Anda di halaman 1dari 31

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

7. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ATAU PENGEMBANGAN KAWASAN HOB


7.1 Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan pemanfaatan ruang kawasan HoB didasarkan pada keberlanjutan (sustainability) kawasan dengan fungsi-fungsi spesifik seperti menara air bagi Pulau Kalimantan dan paru-paru bagi kawasan Asia bahkan dunia. Faktor utama yang mempengaruhi keberlanjutan adalah keberadaan kawasan hutan yang mempunyai potensi konservasi tinggi atau mempunyai nilai HCVF yang tinggi. Kriteria HCVF yang sudah mencakup seluruh sistem alam dan interaksi masyarakat (lokal) didalam kawasan HoB perlu untuk dijaga / diproteksi sehingga keberlanjutan kawasan dan Pulau Kalimantan dapat utuh di masa mendatang. Pola kecenderungan pemanfaatan ruang di kawasan HoB saat ini, secara umum sesuai dengan fakta-fakta di lapangan maupun arahan kebijakan yang ada dituangkan dalam rencana tata ruang (RTR) sudah masuk kondisi kritis. Kebijakan penetapan ijin pengelolaan hutan dalam berbagai bentuk seperti HPH dan HTI, tidak hanya merambah daerah budidaya di sektor kehutanan, namun juga pada area dengan konservasi tinggi (HCV). Dikhawatirkan akan terjadi perusakan kawasan hutan HCV tinggi yang dapat mengakibatkan degradasi lingkungan di seluruh Pulau Kalimantan. Fakta lima tahun terakhir menunjukan bahwa perubahan tutupan lahan yang sangat masif di Pulau Kalimantan menyebabkan banjir di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan. Selain terjadinya degradasi wilayah hutan, faktor lain yang meng-khawatirkan adalah banyaknya diterbitkan kuasa pertambangan, kontrak karya, dan VII-1

LAPORAN AKHIR

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO sejenisnya wewenang di ijin wilayah HoB dengan yang kategori HCV dari tinggi. Permasalahan daerah

pertambangan juga sulit dikontrol di tingkat propinsi maupun pusat dikarenakan menambang dikeluarkan pemerintahan (Pemda). Komoditas pertambangan menjadi primadona Pulau Kalimantan dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir, sehingga banyak ijin menambang yang dikeluarkan Pemda dengan motivasi meningkatkan PAD daerah masing-masing. Sifat penambangan terbuka yang banyak dilakukan di Kalimantan khususnya pada komoditi batu bara sangatlah destruktif terhadap lingkungan, dikarenakan merusak lapisan tanah diatas, mengurangi vegetasi, dan meninggalkan bekas galian dalam bentuk lubang-lubang galian. Perlu disadari bahwa perlu dicari keseimbangan dalam fungsi perlindungan dan budidaya di kawasan HoB. Masyarakat lokal dan pemerintahan daerah perlu untuk mendapatkan akses dalam pengelolaan ekonomi hutan maupun pertambangan di kawasan HoB, namun harus tetap memperhatikan fungsi ekologi kawasan agar dapat dijamin keberlanjutannya dikemudian hari. Langkah awal dalam penentuan arahan pemanfaatan ruang adalah deliniasi kawasan konservasi dengan pertimbangan utama keberadaan area HCV status tinggi. Beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan arahan pemanfaatan ruang yaitu: 1) Kawasan dengan Nilai Konservasi Tinggi (HCVF Tinggi) dalam kawasan HoB secara legalitas perlu ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi, penetapannya bisa berbentuk SK Menteri, Peraturan Menteri atau Surat Keputusan Bersama (SKB). 2) Segala bentuk perijinan dalam kawasan HCVF Tinggi, seperti : IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu), IUP (Izin Usaha Pertambangan), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dan HGU (Hak Guna Usaha) yang akan dikeluarkan, sebaiknya ditangguhkan. 3) Bagi segala aktivitas perizinan seperti tersebut pada poin 2 yang sudah berjalan, perlu dilakukan pemantauan dalam bentuk laporan inventarisasi potensi dan keanekaragaman hayati secara berkala (setiap 1 tahun sekali) dan dapat dituangkan kedalam laporan AMDAL (UPL dan UKL). 4) Kegiatan Inventarisasi potensi dan keanekaragaman hayati perlu dituangkan dalam bentuk SOP (Standar Operasional dan Prosedur). 5) Daerah perbatasan antar negara ditetapkan sebagai kawasan konservasi. LAPORAN AKHIR VII-2

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO Luas wilayah konservasi yang diusulkan dalam arahan pemanfaatan ruang sebesar 10.257.973 Hektar untuk seluruh wilayah HoB. Kawasan yang diusulkan tersebut meliputi area-area dengan HCV status tinggi, sehingga seluruh kegiatan diluar maksud dan tujuan konservasi harus dicabut hak ijinnya (Gambar 7.1). Sedangkan untuk arahan pemanfaatan ruang non konservasi berupa kawasan hutan produksi, ataupun budidaya sangat bervariasi, sebagaimana ditampilkan pada Tabel 7.1 dimana kawasan budidaya kehutanan merupakan alokasi pemanfaatan ruang cukup tinggi sebesar 52% dari wilayah non konservasi.

Tabel 7.1 Arahan Pemanfaatan Ruang Non Konservasi Wilayah HoB


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JENIS Areal Penggunaan Lain Badan Air Cagar Alam Hutan Lindung Hutan Produksi Biasa Hutan Produksi Konversi Hutan Produksi Terbatas Kawasan Budidaya Kehutanan Kawasan Budidaya non Kehutanan Kawasan Strategis Nasional Pertanian Lahan Kering Taman Nasional TOTAL Luas (ha) 776.69 8,490.09 0.54 167,535.43 166,865.55 33,212.37 1,244,561.95 3,469,365.13 642,991.44 293.86 819,374.31 558.12 6,554,025.48 % 0.01 0.13 0.00 2.56 2.55 0.51 18.99 52.93 9.81 0.00 12.50 0.01 100.00

7.2 Kebijakan Strategis Pengelolaan Kawasan HOB Kebijaksanaan pengelolaan kawasan HoB secara spesifik berdasarkan arahan pemanfaatan ruang di kawasan HoB, ditinjau dari potensi (fisik) lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya masyarakat. Arahan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan tiap-tiap sub das di 3 (tiga) propinsi diuraikan pada tabel-tabel dibawah ini.

LAPORAN AKHIR

VII-3

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

Gambar 7.1 Arahan Pemanfaatan Ruang HoB

LAPORAN AKHIR

VII-4

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO Tabel 7.2 Kebijakan Pemanfaatan Ruang dan Strategi Pengelolaan HoB di Provinsi Kalimantan Barat
No 1 DAS/Sub Das Sub Ketungau Das Permasalahan Terdapat 1 lokasi hutan produksi biasa didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 1 lokasi hutan produksi terbatas didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 3 lokasi lahan pertanian kering didalam area HCV berstatus tinggi. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Fungsi Konservasi: Srategi Pengelolaan Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi:

1. Mengarahkan Sub Das Ketungau sebagai bagian


ter-integrasi dengan Sub Das Kapuas Hulu khususnya dalam menjaga konservasi di HoB.

2. Menetapkan Sub Das Ketungau sebagai wilayah


penyangga bagi Sub Kapuas Hulu khususnya dalam menjaga keberadaan wilayah konservasi Taman Nasional Danau Sentarum.

3. Meniadakan seluruh fungsi hutan produksi


maupun lahan pertanian kering didalam area high conservation value (HCV) berstatus tinggi, termasuk adanya perijinan HPH dan pertambangan didalamnya.

a. Kawasan Suaka Alam b. Kawasan Pelestarian Alam


c. Taman Buru Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buah-buahan, dan tanaman penghasil getah.

3. Membentuk

Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

2.

Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan

LAPORAN AKHIR

VII-5

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Srategi Pengelolaan lindung. masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

3. Melibatkan

Sub Das Kapuas Hulu

Terdapat 6 lokasi hutan produksi biasa didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 3 lokasi hutan produksi konversi didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 16 lokasi hutan produksi terbatas didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 10 lokasi lahan pertanian kering didalam area HCV berstatus tinggi.

Fungsi Konservasi: 1. Menetapkan Sub Das Kapuas Hulu sebagai wilayah inti bagi kawasan HoB khususnya dalam menjaga keberadaan wilayah konservasi Taman Nasional Danau Sentarum. 2. Meniadakan seluruh fungsi hutan produksi maupun lahan pertanian kering didalam area high conservation value (HCV) berstatus tinggi, termasuk adanya perijinan HPH, HTI, dan KK-KPPKP2B.

Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buah-buahan, dan tanaman penghasil getah.

2. LAPORAN AKHIR VII-6

Membentuk

Unit

atau

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Srategi Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm).

Sub Das Kapuas Tengah

Tidak terdapat konflik antara kebijakan dan keberadaan HCV.

1.

Mengembangkan DAS Kapuas Tengah menjadi kawasan budidaya, seperti yang sebelumnya yaitu pertanian lahan kering.

1. Mengelola lahan pertanian untuk yang mendukung ketahanan pangan lokal (masyarakat). Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : d. e. f. 2. d. e. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

Sub Das Melawi

Terdapat 3 lokasi hutan produksi biasa didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 13 lokasi hutan produksi terbatas didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 5 lokasi lahan pertanian kering didalam area HCV berstatus tinggi.

Fungsi Konservasi. 1. Mengarahkan Sub Das Melawi sebagai bagian ter-integrasi dengan Sub Das Kapuas Hulu khususnya dalam menjaga konservasi di HoB.

2. Menetapkan

Sub Das Melawi sebagai wilayah penyangga bagi Sub Kapuas Hulu khususnya dalam menjaga keberadaan wilayah konservasi Taman Nasional Danau Sentarum.

3. Meniadakan seluruh fungsi hutan produksi


maupun lahan pertanian kering didalam area high conservation value (HCV) berstatus tinggi, termasuk adanya perijinan HPH, HTI, dan KK-KPPKP2B.

f. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi.

LAPORAN AKHIR

VII-7

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Srategi Pengelolaan Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buah-buahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm).

LAPORAN AKHIR

VII-8

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

Tabel 7.3 Kebijakan Pemanfaatan Ruang dan Strategi Pengelolaan HoB di Provinsi Kalimantan Tengah
No 1 DAS/Sub Das DAS Seruyan Permasalahan Tidak terdapat kepentingan konflik Kebijakan Pemanfaatan Ruang Fungsi Budidaya Fungsi budidaya yang dikembangkan di Sub DAS Seruyan adalah kawasan peruntukan hutan produksi. Srategi Pengelolaan Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi hutan produksi: 1. Mengingat letak yang berdekatan dengan Sub DAS Melawi yang mempunyai banyak fungsi konservasi dan lindung, system pengelolaan hutan produksi diarahkan pada system tebang pilih tanam Indonesia (TPTI), dengan tujuan mencapai keseimbangan dalam mempertahankan bentuk alami dam keaneka-ragaman hayati. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan produksi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti :

Sebagian besar HCV berstatus menengah

DAS Katingan

Terdapat 2 lokasi hutan produksi terbatas didalam area HCV berstatus tinggi.

Fungsi Konservasi 1. Mengarahkan Sub Das Katingani sebagai bagian ter-integrasi dengan Sub Das Melawi khususnya dalam menjaga konservasi di HoB.

LAPORAN AKHIR

VII-9

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Srategi Pengelolaan a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam DAS

2. Menetapkan Sub Das Katingan sebagai


wilayah Melawi. penyangga bagi Sub

3. Meniadakan

seluruh fungsi hutan produksi maupun lahan pertanian kering didalam area high conservation value (HCV) berstatus tinggi, termasuk adanya perijinan HPH, HTI, dan KK-KP-PKP2B.

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). Fungsi Budidaya Fungsi budidaya yang dikembangkan di Sub DAS Katingan adalah kawasan peruntukan hutan produksi. Strategi pengelolaan dalam fungsi hutan produksi: 1. System pengelolaan produksi diarahkan pada rangka hutan system

LAPORAN AKHIR

VII-10

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Srategi Pengelolaan tebang pilih tanam Indonesia (TPTI), dengan tujuan mencapai keseimbangan dalam mempertahankan bentuk alami dam keaneka-ragaman hayati. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan produksi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

DAS Barito Hulu

Terdapat 13 lokasi Hutan Produksi Terbatas yang berada dalam HCV Tinggi Terdapat 5 lokasi Hutan Produksi Konversi yang berada dalam HCV Tinggi. Terdapat 4 lokasi Hutan Produksi Biasa yang berada dalam HCV Tinggi.

Fungsi Konservasi

1. Mempertahankan fungsi DAS Barito


Hulu sebagai wilayah konservasi.

2. Menjadikan DAS Barito Hulu menjadi


kawasan inti dari HOB, mengingat kepentingan mendasar dalam kelangsungan ekosistem di Provinsi Kalimantan Tengah.

3. Meniadakan

seluruh fungsi hutan produksi maupun lahan pertanian kering didalam area high conservation value (HCV) berstatus tinggi, termasuk adanya perijinan HPH, HTI, dan KK-KP-PKP2B.

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah.

Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

LAPORAN AKHIR

VII-11

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Srategi Pengelolaan

2. Membentuk Unit atau Kesatuan


Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). 4 DAS Kapuas

Tidak terdapat kepentingan

konflik

Fungsi Konservasi Mengarahkan DAS Kapuas sebagai bagian terintegrasi dengan DAS Kahayan khususnya dalam menjaga konservasi wilayah HoB di Provinsi Kalimantan Tengah.

Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil

LAPORAN AKHIR

VII-12

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Srategi Pengelolaan getah.

2. Membentuk Unit atau Kesatuan


Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). Fungsi Budidaya Fungsi budidaya yang dikembangkan di Sub DAS Katingan adalah kawasan peruntukan hutan produksi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi hutan produksi: 1. System pengelolaan hutan produksi diarahkan pada system tebang pilih tanam Indonesia (TPTI), dengan tujuan mencapai keseimbangan dalam mempertahankan bentuk alami dam keaneka-ragaman hayati. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan produksi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam

DAS Kahayan

Terdapat 2 lokasi Hutan Produksi Fungsi Konservasi 1. Mengarahkan DAS Kahayan sebagai Terbatas yang berada dalam HCV
tinggi.

bagian ter-integrasi dengan DAS Kapuas khususnya dalam menjaga konservasi wilayah HoB di Provinsi Kalimantan Tengah Bagian Selatan. 2. Meniadakan seluruh fungsi hutan produksi maupun lahan pertanian kering didalam area high conservation value (HCV) berstatus tinggi, termasuk adanya perijinan HPH, HTI, dan KK-KP-PKP2B.

LAPORAN AKHIR

VII-13

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang b. Srategi Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam

c. Taman Buru 3 Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm).

Tabel 7.4 Kebijakan Pemanfaatan Ruang dan Strategi Pengelolaan HoB di Provinsi Kalimantan Timur

LAPORAN AKHIR

VII-14

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No 1 DAS/Sub Das DAS Sembakung Permasalahan Terdapat 6 lokasi hutan budidaya kehutanan didalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 2 lokasi kawasan budidaya non kehutanan didalam area HCV berstatus tinggi. Kebijakan Pemanfaatan Ruang Fungsi Konservasi 1. Mempertahankan fungsi DAS sebagai wilayah konservasi dengan keberadaan Taman Nasional untuk menjaga species langka dari kepunahan. Strategi Pengelolaan Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

2. Menjadikan sebagai Kawasan Inti dari


HOB, mengingat kepentingan mendasar dalam kelangsungan ekosistem di seluruh Pulau Kalimantan. Melakukan pengkajian ulang terhadap pemberian ijin HPH, HTI, KK-KP-PKP2B atau membatalkan perijinannya.

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah.

2.

Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan

LAPORAN AKHIR

VII-15

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Strategi Pengelolaan kemasyarakatan (Hkm).

DAS Sesayap

Terdapat 12 lokasi kawasan budidaya kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 7 lokasi kawasan budidaya non kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi.

Fungsi Konservasi

1. Memelihara dan melindungi wilayah


DAS Sesayap yang sebagian besar HCV berstatus tinggi dan adanya keberadaan Taman Nasional Kayan Mentarang.

Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

2. Menetapkan Das Sesayap sebagai

wilayah penyangga bagi DAS Sembakung khususnya dalam menjaga keberadaan wilayah konservasi Taman Nasional Kayan Mentarang.

3. Menjadikan sebagai Kawasan Inti dari

HOB, mengingat kepentingan mendasar dalam kelangsungan ekosistem di seluruh Pulau Kalimantan. Melakukan pengkajian ulang terhadap pemberian ijin HPH, HTI, KK-KP-PKP2B atau membatalkan perijinannya. Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah.

2. LAPORAN AKHIR VII-16

Membentuk Unit atau Kesatuan

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Strategi Pengelolaan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). 3 DAS Kayan Terdapat 23 lokasi kawasan budidaya kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 18 lokasi kawasan budidaya non kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi. Fungsi konservasi 1. Mempertahankan fungsi DAS sebagai wilayah konservasi dengan keberadaan Taman Nasional dan Hutan lindung, untuk menjaga species langka dari kepunahan. 2. Menjadikan sebagai Kawasan Inti dari HOB, sebagai kepentingan mendasar dalam kelangsungan ekosistem di seluruh Pulau Kalimantan. 3. Melakukan pengkajian ulang terhadap pemberian ijin HPH, HTI, KK-KPPKP2B atau membatalkan perijinannya.Pemanfaatan hutan dilakukan secara bertahap, dengan melakukan reboisasi pada area yang telah ditebang. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. a. b. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil

Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

LAPORAN AKHIR

VII-17

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Strategi Pengelolaan getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). 4 DAS Berau Terdapat 12 lokasi kawasan budidaya kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 5 lokasi kawasan budidaya non kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi. Fungsi Konservasi Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : d. a. b. 2. d. a. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan Sistem kelola meliputi: Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam

1. Mempertahankan fungsi DAS sebagai


wilayah konservasi sebagai hutan lindung, untuk menjaga spesies langka dari kepunahan.

2. Melakukan pengkajian ulang terhadap pemberian ijin HPH, HTI, KK-KPPKP2B atau membatalkan perijinannya.Pemanfaatan hutan dilakukan secara bertahap, dengan melakukan reboisasi pada area yang telah ditebang

b. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi. Fungsi Lindung: Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang

LAPORAN AKHIR

VII-18

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang kesuburan tanah. Strategi Pengelolaan kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). 5 DAS Kelapa Kedang Tidak terdapat konflik kepentingan dalam Sud Das Kedang Kepala. Mengingat besarnya fungsi HCV tinggi di DAS Kedang Kelapa, meskipun tidak terdapat konflik kepentingan maka diarahkan ke pemanfaatan konservasi dan lindung. Fungsi Konservasi Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan

1. Mempertahankan fungsi DAS sebagai

wilayah konservasi sebagai hutan lindung, untuk menjaga spesies langka dari kepunahan. 2. Melakukan pengkajian ulang terhadap pemberian ijin HPH, HTI, KK-KPPKP2B atau membatalkan perijinannya.Pemanfaatan hutan dilakukan secara bertahap, dengan melakukan reboisasi pada area yang telah ditebang

Sistem kelola meliputi: a. b. Alam Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian

c. Taman Buru 3. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi

LAPORAN AKHIR

VII-19

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Fungsi Lindung Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Strategi Pengelolaan Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm).

3.

DAS Belayan

Terdapat 4 lokasi kawasan budidaya kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi.

Fungsi Lindung Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan

3.

LAPORAN AKHIR

VII-20

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Strategi Pengelolaan (Hkm).

DAS Hulu

Mahakam

Terdapat 20 lokasi Kawan Budidaya Kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi. Terdapat 5 lokasi Kawasan Budidaya Non Kehutanan dalam area HCV berstatus tinggi.

Fungsi Konservasi

1. Mempertahankan fungsi DAS sebagai


wilayah konservasi sebagai hutan lindung, untuk menjaga spesies langka dari kepunahan.

Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi konservasi: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah kegiatankegiatan seperti : a. b. c. 2. Jasa penelitian Wisata terbatas Pendidikan

2. Melakukan pengkajian ulang terhadap pemberian ijin HPH, HTI, KK-KPPKP2B atau membatalkan perijinannya.Pemanfaatan hutan dilakukan secara bertahap, dengan melakukan reboisasi pada area yang telah ditebang

Sistem kelola meliputi: a. Kawasan Suaka Alam Pelestarian

b. Kawasan Alam 3.

c. Taman Buru Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan konservasi

Fungsi Lindung Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola

LAPORAN AKHIR

VII-21

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No DAS/Sub Das Permasalahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Strategi Pengelolaan kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm). 8 DAS Pahu Kedang Tidak terdapat konflik kepentingan dalam Sud Das Kedang Pahu Fungsi Lindung Mempertahankan fungsi lindung dalam DAS, menjaga kerusakan vegetasi yang dapat berakibat kerusakan pada tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi, pencegahan intrusi air laut, dan pemeliharaan kesuburan tanah. Strategi pengelolaan dalam rangka fungsi lindung: 1. Sistem silvikultur yang diperbolehkan adalah bukan komoditi kayu namun dapat dilakukan seperti pola rumpang kecil, sebagai contoh: rotan, buahbuahan, dan tanaman penghasil getah. 2. Membentuk Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dalam rangka menata-kelola kawasan hutan lindung. 3. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan komoditi non kayu sebagaimana diatur dalam izin pengelolaan hutan kemasyarakatan (Hkm).

LAPORAN AKHIR

VII-22

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

7.3 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang


Terdapat 3 program pokok dalam mewujudkan tujuan dari pengelolaan HoB yaitu sebagai berikut: 1. Program perwujudan dan pengelolaan kawasan lindung; 2. Program pengelolaan kawasan perbatasan; 3. Program perlindunan DAS di HoB. Selanjutnya program pokok di atas dijabarkan kedalam kegiatan seperti termuat pada tabel berikut.

LAPORAN AKHIR

VII-23

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

Tabel 7.5 Program, Kegiatan dan Instansi Terkait


No. I. Program Kegiatan 1. Program penegasan batas-batas kawasan lindung/HCV tinggi di beberapa DAS dan Sub DAS kawasan HoB 2. Sosialisasi keberadaan beberapa Taman Nasional dan Cagar Alam di Kawasan HoB 3. Pengawasan dan pengendalian di kawasan taman nasional/cagar alam di kawasan HoB 4. Program pemberdayaan masyarakat lokal di dalam kawasan HoB dalam rangka keikutsertakan menjaga kawasan lindung. II. PROGRAM PERBATASAN PENGELOLAAN KAWASAN 1. Program penegasan batas-batas kawasan perbatasan dengan negara tetangga. Instansi Terkait Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Dinas Propinsi/Kabupaten. Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Kehutanan Bappeda Kehutanan Bappeda Kehutanan Kehutanan Bappeda

PROGRAM PERWUJUDAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Departemen Pusat yang terkait, Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Kehutanan Bappeda

2. Program pertahanan kawasan perbatasan.

dan

keamanan

Departemen Pusat yang terkait, TNI, POLRI, Dinas Kehutanan Propinsi/Kabupaten, Bappeda Propinsi/ Kabupaten Departemen Pusat yang terkait, Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Kehutanan Bappeda

3. Sosialisasi dan pembangunan ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan.

4. Pengawasan dan pengendalian di kawasan perbatasan di kawasan HoB

Departemen Pusat yang terkait, TNI, POLRI, Dinas Kehutanan Propinsi/Kabupaten, Bappeda

LAPORAN AKHIR

VII-24

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO
No. Program Kegiatan Instansi Terkait Propinsi/ Kabupaten 5. Program pembangunan permukiman di lokasi / pintu masuk perbatasan dalam rangka pertahanan dan keamanan. Departemen Pusat yang terkait, Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Kehutanan Bappeda

6. Program penataan perbatasan III. PROGRAM PERLINDUNGAN KAWASAN DAS DI HOB

ruang

kawasan

Departemen Pusat yang terkait, Bappeda Propinsi/ Kabupaten

1. Program perlindungan tinggi/tangkapan hujan.

daerah

Departemen Pusat yang terkait, Dinas Propinsi/Kabupaten, Propinsi/ Kabupaten Kehutanan Bappeda

2. Program perlindungan sungai-sungai utama di tiap DAS di dalam kawasan HoB.

Departemen Pusat yang terkait, Dinas PU Propinsi/Kabupaten, Bappeda Propinsi/ Kabupaten

LAPORAN AKHIR

VII-25

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

7.4

Konsepsi Kerjasama Antar Negara, Provinsi dan Kabupaten


7.4.1 Kerjasama Antar Negara

A. Proposal Kerjasama Perumusan proposal kerjasama antar negara dalam pengembangan kawasan HoB didasarkan pada isue pokok yang berpontensi menimbulkan permasalahan di HoB yaitu penurunan fungsi ekologis HoB. Dari uraian terdahulu telah diidentifikasi pokok-pokok permasalahan di wilayah HoB yaitu deforestasi baik karena pembukaan lahan secara besar-besaran untuk pengembangan negara. karena budidaya Kedua itu kelapa sawit ini yang telah mengakibatkan mengakibatkan yang perlu punahnya spesies lokal maupun pembalakan liar yang terjadi di kawasan perbatasan endemi. kegiatan berkurangnya wilayah hutan yang menjadi tempat hidup berbagai spesies Oleh maka butir-butir kerjasama dikembangkan antar negara dalam rangka pengembangan kawasan HoB secara berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1. Penetapan kawasan konservasi didalam rencana tata ruang masingmasing negara di wilayah HoB berdasarkan kriteria kawasan konservasi tinggi yang dikembangkan oleh WWF dan kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung dan taman nasional. Dalam hal ini secara khusus untuk daerah perbatasan sepanjang 1038 km dengan lebar + 2 km dari masing-masing negara ditetapkan dalam rencana tata ruang sebagai kawasan konservasi dengan fungsi lindung. 2. Mengembangkan kerjasama dan kesepakatan keamanan antar negara untuk monitoring, pencegahan dan penindakan kegiatan pembalakan liar sampai pada pihak-pihak yang memanfaatkannya. Adanya sertifikasi ekologis untuk produk-produk kayu olahan di wilayah Pulau Kalimantan. 3. Melindungi daerah hulu sungai terutama pada DAS lintas negara agar kualitas air yang mengalir lintas negara terjaga kualitasnya serta merumuskan sanksi kepada pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air dibawah baku mutu yang disepakati.

LAPORAN AKHIR

VII-26

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO

B. Tahapan Kerjasama Tahapan penyusunan kerjasama dalam pengelolaan kawasan HoB mengacu pada perundang-undangan yang ada, yakni UU No. 24 Tahun 2000 tentang perjanjian internasional. Salah satu hal yang perlu dicermati apabila negara akan melakukan perjanjian internasional adalah jika telah ditanda-tangani oleh negara maka akan mengikat dari segi politik dan hukum internasional. Konsekuensi politik dan hukum internasional perlu dicermati secara seksama artinya dalam penyusunan kerangka kerjasama antar negara perlu adanya pendetailan tahapan. Mengacu pada UU No. 24 Tahun 2000, tahap-tahap dalam perjanjian internasional dijelaskan sebagai berikut;

PENJAJAKAN

PERUNDINGAN

PERUMUSAN NASKAH

PENERIMAAN

PENANDA TANGANAN

KETERIKATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

RATIFICATION

ACCESSION

ACCEPTANCE

APPROVAL

Gambar 7.1: Bagan alir proses perjanjian internasional yang mengikat. 1. Tahap Penjajakan mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian

Merupakan tahapan awal yang dilakukan kedua belah pihak yang berunding 2. internasional. Tahap Perundingan Merupakan tahapan kedua untuk membahas substansi dan masalahmasalah teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional. 3. Tahap Perumusan Naskah VII-27

LAPORAN AKHIR

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO Merupakan internasional. tahap merumuskan rancangan suatu perjanjian

4.

Tahap Penerimaan Dalam perundingan bilateral,

Merupakan tahap menerima naskah perjanjian yang telah dirumuskan dan disepakati kedua-belah pihak. "Penerimaan"yang biasanya inisial atau delegasi masing-masing. kesepakatan atas naskah awal hasil perundingan dapat disebut dilakukan dengan membubuhkan paraf pada naskah perjanjian internasional oleh ketua Dalam perundingan multilateral, proses biasanya merupakan tindakan

penerimaan (acceptance/approval) 5. Tahap Penanda-tanganan

pengesahan suatu negara pihak atas perubahan perjanjian internasional. Merupakan melegalisasi disepakati tahap akhir dalam perundingan bilateral suatu oleh diri naskah kedua perjanjian Untuk negara internasional perjanjian bukan pihak. untuk yang telah multilateral, merupakan

penandantanganan pengikatan

perjanjian sebagai

internasional dapat dilakukan

pihak. Keterikatan melalui

terhadap perjanjian internasional

pengesahan (ratification/accession/acceptance/approval). Bentuk-bentuk pengesahan dalam perjanjian internasional; a. Ratifikasi Negara yang mengesahkan suatu perjanjian internasional turut menanda-tangani naskah perjanjian. b. Aksesi Negara yang mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turut menanda-tangani naskah perjanjian. c. Penerimaan dan Penyetujuan Pernyataan penerimaan dan penyetujuan adalah pernyataan menerima dan menyetujui dari negara-negara pihak pada suatu perjanjian internasional atas perubahan perjanjian internasional tersebut.

LAPORAN AKHIR

VII-28

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO Kelima tahapan dalam penyusunan perjanjian pengelolaan antar negara di kawasan HoB dituangkan dalam penjelasan bentuk matrik tahapan proses kerjasama sebagai berikut:

Tabel 7.6 Tahapan Proses Perjanjian Internasional


No. 1. Tahapan Penjajakan Kegiatan Domestik Pembentukan panel koordinasi antar departemen. Pembahasan materi substansi kerjasama pengelolaan. Penyusunan draft kerjasama. Finalisasi draft kerjasama. Sosialisasi proposal kerjasama kepada eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Stakeholders

2.

Departemen Teknis Departemen PU Departemen Luar Negeri Departemen Kehutanan Departemen Pertahanan Departemen ESDM TNI Akademisi Lembaga Swadaya Masyarakat Pemerintah Propinsi Pemerintah Daerah Internasional Departemen Teknis Terkait Pembentukan panel tim ahli Akademisi (expert) antar negara. Swadaya Sosialisasi proposal pihak Lembaga Indonesia dan Masyarakat pembahasan/tukar pikiran substansi pengelolaan. Membentuk komisi bersama antar negara dalam merumuskan pokok-pokok kesepakatan. Perundingan Perumusan Teknis pokok-pokok Departemen kesepahaman dan Terkait dan wakil/kuasa kesepakatan substansi negara pengelolaan. Menyusun program bersama dalam kaitan inventarisasi dan penyusunan basis data informasi bersama. Membentuk struktur organisasi kelembagaan bersama yang diwakili oleh masing-masing negara. VII-29

LAPORAN AKHIR

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO 3. Perumusan Naskah Penyusunan nota kesepahaman (memorandum of understanding) mengenai butir-butir yang disepakati. Merumuskan bentuk perjanjian bersama apakah dalam bentuk ratifikasi, aksesi, penerimaan, atau penyetujuan. Penyusunan naskah perjanjian bersama antar 3 (tiga) negara. Proses penerima naskah perjanjian dalam bentuk pemberian paraf oleh wakil resmi masing-masing negara. Penanda-tangan perjanjian dalam pengelolaan HoB Beberapa bentuk pengesahan yang lazim dilaksanakan dalam kerjasama internasional yaitu: 1. Ratifikasi 2. Aksesi 3. Penerimaan 4. Penyetujuan Departemen Teknis Terkait dan wakil/kuasa negara

4.

Penerimaan

Departemen Teknis Terkait dan wakil/kuasa negara Wakil/kuasa dari masing-masing negara Wakil/kuasa dari masing-masing negara

5. 6.

Penandatanganan Pengesahan

7.4.2 Proposal Kerjasama Antar Propinsi Inti kerjasama yang perlu dikembangkan antar propinsi untuk pengembangan HoB ialah pengaturan pemanfaatan ruang pada daerah perbatasan antar propinsi. Dari peta RTRW Propinsi dan Peta Eksisting Pemanfaatan Ruang per propinsi terlihat adanya kawasan-kawasan lindung yang dalam satu bentang mencakup lebih dari satu propinsi demikian pula jika dilihat dari kawasan konservasi tinggi yang juga lintas propinsi memerlukan adanya kerjasama untuk saling melindungi kawasan-kawasan tersebut. Disisi lain dalam pemanfaatan ruang terdapat ijin-ijin pemanfaatan lahan yang berada pada daerah perbatasan atau bahkan pada kawasan-kawasn yang sudah ditetapkan statusnya sebagai kawasan lindung. Untuk itu maka proposal kerjasama antar propinsi meliputi: 1. Kesepakatan untuk menetapkan dalam RTRW Propinsi kawasan yang

ditetapkan sebagai kawasan konservasi berdasarkan pertimbangan ekologis.

LAPORAN AKHIR

VII-30

Masukan Teknis Kerjasaa Antar Negara Dalam Pemanfaatan Ruang HEART of BORNEO 2. Melakukan paduserasi pemanfaatan ruang khususnya pada perbatasan propinsi atau pada kawasan-kawasan yang akan mempengaruhi fungsi ekologis pada wilayah propinsi tetangga.

7.4.3 Proposal Kerjasama Antar Kabupaten Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengeluarkan ijin-ijin pemanfataan ruang seperti ijin Kuasa Penambangan. Hasil identifikasi sebaran ijin-ijin yang dikeluarkan dengan arahan ruang dalam RTRWP maupun kawasankawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan konservasi tinggi terlihat bahwa banyak ijin-ijin tersebut berada pada lokasi yang bertentangan dengan peraturan yang diatasnya. Disisi lain, kabupaten yang terdapat di wilayah HoB merupakan kabupaten yang berada pada bagian hulu sungai-sungai besar yang mengalir di Pulau Kalimantan. Turunnya kualitas lingkungan di hulu akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan di daerah hilir. Oleh karenanya kualitas lingkungan di hulu harus dijaga semaksimal mungkin tetapi perlu diperhatikan kompensasi ekonomi dari pengorbanan tersebut. Untuk itu proposal kerjasama antar kabupaten dalam rangka pengembangan kawasan HoB adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya kesepakatan antar kabupaten untuk melindungi kawasan dengan nilai konservasi tinggi yang terdapat di wilayahnya, melalui penetapan kawasan konservasi tinggi pada RTRW Kabupaten. 2. Membangun komitmen kerjasama kontribusi keuntungan (beneficiaries) terhadap pengorbanan yang dilakukan oleh kabupaten di bagian hulu untuk keuntungan yang diperoleh kabupaten di hiliR.

LAPORAN AKHIR

VII-31

Anda mungkin juga menyukai