Anda di halaman 1dari 11

Updating Informasi Spasial Tutupan Lahan Propinsi Kalimantan Selatan Dengan Menggunakan Citra Landsat-7/ETM+

Nana Suwargana dan Joko Santo LAPAN, Jalan LAPAN 70 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur Telp/Fax : +62 21 8710065/+62 21 8710274
Ringkasan Hingga Akhir tahun 2007 kegiatan Updating Informasi Spasial Sumberdaya Alam daerah Kalimantan Selatan telah selesai dilakukan. Metoda yang digunakan adalah Interpretasi tutupan lahan citra satelite secara visual dengan mendelineasi pola kelas penutup lahan/penggunaan lahan dengan skala 1:50.0000. Seluruh updating penutup lahan/penggunaan lahan meliputi 75 sheet dan menggunakan citra Landsat-7/ ETM + kombinasi 543 (RGB) tahun 2002-2003 meliputi 6 Sceen. Hasil interpretasi dari seluruh Kalimantan Selatan telah diperoleh terupdatenya/informasi spasial sumberdaya alam. Secara umum hasil updating penutup lahan/penggunaan lahan menurut hasil analisis statistik menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan masih merupakan hutan primer dan semak/belukar, sisanya merupakan ladang/ tegalan, perkebunan, hutan sekunder, sawah, hutan rawa, mangrove, dan lahan terbuka. Setelah dibandingkan dengan data tahun 2000 hasil inventarisasi yang dilakukan pada tahun 2002 pada skala 1:100.000 ternyata banyak mengalami penurunan luasan lahan, kecuali lahan hutan sekunder, perkebunan dan sawah mengalami. Pengerjaan proses yang dilakukan inventarisasi tahun 2002 kemungkinan besar banyak mengalami kesalahan dalam hal interpretasi dan delineasi karena citra Landsat yang digunakan adalah resolusi 30 m. Sedangkan interpretasi yang dilakukan time updating citra Landsat yang digunakan adalah resolusi 15 m yaitu saluran/band pankhromatik, sehingga hasil updating dapat menunjukan keakuratan.

Pendahuluan

Informasi sumberdaya alam mempunyai arti sangat penting bagi suatu daerah dalam membuat perencanaan wilayah yang benar dan tepat. Informasi yang tidak/kurang benar akan menyebabkan terjadinya perencanaan yang kurang tepat/salah. Informasi sumberdaya alam dapat diperoleh dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh satelit sumber alam. Inventarisasi sumberdaya alam dilakukan dengan klasikasi penutup lahan data penginderaan jauh satelit Landsat- 7/ETM+ secara visual dengan menggunakan kunci interpretasi data penginderaan jauh satelit. Pembuatan informasi sumberdaya alam yang benar membutuhkan sumberdata yang benar dan aktual. Hingga akhir tahun 2005 Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Inderaja telah melakukan kegiatan inventarisasi sumberdaya alam seluruh Indonesia pada tingkat skala dan 1:100.000 kecuali Bali dan Aceh skala 1:50.000 dan mengintegrasikannya ke dalam satu system basis data yang di-upload di internet sehingga dapat diakses oleh pengguna secara langsung. Pada tahun 2007 telah dilaksanakan Updating Informasi Spasial Sumberdaya Alam pada tingkat skala 1:50.000 untuk wilayah Kalimantan Selatan dengan menggunakan data Landsat-7ETM+. Suatu kenyataan yang banyak ditemukan di lapangan adalah bahwa tuntutan akan kedetilan informasi spasial saat ini telah semakin meningkat sesuai dengan tingkat kedetilan perencanaan yang diinginkan oleh pengguna/pemerintah daerah. Hal semacam ini dapat dilihat dari dua sisi, selain merupakan kebanggaan bahwa informasi yang diproduksi LAPAN memang sangat dibutuhkan oleh pengguna, juga dapat dijadikan sebagai salah satu tantangan bagi Pusat
PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-2008

350

Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh untuk dapat memenuhi dan menyediakannya secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut diatas maka telah direncanakan untuk melanjutkan Program Updating Informasi Spasial Sumberdaya Alam ini sampai seluruh wilayah Indonesia. Mengingat keterbatasan sumberdaya manusia yang ada di Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Inderaja dan keterbatasan anggaran yang disediakan pemerintah menyebabkan target penyelesaian Updating Informasi Spasial Sumberdaya Alam seluruh Indonesia dalam kurun waktu lima tahun kedepan atau akan selesai nanti pada tahun 2011. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Mengupdate data/informasi spasial sumberdaya alam dengan menggunakan data Landsat -7 ETM+, Informasi ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan untuk pengembangan sumberdaya alam pada daerah tingkat kabupaten di Kalimantan Selatan.

2
2.1

Metode
Data

Data yang akan digunakan terdiri dari data spasial dan data/peta pendukung lainnya. Data/informasi dan peta tersebut adalah : 1. Data inderaja Landsat-7 Ortho (2000-2003) 2. Peta Rupabumi skala 1:50.000 3. Data/informasi Spasial Penutup Penggunaan Lahan skala 1:100.000 tahun 2000 4. Peta RePPProt skala 1:250.000

2.2

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kegiatan inventariasi sumberdaya alam antara lain peta rupabumi skala 1:25.000, 1:100.000 dan 1:250.000, CD-ROM, disket, alat tulis. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat PC dengan software ER Mapper, ArcView, ArcInfo, digitizer, scanner, peralatan survey dan lain-lain.

2.3

Metode Penelitian

Pengolahan dilakukan mengikuti langkah-langkah berikut : 1. Invetarisasi dan pemesanan data Landsat 2. Membuat sheet kerja skala 1:50.000 dan membuat komposit RGB 3. Koreksi geometri (Ortho) menggunakan DEM/Landsat Ortho 4. Mosaik antar scene dan kroping data Landsat-7, sheet skala 1:50.000 5. Pengolahan Data Penginderaan Jauh Satelit. (a) Mosaiking data RGB 4,1,3 dan 2,1,3 (b) Interpretasi visual dan mendeliniasi penggunaan lahan menggunakan kunci interpretasi data penginderaan jauh. (c) Indentikasi informasi spasial penggunaan lahan.

351

6. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah. 7. Evaluasi hasil interpretasi. 8. Editing dan Analisis. (a) Editing informasi spasial penggunaan lahan dan menghitung luasan penggunaan lahan 9. Layout dan produksi Informasi Spasial Penutup/Penggunaan Lahan skala 1:50.000 Secara lengkap tahap-tahap kegiatan pengolahan data inventarisasi sumber daya alam ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1: Diagram Alir Pembuatan Informasi Spasial Sumberdaya Alam

352

3
3.1

Hasil dan pembahasan


Letak Geogra

Propinsi kalimantan Selatan beribukota di Banjarmasin dan memiliki pemerintahan daerah atas dua Kotamadya dan sebelas kabupaten yaitu : 1). Kodya Banjarmasin, 2), Kodya Banjarbaru, 3). Kab. Banjar, 4). Kab. Barito Kuala, 5).Kab.Hulu Sungai Selatan, 6). Kab. Hulu Sungai Tengah, 7). Kab. Hulu Sungai Utara, 8). Kab. Kotabaru, 9). Kab. Tabalong, 10). Kab.Tanah Laut, 11.Kab.Tapin , 12). Kab.Tanah Bambu, 13). Kab. Balangan. Letak geography Kalimantan Selatan diantara 114 -117 Bujur Timur dan 1 50 - 4 50 Lintang Selatan dengan batas wilayah sebelah barat dan utara adalah Propinsi Kalimantan Tengah, batas wilayah sebelah timur dan utara adalah Propinsi Kalimantan Timur dan batas wilayah sebelah selatan adalah Laut Jawa. Luas wilayah Kalimantan Selatan menurut pemda berkisar 37.377.53 km2 sedangkan menurut data satelit berkisar 3746286.37 Ha disajikan dalam Tabel 1, dengan penduduk menurut sensus tahun 1990 :2.956.647 jiwa. Tabel 1: Luas Lahan Propinsi Kalimantan Selatan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 LIPUTAN LAHAN KAB. BALANGAN KAB. BANJAR KAB. BARITO KUALA KAB. HULU SUNGAI SELATAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH KAB. HULU SUNGAI UTARA KAB. KOTABARU KAB. TABALONG KAB. TANAH BUMBU KAB. TANAH LAUT KAB. TAPIN KDY. BANJARBARU KDY. BANJARMASIN JUMLAH LUAS (Ha) 206368.56 482950.11 230588.04 164943.53 116370.49 90318.20 921597.16 357437.29 517249.46 394388.62 218506.74 34194.73 11373.44 3746286.37 PERSENTASE 5.51 12.89 6.16 4.40 3.11 2.41 24.60 9.54 13.81 10.53 5.83 0.91 0.30 100.00

3.2

Interpretasi Citra Landsat

Hasil kegiatan Updating Informasi Spasial Sumberdaya Alam daerah Kalimantan Selatan berbasis data penginderaan jauh diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sumberdaya alam. Data penginderaan jauh yang digunakan adalah data Landsat-7 ETM tahun 2003 dan jumlah data yang digunakan sebanyak 6 Scene dengan kondisi tutupan awan rata-rata berkisar 10-30 persen. Interpretasi penutup lahan/penggunaan lahan dilakukan secara visual dengan mendelineasi pola kelas penutup lahan/penggunaan lahan pada layar monitor menggunakan software ArcView 3.2 dengan skala zoom 1:50.000. Delineasi dan labelling dilakukan dengan bantuan peta RePPProT skala 1:250.000. Kelas penutup lahan/penggunaan lahan hasil klasikasi kemudian diverikasi dengan menggunakan data hasil pengecekan lapangan. Adapun kelas penggunaan lahan hasil updating terdiri atas 15 (limabelas) kelas yaiu : 1). Hutan primer, 2). Hutan sekunder, 3). Hutan rawa, 4). Hutan gambut, 5). Hutan mangrove, 6). Perkebunan, 7). Sawah, 8). Ladang/tegalan, 9). Pemukiman kota, 10). Pemukiman kampung, 11). Semak belukar, 12).

353

Lahan terbuka, 13). Tambak, 14). Rawa, 15). Danau/air/sungai/waduk, 16). No data (awan), 17). Industri. Hasil olahan informasi spasial penutup/penggunaan lahan updating tahun 2007 diperoleh secara terpisah sebanyak 75 sheet dengan skala ketelitian 1:50.000, contoh salah satu sheet hasil olahan ditampilkan pada Gambar 2 sebanyak 1 sheet.

Gambar 2: Contoh Updating Peta Informasi Spasial Tutupan/penggunaan Lahan di Kalimantan Timur Skala 1:50.000, Sheet NO: 1713-23 Penggunaan kelas-kelas liputan lahan didasarkan atas pertimbangan kemampuan aktual dari data Landsat yang digunakan sebagai data dasar yang utama, sedangkan Informasi penggunaan lahan untuk seluruhnya Kalimantan Selatan disajikan pada Tabel.2 beserta graknya. Informasi Spasial penutup/penggunaan lahan untuk seluruh provinsi Kalimantan Selatan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3: Informasi Spasial penutup/penggunaan Lahan Provinsi Kalimantan Selatan (Updating Tahun 2007) Secara umum hasil updating penutup lahan/penggunaan lahan daerah Kalimantan Selatan menurut hasil analisis statistik menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan ma354

Tabel 2: Informasi spasial penggunaan lahan Kalimantan Selatan (updating tahun 2007) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Liputan Lahan H.primer H.sekunder H.rawa H.gambut H.mangrove Perkebunan Sawah Ladang/tegalan Kota Kampung Belukar Lahan terbuka Tambak Rawa Berawan Air/danau/sungai Pelabuhan Industri Jumlah Luas (Ha) 690557.71 296603.23 82431.44 131298.90 75481.48 401175.2 490275.33 344862.54 7458.32 33134.59 569736.35 27615.25 5851.54 67762.76 566576.38 38606.28 15.67 410.15 3748853.19 (%) 18.4 7.91 2.20 3.50 2.01 10.7 10.92 9.20 0.2 0.89 15.20 0.74 0.16 1.81 15.11 1.03 0.00 0.01 100

sih merupakan hutan primer yang luasannya berkisar 690557.71Ha (18.42%) dan belukar/semak berkisar 569736.35 Ha (15.20 %) dari seluruh luasan Kalimantan Selatan, sisanya merupakan ladang/ tegalan yang luasannya berkisar 344862.54 Ha (9.20 %), perkebunan berkisar 401175.26 Ha (10.7 %), hutan sekunder berkisar 296603.23 Ha (7.91 %) , sawah berkisar 490275.33 Ha (10.92 %), hutan rawa berkisar 67762.76 Ha (1.81 %), mangrove berkisar 75481.48 Ha (2.01 %), dan lahan terbuka berkisar 27615.25 Ha ( 0.74 %). Sedangkan daerah yang tertutup awan (No data) meliputi area berkisar 566576.38 Ha dan menempati 15.11 persen. Untuk uraian liputan lahan per kabupaten di propinsi Kalimantan Selatan dapat dijelaskan pada (Tabel 3, Liputan lahan satuan dalam Ha) dan (Tabel 4, liputan lahan satuan dalam prosentase )

3.3

Analisis data hasil Inventarisasi tahun 2004 dan hasil Updating tahun 2007

Dari hasil kerja yang dilakukan dengan mengupdating pada skala 1:50.000 dan dibandingkan dengan hasil inventarisasi yang di kerjakan pada tahun 2002 pada skala 1:100.000, maka telah terjadi mengalami perubahan penutupan lahan. Paling dominan dari seluruh Kalimantan Selatan telah menglami penurunan liputan lahan terkecuali lahan hutan sekunder, perkebunan dan sawah mengalami kenaikan luasan lahan. Informasi spasial penggunaan lahan dijelaskan pada Tabel. 5 dan Gambar.4.

355

Tabel 3. Liputan Lahan Perkabupaten Provinsi Kalimantan Selatan Liputan Lahan (dalam Ha) Kotamadya/Kabupaten Provinsi Kalimantan Selatan

356

Keterangan : Hp=Hutan primer ;Hs=Hutan sekunder ;Hr=Hutan rawa ;Hv=Hutan mangrove ;P=Perkebunan; S=sawah ;L=Ladang/tegalan; Kk=Permukiman kota; Kd=Permukiman kampung ;B=Belukar/semak ; T=Lahan terbuka ; Wi=Tambak ; Wr=Rawa ; ND=No data ;W= Air/sungai/wduk ; Bdr=Bandara ; Pel=Pelabuhan ; Ind=Industri

Tabel 4. Prosentase Liputan Lahan Perkabupaten Provinsi Kalimantan Selatan

357

Keterangan : Hp=Hutan primer ;Hs=Hutan sekunder ;Hr=Hutan rawa ;Hv=Hutan mangrove ;P=Perkebunan; S=sawah ;L=Ladang/tegalan; Kk=Permukiman kota; Kd=Permukiman kampung ;B=Belukar/semak ; T=Lahan terbuka ; Wi=Tambak ; Wr=Rawa ; ND=No data ;W= Air/sungai/wduk ; Bdr=Bandara ; Pel=Pelabuhan ; Ind=Industri

Tabel 5. Informasi spasial penggunaan lahan Kalimantan Selatan antar Liputan Lahan Hasil Updating Tahun 2007 Skala 1:50.000 dengan Hasil Inventarisasi Tahun 2002 Luas (up dating) 690557.71 296603.23 82431.44 131298.90 75481.48 401175.26 490275.33 344862.54 7458.32 33134.59 569736.35 27615.25 5851.54 67762.76 566576.38 38606.28 15.67 410.15 3748853.19 Luas (inventar 02) 788804.58 158881.65 127648.29 171249.73 85026.84 305792.47 266300.18 457512.27 7374.31 29534.01 899646.44 111596.95 8242.99 105729.46 200699.34 53120.45

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Liputan Lahan H primer H sekunder H rawa H gambut H mangrove Perkebunan Sawah Ladang Kota Kampung Belukar L Terbuka Tambak Rawa Awan Air/danau Pelabuhan Industri Jumlah

% 18.42 7.91 2.20 3.50 2.01 10.7 10.92 9.20 0.20 0.89 15.20 0.74 0.16 1.81 15.11 1.03 0.00 0.01 100

% 20.43 4.22 3,39 4.55 2.14 8.13 7.08 12.16 0.17 0.78 23.90 2.96 0.22 2.81 5.33 1.41

Selisih (Luas) (-) 98246.87 (+) 137721.58 (-) 45252.85 (-) 39950.83 (-) 5045.36 (+) 95382.80 (+) 142975.15 (-) 112649.74 (-) 10215.99 (-) 3600.58 (-) 329910.09 (-) 83981.70 (-) 2401.45 (-) 37966.70 (+) 365877.04 (-) 14514.21

Selisih(%) + + + + + 2.01 3.69 1.19 1.05 0.13 2.57 3.84 2.96 0.03 0.11 - 8.7 - 2.22 -0.06 -1 + 9.78 - 0.38

3763006.02

100

(-) 14152.83

Keterangan ; + : naik - : turun

Gambar 4: Grak Perbandingan Kenaikan dan penurunan liputan lahan antara hasil Updating tahun 2007 pada skala 1:50.000 dengan Inventarisasi tahun 2004 pada skala 1:100.000.

358

Hasil updating yang dilakukan pada tahun 2007 dengan hasil inventarisasi tahun 2004 menunjukan bahwa potensi luas areal liputan lahan pada setiap liputan telah mengalami penurunan. Seperti hutan primer yang merupakan hutan yang dilindungi nampaknya mengalami penurunan, yang semula luasannya berkisar 788804.58 Ha berkurang menjadi 690557.71 Ha berarti hutan primer hilang berkisar 98246.87. Ha ini disebabkan karena selama pengerjaan yang dilakukan oleh time inventarisasi kemungkinan besar banyak melakukan kesalahan dalam hal interpretasi dan delineasi karena citra Landsat yang digunakan adalah resolusi 30 m. Sedangkan interpretasi yang dilakukan time updating citra Landsat yang digunakan adalah resolusi 15 m yaitu saluran/band pankhromatik, sehingga hasil yang dilakukan dengan mengupdating/pemutahiran tutupan lahan dapat memberikan lebih akurat jika dibandingkan dengan hasil inventarisasi tahun 2004. Liputan lahan yang mengalami perubahan/penurunan adalah Hutan rawa, Hutan gambut, Hutan mangrove, Ladang, Belukar, Lahan terbuka, Tambak, dan Rawa, lebih jelasnya lihat Tabel 5 dan grak pada Gambar 4. Selain liputan lahan telah mengalami penurunan luasan, nampak juga pada liputan lahan yang lainnya telah mengalami kenaikan luasan. Seperti hutan primer nampaknya mengalami kenaikan yang semula luasannya berkisar 158881.65 Ha bertambah menjadi seluas 296603.23 Ha. Kemudian liputan lahan lainnya yang mengalami kenaikan luasan adalah Perkebunan, Sawah, Perkotaan, dan Perkampungan, lebih jelasnya lihat Tabel 5 dan grak pada Gambar 4.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil updating penutup lahan/penggunaan lahan daerah Kalimantan Selatan secara umum menunjukkan bahwa potensi luasan sumberdaya lahan yang sangat besar adalah hutan primer yang menempati luas areal berkisar 690557.71 Ha (18.42 %) dan semak/belikar berkisar 569736.35 Ha (15.20 %). Dengan luasan hutan primer menempati 18.42 %, ini merupakan modal utama pembangunan yang diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, social budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Hutan harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Sedangkan luas areal perkebunan menempati sekisar 401175.26 Ha (10.7 %) dari seluruh propinsi Kalimantan Selatan. Dengan potensi lahan seluas areal yang ada tersebut maka dapat memberikan manfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia dan tentunya juga memerlukan investasi dari para pengusaha yang besar. Pengerjaan proses yang dilakukan inventarisasi tahun 2002 kemungkinan besar banyak mengalami kesalahan dalam hal interpretasi dan delineasi karena citra Landsat yang digunakan adalah resolusi 30 m. Sedangkan interpretasi yang dilakukan time updating citra Landsat yang digunakan adalah resolusi 15 m yaitu saluran/band pankhromatik, sehingga hasil updating dapat menunjukan keakuratan.

Daftar Pustaka
Abdel Aty B. Salman, 1983. Using Landsat Imagery interpretation for Underground water prospection aroun Qena Province, Egypt. Int. Journal Remote Sensing. Taylor&Francis Ltd. Barret, E. C., and L.F. Curtis, 1992. Introduction to Enviromental Remote Sensing, Chapman and Hall, London. Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer, 1990. Remote Sensing and Image Interpretation, Gajah Mada University Press, Yogjakarta.

359

Richard, J.A. 1986. Remote Sensing Digital Image Analysis, S-Verlag, Berlin, Germany. Shunji Murai. Remote Sensing Note. University of Tokyo. BPS. 2002. Statistik Kehutanan Indonesia 2002. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta. Pamulardi, B. 1996. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. PT Raja Grando Persada. Jakarta. PP. 1998. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penatagunaan Hutan. Draft. Jakarta. Soerjono, R. 1978. Pertimbangan Terhadap Rencana Tata Guna Hutan. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.

360

Anda mungkin juga menyukai