Anda di halaman 1dari 12

Senin, 4 Mei 2009 MENGUAK FENOMENA LETUSAN MERAPI PADA TERKUBURNYA CANDI-CANDI DI SEKITARNYA

Oleh : Kartikaningtyas, S.T.

Gambar 1 Peta L.okasi Gunung Merapi

Provinsi Jawa Tengah mempunyai banyak tinggalan Benda Cagar Budaya (BCB) berupa candi, serta situs arkeologi yang menarik untuk dikunjungi. Keberadaan candi-candi tidak hanya menarik untuk ditelaah secara arkeologi namun juga secara geologi karena candi-candi tersebut merupakan peninggalan zaman Mataram Kuno selama abad 8-10, yang terkubur oleh materialmaterial piroklastik hasil letusan Gunung Merapi. Gunung Merapi terletak pada 732,5 LS dan 11026,5BT, gunung api yang bertipe strato dan kubah lava ini terjadi akibat erupsi eksplosif (erupsi atau letusan yang menimbulkan ledakan sebagai akibat tekanan gas magmatis yang sangat kuat) yang diselingi dengan erupsi efusif (erupsi yang tidak menimbulkan ledakan karena tekanan gas kurang kuat), sehingga lerengnya berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Aktivitas gunung ini diperkirakan telah berlangsung sejak 50.000 tahun yang lalu dengan jumlah rata-rata material yang dikeluarkan sebesar 1.000.000 m per tahun, memiliki puncak dengan ketinggian 2.911 m dpl atau 2.800 m di atas dataran Yogyakarta. Kenampakan struktur puncak Merapi diperlihatkan oleh kawah yang membuka ke barat daya dan kubah lava aktif muncul di atasnya yang menjulur mengikuti arah bukaan bawah. Di sekitar puncak terdapat kawah lava hasil kegiatan Gunung Merapi dalam 200 tahun terakhir. Ciri kegiatan gunung ini ditandai oleh adanya pertumbuhan kubah berikutnya. Longsornya kubah dapat terjadi karena gravitasi dan pertumbuhannya sendiri atau dipicu oleh letusan. Fenomena baik berupa letusan maupun guguran sering berasosiasi bersamasama.

Menurut Satyana (2007), pada tahun 1943 van Bemmelen mengajukan argumen bahwa runtuhnya lereng barat daya Gunung Merapi terjadi pada masa klasik yaitu pada 1006 AD,

bersamaan dengan terjadinya letusan katastrofik Merapi. Endapan letusan hebat ini telah mengubur Candi Borobudur, dan candi-candi lain di Mataram Kuno. Banyak sejarahwan, arkeolog dan geolog yang percaya bahwa hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan kerajaan Mataram Kuno mundur lalu penerusnya pindah ke daerah Jawa Timur.

Pada bulan September tahun 2006 yang lalu diadakan Volcano International Gathering (VIG) di Yogyakarta. Acara ini melibatkan pakar-pakar gunung api (ahli vulkanologi) dan akademisi untuk membahas sekaligus memperingati 1000 tahun letusan Merapi katastrofik 1006 AD. Benarkah Merapi meletus dengan hebat pada 1006 AD dan meruntuhkan lereng baratbarat dayanya, mengubur candi-candi Hindhu dan Budha di sekitarnya dan menghabisi Kerajaan Mataram Kuno?

Menarik untuk mengkaji disertasi doktor Sri Mulyaningsih tentang hal ini yang mendasarkan penelitiannya kepada pentarikhan 14C (Carbon Dating) pada banyak endapan volkanik Merapi terutama pada sisi selatan Merapi. Menarik juga mempelajari makalah dari Andreastuti et al. (2000) di Journal Volcanology dan Geothermal Research, vol.100, p. 51-67 yang mempelajari endapan-endapan Merapi berdasarkan studi tephrologi (tephra=endapan piroklastik), atau dari Newhall et al. (2000) di jurnal yang sama.

Andreastuti et.al.(2000) menafsirkan bahwa suatu letusan besar Merapi terjadi pada 111273 tahun BP (before present) (870-1003 AD). Berdasarkan pentarikhan 14C, Newhall et al. (2000) menemukan tiga endapan piroklastik sekitar tahun 1006, yaitu terjadi pada 940 AD (1139 50 tahun BP) tersingkap di daerah Kinahrejo-Pelem (selatan), 1080 (980 80 tahun BP) di Candi Pendem, Kabupaten Magelang (barat laut) dan 1180 (880 60 tahun BP) di KalijuehJrakah (utara-barat laut). Berdasarkan Camus et al. (2000), selama stadia Merapi muda (2200 tahun BP sampai 1786 AD) terjadi 2 kali erupsi magmatik-phreatomagmatik yaitu pada 2200 dan 1470 tahun BP.

Berdasarkan kesimpulan dari Satyana (2007), terdapat tiga faktor keberatan Mulyaningsih (2005) atas argumen van Bemmelen (1943): Tidak terjadi letusan besar pada 1006 AD (hal ini sesuai dengan hasil pentarikhan absolut tefra Merapi dari peneliti-peneliti lain). Suatu letusan besar mestinya akan meninggalkan mayat orang, bangkai binatang, atau produk kebudayaan lain di dalam endapannya. Kerajaan Mataram tidak pindah ke Jawa Timur sesudah 1006 AD, tetapi pada 928-929 AD berdasarkan prasasti Sangguran. Kenampakan fisik dari stratigrafi dan endapan vulkanik Merapi

Berdasarkan analisis ukuran butir dari aliran piroklastik (material hasil langsung dari pusat erupsi gunung api yang menghasilkan panas dan arus, serta densitas yang bergerak secara cepat dan mengalir jauh) dan endapan surge (awan panas yang merupakan campuran dari bahan padat dan gas atau uap air) yang mengalir dengan konsentrasi partikel rendah pada tekanan gas tinggi sebagai aliran turbulen. Endapan akan tersingkap sampai 20 km dari puncak (145 m dpl) dan beberapa dari endapan tersebut mengubur candi-candi dengan ketebalan 20-60 cm. Secara fisik

endapan tersebut mempunyai karakteristik berupa struktur laminasi (perlapisan sejajar yang ketebalannya < 1 cm) sampai cross laminasi (perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada diatas atau dibawahnya, ketebalannya < 1 cm) , debu (batuan piroklastik dengan ukuran butir 2 mm 1/256 mm) sampai ukuran lapilli (batuan piroklastik dengan ukuran butir 2 mm 64 mm) dengan beberapa bombs ( gumpalan-gumpalan lava dengan ukuran butir > 64 mm), dan biasanya berisi charcoals (arang kayu) dengan berbagai variasi ukuran.

Didasarkan pada analisis pentarikhan 14C, dijumpai penyebaran masing-masing sekuen endapan tersebut berbeda satu sama lainnya. Hal itu berarti bahwa proses pengendapan bahan letusan tersebut secara bertahap, yang masing-masing tahap terjadi secara sektoral dan volumenya bervariasi. Studi stratigrafi dan data pentarikhan 14C berhasil mengetahui bahwa sebagian candi-candi dibangun pada batuan dasar yang berumur sekitar abad ke I-II M dan banyak pula pada batuan dasar yang berumur setelah abad ke X M. Endapan Gunungapi Merapi yang mengubur candi-candi, sedikitnya terdiri dari delapan sekuen yang masing-masing sekuen dibatasi oleh paleosol (endapan tanah purba yang biasanya terselip tipis di antara lapisan batuan).

Gambar 2 Peta situasi daerah sekitar Gunung Merapi dan keberadaan candi-candi yang berdasarkan pada studi geologi mulai dibangun pada batuan dasar yang berumur sekitar abad ke I-II M. Kumpulan foto-foto letusan gunung merapi NASA fenomena alam letusan terakhir gunung merapi tanggal 26 april 2006. Gunung paling aktif di dunia, Merapi, saat ini sedang menggeliat. Masyarakat cemas menunggu, apakah ia akan meletus dan mengirimkan malapetaka berikutnya. Apalagi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) telah meningkatkan status Merapi menjadi Awas, terhitung sejak Senin 25 Oktober 2010. Baca juga Awan Panas Gunung Merapi Alias Wedhus Gembel Tanda Fase Erupsi Tanda Merapi Akan Meletus. Sejarah mencatat, sejak tahun 1548, Gunung Merapi sudah meletus sebanyak 68 kali--dengan letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan dahsyat pernah terjadi antara lain tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar gunung merapi pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa

diselubungi abu. Di tahun 1930, letusan Merapi menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.370 orang. Letusan terakhir Merapi terjadi tahun 2006 lalu. Pada 4 Juni 2006, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status 'awas'.

Kemudian pada 8 Juni 2006, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan menyemburkan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng panik dan melarikan diri ke tempat aman. Fenomena letusan Gunung Merapi tak luput dari pantauan NASA. Badan Antariksa AS ini merekam kondisi Merapi melalui foto satelit. Foto pertama direkam alat Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) di satelit Terra milik NASA pada 26 April 2006.

Foto letusan Gunung Merapi NASA itu menunjukkan awan panas muncul dari puncak Merapi, yang dikelilingi lava hitam dan puing-puing hasil erupsi sebelumnya. Lereng gunung tampak berwarna merah. Foto kedua pada 6 Juni 2010 juga merupakan hasil bidikan ASTER. Warna merah dalam foto mengindikasikan vegetasi dan yang lebih cerah adalah tumbuhan. Awan digambarkan dengan warna terang atau putih buram. Sementara, awan vulkanis tampak berwarna kelabu suram yang bertiup ke arah barat daya. vivanews.com status terkini gunung merapi, kondisi gunung merapi terakhir, status terbaru merapi, gunung merapi meletus, kapan gunung merapi akan meletus, letusan gunung merapi, aktivitas gunung merapi

meningkat, foto awan panas gunung merapi, video gunung merapi meletus, letusan gunung merapi terbaru, gempa vulkanik, lava pijar gunung merapi, semburan lava pijar merapi, guguran gempa gunung merapi, mbah maridjan juru kunci merapi, mbah maridjan dipanggil sby ke istana, berita terkini mbah marijan, gunung merapi meletus mbah marjan ogah mengungsi, wedhus gembel, wedus gembel merapi, awan panas gunung merapi, nasa, foto letusan gunung merapi nasa, gambar gunung merapi meletus terakhir nasa, kapan terakhir gunung merapi meletus, merapi meletus tahun 2006

Gunung Merapi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini terkait dengan suatu peristiwa terkini. Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat. Untuk nama gunung di Sumatera Barat dengan nama yang mirip, lihat Gunung Marapi. Merapi

Ketinggian Daftar

Lokasi Koordinat

2.968 m (9.737 kaki) Ribu, Gunung api Tipe A Lokasi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Sleman (DI Yogyakarta) 732'30" LS 11026'30" BT Geologi

Jenis stratovolcano Letusan terakhir 2010 Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. [rujuk an?] Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).[1] Daftar isi [sembunyikan] 1 Geologi 1.1 Erupsi 2006 1.2 Erupsi 2010 2 Vegetasi 3 Rute pendakian 4 Lihat pula 5 Galeri 6 Rujukan 7 Pranala luar [sunting] Geologi

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan Junghuhn. Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng IndoAustralia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.[2] Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya.[3]

Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap.[4] Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra. Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nue ardente) yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.[2] Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma.[5] Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia[6].

Puncak Merapi pada tahun 1930. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[rujuk an?] Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.[rujuk an?] Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini

adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872[7] dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010)[8], meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km. Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan Kaliurang. [sunting] Erupsi 2006 Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempattempat yang telah disediakan. Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi. 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini. [9] 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. [10] [sunting] Erupsi 2010 Artikel utama untuk bagian ini adalah: Letusan Gunung Merapi 2010 Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman. Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.[11] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernafasan. Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung

Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.[12] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah. Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,[13] dan Bogor.[14] Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert). [15][rujuk an?] Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.[16] [sunting] Vegetasi Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika. Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'. [sunting] Rute pendakian Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Slo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak. Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. [sunting] Lihat pula Taman Nasional Gunung Merapi. Daftar gunung di Indonesia Daftar gunung berapi di Indonesia [sunting] Galeri

Foto-foto Merapi dari sisi sebelah utara, setelah letusan 2006.

Merapi dari arah Dari arah Jrakah,Dari arah Selo, Boyolali. Tampak puncak Dari arah depan Batulawang (puncak Merapi tua) di sebelah Boyolali. Ketep, Magelang. kiri.

Erupsi Minat Permintaan Game

1 permintaan Building

Lihat Semua Ulang Tahun Ulang tahun Atika Permata Sari. Lihat Semua Saran Halaman

Robin Van Persie Luqy C'Ayank Eka Tama dan 2 teman lainnya menyukai ini. Suka

"KATA-KATA HIKMAH"

Ilham Raditya Ardiansyah dan 2 teman lainnya menyukai ini. Suka

i love islam Moch Azis Tea dan 5 teman lainnya menyukai ini. Suka Keterangan Dari Wikipedia, ensiklopedi gratis Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.

Berbagai Tipe Gunung Berapi


1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano) 2. Gunung berapi perisai (shield volcano) 3. Gunung berapi maar

Ciri-ciri gunung berapi akan meletus


Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain Suhu di sekitar gunung naik. Mata air menjadi kering Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa) Tumbuhan di sekitar gunung layu Binatang di sekitar gunung bermigrasi

PROSES FISIKA ERUPSI VOLKANIK SEBAGAI SALAH SATU CARA UNTUK MENAFSIRKAN DATA DISTORIS ERUPSI GUNUNGAPI Master Theses from #PUBLISHER# / 2004-11-19 07:44:14 Oleh : Yosaphat Sumardi, S2 - Physics Dibuat : 1991-01-31, dengan 1 file Keyword : Volcanic eruption

Subjek : Geology: Earthquakes Kepala Subjek : Earth sciences Nomor Panggil (DDC) : T 551.22 SUM Sumber pengambilan dokumen : Thesis Magister Fisika (19935900) Erupsi volkanik mencakup proses yang terjadi dalam kantong magma dan proses aliran magma ke permukaan bumi. Proses yang tidak dapat diamati secara visual ini dapat dijelaskan dengan pendekatan atau model fisika, antara lain pendekatan kesetimbangan energi dalam kantong magma dan model aliran fluida kental melalui pipa bundar. Menurut pandangan fisika proses erupsi volkanik merupakan proses aliran fluida kental dari kantong magma ke permukaan bumi. Aliran ini terjadi karena tekanan kantong magma menjadi lebih besar dari batuan sekitarnya sebagai akibat tertutupnya saluran magma dan pasokan secara terus-menerus fluida magma ke dalam kantong magma itu. Pasokan fluida magma ini berasal dari peleburan parsial mantel atas pada zona pemisahan lempeng atau peleburan terusmenerus karena gesekan antara lempeng samudera dan lempeng benua pada zona subduksi. Sebagai studi kasus tentang penerapan model fisika erupsi volkanik diambil contoh data historis erupsi pada gunungapi-gunungapi Galunggung (Jawa Barat), Merapi (Jawa Tengah), dan Kelut (Jawa Timur). Penerapan model fisika tersebut antara lain dapat mengungkapkan adanya sistem kantong magma dalam dan kantong magma dangkal, peramalan erupsi gunung api, dan proses erupsi berkepanjangan gunung api Galunggung tahun 1982-1983. Namun demikian, pengungkapan proses-proses tersebut masih perlu didukung dengan metode pemantauan lain, misalnya pengamatan kegempaan dan penyelidikan geokimia. Deskripsi Alternatif : Erupsi volkanik mencakup proses yang terjadi dalam kantong magma dan proses aliran magma ke permukaan bumi. Proses yang tidak dapat diamati secara visual ini dapat dijelaskan dengan pendekatan atau model fisika, antara lain pendekatan kesetimbangan energi dalam kantong magma dan model aliran fluida kental melalui pipa bundar. Menurut pandangan fisika proses erupsi volkanik merupakan proses aliran fluida kental dari kantong magma ke permukaan bumi. Aliran ini terjadi karena tekanan kantong magma menjadi lebih besar dari batuan sekitarnya sebagai akibat tertutupnya saluran magma dan pasokan secara terus-menerus fluida magma ke dalam kantong magma itu. Pasokan fluida magma ini berasal dari peleburan parsial mantel atas pada zona pemisahan lempeng atau peleburan terusmenerus karena gesekan antara lempeng samudera dan lempeng benua pada zona subduksi. Sebagai studi kasus tentang penerapan model fisika erupsi volkanik diambil contoh data historis erupsi pada gunungapi-gunungapi Galunggung (Jawa Barat), Merapi (Jawa Tengah), dan Kelut (Jawa Timur). Penerapan model fisika tersebut antara lain dapat mengungkapkan adanya sistem kantong magma dalam dan kantong magma dangkal, peramalan erupsi gunung api, dan proses erupsi berkepanjangan gunung api Galunggung tahun 1982-1983. Namun demikian, pengungkapan proses-proses tersebut masih perlu didukung dengan metode pemantauan lain, misalnya pengamatan kegempaan dan penyelidikan geokimia.

Anda mungkin juga menyukai