Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi Jalan

Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumberdaya untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di banyak negara. Telah diakui bahwa usaha benar diperlukan bagi penambahan kapasitas, dimana akan diperlukan metode efektif untuk perancangan dan perencanaan agar didapat nilai terbaik bagi suatu pembiayaan dengan mempertimbangkan biaya langsung maupun keselamatan dan dampak lingkungan. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Undang-undang No. 38 mengenai jalan, maka jalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi jalan yaitu : 1. Klasifikasi jalan menurut fungsi 2. Klasifikasi menurut wewenang Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Klasifikasi jalan umum menurut peran dan fungsinya terdiri atas : 1. Jalan Arteri Jalan Arteri Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota jenjang kesatu yang berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. (R. Desutama. 2007) Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Arteri Primer adalah : 1) Kecepatan rencana > 60 km/jam. 2) Lebar badan jalan > 8,0 m. 3) Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. 4) Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan dapat tercapai. 5) Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal. 6) Jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Jalan Arteri Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder

lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Arteri Sekunder adalah : 1) 2) 3) 4) Kecepatan rencana > 30 km/jam. Lebar jalan > 8,0 m. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.

2. Jalan Kolektor Jalan Kolektor Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota kedua dengan kota jenjang kedua, atau kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga. (R. Desutama. 2007) Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Kolektor Primer adalah : 1) 2) 3) Kecepatan rencana > 40 km/jam. Lebar badan jalan > 7,0 m. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.

4) Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak terganggu. 5) 6) Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.

Jalan Kolektor Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder lainnya atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Kolektor Sekunder adalah : 1) Kecepatan rencana > 20 km/jam. 2) Lebar jalan > 7,0 m.

3. Jalan Lokal Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya. (R. Desutama, 2007)

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal Primer adalah : 1) Kecepatan rencana > 20 km/jam. 2) Lebar badan jalan > 6,0 m. 3) Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa Jalan Lokal Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.

Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal Sekunder adalah : 1) Kecepatan rencana > 10 km/jam. 2) Lebar jalan > 5,0 m.

4. Jalan Lingkungan Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri seperti pada Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Ciri-ciri Jalan Lingkungan Jalan Ciri-ciri 1. Perjalanan jarak dekat Lingkungan 2. Kecepatan rata-rata rendah

Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaannya Menurut wewenang pembinaan jalan dikelompokkan menjadi Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kotamadya dan Jalan Khusus (Direktorat Jenderal Bina Marga: 2006)

a) Jalan Nasional Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan lain yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri. b) Jalan Propinsi Yang termasuk kelompok jalan propinsi adalah: (1) Jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kotamadya. (2) Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kotamadya. (3) Jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan propinsi. (4) Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang tidak termasuk jalan nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan propinsi dilakukan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul Pemerintah Daerah Tingkat I yang bersangkutan, dengan memperhatikan pendapat Menteri. c) Jalan Kabupaten Yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah: (1) Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi. (2) Jalan lokal primer (3) Jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok Jalan Nasional, Jalan Propinsi dan Jalan Kotamadya. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan Kabupaten dilakukan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, atas usul Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan. d) Jalan Kotamadya Yang termasuk kelompok Jalan Kotamadya adalah jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya. Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor sekunder sebagai Jalan Kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usul Pemerintah Daerah Kotamadya yang bersangkutan. Penetapan status suatu ruas jalan lokal sekunder sebagai jalan Kotamadya dilakukan dengan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan. e) Jalan Khusus Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi/badan hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing. Penetapan status suatu ruas jalan khusus dilakukan oleh instansi/badan hukum/perorangan yang memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

f). Jalan Desa Jaringan jalan sekunder didalam desa, yang merupakan hasil swadaya masyarakat, baik yang ada di desa maupun di kelurahan.

Anda mungkin juga menyukai