Anda di halaman 1dari 6

Jangan Salahkan Aku!

Pagi ini langit sangat cerah, secerah wajah Audi yang sedang bersiapsiap berangkat ke sekolah. Jam menunjukkan pukul 6:25 ketika ayahnya berteriak dari teras depan rumah. Audiiiii.. Sudah jam berapa ini. Ntar kamu telat. Sebentar, Yah, pake dasi dulu. Audi berlari-lari menuruni anak tangga dan langsung mencomot roti bakar serta meneguk habis susu yang sudah tersedia di meja makan. Ini kunci motormu, tadi udah Ayah panasin. Begadang boleh, tapi jangan sampai telat bangun juga. Iya, Ayah. Materi ujian fisika hari ini banyak banget, mau gak mau ya harus begadang sampe jam 2. Audi berangkat dulu ya, Yah. Yaa.. hati-hati dijalan. Audi menstater motornya dan langsung melaju menuju sekolahnya. Jarak rumah yang tidak terlalu jauh dari sekolah membuatnya lebih memilih untuk menggunakan motor daripada mobil. Audi merupakan salah satu anak terpintar dan terpopuler di sekolahnya. Semua guru dan murid di sekolah pasti mengenal Audi. Almay menepuk bahu Audi disaat ia sedang memarkirkan motornya, Udah belajar fisika? Udah ngerjain semua soal di kitab? Mumet otak gue, bro.. Selo aja kali, May. Jangan dibawa stress gitu. Liat nih gue santaisantai aja. Yaiyalah lo santai-santai aja, secara lo dewanya fisika. Lah gue? Audi tidak menjawab pertanyaan Almay yang sebenarnya lebih cocok dibilang pernyataan. Jelas aja wajah Audi selalu berseri-seri, masih pagi udah dipuji-puji begitu. Selain terkenal sebagai anak yang pintar dan mudah bergaul, Audi juga terkenal sebagai anak yang selalu riang, gak ada kata murung dalam kamus hidupnya. Baginya, hidup yang cuma sekali ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, jangan membuang waktu buat bersedih. Selagi masih bisa senang, kenapa harus bersedih? Hal inilah yang selalu membuatnya bersemangat menjalani hidup.

*** Siapa yang tidak hadir hari ini? Tanya walikelas XII IPA 4 pada saat jam pelajaran biologi. Audi, Bu Teriak anak sekelas. Kemana dia? Hening. Tak ada jawaban dari semua murid dikelas. Robi, kamu sebagai ketua kelas masa tidak tau juga? Tadi pagi dia ada kok, Bu. Tapi setelah istirahat pertama dia udah gak keliatan lagi. Ini tasnya ada kok, Bu. Timpal Ami. Loh? Kok bisa? Kemana dia? Cabut? Masa tidak satupun dari kalian yang tau Audi dimana? Kembali hening. Tidak satupun dari 32 murid di dalam kelas itu berniat untuk menjawab pertanyaan dari walikelas yang juga merupakan guru biologi mereka. Ya sudah, nanti tas Audi tolong dibawa ke ruangan Ibu ya, Robi. Kalau ketemu Audi suruh dia menghadap Ibu untuk mengambil tasnya. Ya, Bu Sekarang kita lanjutkan pelajaran kemarin. Sampai dimana, Astri? Keadaan kelas kembali seperti biasa. Mereka melanjutkan pelajaran dengan tenang. Hanya satu dua orang yang membicarakan Audi. Mereka heran kenapa Audi, anak yang terkenal dengan kepintarannya itu bisa berfikiran untuk cabut. Di pojok kiri kelas terlihat Anissa yang tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan. Fikirannya melayang mengingat kejadian tadi malam, Audi yang telah lama menyimpan perasaan suka kepada Anissa akhirnya menyatakan perasaannya. Namun, Anissa lebih memilih untuk menolak Audi karena ia sama sekali tidak memiliki perasaan kepada Audi. Hal ini membuat Anissa menjadi merasa bersalah. Hari ini terhitung sudah seminggu Audi tidak menunjukkan batang hidungnya di sekolah. Kini semua guru yang ada di sekolah menjadi heran dengan sikap Audi yang sangat tidak biasa ini. Tidak sekolah seminggu dan

tanpa kabar. Bu Sri, walikelas Audi sudah berusaha menghubungi orangtua Audi, tapi tidak pernah ada jawaban.

***

Langit mendung seperti mengisyaratkan semua pengguna motor dan pejalan kaki untuk segera berteduh sebelum hujan membasahi tubuh mereka. Di seberang halte bus tepatnya di pengkolan gang kecil menuju pemukiman kumuh itu terlihat motor berwarna merah milik Audi. Ia tak peduli dengan rintikan-rintikan hujan yang sudah mulai jatuh membasahi tubuhnya. Samarsamar terlihat 2 orang laki-laki berbadan tegap dan bertato berjalan menuju tempat dimana Audi sedang berdiri. Punya duit ga lo? Bentak seorang lelaki berkacamata hitam ke Audi. Gue lagi ga punya duit bang, tapi gue butuh banget barang itu. Gue janji lusa gue bayar! Karena lo pelanggan yang belum pernah mengecewakan kami, gue kasih. Tapi inget, lusa udah harus lo bayar! Oke bang. Makasih.. Setelah melakukan transaksi haram itu Audi langsung pergi dan melaju menuju rumah. Sudah hampir 2 minggu ia tak pulang. Malam terakhirnya di rumah ia habiskan untuk menyaksikan kedua orangtuaya bertengkar. Mama yang jarang di rumah karena harus mengurus butiknya di luar kota, Ayah yang tidak punya pekerjaan tetap selalu merasa minder terhadap kesuksesan karir Mama. Audi sudah merasa muak dengan semua ini. Sudah lama ia ingin berontak tapi melihat Ayah yang selalu kesepian dirumah membuatnya mengurungkan niatnya itu. Rumah terlihat sangat sepi, seperti tidak ada orang. Audi memarkirkan motornya dan pada saat itu Bik Ayu membuka pintu rumah. Mas Audi darimana saja? Kenapa tidak pernah pulang? Nyonya dan Tuan cemas memikirkan Mas Audi. Bisa juga mereka mencemaskan keadaan gue. Audi berbicara pada dirinya sendiri. Gue balik buat ngambil barang-barang. Mulai hari ini gue gak tinggal disini lagi. Lo diem, ga usah bacot.

Audi berlari kekamarnya dan langsung mengemasi barang-barangnya. Satu hal yang ia fikirkan, dimana lagi ia harus menginap malam ini? Uang tabungannya habis tak bersisa akibat selalu dihamburkan untuk minumminum dan membeli obta-obatan terlarang. Audi benar-benar kacau. Orangtuanya bertengkar disaat ia harus memperbaiki hatinya yang hancur berkeping-keping karena Anissa tidak membalas perasaannya. Audi merasa bahwa dunia sungguh sangat tidak adil kepadanya. Ia selalu berusaha menyenangkan orang-orang yang disayanginya, berusaha menjadi pribadi yang baik yang bisa membanggakan kedua orangtuanya. Namun usahanya sia-sia dan hanya dipandang sebelah mata. Tidak bisa memperbaiki keadaan keluarga yang sangat jauh dari kata harmonis ini. Ia meratapi nasibnya yang seperti ini. Malam ini sangat dingin, hujan yang baru saja berhenti menambah dinginnya mala mini. Audi memilih kursi taman kota sebagai tempat tidurnya untuk malam ini. Ia juga memutuskan untuk pergi sekolah besok dan mengambil tasnya. Ada jam pemberian Mama di dalamnya, cukup mahal harganya dan bila dijual bisa menanggung biaya hidupnya selama kurang lebih 2 minggu. ***

Whereve you been, Man? Ngilang dari 2 minggu yang lalu dan tanpa kabarrrrr!!! Sok misterius lo. Kata Riro yang sama-sama sedang

memarkirkan motornya dengan Aud di parkiran motor di belakang sekolah. Hmmmm. Di!! Dari mana ajaaa? Eh, kok muka lo pucat gitu? Kusam. Kaya ga mandi setahun tau gak. Lo kurusan juga nih sekarang. Lo lagi ada masalah ya, Di? Abdi yang baru saja tiba langsung mengajukan sejuta pertanyaan kepada temannya yang sudah lama tidak kelihatan ini. Gue baik-baik aja. Jawab Audi dengan nada sinis. Weitssss Santai dong, Di. Kita kan nanya nya baik-baik. Gue kesini cuma mau ngambil tas. Tas lo sama Bu Sri. Beliau khawatir sama keadaan lo. Ga cuma beliau, guru-guru lain dan Anissa juga. Jawab Riro.

Anissa? Peduli apa dia. Ga perlu sewot gitu juga kali, Di. Gue ke ruangan Bu Sri dulu. Sepanjang koridor menuju ruangan guru Audi selalu mendapatkan tatapan penuh pertanyaan dari teman-temannya. Ia merasa risih diperlakukan seperti itu. Jadi Bapak dan Ibu juga tidak tahu tentang keberadaan Audi? Tanya Bu Sri ke orangtua Audi. Kemarin malam Audi kerumah tapi hanya untuk mengemasi barangbarangnya. Dan pada saat itu saya dan Bapak sedang tidak di rumah. Audiiiiiii. Dari mana saja? Lama tidak kelihatan. Teriak salah seorang guru. Hal ini membuat kedua orangtua Audi terkejut dan langsung memanggil anak satu-satunya itu. Kesini, Nak.. Mama rindu.. Ucap Mama Audi dengan mata berkacakaca. Masih inget rupanya ha-ha-ha. Balas Audi. Audi, jangan berbicara kasar seperti itu kepada Mama mu! Bentak Ayah Audi. Salah Audi jadi kaya gini? Siapa yang bikin Audi jadi kaya gini? SIAPAAAAA? Ayah dan Mama kan? Iya kan? Audi seperti ini kara kalian. Kalian yang gak pernah menunjukkan kalau kalian saying sama Audi. Mama selalu sibuk, Ayah yang selalu merasa tidak berguna. Pernah kalian lihat ke dalam mata anak kalian satu-satunya ini? Lihat, ada kesedihan mendalam disana!! Kalian tidak tau itu. Kalian tidak peduli. Sekarang hidup Audi udah hancur, Audi yang sekarang bukan Audi yang dulu. Audi yang pintar, rajin, penurut dan selalu gembira. Hidup Audi sekarang hancur, Audi sampe make dan itu semua karna kalian!!!!! Audi mengutarkan isi hatinya sambil terisakisak. Jangan salahkan Audi, Yah, Ma. Maafkan kami, anakku. Ucap sang Ayah sambil memeluk anaknya. Mama Audi pun langsung berlari memeluk anak semata wayangnya ini. Mereka berjanji akan memberikan perhatian penuh untuk Audi.

TUGAS CERPEN

BAHASA INDONESIA

TRIA MARGERRIE PUTRIANI XII IPA 4

Anda mungkin juga menyukai