Anda di halaman 1dari 2

Nilai atau Value, Menghafal lalu Hilang

Pendidikan di Indonesia bisa jadi merupakan sistem pendidikan terbaik di dunia. Pasalnya hanya di Indonesia, sistem pendidikannya tidak hanya mengedepankan pendidikan itu sendiri melainkan juga pendidikan moral dan agama. Tidak heran jika sejak kita duduk di bangku sekolah dasar, kita menerima pelajaran kewarganegaraan dan agama. Bahkan pelajaran ini berlanjut hingga kita duduk di bangku kuliah. Bandingkan saja dengan Negaranegara lain di dunia, tidak ada negara yang menerapkan pendidikan berbasis pendidikan moral seperti di Indonesia. Namun kenyataannya, negara kita masih jauh tertinggal dari negara-negara tersebut. Ketika Negara lain telah dapat membangun gedung pencakar langit hingga 1 km tingginya, negara kita hanya dapat membangun gedung setinggi 600 meter, hanya sekedar rencana. Lebih miris lagi ketika di dalam berita nasional kita mendengar banyak sekolah-sekolah yang ambruk hanya karena diterjang hujan biasa. Belum lagi fakta lainnya bahwa semakin banyak angka kasus korupsi yang berhasil dibongkar oleh KPK. Kasus korupsi ini tentulah dilakukan oleh orang-orang pribumi yang berpendidikan. Banyak yang menghujatnya sebagai orang yang tidak bermoral, padahal mereka pernah mengenyam pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia merupakan pendidikan yang berbasis moral. Dibalik sistem pendidikan moral yang meraka tawarkan, terselip kelemahan dalam pelaksanaan sistem berbasis moral ini. Di Indonesia, siswa yang melakukan kesalahan lebih diperhatikan oleh gurunya. Meski perhatian ini tidak pernah merujuk pada kata yang positif, tetapi budaya pada sistem pendidikan kita memang tidak pernah mengapresiasi sedikitpun atas prestasi yang dicapai oleh seorang murid. Selain itu, budaya pendidikan kita memang lebih menekankan kepada nilai, bukan value yang merujuk kepada sikap moral dan ilmu yang didapatkan. Sering kali setiap anak telah memasuki masa evaluasi dan mendapatkan rapor, mereka selalu ditanya oleh orangtua dan sanak saudara mereka, Berapa dek rangkingmu?. Hal inilah yang memacu para siswa untuk mengejar nilai daripada value saat mereka mengenyam pendidikan. Kejar setoran nilai ini pun akhirnya membuat siswa belajar dengan cara menghafal dari pada menalar. Tak mengherankan mungkin bila nilai-nilai moral yang dulu diajarkan oleh pendidik saat mereka kecil, telah hilang akibat dimakan oleh kebiasaan yang mengedepankan otak kiri ini. Padahal memori akan lebih bertahan lama apabila disimpan pada otak kanan daripada otak kiri.

Biar bagaimanapun, kelemahan sistem pendidikan di Indonesia ini memang belum terlambat untuk dperbaiki. Sebagai generasi muda dan calon pemimpin di negeri ini nantinya, kita memang dituntut untuk menjadi agen perubahan, salah satunya atas permasalahan ini. Oleh karena itu, kitalah yang dapat memperbaiki sistem pendidikan ini. Kebiasaan menghafal akan dirubah menjadi kebiasaan menalar. Kebiasaan menekan akan berubah menjadi kebiasaan mengapresisasi.

Ganis Brillianita 3311100022

Anda mungkin juga menyukai