Anda di halaman 1dari 14

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

STANDARDISASI MUTU KAYU BERDASARKAN KETAHANANNYA TERHADAP PENGGEREK DI LAUT


Oleh
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Mohammad Muslich, Ginuk Sumarni1

Abstrak
Penggunaan kayu tidak hanya untuk di darat, tetapi juga di laut yaitu berupa kapal kayu, dermaga, tiang pancang dan lainnya. Kayu yang digunakan tersebut tidak luput dari serangan penggerek di laut. Jenis penggerek ini sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustacea. Penyebaran binatang ini sangat luas, hampir ada di seluruh perairan, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Seran2gan yang terjadi berupa lubang gerek pada bagian kapal, dermaga atau tiang pancang yang terendam air, sehingga sangat merugikan dan berbahaya bila terkena gelombang. Penelitian telah dilakukan terhadap 200 jenis kayu yang direndam di laut selama 6 bulan, diuji ketahanannya terhadap penggerek di laut. Hasilnya menunjukkan bahwa kelas ketahanan kayu dapat dinilai melalui tingkat serangan penggerek terhadap kayu. Berdasarkan penelitian ini, kelas awet kayu terhadap penggerek di laut dapat dibedakan menjadi 5 macam mutu kayu yaitu kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk). Dari 200 jenis kayu yang diteliti tersebut, 2,5% termasuk kelas I, 5% kelas II, 13% kelas III, 25% kelas IV, dan 54,5% kelas V. Kata kunci: standardisasi, mutu kayu, penggerek di laut

Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

I.

PENDAHULUAN

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Lebih kurang dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan, sehingga banyak kayu yang digunakan untuk keperluan angkutan antar pulau berupa perahu, kapal, tiang pancang, dermaga dan bangunan lainnya. Kayu yang digunakan untuk keperluan tersebut tentunya tidak luput dari serangan organisme penggerek di laut atau yang sering disebut dengan marine borers. Organisme penggerek kayu di laut yang sering dijumpai yaitu dari golongan Mollusca dan Crustacea. Golongan Mollusca dibedakan menjadi dua famili yaitu Teredinidae dan Pholadidae, sedangkan golongan Crustacea dibedakan menjadi tiga famili yaitu Limnoridae, Sphaeromatidae dan Cheluridae. Penyebaran organisme ini sangat luas dan dapat dijumpai baik di laut, pantai atau di perairan payau. Di daerah tropis organisme ini berkembang dengan pesat dan dapat dijumpai sepanjang tahun. Di Indonesia mengenal lima kelas awet, yaitu kelas I yang paling awet sampai kelas V yang paling tidak awet (Oey Djoen Seng, 1964). Klasifikasi ini hanya berlaku untuk serangga dan jamur tanpa mengindahkan kelas awet kayu terhadap penggerek di laut. Oey Djoen Seng juga menyatakan bahwa dari 4000 jenis kayu Indonesia, hanya sebagian kecil saja (15-20%) yang termasuk dalam kelas awet tinggi (I dan II) sedangkan sisanya termasuk kelas awet rendah (III, IV dan V). Klasifikasi inilah yang sampai sekarang masih dipakai sebagai pegangan untuk memperkirakan keawetan alami kayu terhadap organisme perusak. Padahal klasifikasi tersebut bukan berdasarkan dari hasil penelitian yang mendalam, melainkan berdasarkan informasi dan hasil pengamatan di lapangan yang dicocokkan dengan data dan berbagai sumber. Klasifikasi tersebut sama sekali belum menyentuh mengenai ketahanan kayu terhadap penggerek di laut. Penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut pertama kali dilakukan oleh Gonggrijp (1932) dan Bianchi (1933) terhadap sembilan jenis kayu yaitu lara (Metrosideros sp), resak durian (Cotyleibium flavum Pierre), tempinis (Sloetia elongate Kds), kolaka (Parinari corumbosa Miq.), malas (Parastemon urophyllum A.DC.), jati (Tectona grandis L.f), ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B), teruntum (Lumnitzera littorea Voight) dan bungur (Langerstroemia speciosa Pers). Muslich dan Sumarni (2004) telah melakukan penelitian ketahanan 62 jenis kayu yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia terhadap penggerek di laut. Selanjutnya secara berkala dilakukan penelitian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan sehingga mencapai 200 jenis kayu. Pada tulisan ini dikemukakan hasil penelitian tersebut. II. BAHAN DAN METODE

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Bahan yang dipakai pada penelitian ini ialah 200 jenis kayu yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yaitu Jawa Barat (72 jenis), Jawa Tengah (2 jenis), Lampung (4 jenis), Sumatera Selatan (2 jenis), Palembang (6 jenis), Riau (6 jenis), Kalimantan Timur (32 jenis), Kalimantan Barat (7 jenis), Kalimantan Tengah (3 jenis), Sulawesi Selatan (11 jenis), Sulawesi Tengah (14 jenis), Sulawesi Tenggara (1 jenis), Ambon (7 jenis), Nusa Tenggara Timur (2 jenis) dan Irian Jaya (26 jenis). Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5,0 cm x 30 cm sebanyak 10 kali sebagai ulangan. Pada bagian tengah permukaan terlebar dibuat lubang dengan diameter 1,5 cm.

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Contoh uji diikat satu sama lain (direnteng) melalui lubang dengan tali plastik, di antara contoh uji dengan yang lain diberi sekat dengan selang plastik dan dibuat rakit seperti pada Gambar 1.
PELAMPUNG

PARALON TALI PLASTIK CONTOH UJI

CONTOH UJI

PIPA PLASTIK

5 cm

30 cm

2,5 cm TALI PLASTIK

PEMBERAT

Gambar 1 Ukuran Contoh Uji dan Susunan Rakit yang Dipasang di Laut Lokasi penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut, dilakukan di perairan Pulau Rambut (Kepulauan Seribu). Perairan tersebut mempunyai salinitas sekitar 3033 permil dan suhu sekitar 28-29C, pantainya berkarang, berpasir putih dan bebas dari polusi atau limbah buangan. Perubahan salinitas, suhu, arus dan gelombang pada setiap tahunnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, sehingga populasi

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

penggerek di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik (Muslich dan Sumarni, 1987). Rakit dipasang di laut secara vertikal dan setelah 6 bulan diambil untuk diamati intensitas serangan penggerek. Untuk menilai intensitas serangan pada contoh uji, dilakukan dengan membelah bagian tengah permukaan terkecil menjadi dua bagian yang sama. Klasifikasi kelas ketahanan kayu terhadap serangan penggerek di laut, tercantum pada Tabel 1. Untuk identifikasi jenis penggerek yang menyerang contoh uji, diamati struktur cangkuk dan bentuk palet serta bekas lubang gereknya sesuai dengan kunci identifikasi yang disusun oleh Turner (1971).

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Tabel 1 Klasifikasi Ketahanan Kayu Terhadap Penggerek Kayu di Laut Kelas Ketahanan I II III IV V
Sumber: BSN (2006)

Intensitas Serangan (%) <7 7-27 27-54 54-79 > 79

Selang Intensitas Serangan Sangat tahan Tahan Sedang Buruk Sangat buruk

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 200 jenis contoh uji kayu yang dipasang di perairan Pulau Rambut selama 6 bulan, sebagian besar mendapat serangan berat dari penggerek di laut. Hasil klasifikasi kelas ketahanan dari 200 jenis kayu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan sebagai pembanding dicantumkan pula kelas awet kayu menurut klasifikasi Oey Djoen Seng (1964). Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 200 jenis kayu, hanya 5 jenis atau 2,5% saja yang termasuk dalam kelas ketahanan I yaitu resak (Cotylelobium flavum Pierre), kandole (Diploknema oligomera H.J.L), ulin (Eusidiroxylon zwageri T.et B), kayu besi (Metrosideros petiolata Kds) dan pelawan merah (Tristania maingayi Duthie). Selanjutnya 10 jenis atau 5% yang termasuk kelas ketahanan II yaitu empas (Bouea burmanica Griff.), eboni (Diospyros celebica Bakh), bangkirai (Hopea dryobalanoides Miq.), tanjung (Mimusops elingi L), kusegoro (Neonauclea maluense S.Moore), gewaya hutan (Parastemon versteeghii Merr.et Perry), kolaka (Parinari corymbosa Miq), jati (Tectona grandis L.f), bitti (Vitex cofassus Reinw), dan laban (Vitex pubescens Val). Sebagian besar lainnya yaitu 26 jenis atau 13% termasuk kelas III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas IV dan 109 atau 54.5% termasuk kelas V. Jenis kayu yang termasuk kelas III, IV dan V dalam pemakaian yang bersentuhan dengan air laut

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

harus diawetkan agar umur pakainya bertambah panjang (Barly dan Abdurrochim, 1996). Tabel 2 Kelas Awet 200 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek di Laut
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jenis Kayu Acasia mangium Willd. Adenanthera microsperma T.et B. Agathis borneensis Warb Agathis beccerii Warl. Agatthis beekingii M.Dr. Agathis celebica Warl. Aglaia eusideroxylon K.et V. Ailanthus integrifolia Lamp. Ailanthus malabarica D.C. Albizia falcataria L. Fosberg Alstonia angustiloba Miq. Alstonia congengsis Engl. Alstonia cytheria Sm.n. Alstonia pneumatophora Bakh. Altingia excelsa Noronha. Anthocephalus cadamba Miq. Antiaris toxicaria Lesch. Artocarpus lanceifolius Roxb. Bischoffia javanica Bl. Blumeodendron tundifolium Meer. Bouea burmanica Griff. Burckella macropoda H.J.L. Calophyllum inophyllum L. Calophyllum soulatri Burm.f. Campnosperma macrophylla Hook.f Canarium vulgare Lumk. Canarium sumatranum Boerl.et Kds Cananga odorata Hook et. Nama Daerah Mangium Sembreena Agatis Damar daging Kidamar Damar Sao Kirontasi Sengon Pulai Pulai Susuk Pulai rawang Rasamala Saif Basoah Mersiput Gadog Perupuk Empas Nyatoh Nyamplung Mengkakal Terentang Kenari Kenari Wafut Asal Kayu Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.73 0.80 0.55 0.52 0.51 0.61 0.72 0.38 0.38 0.33 0.36 0.30 0.31 0.34 0.81 0.28 0.42 0.42 0.75 0.63 1.02 0.66 0.69 0.54 0.48 0.51 0.53 0.33 67 40 86 90 90 86 66 95 80 96 76 90 90 93 66 90 95 93 65 80 27 69 45 73 90 85 85 73 IV III V V V V 1V V V V V V V V IV V V V V V II V III IV V V V V Kelas Awet *) III II-I IV IV IV IV II-III V IV/V V V II-III IV-V V III III-II IV II II-III II-IV V V IV-V

Jawa Barat Irian Jaya Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Irian Jaya Sulawesi tengah Sulawesi tengah Jawa Barat Lampung Jawa Barat Irian Jaya Sulawesi Selatan Jawa Barat Irian Jaya Irian Jaya Kalimantan Timur Jawa Barat Kalimantan Barat Kalimantan Timur Ambon Riau Kalimantan Barat Kalimantan Barat Ambon Lampung Irian Jaya

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No. Th. 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Jenis Kayu

Nama Daerah

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.84 0.68 0.32 0.52 0.34 0.40 1.01 0.47 0.91 0.53 0.83 0.98 0.92 0.60 0.80 1.12 0.75 0.78 0.69 0.82 0.75 0.63 0.58 0.78 0.39 0.57 0.61 35 93 90 83 90 96 0.00 96 45 85 33 35 23 83 70 0 66 45 70 50 50 73 66 50 93 73 75 III V V V V V I V III V III III II V IV I IV III IV III III IV IV III V IV IV

Kelas Awet *)

Cassia siamea Lamp. Castanopsis javanica A.Dc. Cedrella mexicana M..Roem. Celtis latifolia Planch. Ceropia peltata L. Colona scabra Burr. Cotylelobium flavum Pierre. Cratoxylon arborescens Bl. Dacryodes rostrata H.J.L. Dactylocladus stenostachys Oliv. Dalbergia parviflora Roxb. Dialium platysepalum Baker. Diospyros celebica Bakh. Diospyros macrophylla Bl. Diospyros pilosanthera Blanco. Diploknema oligomera H.J.L. Dillenia reticulata King. Dipterocarpus apendiculatus Schy. Dipterocarpus caudiferus Merr. Dipterocarpus cornutus Dyer. Dipterocarpus retusus Bl. Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe Dracontomelon mangiferum Bl. Drypetes longifolia Pax. Et Hoff. Duabanga moluccana Bl. Durio zibethinus Murr. Durio oxleyanus Griff.

Johor Kali morot Handarusa Schiega Bos pepaya Bunu Resak Gerunggang Kemayan Mentibu Kayu taka Keranji Eboni Maurula K.hitam Kandole Simpur Keruing Keruing d.lbr. Keruing bulu Kruing Kaili Rau Batu K. Benuang laki Durian Kei bengong

Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Irian Jaya Jawa Barat Sulawesi Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Timur Jawa Barat Kalimantan Barat Jawa Barat Sumatera Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Jawa Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Timur Jawa Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Ambon Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Kalimantan

I-II III III IV V I IV III IV/V I I I V II-III I-II III III IV IV III II-IV IV III IV-V IV-V IV-V

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No.

Jenis Kayu

Nama Daerah

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)

Kelas Awet *)

Timur 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 Drypetes longifolia Pax et Hoff. Dyera costulata Hook. F. Elaeocarpus sphaericus K.Schum. Elaeocarpus deglupta Bl. Elmerrilia ovalis Dandy. Endospermum malaccense Muell. Eucalyptus alba Reiw. Eucalyptus deglupta Bl. Eucalyptus citriodora Hook. Eucalyptus platyphylla F.V.M. Eucalyptus urophylla S.T.Blake Eugenia polyantha Wight. Eusideroxylon zwageri T.et B Evodia aromatica Bl. Ficus nervosa Heyne. Ficus pubinervis Bl Fragraea fragans Roxl. Ganua motleyana Pierre. Ganophyllum falcatum Bl. Gonystylus bancanus Kurz. Gonystylus macrophyllus A.Shaw. Gonystylus velutinus A.Shaw. Gossampinus malabarica Alst. Haplolobus celebicus H.J.L Hernandia ovigera L. Heritiera javanica Heritiera litoralis Deyand. Hevea brasiliensis Muell. Arg. Buniyaga Jelutung Hongmako Uru Sendoksendok Ampupu Leda Yua mea Gosula Ulin Ki sampang Beringin Beringin Tembesu Ketian Sehara Ramin Pulai miang Seranai Randu alas Lengai Fofo Pongokan Rarum Balau perak Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Irian Jaya Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Riau Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat NTT NTT Ambon KalimantanT imur Jawa Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Riau Palembang Irian Jaya Kalimantan Barat Riau Riau Jawa Barat Jawa Barat Irian Jaya Jawa Barat Ambon Jawa Barat Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development 0.78 0.43 0.49 0.57 0.43 0.45 0.89 0.57 0.80 1.02 1.05 0.64 1.04 0.43 0.30 0.42 0.81 0.56 0.79 0.63 0.62 0.59 0.30 0.64 0.31 0.80 0.98 0.61 56 90 90 85 85 90 66 90 70 33 46 96 0 85 95 76 35 85 60 80 85 80 95 83 95 75 66 80 IV V V V V V IV V IV III III V I V V IV III V IV V V V V V V IV IV V III V V II V III-II IV III II-III II III I V V V I IV III V V V V III-IV V II-III I-II V

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No.

Jenis Kayu Hollutus blumcanus Muell Ary. Homalium foetidum Benth. Hopea dryobalanoides Miq. Hopea mengarawan Miq Hopea odorata Roxb. Hopea sangal Korth. Hopea sangal Korth. Horspecdia sylvertris Warb. Hymenaea courbaril L. Intsia bijuga O.Ktze Intsia palembanica Miq. Kallapia celebica Kosterm. Khaya anthotheca C.Dl. Khaya grandifolia C.DC. Khaya senegelensis A.Jun Koompassia excelsa Taub Koompassia malaccensis Maeng. Koordersiodendron pinnatum Meer Lithocarpus sundaicus Bl. Kost. Litsea firma Hook.f. Litsea odorifera Val. Lumnitzera littorea Voigt. Mallotus blumeanus Muell.Arg. Mangifera foetida Lour. Mangifera minor Bl. Melanorrhoea sp. Melia excelsa Jack. Metrosideros petiolata Kds.

Nama Daerah Perupuk Petion Bangkirai Nyerabat Cengal Merawan Bomsi Marasi Sekka Ipil Kalapi Mahoni uganda Mahoni afrika Mahoni Bangeris Kempas Kelembiring Pasang kayang Madog panel Menako Susup Bungbulang Mangga hutan Merantaipa Regas burung Surian bawang Kayu besi

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.56 0.76 0.72 0.71 0,65 0.70 0.70 0.45 0.63 0.84 0.79 0.64 0.48 0.58 0.45 0.83 0.95 0.83 0.58 0,56 0.42 0.83 0.63 0.73 0.63 0.87 0.60 1.15 66 50 20 65 80 65 75 90 75 43 50 50 80 79 85 70 80 80 90 85 90 45 85 70 66 40 85 0 IV III II IV V IV IV V IV III III III V IV V IV V V V V V III V IV IV III V I

Kelas Awet *) Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development II-IV II(III-I) II-III II-III II-III III I-II II-I II III-IV III-IV II-III III-IV IV-V II V II-III III II III-IV I

84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111

Kalimantan Timur Irian Jaya Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Jawa Barat Jawa Barat Lampung Irian Jaya Jawa Barat Irian Jaya Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Palembang Kalimantan Timur Jawa Barat Kalimantan Barat Irian Jaya Riau Jawa Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Jawa Barat Sulawesi Selatan

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No.

Jenis Kayu

Nama Daerah Pisangpisang Tanjung Merantihan Kusegoro Balsa Asakka Starka Kune Nyatoh Songwa Hantu Sengon Gewaya hutan Kolaka Buter tree Sungkai Komwa Pinus Pinus Pinus Putat Melur Banitun Matoa Nyatu putih Petuwon Sono kembang Sono kembang Bemiek

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.61 1.00 0.37 0.81 0.30 0.57 0.33 0.67 0.69 0.99 0.56 0.33 1.09 0.96 0.51 0.63 0.57 0.54 0.55 0.54 0.80 0.66 0.60 0.80 0.77 0.69 0.51 0.77 0.65 0.39 80 25 90 20 95 90 86 50 50 85 80 95 20 23 90 73 85 90 93 90 55 80 86 60 65 80 90 60 45 90 V II V II V V V III III V V V II II V IV V V V V IV V V IV IV V V IV III V

Kelas Awet *) V Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development I/II V III V V V IV IV II-III IV-V IV-V II-III III

112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141

Mezzttia parviflora Becc. Mimusops elingi L. Myristica subaculata Miq. Neonauclea maluense S.Moore. Ochroma grandiflora Rowlee. Ochrosia fisifolia Mgf. Octomeles sumatrana Miq Palaqium obovatum Engl. Palaquium gutta Bail. Palaquium multiflorum Peere. Palaquium obtusifolium Burck. Parasarianthes falcataria Niel. Parastemon versteeghii Merr.et P. Parinari corymbosa Miq. Pentadisma butyracea Sab. Peronema canescens Jack. Pimeleodendron amboinicum Hask. Pinus khasya Rowlee. Pinus merkusii Jungh. et de Vries Pinus mentezuma Lamb. Planchonia valida Bl. Piptademia peregrina Benth. Podocarpus blumei Endl. Polyalthia hypoleoca Hook. Pometia pinnata Forst. Poteria obovoidea Bah.ni. Prainea microcephala J.J.S. Pterocarpus spec. Pterocarpus indicus Willd. Pterocymbium beccaria K.Schm.

Kalimantan Barat Jawa Barat Palembang Irian Jaya Palembang Irian Jaya Irian Jaya Kalimantan Timur Kalmantan Timur Irian Jaya Sulawesi Tengah Jawa Barat Palembang Kalimantan Timur Jawa Barat Jawa Barat Irian Jaya Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Palembang Irian Jaya Jawa Barat Irian Jaya Jawa Barat Sulawesi Selatan Irian Jaya

III V

III-IV

II-III IV IV V III II-IV V

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No.

Jenis Kayu Pterospermum celebicum Miq Pterospermum difersifolium Bl. Pterospermum indicus Wild. Pterospermum montanum K.et V. Pterygota alata R.Br. Pterygota forbesii F.Muell. Quercus leprosula Miq. Quercus lineata Bl. Quercus turbinata Bl. Risinodendron africanum Arg. Samanea saman Merr. Sandoricum koetjape Merr. Scapium macropodum J.B. Schleichera oleosa Merr. Schima wallichii Korth. Shorea acuminatissima Sym. Shorea balangeran Burck. Shorea guiso Bl. Shorea johoriensis Foxw Shorea koordersii Brandis. Shorea lamellata Foxw. Shorea laevis Bl. Shorea leptoclados Sym. Shorea leprosula Miq. Shorea meoistopteryx Ridl. Shorea ovalis Bl. Shorea parvifolia Dyer.

Nama Daerah Wayu Bayur Bayur gunung Gohima Pasang beureum Pasang jambe Ki hujan Kecapi Mersawa Kesambi Penagit Damar pakit Lempung kahoi Giso Kenuar Damar tenang Damar tunam Bangkirai Mengkabung Lempung tembaga Tengkawang Lempung rusa Lempung nasi

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.44 0.65 0.65 0.53 0.75 0.75 0.47 1.00 0.75 0.64 0.61 0.49 0.65 1.01 0.81 0.54 0.86 0.83 0.50 0.50 0.73 0.99 0.50 0.40 0.51 0.51 0.45 90 85 75 90 70 70 85 65 80 73 86 93 80 40 60 85 60 75 63 83 60 46 80 85 80 85 85 V V IV V IV IV V IV V IV V V V III V V IV IV IV V IV III V V V V V

Kelas Awet *) IV-V Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development IV II-III IV V II III IV IV-V V III III-IV I-III II-III III-V IV IV I IV-V III-IV

142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168

Sulawesi Tengah Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Ambon Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Sulawesi Selatan KalimantanT imur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Jawa Barat Kaimantan Timur Jawa Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Jawa Barat Kalimantan Timur Kalimantan Timur

III-IV III-IV

10

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No.

Jenis Kayu

Nama Daerah Meranti abang Meranti bapa Terindak Merumbung Merant merah Tengkawang Ki aerit Sutiet Anggi Buah sayap Kelumpang Kemenyan Kedondong Mahoni Mahoni d. lebar Melapisan Jati Ketapang Musim Uniaba Ketapang Satye Punak Suren Pelawan merah Merambung bitti

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.67 0.37 0.90 0.50 0.51 0.41 0.39 0.33 0.60 0.75 0.52 0.54 0.33 0.48 0.61 0.74 0.75 0.65 0.43 0.75 0.52 0.58 0.32 0.76 0.39 0.40 1.17 0.38 0.74 75 90 75 80 70 80 90 95 60 35 90 80 83 85 75 70 50 25 85 60 90 85 95 65 95 90 3 90 20 IV V IV V IV V V V IV III V V V V IV IV III II V IV V V V IV V V I V II

Kelas Awet *) III-IV Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development I-II III-IV

169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197

Shorea platyclados V.Sl. Shorea selanica Bl. Shorea seminis V.Sl. Shorea smithiana Sym. Shorea sp. Shorea stenoptera Burck. Spathodea campanulata P.B. Spondias cytherea Soon. Sindora leiocarpa De.wit. Sterculia symplicifolia Mast. Sterculia cymosa Styrax benzoin Dryand. Spondias cytherea Sonn. Swietenia caudallei Pittier. Swietenia macrophylla King. Tarrietia javanica Bl. Tarrietia symplicifolia Mast. Tectona grandis L.f. Terminalia copelandi Elm. Terminalia microcarpa Deene. Terminalia longespicata V. Sl. Terminalia mollis T. et B. Tetameles nudiflora R.Br. Tetramerista glabra Miq. Toona sureni Merr. Trachylobium verecosum Cliv. Tristania maingayi Duthie. Vernonia arborea Ham. Vitex cofassus Reinw.

Sumatra Selatan Jawa Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Irian Jaya Kalimantan Timur Kalimantan Timur Jawa Barat Jawa Barat Sulawesi Tengah Jawa Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Jawa Tengah Lampung Ambon Irian Jaya Riau Irian Jaya Riau Sulawesi Selatan Jawa Barat Riau Jawa Barat Sulawesi Selatan

III-IV V V IV-V II-IV IV-V V

III III-IV II-IV II V IV V IV V III-IV IV/V I V II-III

11

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

No.

Jenis Kayu

Nama Daerah Laban Seyam Medang suhu

Asal Kayu

Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%) 0.88 0.68 0.63 18 75 80 II IV V

Kelas Awet *) I Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development V II-III

198 199 200

Vitex pubescens Vahl. Xanthophyllum excelsum Miq. Xylopia malayana Hook f.et Th.

Jawa Tengah Irian Jaya Kalimantan Timur

*) Menurut Oey Djoen Seng (1964)

Penggerek yang menyerang contoh uji hanya dari golongan Mollusca dan tidak ditemukan dari golongan Crustacea. Hal ini disebabkan pemasangan semua contoh uji dalam keadaan terendam air laut, sedangkan serangan dari golongan Crustacea hanya pada batas permukaan pasang surut (Atwood dan Johnson, 1924). Hasil identifikasi jenis penggerek yang ditemukan yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Jenis penggerek tersebut pernah ditemukan juga oleh Mata dan Siriban (1972) di perairan Philippina dan oleh Menon (1957) di perairan Malaysia. Untuk mengetahui jenis dari famili Pholadidae dapat dikenali dari struktur cangkuknya, sedangkan untuk famili Teredinidae dapat dilihat dari bentuk paletnya. Masing-masing jenis juga mempunyai tanda serangan yang berbeda. Hampir semua kelas ketahanan pada hasil pengujian jenis kayu terhadap penggerek di laut berbeda dengan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). Hal tersebut disebabkan bahwa kelas awet yang disajikan pada tulisan ini didasarkan atas penelitian pada satu kondisi saja yaitu di laut, sedangkan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964) tidak didasarkan pada penelitian di laut. Oey Djoen Seng (1964) dalam menetapkan kelas awet kayu hanya mempergunakan data pada saat pengumpulan bahan herbarium, yang berdasarkan atas keterangan dari penduduk sekitar hutan dan tempat jenis pohon tersebut tumbuh. Selanjutnya dicocokkan juga dengan pengalaman umum mengenai sifat kayu dengan data dari berbagai sumber. Dengan demikian jelas bahwa klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964) terdapat banyak perbedaan dengan hasil kelas awet dari hasil penelitian ini. Sifat kayu yang mempengaruhi ketahanan terhadap penggerek di laut adalah kadar silika, kekerasan atau kerapatan dan kandungan zat ekstraktif yang bersifat racun (Bianchi, 1933; Southwell dan Bultman, 1971). Sebagai contoh kayu E. zwageri tahan terhadap organisme perusak di laut karena mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,5% (Martawijaya et al., 2005) dan mempunyai zat ekstraktif eusiderin turunan dari phenolik yang beracun (Amin dkk., 2002). Demikian juga pada T. grandis juga merupakan jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut karena mempunyai zat ekstraktif techtochinon. Supriana (1999) mengatakan bahwa pada bagian teras kayu T. grandis terdapat kelompok quinones yang juga bersifat anti rayap yang disebut dengan techtochinon. Demikian pada P.corymbosa juga termasuk jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut. Bianchi (1932) menyatakan bahwa pada P. corymbosa

12

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,9%. Beenson (1946) dalam Supriana (1999) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar silika pada kayu dengan daya tahan terhadap penggerek di laut, terutama pada kadar di atas 0,5%.
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

IV.

KESIMPULAN

Jenis penggerek kayu di laut sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustace. Penyebarannya sangat luas, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Ketahanan kayu terhadap penggerek di laut dinilai dari tingkat kerusakannya dan dibedakan menjadi 5 yaitu, kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk). Hasil penelitian 200 jenis kayu terhadap serangan penggerek di laut menunjukkan bahwa hanya 5 jenis atau 2,5% yang termasuk kelas ketahanan I, 10 jenis atau 5% termasuk kelas ketahanan II, 26 jenis atau 13% termasuk kelas ketahanan III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas ketahanan IV, dan 109 jenis atau 54,5% termasuk kelas awet V. Jenis penggerek yang menyerang contoh uji yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Kelas ketahanankayu terhadap penggerek di laut tersebut berbeda dengan kelas awet yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). V. 1 DAFTAR PUSTAKA Amin, A., Asri, S. dan Muladi,S. 2002. Tinjauan Sosiologis dan Ekonomis Pada Bidang Agribisnis, Sektor Kehutanan. http.//unmul.ac.id/dat/pub/lemit/ tinjauan sosiologis.pdf. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, Samarinda Atwood, W.G. and A.A. Johnson. 1924. Marine Structures Their Deterioration and Preservation. National Research Council Washington, D.C Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2006. Uji Katahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. Jakarta. SNI 01-7207-2006 Barly dan S. Abdurrochim. 1996. Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Hunian dan Bukan Hunian. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil HUtan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor Bianchi, A.T.J. 1933. The Resistance of Some Netherlands East Indian Timbers Against The Attack of Shipworms (Teredo). Fith Pacific Congress, Ottawa Da Costa, E.W.B. Rudman, P. and F.J. Gay, 1985. Investigation on The Durability of Tectona Grandis. Empire Forestry Review. Forest Products Journal, 37:291-291 Gonggrijp, J.W. 1932. Gegevens Betreffende Een Onderzoek Naar NederlandschIndische Houtsoorten, Welke Tegen Den Pealworm Bostand Zijn. Mededeeligen van het Boschbouwproeftation, Bogor Martawijaya, A. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor yang Mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor

2 3 4

5 6 7

13

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

9 10 11 12

13

14

15 16

17 18

19 20

21 22

Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 2. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor Mata, P.G. and F.R. Siriban. 1972. Resistance of Woods to Marine Borers. Technical Note, No. 171. FORPRIDE COM. College, Laguna 3720, Manila Menon, K.D. 1957. A Note on Marine Borers in Malayan Waters. Reprinted from the Malayan Forester, 20(1):1-6. Issued by the Ministry for Agriculture, Kuala Lumpur Muslich. M. 1994. The Preservative Treatment of Mahogany Lumber (Swietenia Macrophylla King.) Against Marine Borers. Master of Science, Thesis UPLB, Philippines. Unpublished Muslich, M dan G. Sumarni. 1987. Pengaruh Salinitas Terhadap Serangan Penggerek Kayu di Laut Pada Beberapa Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 4(2): 46-49 ___________________. 2004. Ketahanan 62 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek Kayu di Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 22(3):183-191 Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor Panshin, A.J. and C. de Zeeuw. 1980. Texbook of Wood Technology. 14th ed. McGrw-Hill Book Co. Toronto Southwell, C.R. and J.D. Bultman. 1971. Marine Borers Resistance of Untreated Woods Over Long Periods of Immersion in Tropical Waters. Biotropica 3, 1. pp. 81107. Naval Research Laboratory, Washington D.C Suherman. 1983. Natural Durability and Treatability Some Indonesian Timbers. Ph.D. thesis. Portsmouth Polytechnic, Portsmouth Sumarni, G., M. Muslich, N. Hadjib, Krisdianto, G. Pari dan K. Yuniarti. 2008. Sifat dasar Jati Plus Perhutani (5 dan 7 tahun) dan jati Ngawi (15 dan 35 tahun). Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor Supriana, N. 1999. Rayap dan kayu. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta Turner, R.D. 1971. Identification of Marine Wood-Boring Mollusks. Marine borers, fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation and Development, Paris

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

14

Anda mungkin juga menyukai