Anda di halaman 1dari 8

Karangan: Mustofa Mahsyur

Nya Fatmawati/ LDK IAIN SURAKARTA

An nida artinya memanggil, Ad-dua ila syaiI artinya menyeru, Ad-dakwah ila qodhiyah artinya menegaskan atau membelanya dan Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia ke suatu aliran atau agama tertentu.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung... (Al Imran : 104) (159) Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, (160). kecuali mereka yang telah taubat dan Mengadakan perbaikan[105] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. [105] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. (Al Baqarah 159-160)

Barang siapa menunjukan kepada kebaikan,ia berhak memperoleh pahala sebagaimana pahala orang pahala sebagaimana pahala orang yang melakukannya (HR.Muslim) Jalan dakwah hanya satu. Jalan inilah yang dilalui oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat baginda. Demikian juga kita dan para pendukung dakwah, sama-sama melaluinya berpandukan taufik dari Allah s.w.t. Kita dan mereka melaluinya berbekalkan iman, amal, mahabbah (kasih sayang) dan ukhuwwah (persaudaraan). Rasulullah s.a.w. menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar mahabbah dan ukhuwwah. Berpadulah kekuatan iman, kekuatan akidah dan kekuatan persatuan.

Tahapan Pertama Yaitu membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi. Dengan menanyakan dan selalu memperhatikan disaat madu tidak ada. Demikian seterusnya tanpa berbicara langsung tentang masalah dakwah, agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima perkataan yang dapat diambil manfaat. 2. Tahapan Kedua Yaitu membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaknya tidak langsung diarahkan pada masalah iman, tapi secara tabiI, seolah-olah tidak disengaja dengan memanfaatkan momen-momen tertentu seperti ketika seperti melihat burung, tumbuhan, serangga atau apa saja ciptaan Allah swt. 3. Tahapan Ketiga Yaitu dengan memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenal perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Misalnya dengan membekalinya dengan buku-buku sederhana dalam dalam bidang aqidah, ibadah dan akhlak. Mendenganrkan cermah-ceramah, serta memperkenalkan dengan orang-orang sholeh. 4. Tahapan Keempat Yaitu menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil (menyeluruh/ komprehensif), dengan syarat niat yang benar dan mencontoh segala perbuatan yang sesuai dengan Rasulullah.

1.

5. Tahapan Kelima Yaitu dengan menjelaskan kepada madu, bahwa keberadaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri, hanya sebagai seorang muslim yang taat menjalankn kewajiban ritual, berprilaku baik an tidak menyakiti orang lain. Seorang muslim pemahaman nya harus mendorong kita agar bersedia memikul segala kewajiban dan tanggungjawab sosial, semata-mata karena Allah, supaya masyarakat kita berdiri diatas prinsipo-prinsip islam dalam segala aspek. 6. Tahapan Keenam Yaitu penyadaran atas kewajiban tadi tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. 7. Tahapan Ketujuh Yaitu kita jelaskan tentang kesadaran seorang madu terhadap kepentingan sebuah jamaah. Akan timbul dalam jiwanya pertanyaan Dengan jamaah mana ia akan bergabung.

Hai Ikhwanul muslimin terutama yang gopoh dari kamu. Dengarkanlah daripadaku satu kalimah yang tinggi yang berkumandang dari atas mimbar ini di dalam muktamar umum ini. Sesungguhnya jalan kamu ini adalah yang telah digariskan langkah-langkahnya, ditentukan batas-batasnya dan aku tidak mahu melanggar batas-batas itu. Aku telah yakin dengannya. Keyakinan yang sebenar-benarnya, bahawa itulah jalan yang paling selamat untuk mencapai tujuannya. Ya... boleh jadi ia satu jalan yang panjang, tetapi di sana tidak ada jalan lain selain itu. Sifat kelakian tidak akan lahir kecuali dengan keberanian, ketekunan, kesungguhan dan amal usaha yang serius dan berterusan. Barangsiapa dari kalangan kamu yang hendak cepat dan gopoh memetik buah sebelum masak atau hendak memetik hasil sebelum masanya, maka aku tidak bersama dengannya sama sekali dan lebih baik baginya meninggalkan dakwah ini dan carilah dakwah yang lain. Barangsiapa yang bersabar bersama aku sehingga berkembang dan membesar benih itu lalu tumbuh pokoknya, baik buahnya sehingga tiba waktunya untuk dipetik dan diambil, maka ganjarannya terserahlah kepada Allah semata-mata. Kita dan dia tidak boleh lari dari dua kebaikan ini. Sama ada kita menang dan berkuasa atau mati syahid dan berbahagia". ( Hasan al Bana)

Anda mungkin juga menyukai