan bagi setiap perusahaan yang akan menjalankan usahanya disuatu negara atau dari wilayah hukum Negara lain, haruslah terlebih dahulu memperoleh izin dari pihak yang berwenang atau Pemerintah. Dan kewajiban memperoleh izin usaha bank tersebut, harus memenuhi persyaratan yang wajib dipenuhi menurut UU No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut : 1.Susunan Organisasi dan kepengurusan, 2. Permodalan, 3. Kepemilikan, 4 Keahlian dibidang Perbankan dan 5. Kelayakan Rencana Kerja. Sedangkan pengertian bank itu sendiri adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian pengertian hukum perbankan adalah suatu ketentuan/norma atau kidah-kaidah hukum yang mengatur segala kegiatan perekonomian yang berhubungan langsung mupun tidak langsung, berupa badan usaha milik Negara yaitu bank yang mengelola dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit/pinjaman. Akan tetapi pada kenyataannya didalam melakukan kegiatan perekonomian didalam mengelola keuangan Negara tersebut, pihak perbankan dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dengan melalui bank-bank umum maupun bank swasta sering terjadi suatu upaya-upaya terjadinya tindak pidana pencucian uang (monay laundering) dan sering terjadi dan yang sering menimbulkan masalah adalah bank-bank swasta yang diberi kepercayaan untuk mengelolaan keuangan Negara tersebut. Bentuk Cyber Crime4 terdapat beberapa potensi cyber crime dalam kejahatan perbankan adalah sebagai berikut: 1.Typo Site adalah pelaku membuat nama situs palsu yang sama persis dengan situs asli dan membuat alamat yang mirip dengan situs asli (pelaku tinggal menunggul sikorban salah mengetik data), dari kesalahan inilah pelaku akan mendapat informasi/user dan password korban, yang nantinya akan dimanfaatkan untuk merugikan korban. 2.Keylogger/Keystroke Logger : 3.Sniffing : 4.Brute Force Attacking : 5.Web Deface : 6.Email Spamming : 7.Denial of Service :

8.Virus, Worm, Trojan : Menurut perusahaan Security Clear Commerce di Texas USA, di Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Ukrania dalam hal kejahatan Carding8 (kartu Kredit) dengan menggunakan teknologi informasi (Internet) yaitu menggunakan kartu kredit orang untuk melakukan pemasaran barang secara online. Dimana komunikasi awal dibangun melalui e-mail untuk menanyakan kondisi barang dan melakukan transaksi, setelah terjadi kesepakatan pelaku memberikan nomor kartu kreditnya dan penjual mengirimkan barang, cara ini relatif aman bagi pelaku, karena penjual biasanya mengirim barannya dalam tempo 3-5 hari untuk melakukan kliring atau pencairan dana, sehingga pada saat penjula mengetahui bahwa nomor kartu kredit tersebut bukan milik pelaku dan barang sudah terlanjur dikirim. Macam dan bentuk lain adalah dimana seorang laki-laki asal bandung telah membuat situs asli akan tetapi palsu layanan internet banking BCA,Steven5 membeli domain mirip dengan www.klikbca.com (situs asli Internet banking BCA yaitu wwwklik-bca.com, klikbca.com, cklikbca.com, klickca.com dan klikbac.com). Jika nasabah salah mengetik, maka dana nasabah tersebut akan masuk perangkap situs Steven tersebut. Kegiatankegiatan tersebut dilakukan, apabila setiap pelaku membuat situs-situs samaran atau palsu yang dapat mengakibatkan menimbulkan kerugian bagi pihak perbankan maupun bagi yang memegang dana kartu kredit tersebut, dimana sistem jaringan perbankan akan terganggu yang disebakan oleh para pelaku kejahatan Cyber Crime di Indonesia yang terdiri dari berbagai bentuk kejahatan seperti : Typo Site, Keylogger/Keystroke Logger, Sniffing, Brute Force Attacking, Web Deface, Email Spamming, Denial of Service, Virus, Worm, Trojan dan kejahatan kartu kredit yang melalui jaringan internet dengan menggunakan situs-situs palsu yang lagi marak si era perekonomian global di Indonesia. Jika masalah ini tidak ditanggulangi oleh Pemerintah Indonesia dengan secara seksama yaitu dengan memberlakukan kebijakan dasar mapun kebijakan pemberlakuan yang merupakan sebagai paying yang membatasi kejahan Cyber Crime tersebut dengan memberikan sanksi berupa kurungan badan yang seberat-beratnya dan denda berupa uang yang setinggi-tingginya. Perlu diketahui bahwa system jaringan perbankan akan terpengaruh dan secara tidak sadar akan menanggung kerugian dari pemegang kartu kredit atau kegiatan lain yang melalui perbankan, apabila pihak perbankan tidak mau menanggung segala resikonya dapat mengakibatkan ketidak percayaan para investor dalam negeri maupun investor asing/luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia, mengingat kepastian hukum yang merupakan sebagai kebijakan dasar maupun sebagai kebijakan pemberlakukan, tidak menjamin adanya kepastian hukum yang pasti. Jika kegiatan perekonomian di Indonesia selalau diganggu, maka akan perpengaruh kepda kegiatan perbankan di Indonesia, sebagai diakibat kejahatan Cyber Crime pada jaringan system perbankan melalui system jaringan internet, baik kegiatan kejahatan secara internal (dalam negeri) maupun secara eksternal (Luar Negeri), dan untuk mengupayakan pencegahan terhadap Kejahatan Cyber Crime harus dilakukan suatu pembatan terhadap kegiatantersebut, baik dengan kebijakan dasar maupun kebijakan pemberlakukan yang berupakan sebagai payung hukum yaitu Undang- Undang Dasar 1945, Pasal 33 ayat (4), Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, Pasal 7 ayat (2), UndangUndang No. 17 Tahun 2003, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Draft RUU Cyber Crime6 yang masih di bahas di Dewan Perwakilan Rakyat. Mari kita tengok sekilas isi dari UUD 1945 yaitu Pasal 33 ( yang harus dipertegang pengaturannya

maupun sangsi hukumannya), yang mengakibatkan keinginan dari pasal-pasal tersebut tidak akan tercapai baik secara internal maupun secara eksternal, apabila kegiatan perekonomian khususnya dunia perbankan dan keuangan Negara diganggu kestabilannya didalam pengaturan keuangan negara. Atas dasar tersebutlah, dimana kejahatan Cyber Crime tidak dapat dicegah karena kurangnya perangkat atau koridor hukum7 yang jelas pengaturannya, jika hal ini terus berlangsung maka akan berakibat menimbul kerugian yang sangat besar bagi Negara, yang khususnya pada pihak perbankan di Indonesia yang berhubunga dengan peredaran dan pengawasan terhadap keuangan perbankan di Indonesia. Pada kasus-kasus Cyber Crime diatas, sebaiknya RUU Cyber Crime tersebut harus melakukan sosialisasi secara internal maupun secara eksternal, apabila undang-undang tersebut telah diundangkan dan diberlakukan, agar tidak menimbulkan keragu-raguan yang mana merupakan sebagai kebijakan dasarnya dan yang mana merupakan sebagai kebijakan pemberlakuan dengan tujuan agar tidak terjadinya tumpang tindih kebijakan antara yang satu kebijakan yang satu dengan kebijakan yang lainnya. Jika pemberlakukan Undang-Undang Cyber Crime yang nantinya akan disahkan, yang walaupun sampai pada saat ini masih berupa RUU Cyber Crime8, harus memperhatikan tata cara pencegahan, sangsi hukuman maupun denda untuk membuat jera dan memperhatikan perkembangan tekhnologi secara berkelanjutan, agar tidak ketinggalan oleh tekhnologi para pelaku Cyber Crime, yang setiap saat selalu melakukan eksperimeneksperimen terhadap jaringan internet untuk mempermudah/menerobos jaringan system perbankan. Walaupun upaya pencegahan dengan adanya Draft RUU Cyber Crime dan UU No. 36 Tahun 1999 tentang Petelekomikasian di Indonesia, segala kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan perbankan, akan selalu diikuti oleh para pelaku Cyber Crime untuk berupaya melakukan tindakan kejahatan dengan tujuan mengambil uang atau dana orang lain dengan secara melawan hukum/illegal. Dimana baik secara langsung maupun tidak langsung, kerugian yang diderita pihak perbankan sangat besar, mengingat kejahatan Cyber Crime terdiri dari berbagai macam dan bentuknya seperti : Typo Site , Keylogger/Keystroke Logger, Sniffing, Brute Force Attacking, Web Deface, Email Spamming, Denial of Service, Virus, Worm, Trojan dan kejahatan kartu kredit. Perlu diketahui dimana kerugian pihak perbankan tidak secara langsung, karena dana atau uang yang diambil oleh pelaku Cyber Crime adalah dana nasabah, akan tetapi karena nasabah merasa tidak melakukan transaksi9 dengan pihak lain, dan secara pandangan menurut hukum transaksi yang telah dilakukan oleh pelaku Cyber Crime tersebut adalah merupakan sebagai tanggung jawab pihak perbankan. Masalah inilah yang dianggap penulis sebagai kerugian pihak perbankan yang secara otomatis dapat mengganggu perekonomian pembangunan Indonesia, karena akibat dari adanya kejahatan Cyber Crime, para investor10 takut melakukan transaksi dengan perbankan di Indonesia, yang paling utama melakukan transaksi melalui jaringan internet dan juga karena ketidak pastian hukum Cyber Crime di Indonesia. Dengan demikian dimana kejahatan Cyber Crime adalah suatu kejahatan dunia alam maya yang tidak dapat dideteksi setiap saat, mengingat kejahatan Cyber Crime adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh pelaku dengan identitas yang tidak jelas atau akuran (memakai samaran identitas nasabah lain). Dan untuk lebih jelasnya adalah perlunya pembatasan nama situs seseorang/badan hukum11 yang tidak dapat digunakan oleh orang

lain, dengan cara mendata nama-nama situs serta meregister untuk mendapatkan keakuratan data-data situs yang identitasnya sudah pasti benar-benar asli (bukan samaran). Melihat dari perumusan masalah tersebut diatas, penulis berusaha menganalisa permasalahan baik secara faktor internal maupun secara faktor eksternal dengan melihat kepada kebijakan dasar maupun kebijakan pemberlakukan yang merupakan landasan dan payung hukum didalam melakukan kegiatan perekonomian dalam pembangunan Indonesia. Dengan melihat permasalahan seperti Pengertian Cyber Crime yang berada pada jaringan internet atau situs, bentuk Cyber Crime pada sektor perbankan dan upayaupaya untuk mengantisipasi Cyber Crime di sektor Perbankan untuk mendukung Pembangunan ekonomi di Indonesia adalah masalah-masalah yang sangat penting untuk dianalisa. Analisa Secara Faktor Internal. Telah dijelaskan mengenai pengertian dan difinisi Cyber Crime baik pada bab pertama maupun pada bab kedua diatas, berserta dasar hukumnya yang dianalisis secara faktor internal baik mengenai kebijakan dasar maupun kebijakan pemberlakuannya, walaupun Draf RUU tentang Cyber Crime belum diundangkan dan diberlakukan. Didalam Draf RUU tersebut juga dijelaskan mengenai bentuk Cyber Crime yaitu Dengan berlandasankan kepada undang-undang perbankan, undang-undang Telekomunikasi dan Daraf RUU Cyber Crime, dimana analisa penulis secara factor internal terhadap Kejahatan Cyber Crime dapat mengganggu stabilitas perekonomian dalam pembangunan Indonesia tindakan yang dilarang oleh undang-undang perbankan dan undang-undang telekomunikasi. Dimana kegiatan ini, merupakan suatu kegiatan yang penuh rekayasa dan terselubung serta bekerja dalam dunia maya/jaringan internet. Sebagai upaya melakukan pencegahan secara factor internal terhadap kejahatan Cyber Crime tersebut, pemerintah telah berupaya menyusun Draft RUU Cyber Crime yang sementara waktu menggugankan UU No. 36 Tahun 1999 tentang petelekomunikasian sebagai kebijakan pemberlakukan. Dimana pada sekarang ini hanya berlaku kebijakan pemberlakukan dengan menggunakan undang-undang telekomunikasi yang hanya berlaku secara interna saja, sedangkan paying hukum akan menindak tegas terhadap pelaku kejahatan Cyber Crime adalah hanya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan KUHA Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan KUHAPerdata saja. Akan tetapi yang menjadi masalah untuk menjatuhkan sangsi hukuman maupun sangsi denda kepada pelaku kejahatan Cyber Crime yaitu hanya pasal yang mengatur tetang kejahatan saja, tidak terdapat kejahatan Cyber Crime. Analisa Secara Faktor Eksternal. Begitu pula sebaliknya berdasarkan factor eksternal, dimana pelaku kejahatan Cyber Crime adalah merupakan kejahatan dunia alam maya yang menggunakan jaringan internet, dan untuk melakukan pencegahan Cyber Crime tersebut, harus dilakukannya koordinasi secara eksternal yaitu menjalin kerja sama dengan pemerintah luar negeri, dalam hal kerja sama antar pemerintah dibidang komunikasi termasuk kejahatan Cyber Crime, dengan maksud agar dapat dengan mudah untuk mengindetifikasi kejahatan Cyber Crime secara eksternal. Kerja sama tersebut secara eksternal perlu digalakan, mengingat kegiatan perbangkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia akan

terganggu, yang mungkin saja dapat mengakibatkan kerugian negara yang tidak ternilai besarnya bahkan kerugian tersebut dapat mengakibatkan kerugian disegala sector, mengingat dengan melalui kejahatan Cyber Crime dapat memanipulasi data-data yang berkaitan dengan data perbankan dan keuangan negara. Berdasarkan anlisa penulis disini, terhadap kejahatan Cyber Crime baik ditinjaun secara secara internal maupun secara eksternal adalah suatu kejahatan Cyber Crime masuk kesistem jaringan perbankan dengan melalui jaringan internet yang dapat diakses melalui satelit, kejahatan ini yang tidak dapat dideteksi dengan mudah oleh apara penegak hokum, karena apara penegak hokum tersebut harus memiliki kemampuan yang setara dengan teknologi yang dimiliki oleh pelaku Cyber Crime, baik pelaku kejahatan secara internal maupun secara eksternal. Oleh karena itu perlunya suatu payung hukum yang dapat mencegah dan membatasi kejahatan Cyber Crime, agar tidak dengan mudah dapat memasuki system jaringan perbangkan yang menggunakan jaringan internet (dunia alam maya), sudah barang tentu harus adanya kordinasi dengan pemerintah luar negeri untuk menangani kejahatan Cyber Crime tersebut. Kesimpulan : 1.Dengan melihat kebijakan dasar yaitu UUD 1945 Pasal 33 yang pada dasarnya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dapat hidup tentram dan damai didalam melakukan transaksi perekonomian, dengan dilandasi oleh kebijakan pemberlakuan yaitu UU No. 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi dan Draft Rancangan Undang-Undang tentang Cyber Crime. 2.Cyber Crime adalah upaya memasuki/ menggunakan fasilitas computer/ jaringan computer tanpa ijin dan melawan hukum atau tanpa menyebabkan perubahan atau kerusakan pada fasilitas komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut atau kejahatan yang dengan menggunakan sarana media elektronik internet (merupakan kejahatan dunia alam maya) atau kejahatan dibidang komputer dengan secara illegal, dan terdapat difinisi yang lain yaitu sebagai kejahatan komputer yang ditujukan kepada sistem atau jaringan komputer, yang mencakup segala bentuk baru kejahatan yang menggunakan bantuan sarana media elektronik internet. Cyber Crime terdiri dari berbagai macam dan bentuknya seperti :Typo Site, Keylogger/ Keystroke Logger, Sniffing, Brute Force Attacking, Web Deface, Email Spamming, Denial of Service, Virus, Worm, Trojan dan kejahatan kartu kredit. 3.Pencegahan Kejahatan Cyber Crime harus dilakukan dengan secara internal adalah melalui perangkat penegah hukum dibidang jaringan internet yang profesional, serta harus adanya koordinasi dengan pemerintah luar negeri. Hal ini disebabka kejahatan Cyber Crime baik secara internal maupun secara eksternal adalah kejahatan yang dilakukan melalui situs yang dapat diakses melalui satelit (akses data yang menjangkau seluruh dunia). Dimana formasi kejahatan Cyber Crime adalah suatu kejahatan yang sangat profesional untuk mendapat dana/uang dari pemilik dana secara tidak halal atau melawan hukum. Pada bulan september tahun 2001 amerika serikat mengalami serangan teroris terbesar sepanjang sejarah. Hal ini menyebabkan banyak agenh pemerintah yang memperbaiki prosedur keamanan mereka. hal ini juga mempengaruhi pandangan tujuan dari teroris untuk mencapai tujuan mereka termasuk terorisme di dunia terorisme cyber. Terorisme

cyber dapat digambarkan sebagai suatu serangan dengan tujuan tertentu pada dunia cyber. Ancaman dari serangan ini menyebabkan banyak dari para profesional komputer memperbaiki keamanan mereka. Hal ini juga menyebabkan banyak siswa yng belajar menggunakan komputer yang terkait dengan masalah keamanannya (security). Perang di dunia maya (Cyber warfare) adalah salah satu bentuk gambaran dari bentuk pertahanan dan serangan terhadap informasi dan jaringan komputer di dunia maya. Dalam cyber warafre teknologi informasi sering digunakan sebagai alat dan instrumen untuk menyerang sistem komputer musuh. Bentuk dari cyber warfare ini juga dapat terdiri dari berbagai jenis, baik itu antar informasi personal, perusahaan mauan informasi secara global. Di Indonesia pernah terjadi cyber warfare sebanyak dua kali. Yaitu ketika terjadi krisis di Timor-Timur sempat terjadi peperangan antara hacker indonesia dan australia. Serta ketika hubungan Indonesia dan Malaysia yang memanas karena masalah perbatasan. Beberapa situs pemerintah Malaysia sempat didevace oleh Hakcer Indonesia, dan dari Malayasia juga membalas dengan mendevace situs pemerintah daerah di Indonesia. Terdapat tiga jenis dari bentuk serangan terhadap sistem komputer. yaitu fisik, syntatic, dan semantic. Serangan fisik menggunakan senjata yang konvesional seperti bomb atau api. Sebuah serangan syntetic menggunakan software yang bertipe merusak sistem atau jaringan komputer atau yang sering disebut virus. Semantic attack melakukan pendekatan yang lebih berbahaya. Tujuannya adalah menyerang kepercayaan user dengan menyebabkan sistem komputer rusak sehingga dapat menghasilkan outputan yang salah. Serangan sintatic sewaktu-waktu juga berada dibawah group yang sering disebut malware software atau malware. Serangan ini termasuk virus,worms, dan trojan horse. Salah satu kendaraan yang sering digunakan malware ini adalah email. Serangan Syntatic juga digunakan melalui Denial of Service (DOS) dan distributed denial of service(DDOS). Penyerangan bertipe ini dalam beberapa tahun ini semakin sering digunakan. Salah satu bentuk yang sering digunakan dalam serangan bertipe DOS dan DDOS adalah dengan menggunakan teknik ping saturation. Ping adalah suatu aksesoris dari internet yang simple yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu device tersedia dengan memberikan memberikannya suatu alamat internet. Ping saturation terjadi ketika serangan dengan menggunakan ping ini dapat merusak sistem secara keseluruhan. Bentuk serangan ini bertujuan untuk mengacaukan service atau jaringan dari sistem dengan membanjirinya dengan request secara berlebihan. Serangan Semantic digunakan untuk memodifikasi informasi atau memberikan informasi yang salah. Modifikasi informasi dapat dilakukan walaupun tanpa bantuan dari komputer sendiri. Akan tetapi suatu jaringan (networks) dan komputer telah menyediakan peluang untuk melakukan hal ini. Begitu juga dengan penyebaran suatu informasi yang salah pada banyak orang juga dapat dilakukan secara cepat karena adanya fasilitas seperti email, message board dan website. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat cukup banyak kejahatan cyber yang terjadi. Ketika India dan Pakistan terlibat perselisihan masalah Kashmir. Maka akibat dari perselisihan tersebut juga merambat ke dunia maya ketika beberapa hackers yang mendukung pakistan secara berulang-ulang menyerang komputer-kompter di India. Dan jumlahnya pada akhir 2000 semakin bertambah dari tahun sebelumnya. Hacker yang mendukung pakistan ini menamakan diri mereka Pakistan Hackers Club. Dan selain menyerang India mereka juga menyerang web site milik Amerika Serikat. Salah satunya adalah web site yang dibuat oleh departemen energi (US Deparment of Energy) dan angkatan udara (US Air Force) milik Amerika Serikat. Selain itu konflik yang terjadi

antara Israel dan Palestina juga melibatkan dunia maya. Hal ini dimulai ketika beberapa remaja Israel meyerang komputer milik pejuang Palestina yaitu Hizbullah dan Hamas. Hackers palestina kemudian membalasnya dengan merusak website milik israel seperti departemen pertahanan , departemen luar negeri dan bank milik israel. Ketika NATO menyerang kosovo, maka serangan komputer jua dialami NATO. Sekitar 100 web server yang dimiliki NATO terkena seranagn ping saturation. Pada saat yang sama beberapa sweb site komersil dan militer Amerika Serikat juga dideface oleh hacker Rusia, China dan Serbia. Kejahatan dunia cyber (cyber terorism) saat ini telah menjadi masalah yang cukup penting baik itu bagi industri maupun sosial secara umum. Karea itu sangatlah penting untuk mengembangan kemampuan dan pemahaman teknologi informasi suatu negara. Dengan adanya teknologi informasi yang memadai maka suatu negara dapat mengidentifikan dan mencegah kejahatan cyber di masa depan. Kejahatan cyber crime LONDON - Sebuah studi menemukan, sekira 16 juta pengguna internet di Inggris sangat berpotensi menjadi korban kejahatan dunia maya karena mereka menggunakan password yang sama untuk semua akun di tiap situs. Cyber crime yang dimaksud adalah segala bentuk penipuan melalui internet dengan menggunakan identitas korban secara ilegal, baik pencurian uang di bank dengan rekening korban, atau membelanjakan produk dengan menggunakan identitas korban. Dalam studi tersebut juga diketahui, rata-rata pengguna internet diminta untuk mengisi password ke dalam 23 situs setiap bulannya. Studi itu menemukan, sekira 46 persen, atau sekira 15,6 juta pengguna internet di Inggris menggunakan password yang sama untuk setiap akun. Sekira 5 persen, atau 1,7 juta pengguna internet menggunakan password yang berbeda untuk setiap akun yang ada. Sedangkan sekira 29 persen lainnya menggunakan password yang sama dengan tambahan variasi, baik dengan menambahkan tanggal, angka atau karakter apa saja di belakang password tersebut. Tanggal penting, nama anak, serta nama ibu kandung, digunakan oleh satu dari 10 orang responden sebagai password. Sedangkan satu dari lima responden menggunakan password yang berasal dari nama hewan piaraan, Meski passwrod bersifat cukup rahasia, namun sekira 40 persen pengguna internet di Inggris mengaku memberitahukan password penting tersebut kepada orang lain, baik teman dekat maupun keluarga. Bahkan dua persen lainnya mengaku memberitahukan password tersebut kepada teman yang baru dikenal. "Layaknya sebuah kunci rumah yang digunakan berbeda untuk setiap pintu. Begitu juga seharusnya password yang ada di dunia maya. Jika memungkinkan, seharusnya netter menggunakan password dengan kombinasi huruf dan angka, sehingga menyulitkan penjahat internet untuk mengakses akun anda secara ilegal," ujar Ahli Analisa pencurian

identitas di internet di CPP Sarah Blaney, seperti dikutip melalui Telegraph, Sabtu (2/1/2010). Menurut Blaney, satu dari sepuluh netter dipastikan pernah mengalami akunnya dibobol maling internet. Dari sini, sekira 18 persen akun pengguna digunakan untuk membeli barang di internet, 12 persen netter pernah mengalami pencurian uang, dan lima persen lainnya mengaku identitasnya pernah dicolong. Mengantisipasi hal ini, seorang mantan hacker Robert Schifreen memberikan tips keamanan. Menurutnya hal yang pertama harus dilakukan adalah memastikan software antivirus yang ada dikomputer telah aktif dan up-to-date. Selain itu, Schifreen mewantiwanti netter untuk tidak terlalu mempercayai siapapun yang dikenal lewat internet. AKARTA (Arrahmah.com) - Selama ini orang menilai Facebook adalah media yang aman di internet. Tapi Facebook adalah ladang yang subur bagi penjahat cyber untuk mencari korban. Empat ribu varian virus Koobface juga siap menginfeksi korbannya, jika tidak hati-hati. Dua tahun lalu, situs jejaring sosial MySpace milik News Corp adalah tempat paling popular bagi penjahat cyber untuk mengail korbannya. Pakar keamanan sudah menduga user Facebook yang naik drastis dari 120 juta di Desember 2008, menjadi lebih dari 200 juta pada saat ini bakal menarik penjahat. "Facebook saat ini sedang menjadi trend. Penjahat pergi kemana orang pergi. Selalu begitu," kata Mary Landesman, peneliti senior di perusahaan keamanan web ScanSafe. Kejahatan cybercrime telah menyebabkan kerugian bagi perusahaan maupun individu hingga miliaran dolar. Facebook yang popular, tak akan dilewatkan begitu saja oleh penjahat cyber, dan menjadikannya sebagai ladang untuk menyebar penipuan dan mengeksplotasi korban tak berdosa. Penjahat mencari korban dengan menguasai akun tertentu, melalui berbagai cara sehingga user tidak sadar telah menyerahkan passwordnya. Melalui akun itu, penjahat kemudian memposting pesan layaknya dari teman yang dikenal. Untuk mendapat korban lebih banyak, penjahat mengirim spam agar calon korban yang baru mengujungi situs pencuri informasi pribadi serta situs penyebar virus. Facebook menangani keamanannya dari kantor pusatnya di Palo Alto California. Perusahaan ini bekerja keras memfilter spam dan software berbahaya yang membidik membernya. Jubir Facebook Simon Axten mengatakan, meskipun jumlah user terus naik, tapi persentase serangan yang sukses tidak naik. Selama lima tahun terakhir, serangan hanya kurang dari 1% dari total member.

Sebagai perbandingan data FBI menunjukkan sekitar 3% pendapatan rumah tangga AS dirampok pada 2005. Keamanan adalah balapan kekuatan, kami terus memperbarui system dan membangun sistem baru untuk mengatasi ancaman baru, kata Axten. Facebook memiliki sistem jika aktivitas kriminal terdeteksi, secara otomatis mencari pola yang sama dan menghapus email berbahaya. Facebook juga melakukan reset password jika akun dikuasai oleh pihak lain. Salah satu ancaman yang paling nyata adalah Koobface. Virus ini bisa mengambil alih PC korbannya hanya dengan mengklik email spam. Virus ini telah memanaskan MySpace setahun lalu, dan pembuatnya kini fokus menyebarkannya lewat Facebook. McAfee pembuat software keamanan terbesar kedua di dunia mengatakan varian Koobface melonjak empat kali lipat menjadi 4.000 macam bulan lalu. "Karena Facebook sistem tertutup, jadi kami kami memiliki keuntungan. Sekali kami mendeteksi pesan spam, kami bisa menghapus semua pesan yang ada di inbox di seluruh situs," kata peneliti McAfee Craig Schmugar. Masalah keamanan di Facebook itu bukan main-main. Situs fbhive.com baru-baru ini merilis permasalahan pada Facebook di mana informasi pribadi user bisa ditampikan hanya dengan teknik hacking sederhana. Setelah pengumuman itu, Facebook segera membenahinya. Pekan lalu, Yale University juga mengingatkan mahasiswanya untuk berhati-hati saat menggunakan Facebook. Hal itu setelah beberapa laptop terinfeski malware karena akses ke Facebook. Yang perlu diingat pengguna Facebook harus terus waspada saat menggunakan Facebook dan bertanggung jawab atas keamanannya sendiri. "Kami berusaha sebaik mungkin agar Facebook aman, tapi kami tidak bisa menjamin itu," ingat Facebook di syarat dan ketentuannya yang dipastikan sebagian besar member tidak pernah memperhatikannya. (inlh/arrahmah.com) Cyber crime Cybercrime adalah sesuatu tindakan yang merugikan orang lain atau pihak-pihak tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan perangkat-perangkat digital. Adapun macam-macam bentuknya adalah sbb: 1. Recreational Hackers, kejahatan ini dilakukan oleh netter tingkat pemula untuk isengiseng mencoba kekurangandalan dari sistem sekuritas atau keamanan data suatu perusahaan. Tujuan iseng-iseng ini oleh pelaku dimaksudkan sekedar hiburan akan tetapi mempunyai dampak pada kejahatan mayantara yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.

2. Crackers atau Criminal Minded Hackers, yaitu pelaku kejahatan ini biasanya memiliki motivasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, sabotase, dan penghancuran data pihak korban. Sebagai contoh pada tahun 1994 Citibank AS di Inggris mengalami kebobolan senilai US $ 400.000 oleh cracker dari Rusia. Pelaku akhirnya dapat ditangkap dan dijatuhi pidana penjara selama tiga tahun serta harus mengembalikan sejumlah uang yang dijarah. Tipe kejahatan ini dapat terjadi dengan bantuan orang dalam yakni biasanya adalah staf karyawan yang sakit hati atau datang dari kompetitor dalam kegiatan bisnis sejenis. 3. Political Hackers, yakni aktivis politik atau hactivist melakukan perusakan terhadap ratusan situs web untuk mengkampanyekan program-program tertentu bahkan tidak jarang digunakan untuk menempelkan pesan untuk mendiskreditkan lawan politiknya. Usaha tersebut pernah dilakukan secara aktif dalam usaha untuk kampanye anti Indonesia pada masalah Timor Timur yang dipelopori oleh Ramos Horta dan kawan-kawan sehingga situs Departemen Luar Negeri Republik Indonesia sempat mendapat serangan yang diduga keras dari kelompok anti integrasi sebelum dan setelah jajak pendapat tentang Referendum Timor Timur tahun 1999 lalu. 4. Denial of Service Attack. Serangan tujuan ini adalah untuk memacetkan sistem dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk mengendalikan atau mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit yang menguras tenaga dan enerji. 5. Insiders (Internal) Hackers yang biasanya dilakukan oleh orang dalam perusahaan sendiri. Modus operandinya adalah karyawan yang kecewa atau bermasalah dengan pimpinan korporasi dengan merusak data atau akses data dalam transaksi bisnis. Contoh Departemen Perdagangan dan Perindustrian Inggris pernah mengumumkan bahwa tahun 1998 perusahaan di negeri itu menderita kerugian senilai 1,5 miliar poundsterling, akibat kelakuan musuh dalam selimut ini. 6. Viruses. Program pengganggu (malicious) perangkat lunak dengan melakukan penyebaran virus yang dapat menular melalui aplikasi internet, ketika akan diakses oleh pemakai. Sebelum ditemukan internet, pola penularan virus oleh hackers hanya bisa melalui floppy disk. Akan tetapi dengan berkembangnya internet dewasa ini, virus dapat bersembunyi di dalam file dan downloaded oleh user (pemakai) bahkan menyebar pula melalui kiriman e-mail. Seperti dunia kedokteran, maka pada dunia komputer memang telah menciptakan jurus anti virus seperti Melissa 1999 atau Lovebug 2000 dan sebagainya, namun masih belum dapat berbuat banyak untuk membasmi semua jenis virus komputer yang terus berkembang dengan pesat. 7. Piracy. Pembajakan software atau perangkat lunak komputer merupakan trend atau kecenderungan yang terjadi dewasa ini, karena dianggap lebih mudah dan murah untuk dilakukan para pembajak dengan meraup keuntungan berlipat ganda. Pihak produsen

software yang memproduksi piranti induk (master) dari permainan (games), film dan lagu dapat kehilangan profit atau keuntungan karena karyanya dibajak melalui download dari internet dan dikopi ke dalam bentuk CD-ROM yang selanjutnya diperbanyak secara ilegal atau tanpa seizin penciptanya melalui video caset decoder (vcd), compact disc (cd), play station dan cassete recorder. 8. Fraud adalah sejenis manipulasi informasi keuangan dengan tujuan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Sebagai contoh adalah harga tukar saham yang menyesatkan melalui rumour yang disebarkan dari mulut ke mulut atau tulisan. Begitu juga dengan situs lelang fiktif dengan mengeruk uang masuk dari para peserta lelang karena barang yang dipesan tidak dikirim bahkan identitas para pelakunya tidak dapat dilacak dengan mudah. 9. Gambling. Perjudian di dunia mayantara semakin global sulit dijerat sebagai pelanggaran hukum apabila hanya memakai hukum nasional suatu negara berdasarkan pada locus delicti atau tempat kejadian perkara, karena para pelaku dengan mudah dapat memindahkan tempat permainan judi dengan sarana komputer yang dimilikinya secara mobil. Dari kegiatan gambling ini, uang yang dihasilkan dapat diputar kembali di negara yang merupakan the tax haven, seperti Cayman Island yang juga merupakan surga bagi para pelaku money laundering. Indonesia sering pula dijadikan oleh pelaku sebagai negara tujuan pencucian uang yang diperoleh dari hasil kejahatan berskala internasional. Upaya mengantisipasinya adalah diterbitkan UU No. 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang. 10. Pornography and paeddophilia. Perkembangan dunia mayantara selain mendatangkan berbagai kemaslahatan bagi umat manusia dengan mengatasi kendala ruang dan waktu, juga telah melahirkan dampak negatif berupa dunia pornografi yang mengkhawatirkan berbagai kalangan terhadap nilai-nilai etika, moral dan estetika. Melalui news group, chat rooms bahkan mengeksploitasi pornografi anak-anak di bawah umur, kegiatan hackers ini amat meresahkan bagi kalangan orang tua, agamawan dan masyarakat beradab. 11. Cyber stalking adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak dikehendaki oleh user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan pemaksaan. Walaupun e-mail sampah ini tidak dikehendaki oleh para user bahkan secara paksa memperoleh identitas personal secara detail tentang calon para korbannya, akan tetapi kiriman ini sangat merepotkan dan menghabiskan waktu user untuk membersihkan halaman komputernya dari sampah tidak diundang ini. Para pemakai komputer hanya bisa menggerutu terhadap pelakunya. 12. Hate sites. Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling menyerang dan melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola oleh para ekstrimis untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang/kelompok, bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain sebagai pesan yang disampaikan.

13. Criminal communications. NCIS telah mendeteksi bahwa internet dijadikan sebagai alat yang andal dan moderen untuk melakukan kegiatan komunikasi antar gangster, anggota sindikat obat bius dan bahkan komunikasi antar hooligan di dunia sepakbola Inggris. Komunikasi lewat internet merupakan alat atau sarana yang cukup ampuh untuk melakukan kejahatan terorganisir.

Anda mungkin juga menyukai