Anda di halaman 1dari 8

Temanku atau Nilaiku?

Siang itu, di bangku paling pojok. Aku masih sibuk mendengarkan cerita dari temanku, Loly, dan tidak menghiraukan guruku yang sedang menerangkan didepan. Loly memang sedikit nakal, sering keluar masuk BK, sering terlambat, malas dan suka ramai di kelas. Walau begitu, dia tetap temanku yang lucu. Setiap hari dia selalu mengajakku ngobrol. Kadang, kebiasaannya mengajakku ngorol bisa aku hentikan, tapi kebiasaannya yang suka tidur di kelas tidak dapat kuhentikan. Apalagi saat kerja kelompok, dia bukannya membantuku mengerjakan, malah tidur. Tapi apa boleh buat? Aku tidak enak hati untuk menegurnya. Jika aku salah bicara, bisa-bisa kami akan bermusuhan. Sejak duduk di kelas 2 SMP, aku sekelas dan duduk sebangku dengannya. Banyak temantemanku yang berkata bahwa aku berubah menjadi anak yang sedikit nakal dan nilai-nilaiku juga menurun. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan? Aku sadar dengan apa yang terjadi padaku, tapi aku juga tidak bisa menyalahkan Loly. Siapa suruh aku mau diajak ngobrol olehnya? Siapa suruh aku tidak memperhatikan? Sebenarnya ini juga salahku. Lambat laun, semakin banyak anak anak yang tidak menyukai kami berdua. Mereka sering membicarakan kami dibelakang. Katanya, kami berdua sombong, sok berkuasa, sok cantik, sok eksis, dll. Tapi jika bertemu langsung dengan kami, mereka seolah-olah takut kepada kami. Apa yang salah? Apa muka kami berdua menyeramkan? Meskipun demikian, aku masih memiliki sahabat yang sama sekali tidak membenciku, namanya Intan. Setiap aku merasa kesal dengan Loly, dia selalu mendengarkan ceritaku dan memberiku nasehat. Aku dan Intan berbeda kelas, jadi kami hanya bertemu saat istirahat. Intan pernah menyuruhku untuk segera mengambil sikap, karena jika dibiarkan, bisa-bisa nilaiku terus turun. Mengingat

sebentar lagi kami akan naik kelas 3 dan akan melaksanakan UN. Tapi nasehat Intan selalu aku abaikan, karena aku sangat bingung bagaimana cara menjalaninya. Bulan demi bulan telah aku lewati, akhirnya hari pengambilan rapot pun tiba. Saat ku buka rapotku, ya aku sama sekali tidak masuk sepuluh besar. Biasanya aku selalu masuk 10 besar, walaupun bukan ranking 1, 2, atau 3, tapi masuk 10 besar saja sudah lumayan bagiku. Sekarang, rankingku memang 10 besar, tapi 10 besar dari belakang. Sungguh payah! Aku diomelin habis-habisan oleh mamaku, karena setiap hari yang aku kerjakan hanya main internet terus. Sampai- sampai mama mengancam jika aku tidak belajar dengan sungguhsungguh, maka ia akan menyita laptop dan hpku. Mama khawatir jika nilai sekolahku jelek, maka aku tidak akan lulus UN, karena nilai sekolah juga menentukan kelulusan. Baiklah, kupikir dikelas 3 ini aku harus berubah. Jangan suka ngobrol di kelas lagi, jangan internetan setiap malam, dan jangan belajar jika ada PR saja. Walaupun sedikit susah, aku harus tetap berusaha. Mungkin dikelas 3 kali ini Loly juga akan berubah, jadi aku tidak perlu susah-susah memikirkan cara untuk membuatnya berubah, jika aku satu kelas dengannya lagi. Setelah libur 2 minggu, waktunya masuk sekolah pun tiba. Saat masuk sekolah, aku segera berlari menuju papan pengumuman untuk mencari di kelas mana aku masuk. Semoga saja tidak satu kelas dengan Loly lagi. Entahlah, aku berusaha untuk tidak menyalahkan Loly, tapi jika aku diberi kesempatan untuk menjauhinya, mungkin aku akan memilih untuk menjauhinya. Tiba di depan papan pengumuman, mataku terus mencari di kelas mana namaku tertulis, dan mataku berhenti di kelas 9 B. Sedikit menghela napas, karena aku tidak masuk kelas 9 D. Itu berarti aku tidak terlalu payah seperti yang aku bayangkan. Setelah mencari namaku, aku mencari di kelas mana Loly masuk. Antara percaya dan tidak percaya, aku membelalakkan

mataku dan kulihat Loly masuk kelas 9 A. Padahal dia paling malas di kelas. Apa sepintar itu kah dia? Jarang memperhatikan, suka ramai, malas, dan sering terlambat, tapi masuk kelas 9 A. Lupakan!. Ucapku dalam hati. Merasa sangat kaget, aku berlari mencari Intan. Saat bertemu dengannya, aku menceritakan semua ini. Reaksi yang dikeluarkan Intan sama denganku, sampai-sampai dia menuduhku berbohong. Ketika ku ajak dia melihat di papan pengumuman, dia sangat kaget dan berpikir yang bukan-bukan tentang Loly. Sesegera mungkin aku menghentikan pemikirannya itu dan tetap ber-positif thinking. Kalau seorang Loly bisa sepintar itu, kenapa aku tidak? Kejadian ini memantapkan niatku untuk merubah perilakuku yang malas. Kini, aku jarang membuka internet, mungkin hanya 2 hari sekali. Aku sibuk les dan belajar. Aku ingin benar-benar matang saat mengerjakan soal UN besok. Agar orang tuaku tidak menyesal telah memberi semua fasilitas yang selama ini aku miliki. Setiap Loly menyuruhku untuk membuka FB, aku selalu menolak. Kecuali saat aku tidak banyak tugas dan tidak capek. Senin ini, setelah upacara, ada acara pemberian motivasi dari suatu lembaga. Seluruh anak kelas 9 di suruh masuk ruang aula untuk mengikuti acara yang memang dikhususkan untuk anak kelas 9 itu. Aku bersama Intan dan Loly duduk bersama di kursi belakang, karena ruangan sudah sangat penuh. Diakhir acara, mereka menyuruh semua anak kelas 9 untuk menulis NEM yang kami inginkan saat lulus besok. Aku menulis nilai 10 untuk pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Sedangkan untuk pelajaran Bahasa Indonesia, aku hanya menulis 8 karena tidak yakin bisa mendapatkan lebih dari itu. Saat aku ingin melihat apa yang ditulis oleh Loly, aku sama sekali tidak melihat goresan tinta. Ya! Dia tidak menulis apa-apa. Katanya, acara ini kampungan dan membosankan. Mungkin acara ini tidak berpengaruh besar dalam pelaksanaan UN, tapi apa salahnya memiliki patokan nilai.

Hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Saat jam istirahat, aku sama sekali tidak keluar kelas. Aku dan teman-temanku sibuk belajar untuk ulangan matematika nanti. Aku memang tidak terlalu menguasai pelajaran itu, aku juga tidak berharap mendapat nilai tertinggi dikelas, yang penting aku sudah berusaha sendiri. Seperti biasanya, Loly menghampiriku untuk pergi kekantin bersama, tapi aku menolak. Udah, nanti kamu nyontek aja kata Loly sambil memaksaku untuk istirahat Duh, tapi aku mau nyoba usaha sendiri nih. Yaudah deh aku jajan sendiri hahaha Loly pun menyerah dan pergi dari kelasku. Hampir setiap hari kejadian menolak ajakan Loly terus terulang. Mungkin tingkahku sangat berlebihan, tapi aku hanya tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Aku berharap Loly bisa mengerti. Akhirnya, hari-hari yang aku takutkan terjadi. Loly benar-benar menjauhiku dan memusuhiku. Awalnya saat dia bergaul dengan Nisa dan Ayu, dia masih sering menyapaku, tapi akhir-akhir ini, setiap aku lewat dihadapan mereka bertiga, mereka langsung diam dan melihatku dengan tajam. Ya, terserah mereka lah! Aku tidak berhak mengatur. Sekarang aku bermain dengan Intan dan Kiky, teman sebangku ku. Sifat Kiky sangat berbeda dengan Loly. Sifat setiap orang memang tidak ada yang sama. Kiky memang tidak terlalu pintar, tapi dia rajin dan bisa menghargai orang lain. Semester 1 sudah aku lewati, kini semakin banyak tantangan yang akan aku hadapi disemester 2. Setiap sebulan sekali akan diadakan Tes Pendalaman Materi (TPM) untuk persiapan UN. Tak ku sangka, saat TPM pertama NEMku hanya 29.25 dengan nilai matematika nyaris sempurna, 9,25. Akan tetapi yang tidak kusangka adalah, dengan NEM tersebut, aku peringkat ke 3 se-sekolah. Tak puas hanya dengan NEM segitu, aku berusaha

lebih giat lagi. TPM kedua, dengan peringkat yang sama aku berhasil menaikkan NEMku menjadi 31.75 dan menaikkan nilai matematikaku menjadi 9,75. Perkembangan selalu terjadi dari TPM 1 sampai 4, dan akhirnya ujian yang sebenarnya tiba, Ujian Nasional. Di tempat dudukku, semua alat yang akan aku butuhkan nanti sudah kutata. Kupikir, persiapanku sudah lumayan matang. Saat melihat pengawas datang, medadak jantungku berdetak kencang. Bukan karena pengawasnya galak, atau karena wajahnya yang seram, tapi aku hanya kurang percaya diri. Lalu aku ingat pesan guru dan orang tuaku untuk jangan lupa berdoa dan jangan khawatir, karena mereka semua pasti mendoakanku. Tak terasa, empat hari telah kulewati. Tiga tahun duduk di bangku SMP begitu cepat terasa. Sepertinya baru kemarin aku menjalani Masa Orientasi Siswa. Dengan rambut pendek, sepatu hitam, dan seragam merah putih yang kini sudah tidak muat. Setelah menjalani Ujian Nasional, aku libur selama kurang lebih 2 bulan untuk menunggu pengumuman hasil ujian dan ijazah. Bagiku, menunggu 2 bulan sama seperti 1 tahun. Aku tidak melakukan apa-apa, setiap hari hanya melakukan kegiatan yang sama. Libur dengan perasaan tidak tenang sangatlah membosankan. Akhirnya, undangan wisuda sudah sampai dirumah. Pengumuman hasil ujian akan dibacakan saat wisuda nanti. Dengan menggunakan kebaya, aku duduk disamping mamaku, Intan dan mamanya. Menunggu namaku dipanggil untuk maju mengambil hasil ujian. Mama melihatku sangat gelisah. Waaaah, mama nggak sabar maju kedepan nemenin anak mama jadi juara 1 di sekolah. Kata mama mencoba menenangkanku. Aaaah mama apaan sih? Itu nggak mungkin. Loh nggak ada yang nggak mungkin. Kan TPM kemarin kamu peringkat tiga terus.

Kuabaikan perkataan mama dan maju kedepan karena namaku sudah dipanggil. Medali wisuda dan amplop hasil ujian sudah kudapat. Berjalan dengan sangat pelan menuju kursiku tadi. Setibanya dikursi, aku membuka amplop itu dengan perlahan. Entah apa yang kurasakan saat membuka amplop itu, antara sedih dan senang. NEM yang kudapat hanya 35,55, dengan nilai Matematika 10,00, Bahasa Inggris 9,40, Bahasa Indonesia 8,40, dan IPA hanya 7,75. Intan menepukku dan bertanya berapa nilaiku, lalu kami bertukar amplop. Tiba-tiba Kepala Sekolah mengumumkan siapa yang masuk 3 peringkat teratas. Seperti yang sudah kuduga, aku tidak masuk 3 peringkat teratas. Tapi keinginan mama untuk melihatku naik keatas panggung sudah tercapai. Aku maju ke atas panggung karena dari 3 siswa yang memperoleh nilai 10, aku satu-satunya siswa perempuan yang mendapat nilai 10 dalam mata pelajaran Matematika. Walaupun mama tidak ikut naik, tapi mama sudah sangat bangga melihatku naik ke atas panggung. Kamu satu-satunya anak mama yang bikin mama seneng waktu dateng wisuda, jadi ntar orang lain liat mama, bilang waaah itu ibunya anak cewek yang tadi dapet nilai 10 itu kan? hahaha. Mama mencoba menunjukan walaupun aku tidak masuk peringkat 3 teratas, mama tetap bangga. Iiiih apaan sih? Mama dari tadi lebay terus balasku sambil tertawa. Untuk pertama kalinya setelah kami bermusuhan, Loly menghampiriku dan bertanya berapa NEMku. Saat kutanya berapa NEMnya, ternyata NEM Loly adalah 35,65. Baiklah tak usah kau tunjukan lagi, kau memang pintar Loly. Kataku dalam hati. Waaaah selamat ya, Lol!. Ucapku untuk Loly

Iya makasih, selamat juga ya dapet nilai 10, kamu hebat!. Loly juga memberiku selamat. Mungkin ini adalah percakapan terakhirku dengannya. Setelah ini mungkin juga kami tidak akan satu sekolah lagi. Kupikir dia sudah tidak marah lagi padaku. Saat mencari SMA, aku dan Intan memutuskan untuk mendaftar SMA N 4 Yogyakarta dan SMA N 11 Yogyakarta. Pendaftaran dilaksanakan selama 3 hari. Aku memantau melalui Internet. Sedangakan mama berjaga-jaga di SMA N 11 Yogyakarta, kalau-kalau aku tidak diterima di kedua sekolah, mama akan langsung mencabutnya dan menyekolahkanku di SMA N 1 Depok. Mama sedikit khawatir aku tidak dapat masuk SMA kota karena KKku adalah luar kota. Dalam 2 hari ini, aku sama sekali tidak melihat nama Loly di SMA manapun yang ada di Yogyakarta, tapi di hari ketiga, tepatnya hari terakhir dan 2 jam sebelum penutupan pendaftaran. Kulihat nama Loly ada SMA N 4 Yogyakarta. seketika itu pula, namaku menghilang dari SMA N 4 Yogyakarta. Intan langsung menelponku. Aku sangat terkejut, begitu juga Intan. Dia sangat sedih karena kami tidak bisa berada di SMA yang sama. Aku coba menenangkannya walaupun aku sendiri juga tidak tenang. Nggak apa-apa, Tan. Kita emang nggak satu sekolah, tapi kita bakal tetap jadi sahabat Okelah, tapi masak aku harus satu sekolah sama Loly lagi? Dia ngapain sih pake daftar di SMA 4 segala? Hahaha... mungkin dia pengen satu sekolah sama kamu kalik?. Jawabku mencoba menghibur Intan. Lagi-lagi dengan wajah tersenyum tidak percaya, untuk ke 3 kalinya, Loly mengalahkanku. Dia memang hebat! Sepertinya dia adalah anak pintar yang menyembunyikan kepintarannya.

Dia melihatkan kepadaku betapa sempurnanya dia. Seorang Loly adalah anak yang cantik, kaya, beruntung, lucu, terkenal, pintar, dan nakal. Itulah yang akan selalu aku ingat. Kini di SMA ini, di kelas X A tepatnya. Aku mendapat teman sekelas yang kompak, teman sebangku yang sangat sabar dan lucu, dan teman bermain yang menyenangkan sampaisampai tidak dapat ku ucapkan dengan kata-kata. Tapi aku tetap memiliki sahabat yang tidak akan ku lupakan, namanya Intan. Semua ini bukan soal siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tuhan tidak memberikan apa yang kita sukai, tapi Tuhan memberikan apa yang tebaik untuk kita. Aku tidak merasa kalah dari Loly, dan aku juga tidak menganggap Loly menang dariku, tapi inilah yang terbaik untuk kita. Aku tidak sedih ketika tidak di terima di SMA N 4 Yogyakarta, karena sebenarnya aku hanya mengikuti sahabatku untuk mendaftar disana. Aku baru ingat, saat aku masih SD, setiap ditanya orang lain aku ingin sekolah dimana, aku selalu bilang Nanti SMP aku mau sekolah di SMP N 6 Yogakarta, kalo nanti SMA, aku mau sekolah di SMA N 11 Yogyakarta. Ada 2 alasan kenapa aku memilih sekolah itu, pertama karena letaknya yang dekat dengan SDku, yang kedua karena aku ingin memperlihatkan kepada orang tuaku bahwa aku bisa masuk SMA N 11 Yogyakarta setelah kedua kakakku tidak berhasil masuk SMA itu. Tak kusangka, keinginanku yang aku ucapkan saat masih kecil kini telah terkabul. SMA N 11 Yogyakarta sangat besar, anaknya asik-asik, kakak kelasnya baik, guru-gurunya juga baik. Walaupun SMA ini terkenal nakal, dengan genknya REM. Asal tidak ikut-ikut nakal, itu semua tidak masalah.

Anda mungkin juga menyukai