Anda di halaman 1dari 5

Membangun Jejaring, Mutlak!

Al Rise dan anaknya Laura dalam Law Number 3: The Law of Publicity
antara lain menyebutkan: Publicity in general is more powerful than
advertising. Publicity sesungguhnya hanya salah satu bentuk public
relation (PR). Law Number 3, seharusnya berbunyi : PR is much more
powerful than advertising. Alasannya, selain bisa tampil secara above the
line dan below the line, PR atau kehumasan juga mampu menjangkau ke
luar (PR ekstemal) dan ke dalam (PR intemal). Yang tak kalah penting, PR
mempunyai sentuhan yang lebih halus (subtil), sehingga sering kali
dipercaya dan efektif. Fungsi PR dalam kaitannya baik dalam (organisasi)
maupun ke luar (intended public) dalam rangka membangun jejaring
sangat dahsyat, apabila dikelola dengan sadar, sistematis, komprehensif
dan terencana baik.

Teman Adalah Asset


Jaringan usaha atau organisasi nirlaba sering dipahami dan diterjemahkan
secara sederhana. Orang selalu setuju pada ungkapan “teman adalah
aset”. Apakah membangun jejaring sesederhana seperti menjalin
pertemanan? Jejaring yang perlu dibangun antara satu organisasi dengan
organisasi yang lain sering tidak sama. Karena, karakteristik dan
kebutuhannya berbeda. Maka perlu diidentifikasi dan dirumuskan secara
jelas, dengan pihak-pihak mana saja kita perlu membangun jejaring. Bagi
dunia usaha, yang perlu dijalin hubungannya antara lain lembaga
konsumen, pemerintah (departemen terkait), militer, organisasi
keagamaan, LSM, rekanan usaha, institusi penunjang (lembaga keuangan,
lembaga pasar modal yang sudah go public) dan para tokoh informal
masyarakat. Perlu digaris bawahi, membangun jejaring dalam konteks ini
sama sekali berbeda dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), yang
umumnya lebih bersifat hit and run serta jangka pendek.

Selain itu, yang tidak kalah penting diperhatikan dan dijalin hubungannya
dengan baik adalah mereka yang tergolong intemal concered group,
seperti para pemegang saham, karyawan serta manajemen madya atau
penyelia. Dalam konteks inilah membangun jejaring semakin relevan,
apalagi information technology telah berkembang sedemikian pesat,
sehingga perbedaan geografis nyaris bukan hambatan lagi.

Jejaring memang perlu dibangun dengan sadar, sistematis, komprehensif


dan terencana baik. Untuk itu, perlu dibentuk departemen (PR), yang
fokus menangani secara profesional. Program membangun jejaring
melibatkan seluruh jajaran perusahaan. Pelaksana programnya bisa
meliputi satpam hingga direktur utama, tergantung pada bentuk kegiatan
dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam konteks ini, semua anggota
organisasi pada dasarnya petugas PR perusahaan.

Jejaring yang dibangun dengan baik menjadi aset perusahaan, dan


dirasakan manfaatnya baik dalam proses kehidupan sehari-hari
perusahaan maupun pada saat terjadi kasus. Malahan, kalau jejaring
sudah terbangun dengan luas dan solid kita bangga dan rendah hati boleh
mengatakan: “Ini jejaringku”. Benar, manusia perlu pergaulan yang luas,
sebab manusia seperti diungkapan Aristoteles adalah zoon politicon.

Kami punya seorang kawan, Amie Primarni namanya. Dia direktur sebuah
usaha rumah busana, Rizqita, di Depok, Jawa Barat. Suatu ketika, setelah
perbincangan bisnis usai di ruang pertemuan, kami ke tempat parkir.
Ternyata, sopir mobil Bu Amie, saat pamit makan, tak kunjung muncul.
Setengah jam-an kami menunggu sang pengemudi. Bukan menunggu
percuma di parkiran. Kebetulan, ia sedang memerlukan beberapa
karyawati baru. Sambil menunggu, ia berbincang dengan beberapa
petugas Satpam. Ia iseng bertanya, apa tidak punya saudara atau kenalan
wanita yang sedang mencari pekerjaan? Satpam yang disapanya
bilang,”Oh, Ada.” Dalam tempo beberapa menit, ia sudah kembali dengan
dua buah amplop besar, lamaran kerja. Lalu, dari seorang Satpam lainnya,
Amie mendpat dua amplop lamaran lagi.

Ia tersenyum puas. ”Saya perlu beberapa pilihan,meski pun peluangnya


tak banyak. Saya punya ruko baru di sini. Bayangkan, kalau pekerja saya
adalah kenalan atau saudara Satpam di sini, mereka akan mewujudkan
terima kasihnya dengan cara-cara yang kita tak bisa bayangkan. Minimal,
toko saya akan dibantu diawasi. Saya punya kenalan yang tak punya
interest buruk, karena saudara bekerja di toko saya.”

Begitulah, pembaca, Amie memanfaatkan sedikit waktu untuk meluaskan


jejaringnya, di sekitar tempat usahanya. Buat kami, ia entrepreneur
dengan kecerdasan sosial, bukan hanya kecerdasan ekonomi.

Membangun Jejaring
Persahabatan merupakan unsur penting dalam hidup kita,
sebagaimana hubungan profesional menjadi pusat keberhasilan kita.
Karena itu, membangun jejaring menjadi keahlian yang sangat
bermanfaat.

Ungkapan “Yang penting bukan apa yang Anda tahu, tapi siapa yang
Anda kenal” tidak sepenuhnya benar, tapi hanya separuh benar.
Kenyataannya, dalam mengembangkan karier dan bisnis atau menuntun
ke arah cita-cita, yang penting adalah siapa yang kenal Anda!
Bakat, keahlian, pengalaman dan kepandaian semata tidaklah cukup
untuk mencetak keberhasilan. Justru, hubungan dan kontak dengan orang
lainlah yang akan mendorong Anda menuju sukses. Sukses bersifat relatif,
karena Anda tahu apa yang Anda inginkan, apa nilai yang Anda anut, serta
apa yang Anda mau lakukan.
Anda pasti akrab dengan komputer. Internet, juga bukan lagi sesuatu
yang asing. Semua menyadari, internet memberi akses informasi instan,
dari yang serius seperti peta investasi lintas bangsa, kebijakan politik, isu-
isu kemanusiaan terkini sampai sekadar resep dan anekdot. Bagi
wirausahawan, informasi harus bisa ia jadikan “peluru” dalam
pertempuran bisnis. Jadikanlah informasi sebagai kekuatan saat ia
dipertukarkan. Salah satu cara memperkuat basis informasi, membangun
jejaring.
Apakah jejaring itu? Dalam konteks ini, yang kami maksud adalah,
proses dua arah yang benar di mana berbagai sumberdaya dibagikan dan
diterima. Di dalam proses ini, ada semangat saling berbagi informasi. Ya:
informasi! Kalau Anda termasuk tipe pembangun jejaring yang baik, maka
Anda akan bahagia saat Anda dapat memberi kepada mitra-mitra Anda,
stakeholder jejaring, seluruh elemen yang terlibat dalam “proses saling
berbagi informasi” ini.
Sepintas, “berbagi informasi” serasa sesuatu yang mudah. Perlu
energi lebih, kalau pertukaran informasi dilekati kepentingan memperkuat
performance bisnis. Menerapkan pertukaran informasi dan membangun
“jejaring yang efektif” untuk menguatkan sebuah usaha, tidaklah
segampang menjelaskannya. Bagaimana agar sukses membangun
jejaring? Saran kami, jadilah pribadi yang menjunjung tinggi cara, proses
serta tujuan dibangunnya sebuah jejaring. Jangan mengabaikan
pentingnya ikhtiar mengembangkan dan memperhalus kemampuan
melakukan tindak lanjut. Anda mungkin punya banyak informasi menarik
dan potensial melancarkan bisnis Anda, tapi semuanya tidak menjadi apa-
apa tanpa tindak lanjut. Sebagai wirausahawan yang berhasrat
memperkuat usaha melalui jejaring, fokus tindakan Anda: menyadarkan,
bahwa mitra jejaring Anda punya informasi bernilai. Pastikan, Anda
temukan argumentasi yang tepat, apa informasi itu, dan bagaimana ia
bisa bernilai bagi Anda.

Kembangkan Kontak-kontak Anda


Jika Anda menemukan seseorang yang mampu memberikan
inspirasi kepada Anda mintalah bantuan kepadanya

Seorang entrepreneur sukses harus selalu membangun kontak bisnis


dan sosial. Dalam hal ini, itikad baik merupakan modal dasar yang tidak
bisa dibeli tetapi harus dimiliki. Bahkan ada beberapa perusahaan yang
sama sekali menjauhkan diri dari media massa. Saya kira sikap seperti ini
tidak bijaksana karena saya tidak percaya dengan pepatah lama yang
mengatakan bahwa bentuk publikasi apapun tidak jelek sebab hubungan-
hubungan yang baik akan dapat membawa suatu perubahan penting.
Kami punya contoh konkret. Seorang mitra, dua bulan ke depan habis
kontrak rukonya di Depok. Padahal, bisnisnya sedang bagus-bagusnya.
Apa akal. ”Saya punya banyak teman. Tapi untuk urusan roko, mau tak
mau, perlu duit besar di muka. Ini urusan sewa setahun dua tahun dibayar
dimuka. Saya tidak langsung berpikir untuk meminjam uang dari bank.
Saya harus terbuka pada teman-teman saya. Saya yakin, mereka punya
jalan keluar. Hasilnya, saya mendapat apa yang saya inginkan, dan tanpa
keluar dana besar!”
Bagaimana kawan kami ini memperoleh rukonya? Padahal harga ruko
baru di Pulogadung Trade Center (PTC) tempat yang diincarnya, tak kurang
dari empat puluh jutaan rupiah pertahun? ”Seorang kawan, menyewa satu
ruko dan food court di PTC yang dibuka awal bulan depan. Begitu
penyerahan kunci dan di-launching, ruko dan lokasi usaha yang disewanya
tak boleh didiamkan kosong. kalau sampai sekian lama kosong, maka
pengelola PTC akan mendendanya sebesar lima juta rupiah. Nah, daripada
dia kena denda, satu ruko yang ia siapkan sebagai investasi saja dan
belum sanggup segera ia isi, ia serahkan pada saya mengelolanya.
Praktis, saya tak perlu sewa, cukup bagi hasil yang perhitungannya nanti
setelah usaha ini jalan.”
Luar biasa, kan? Kawan saya ini, tak perlu berhutang ke bank, karena
jejaring usahanya, terawat baik. Apalagi, ia akrab pula dengan pers,
sesuatu yang sanggup meresonansikan ”success story” dan kredibilitas
bisnisnya. Dengan kondisi seperti itu, kawan saya mudah mendapat
kepercayaan koleganya. Dalam bisnisnya, ia sedikitnya punya 100
pemasok untuk tokonya, yang rata-rata awet berhubungan dengannya
sejak ia membuka usaha tiga tahun silam.

Ubahlah Semuanya Menjadi Peluang


Kesuksesan semata-mata hanya masalah keberuntungan, oleh
karenanya hadapilah segala kemungkinan kegagalan.
Anonim

Keberuntungan hanya mungkin terjadi bila persiapan mampu


menangkap kesempatan.
Elmer Letterman

Keberuntungan pastilah sesuatu yang berada pada tempat dan waktu


yang tepat. Mungkin saja, ciri paling umum yang dapat ditemukan pada
orang-orang beruntung adalah bahwa mereka memanfaatkan kesempatan
yang mereka dapatkan. Keberuntungan bukan sesuatu yang harus Anda
tunggu sambil santai, tetapi harus diraih. Napoleon pemah berkata:
Jangan jendral-jenderal brilian, tetapi berilah saya jendaral—jenderal
yang memiliki keberuntungan.”
William E. Heinecke, konglomerat yang menuliskan tips bisnisnya itu,
pernah menyatakan, ”Saya cukup beruntung menapakkan kaki di Thailand
di tahun 1960-an yang penuh peluang. Kami sering mengingatkan kepada
tim kami bahwa semakin keras kita bekerja, akan semakin banyak
keberuntungan yang akan kita dapatkan. Nasib baik bisa datang dengan
berbagai macam bentuk. Bisa lewat peningkatan kesempatan bisnis,
orang yang Anda sewa, kontrak personal yang Anda buat serta kesehatan
yang Anda nikmati.”
Sebagai pendatang di Negeri Gajah Putih, Heinecke merasa
keberuntungannya juga berkat pertemanannya yang kental dan luas di
Thailand, hal yang berat ia tingalkan. Untuk itu, ia tak ragu-ragu menolak
nasihat orangtuanya untuk meninggalkan Thailand. Ayahnya, seorang
koresponden Voice of Amerika, berwawasan luas mengenai masalah-
masalah dunia, mengatakan,” Nak, carilah keberuntunganmu di Pilipina
atau Iran. Di Thailand tempat yang tidak menjanjikan untuk bisnis.”
Heinecke ”bandel” karena yakin, sahabat-sahabat Thai-nya turut berperan
penting mem-back up sukses bisnisnya. Apa yang ia dapat?
Kata-kata ayahnya, tak berlaku lagi. Memang, saat 1960-an, gagasan
sang ayah masuk akal, karena Thailand saat itu merupakan salah satu
negara miskin. Di bawah kepemimpinan Shah dan juga Ferdinand Marcos,
ekonomi Iran dan Philipina lebih stabil. Heinecke sendiri, dibesarkan di
Asia. Philipina, memang lebih prospektif, persis nasihat ayahnya. Secara
ekonomi, Philipina berada di atas Thailand dan karena kehadiran tentara
pertahanan Amerika maka ada banyak pengaruh baru di tengah
masyarakat Thailand. Di mata Heinecke, ada elemen keberuntungan di
dalamnya. Heinecke, adalah pelajaran sukses entrepreneurship dengan
pertemanan luas yang terawat baik.

Anda mungkin juga menyukai