Anda di halaman 1dari 33

BAB I LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar 1. Defenisi Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007) Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal 387). Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 409) Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas: 1. Mioma sub mukosum Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt) 2. Mioma intiamural Berada diantara serabut miometrium. 3. Mioma subserosum Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan diliputi serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian bebas disebut wondering / parasitic fibroid. (Sarwono, 2005)

2. Anatomi Fisiologi Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.

Uterus terbagi atas 3 bagian berikut: Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan dan servix terdapat istmus Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix

Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu: Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam

Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis profundus ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai 12,5 cm.

Fungsi Uterus Untuk menahan ovum ovum, yang sesudat telah keluar dibuahi dari selama ovarium,

perkembangan. Sebutir

diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu

sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus. Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi. (Evelyn C. Pearce, 1986, hal 259 261)

3. Etiologi Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal (monoklonal) yang mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur miometrium atau dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus. Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen

mempunyai peranan penting tetapi dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang wanita estrogen dapat menyebabkan mioma, sedangkan pada wanita yang lain tidak. Juga pada beberapa wanita dengan mioma uteri dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya anti estrogen. Untuk mencegah timbulnya myoma pada organ reproduksi sebaiknya dihindari makanan yang diawetkan, makanan setengah matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek kesehatan secara teratur dan berkala. Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada myoma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah pada sarang myoma. Perubahan sekunder yaitu: 1. Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil.

2. Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil. 3. Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi yang seperti luas agar-agar, dan dapat juga terjadi

pembengkakan

bendungan

limfe

sehingga

menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. 4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration) Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi.Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. 5. Degenerasi merah (carneous degeneration) Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. 6. Degenerasi lemak Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. (Sarwono, 2005)

4. Patofisiologi

5. Manifestasi Klinis Gejala klinik mioma uteri adalah: 1. Perdarahan tidak normal Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi Gangguan kontraksi otot rahim Perdarahan berkepanjangan Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi. 2. Penekanan rahim yang membesar Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi: Terasa berat di abdomen bagian bawah Sukar miksi atau defekasi Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf 3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi: Kehamilan dapat mengalami keguguran Persalinan prematurus Gangguan saat proses persalinan Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 411).

6. Komplikasi a. Nekrosis dan infeksi Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke

vagina.Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.

b. Torsi (putaran tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini

hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritonium. c. Pertumbuhan leioma sarkoma Ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan terhadap sarkoma dan mioma uteri timbul bila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar tiba-tiba menjadi besar, apabila hal itu terjadi setelah menopause.

7. Evaluasi Diagnostik 1. Ultrasonografi 2. Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan

endometrium. 3. Foto BNO / IVP 4. Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. 5. Tes kehamilan 6. Darah lengkap dan urine lengkap 7. Histerografi dan histeroscopi 8. Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas. 9. (Chrisdiono, 2004)

8. Penatalaksanaan 1. Pengobatan konservatif / medikasi Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi), embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative.

Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya. Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin rekasing hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan. (Mari Baraden, dkk, 2007)

2. Pengobatan kolaboratif Observasi Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit lain. Ekstirpasi Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase. Laparatomi . momektomi Bila fungsi reproduksi masih diperlukan. Histerektomi Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat sebagai tindakan hemostasis. (Crisdiono, 2004)

B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Aktivitas / istirahat Gejala: Kelemahan dan / atau keletihan Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan Pekerjaan Sirkulasi Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja. Tanda: Perubahan pada TD. Integritas ego Gejala: Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual) Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis: alopesia, lesi cacat, pembedahan Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak bermakna / rasa bersalah, kehlangan kontrol, depresi. Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah. Eliminasi Gejala: Perubahan pada pola defekasi, mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi atau profesi dengan pemajanan karsinogen

lingkungan, tingkat stress tinggi

10

Perubahan eliminasi urinarius, mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen Makanan / cairan Gejala: Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet) Anoreksia, mual / muntah Intoleransi makanan Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kakeksia berkurangnya massa otot Tanda: Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema Neurosensori Gejala: Pusing, sinkope Nyeri / Kenyamanan Gejala: Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit) Pernapasan Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok) Pemajanan asbes Keamanan Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen Pemajanan matahari lama / berlebihan Tanda: Demam Ruam kulit, ulserasi

11

Seksualitas Gejala: Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital

2. Diagnosa Keperawatan 1. Ansietas b/d krisis situasi, ancaman / perubahan status kesehatan, sosio ekonomi, fungsi peran, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga 2. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis, perubahan gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian 3. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah 4. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, distress emosional, keletihan 6. Kurang pengetahuan b/d kurang pengetahuan / mengingat tidak mengenal informasi, keterbatasan kognitif 3. Intervensi 1. DX I Ansietas b/d krisis situasi, ancaman / perubahan status kesehatan, sosio ekonomi, fungsi peran, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga. - Tujuan: Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut. - Kriteria Hasil: Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang,

mendemonstrasikan mekanisme koping yang efektif.

12

Intervensi: Tinjau ulang pengalaman pasien Dorong pasien mengungkapkan pikiran dan perasaan Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan Pertahankan kontak yang sering dengan pasien Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali rasa takut untuk mengembangkan koping Berikan informasi yang akurat Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuan dan efek samping Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep pada pengalaman tentang penyakit Memberi kesempatan untuk memeriksa rasa takut realitas serta kesalahan konsep Membantu pasien merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak Keterampilan koping sering rusak setelah didiagnosis dan selama fase pengobatan berbeda Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan berdasarkan realita Tujuan pengobatan adalah untuk pengangkatan sel-sel jinak yang tumbuh pada otot-otot rahim 2. DX II Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis, perubahan gaya hidup, penerimaan kemungkinan kematian. - Tujuan: Menekspresikan perasaan dengan tepat. - Kriteria Hasil: Melanjutkan aktifitas kehidupan normal, merencanakan masa depan. Intervensi: Perkiraan syok awal dan ketidakyakinan setelah didiagnosis tumor

13

Kaji pasien / orang terdekat terhadap berduka yang mengalami Dorong mengungkapkan pikiran Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik yang tepat Kuatkan penyuluhan tentang proses penyakit Diskusikan cara-cara pasien atau orang terdekat untuk

merencanakan masa depan Rasional: Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan dapat terjadi Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan Pasien merasa terdukung mengekspresikan perasaan Membantu pasien isolasi dan diabaikan Pasien dan orang terdekat mendapat keuntungan dari infromasi aktual Menjadi bagian dalam pemecahan masalah / perencanaan 3. DX III Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah, ancaman kematian. - Tujuan: Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri. - Kriteria Hasil: Mulai mengembangkan mekanisme koping dalam menghadapi masalah. Intervensi: Diskusikan dengan pasien dan orang terdekat diagnosis dan

pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi yang berhubungan dengan pengobatan Dorong, diskusi tentang masalah, efek penyakit, efek pengobatan terhadap peran Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami

Rasional:

14

Membantu mendiskusikan / memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah Bimbingan antisipasi dapat membantu pasien / orang terdekat memulai proses adaptasi pada status baru Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi

pengobatan Memvalidasi realitas perasaan pasien dan memberi izin untuk tindakan apapun perlu untuk mengantisipasi 4. DX IV Gangguan rasa nyaman nyeri b/d proses penyakit. - Tujuan: Nyeri hilang / berkurang. - Kriteria Hasil: Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, mendemonstrasikan relaksasi. Intervensi: Tentukan riwayat nyeri misal: lokasi, frekuensi, durasi (skala), tindakan penghilangan nyeri Evaluasi / sadari terapi tertentu, misal: pembedahan Beri tindakan kenyamanan (reposisi punggung), aktifitas hiburan Dorong keterampilan manajemen nyeri (tehnik relaksasi), tertawa, musik Evaluasi penghilang nyeri Kolaborasi pemberian analgesik Rasional: Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi keefektifan intervensi Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum tergantung pada prosedur / agen yang digunakan Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali latihan Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan

meningkatkan rasa kontrol Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum Mengontrol / menghilangkan nyeri

15

5. DX V Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik berkenaan dengan kanker konsekuensi kemoterapi (anorexia), distner emosional, keletihan. - Tujuan: Nafsu makan meningkat. - Kriteria Hasil: Berat badan stabil, penambahan berat badan ke arah normal, berpartisipasi dalam merangsang nafsu makan. Intervensi: Pantau masukan makanan per hari Ukur tinggi, berat badan, pastikan jumlah penurunan berat badan Dorong klien makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat Kontrol faktor lingkungan (mis: bau tidak sedao), kebisingan, hindari makanan berlemak dan pedas Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah Rasional: Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi Memantau dalam identifikasi malnutrisi khususnya berat badan kurang dari normal Kebutuhan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan Dapat mencegah mual muntah Mual muntah psikologis terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap anti emetik 6. DX VI Kurang pengetahuan b/d kurang pajanan / meningkat, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif. - Tujuan: Mengetahui penyakit, prognosis, pengobatan. - Kriteria Hasil:

16

Mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa, aturan pengobatan.

Intervensi: Tinjau ualng pasien / orang terdekat tentang pemahaman diagnosa, pengobatan Beri informasi yang akurat / jelas dalam cara yang nyata Minta pasien umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep Rasional: Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini Membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu dari pada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan

17

DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, Chrisdiono M, Obstetri Dan Ginekologi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 2004. Doenges, E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1999. Manuaba, Dasar-Dasar Tehnik Operasi Ginekologi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 2004. Mardiana, Lina, Kanker Pada Wanita, Cetakan 4, Penebar Swadaya, Jakarta, 2007. Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.

18

BAB II LAPORAN KASUS

1. Pengkajian Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Status perkawinan Agama Pekerjaan Alamat Tanggal masuk Ruangan / kamar MR Riwayat Penyakit Dahulu Sejak seminggu yang lalu pasien merasakan ada benjolan kecil pada perut bagian bawah, pasien menganggap hal itu biasa saja, semakin lama semakin bertambah besar. Lalu pada tanggal 17 Januari 2010 mengalami perdarahan dari kemaluan dengan volume 3 4 x ganti doek / hari. Dimana perdarahan bersifat encer, maka pasien pergi berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Riwayat Penyakit Sekarang Pada tanggal 19 Januari 2010 pasien datang berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan keluhan benjolan pada perut bagian bawah dan perdarahan dari kemaluan dengan volume 3 4 x ganti doek / hari, dengan sifat perdarahan encer dan berlangsung sejak tanggal 17 Januari s.d 19 Januari 2010. Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut keterangan pasien dan anggota keluarga, pasien tidak pernah mengalami penyakit serius dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami : Ny. M : 46 tahun : Perempuan : Sudah menikah : Kristen : Berladang : Desa Paronggil, Sidikalang : 19 Januari 2010 : Rindu B-1 Obgyn / III3 : 340701

19

penyakit seperti yang diderita pasien, hanya penaykit biasa seperti: pilek, demam dan batuk biasa, tidak ada penyakit keturunan. Genogram

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan

20

: Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal : Penderita : Tinggal satu rumah

: Garis keturunan

: Garis perkawinan Riwayat Obstetrik Pasien mengalami menarche pada umur 18 tahun dengan riwayat haid teratur 3 4 hari dengan volume 2 3 x ganti doek / hari dan nyeri (+). Pasien pertama kali melakukan hubungan seksual pada umur 19 tahun. Hari terakhir haid pasien pada tanggal 1 Desember 2009. Pasien memakai KB dengan jenis KB susuk. Riwayat / Keadaan Psikologis Pasien cemas dalam menghadapi penyakitnya dan pasien berkata pasrah dengan keadaan penyakitnya sekarang. Hubungan pasien dengan anggota keluarga sangat baik terlihat dari keluarga selalu menjenguk serta menjaga pasien. Pola Kebiasaan Sehari-Hari a. Nutrisi Sebelum masuk RS Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan buahbuahan (kadang-kadang). Pasien tidak memiliki makanan pantangan. Setelah masuk RS

21

Pasien makan 3x sehari dengan diet makanan biasa dengn nafsu makan menurun, porsi yang disajikan habis porsi. b. Minum Sebelum masuk RS Pasien minum 7 8 gelas / hari. Setelah masuk RS Pasien minum 6 7 gelas / hari c. Pola istirahat tidur Sebelum masuk RS Pasien tidak pernah tidur siang karena pasien bekerja di ladang dan tidur malam pasien 6 7 jam / hari Setelah masuk RS Pasien tidur siang selama 2 3 jam / hari dan tidur malam 6 7 jam / hari. Tidak ada keluhan ketika pasien tidur. d. Pola eliminasi BAB Sebelum masuk RS Pasien buang air besar 1 2 x / hari dengan konsistensi lembek dan bau khas Setelah masuk RS Pasien buang air besar 1 x / hari dengan konsistensi lembek dan bau khas BAK Sebelum masuk RS Pasien buang air kecil 3 4 x / hari dengan warna kekuningan dan bau khas emoniak Setelah masuk RS Pasien buang air kecil melalui kateter dengan volume 500 cc / hari.Warna urine kekuningan dengan bau khas amoniak. e. Personal hygiene Sebelum masuk RS Pasien mansi 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci rambut 3 x / seminggu Setelah masuk RS

22

Pasien mandi dengan lap basah 2 x / hari, gosok gigi 2 x / hari, cuci rambut baru 1 kali semenjak masuk RS. Semua kegiatan dibantu oleh perawat dan keluarga. Pemeriksaan Fisik a. Vital Sign Tanggal 25 Januari 2010 Tekanan darah Pernafasan Nadi Temperatur Kesadaran :130 / 80 mmHg :20 x/i :78 x/i :36,50C :Compos mentis

BB sebelum masuk RS :45 Kg BB sesudah masuk RS :45 Kg b. Pemeriksaan Head To Toe Kepala Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, bentuk bulat, rambut warna hitam, ikal, pendek. Mata Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan, dapat membaca buku dengan jarak 30 cm, sklera tidak tampak ikterus, conjungtiva tidak pucat, pupil isokor, kelopak mata tidak edema. Hidung Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik, dapat membedakan bau dan wangi. Telinga Dapat mendengar dengan baik tanpa menggunakan alat bantu, tidak tampak tanda peradangan dan cairan, adanya serumen dalam batas normal. Gigi Gigi lengkap, tidak caries dan tidak memakai gigi palsu. Muka Ekspresi wajah tampak lemah, tidak dijumpai sianosis. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak terdapat tekanan vena jugularis.

23

Thorax Bentuk thorax simetris, frekuensi 20 x / menit, bunyi nafas vesikuler, batuk dan sputum tidak ada.

Abdomen Abdomen soepel, hepar dan lien tidak teraba. Berdasarkan pemeriksaan pada abdomen: teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis, pool bawah setentang simfisis, kenyal, mobile, nyeri ada.

Genitalia Tidak ada kelainan pada genitalia dalam keadaan bersih terpasang kateter,tidak ada perdarahan.

Ekstremitas Atas Lengkap, tidak ada kelainan, dapat digerakkan secara mandiri, terpasang infus RL pada ekstremitas dextra. Bawah Lengkap, tidak ada udem pada kaki dan dapat digerakkan secara mandiri. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium :Tanggal 22 Januari 2010 Pemeriksaan HB HT Leukosit Trombosit Ureum Creatinin KGD adrandom Natrium Kalium Chlorida Total cholesterol HDL LDL cholesterol Trigliserida Satuan g/dL % mm
3 3

Hasil 11,0 28,2 13,4.10 157.10 16 0,8 145 134 3,53 108 152 47 86 97
3 3

Normal 11,0-16,5 35,0-50,0 3,5-10,0 150-390 10-50 0,7-1,4 200 135-155 3,6-5,5 96-106 160-201 >55 0-100 40-200

mm

mg/dL mg/dL mg/dL mEg/L mEg/L mEg/L mg/dL mg/dL

24

Pemeriksaan USG:Tanggal 22 Januari 2010 Uterus AF ukuran 87,0 x 52,3 mm End line tipis Tampak bayangan mix echo di cavum uteri 48,7 x 52,8 mm Kedua adnexa dalam batas normal Kesan: mioma uteri Terapi Medis IVFD RL 20 gtt / i Movicox supp Cefadroxil 2 x 500 mg Asam mefanamat 3 x 500 mg SF 1 x 1 Bed rest Pengelompokan Data Data Subjektif: Pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya Pasien mengatakan tidak selera makan Data Objektif: Teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis Pasien tampak meringis kesakitan Pasien tampak gelisah Porsi yang disajikan hanya habis porsi

Analisa Data

No 1 DS:

Data

Interpretasi Adanya penekanan syaraf lumbal ke v.

Gang

Pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah

pada nyam

DO: Pasien tampak meringis kesakitan Teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat

25

simfisis 2 DS: Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya Perubahan status kesehatan

Gang

nyam

DO: Pasien tampak gelisah 3 DS: Pasien mengatakan tidak selera makan Adanya perubahan nafsu makan

Resik

peme

kuran DO: Porsi yang disajikan hanya habis porsi

kebut

2. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penekanan saraf pada lumbal ke-v ditandai dengan pasien mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah, pasien tampak meringis kesakitan, teraba massa sebesar tinju dewasa dengan pool atas pusat simfisis. 2) Ansietas b/d perubahan status kesehatan ditandai dengan pasien

mengatakan cemas dalam menghadapi penyakitnya, pasien tampak gelisah. 3) Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan nafsu makan ditandai dengan pasien mengatakan tidak selera makan, porsi yang disajikan hanya habis porsi.

26

Rencana Asuhan Keperawatan

Nama M

: Ny, Diagnosa

: Myoma Uteri Umur tahun n : RB 1 Obgyn : 46 Ruanga

No 1

Dx

Tujuan

Kriteria Hasil Pasien tidak meringis kesakitan

Intervensi

I Dalam waktu 3 hari gangguan

Tentukan riwayat nyeri, mis: lokasi nyeri, Inform frekuensi dan intensitas (skala 0 10) Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan Dorong penggunaan teknik relaksasi

keefek

Meni

rasa nyaman Tidak ada nyeri nyeri teratasi tekan pada perut bagian bawah

kemb

Mem

dan m Atur posisi senyaman mungkin

Meng

meng Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi Ciptakan suasana yang nyaman

Nyeri

respon

pengo

diperl II Dalam waktu 3 hari gangguan Klien tampak tenang Klien tidak cemas

Meni 2 Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

Mem

realist

Berikan lingkungan terbuka dimana pasien Mem

rasa nyaman lagi cemas dapat diatasi.

merasa aman untuk mendiskusikan perasaan kondi

Pertahankan kontak sering dengan pasien Mem Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur

ditola

Dapa

memb

Inform

27

situas Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang III Dalam waktu 3 hari Nafsu makan meningkat

ansiet

Mem

menin 3 Pantau masukan makanan setiap hari Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi Dorong pasien untuk makan diet tinggi

Meng

Mem

resiko tinggi Porsi yang pemenu han nutrisi disajikan habis seluruhnya

khusu

kuran

kalori kaya nutrien dengan masukan cairan Kebu adekuat

kurang dari BB stabil kebutuhan tidak terjadi.

cairan

Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi Menc sering Sajikan makanan dalam keadaan hangat Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, dorong pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga / teman

Meni

Mem

menin

Mem

kebut

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi

denga

28

Catatan Perkembangan

No 1

Hari/Tgl Selasa 26/1-10

Dx I 20.00

Implementasi S:

Mengobservasi keadaan umum klien; T: 370C, TD: 120/80 mmHg, HR: 88 x/I, RR: 20 x/i Mengkaji tingkat nyeri px skala 4 5 20.30 Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi fowler menjadi telentang 21.50 Menganjurkan klien tehnik relaksasi untuk menghilangkan rasa nyeri 22.00 Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak berkomunikasi dan mendengarkan keluhan pasien dengan baik 05.30 Memberikan diet klien MBTKTP dan obat oral: Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet 07.00 Menciptakan suasana yang nyaman, hindari kebisingan II 20.00 Mengobservasi keadaan umum pasien Pasien tidak tampak cemas lagi 21.00 Memberikan penjelasan kepada klien tentang penyakitnya, pengobatan dan prognosisnya 22.00 Memberikan dorongan semangat kepada klien agar tidak terlalu cemas

Klien m

masih m

tekan p bawah

O:

Skala n

pasien m

kesakita

A:

Masalah

P:

Interven

S:

Klien m

sudah ti

O: Pasien Pasien

tentang

29

06.30 Memberikan diet MBTKTP dan obat oral Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet 07.00 Menganjurkan klien istirahat, jangan banyak pikiran tentang penyakitnya III 20.00 Mengobservasi keadaan umum klien 20.30 Menimbang berat badan dengan hasil 45 kg 21.30 Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat dan memberikan obat oral Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan (makanan habis porsi) 22.30 Menganjurkan pasien istirahat 2 Rabu 27/1-10 I 20.00 Mengobservasi keadaan umum klien TD: 130/80 mmHg, HR: 78 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C Mengkaji tingkat nyeri skala 4 5 20.30 Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi fowler menjadi telentang 20.50 Menganjurkan klien teknik relaksasi untuk menghilangkan rasa nyeri

A:

Masalah

P:

Interven

S:

Pasien m

belum s

O: BB: 45

Porsi m

dihabisk

A:

Masalah

P:

Interven S:

Klien m

masih m

tekan p bawah

O:

Skala n

masih m

kesakita

30

21.15 Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak berkomunikasi dan mendengarkan keluhan pasien dengan baik 06.00 Memberikan diet klien MBTKTP dan obat oral Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet 07.00 Menciptakan suasana yang nyaman dan hindari kebisingan III 20.00 Mengobservasi keadaan umum klien TD: 130/80 mmHg, HR: 78 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C 21.00 Menimbang BB dengan hasil 45 kg 21.30 Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat dan memberikan obat oral Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan (makanan habis porsi) 22.00 Menganjurkan pasien untuk beristirahat 3 kamis 28/1-10 I 20.15 Mengobservasi keadaan umum klien TD: 120/80 mmHg, HR: 72 x/I, RR: 20 x/I, T:36,50C Mengkaji tingkat nyeri skala 4 5 20.45 Mengatur posisi klien senyaman mungkin dari semi fowler menjadi telentang Menganjurkan klien teknik relaksasi untuk menghilangkan rasa

A:

Masalah

P:

Interven

S:

Pasien m

belum s

O:

BB 45 k

makana

dihabisk

A:

Masalah

P:

Interven S:

Klien m

masih m

tekan p bawah

O:

Skala n

31

nyeri 21.00 Mengalihkan perhatian klien dengan mengajak berkomunikasi dan mendengarkan keluhan px dengan baik 21.30 Memberikan diet klien MBTKTP dan obat oral Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet 22.00 Menciptakan suasana yang nyaman, dan hindari kebisingan III 20.30 Menimbang BB dengan hasil 45 kg

pasien m

kesakita

A:

Masalah

P:

Interven

S:

Pasien m

belum s 21.00 Memberikan diet pasien MBTKTP dalam keadaan hangat dan memberikan obat oral Cefodroxil 500 mg 1 tablet As. Mefenamat 500 mg 1 tablet Mengobservasi jumlah makanan yang dihabiskan (makanan habis porsi) A: O: BB: 45

makana

dihabisk

Masalah 22.00 Menganjurkan pasien istirahat P:

Interven

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, Chrisdiono M, Obstetri Dan Ginekologi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 2004. Doenges, E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1999.

32

Manuaba, Dasar-Dasar Tehnik Operasi Ginekologi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 2004. Mardiana, Lina, Kanker Pada Wanita, Cetakan 4, Penebar Swadaya, Jakarta, 2007. Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002.

33

Anda mungkin juga menyukai