Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA SALAH KAPRAH

Oleh : UMMUL FADILAH B1J011059

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh : Ummul Fadilah B1J011059

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Menerima dan menyetujui Purwokerto, Juni 2012

Drs. Slamet Santoso Sp, MS. NIP 19580526 198410 1 001

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur pembuatan makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan baik dan lancar. Dengan terselesaikannya tugas ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan. 2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas terstruktur pembuatan makalah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, segala saran dan kritik yang membangun dalam kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Purwokerto, Juni 2012 Penulis

iii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR............... iii DAFTAR ISI. iv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah.. 3 C. Tujuan 3 D. Manfaat.. 3 E. Ruang Lingkup.. 3 BAB II. METODE PENULISAN A. Objek Penulisan. 4 B. Dasar Pemilihan Objek.. 4 C. Metode Pengumpulan Data

4 D. Metode Analisis. 4 BAB III. PERMASALAHAN A. Pembahasan 5 B. Kesimpulan dan Saran 8 DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam masa depan suatu negara. Apabila pendidikan di suatu negara mampu mencetak generasi muda yang memiliki intelektual tinggi dan akhlak mulia maka negara tersebut akan mempunyai masa depan yang cerah. Taraf pendidikan berbanding lurus dengan

kemajuan suatu negara. Makin tinggi taraf pendidikannya, maka negara tersebut dapat berkembang dengan cepat. Untuk menyelenggarakan pendidikan dengan kualitas yang memadai di Indonesia maka, draft Permendiknas 2011 menyebutkan dalam ketentuan umum Bab I Pasal 1: Sekolah bertaraf internasional selanjutnya disingkat SBI adalah sekolah yang telah melampaui seluruh standar nasional pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan keunggulan mutu dari berbagai sumber, yang bertujuan menyelenggarakan pendidikan yang setara dengan pendidikan di negara maju dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di tingkat internasional. Ada tiga komponen penting yang mencakup pengertian bertaraf internasional di sini, yaitu : 1. Pelayanan sekolah yang bermutu tinggi 2. Input siswa yang memiliki potensi akademik dan non-akademik yang sangat menonjol 3. Prestasi akademik dan non-akademik di bidang Seni, Budaya, dan Olahraga serta kemampuan untuk bekerjasama dan berkolaborasi secara internasional dengan lulusan dari mana pun.

1 Interpretasi ini sesuai dengan amanah Undang-undang yang mewajibkan pemerintah untuk memberi pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus. Anakanak yang memiliki bakat menonjol perlu mendapat pelayanan pendidikan yang khusus pula. Rumusan ini akan memberikan keleluasaan bagi pemerintah dan sekolah untuk merumuskan keunggulan spesifik dari sekolah dalam memberikan pelayanan yang unggul dan sebaik-baiknya bagi siswa-siswa berbakat baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Namun, sekolah yang dirancang untuk menjadi SBI hanyalah sekitar 2% dari jumlah sekolah yang ada di tanah air. Artinya, jika kita menganggap bahwa sekolah-sekolah SBI-lah yang nantinya akan dianggap bertaraf internasional dan setara dengan sekolah-sekolah di negara maju secara umum maka itu sama artinya dengan menyatakan bahwa hanya 2% dari sekolah di Indonesia yang mutunya setara dan bisa bersaing dengan sekolah-sekolah di dunia internasional (sedangkan yang 98% sisanya adalah di bawah mutu dan tidak bisa bersaing dengan pendidikan internasional). Ini jelas menghinakan sistem pendidikan dan program SBI ini jelas merendahkan sistem pendidikan secara nasional. Internasionalisasi pendidikan di Indonesia dengan tujuan memperkuat daya saing bangsa di dunia internasional dinilai salah kaprah. Pendidikan semestinya dititikberatkan pada tujuan kepentingan bangsa, yakni mempertahankan dan mengembangkan jati diri bangsa serta kemandirian bangsa. Lebih parah lagi, internasionalisasi pendidikan menimbulkan diskriminasi sosial karena hanya anak keluarga kaya yang bisa menikmati pendidikan internasional. Kalaupun diberikan kuota 20 persen untuk siswa miskin, hanyalah untuk pencitraan bahwa pemerintah memperhatikan keluarga miskin. Bagi sekolah yang menyelenggarakan kelas reguler dan kelas internasional pun kondisinya tetap saja menimbulkan diskriminasi. Hal ini disebabkan fasilitas di kelas internasional dilengkapi penyejuk ruangan (AC), meja dan kursi bagus, proyektor untuk pengajaran, dan sebagainya. Adapun di kelas reguler, fasilitas seadanya.

2 B. PERUMUSAN MASALAH 1. SBI? 2. 3. Bagaimana cara agar pelaksanaan program SBI di Indonesia Bagaimana cara agar program SBI dapat dinikmati oleh seluruh sesuai dengan jati diri dan kemandirian bangsa? pelajar di Indonesia? Apa saja kekeliruan yang terdapat dalam pelaksanaan program

C. TUJUAN Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu untuk melengkapi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dan diharapkan dapat memberikan informasi tentang adanya salah kaprah dalam Indonesia. D. MANFAAT Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberi informasi kepada pembaca tentang adanya salah kaprah dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional di Indonesia. E. RUANG LINGKUP Ruang lingkup dari makalah ini adalah program sekolah bertaraf internasional di Indonesia. penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional di

3 BAB II METODE PENULISAN A. OBJEK PENULISAN Objek penulisan yang penulis angkat dari tema Internasionalisasi Pendidikan di Indonesia Salah Kaprah adalah pendidikan seharusnya

mengutamakan kepentingan bangsa dan setiap pelajar mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan khusus. B. DASAR PEMILIHAN OBJEK Dasar dari pemilihan objek makalah ini adalah dari pemberitaan hangat mengenai kesalahkaprahan sistem sekolah bertaraf internasional. C. METODE PENGUMPULAN DATA i. Kaji Pustaka Kaji pustaka yaitu dengan mengkaji buku-buku dan pemberitaan yang ada relevansinya dengan isi makalah, untuk memperoleh landasan teoritis dan agar dapat memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai hal yang berkaitan dengan makalah ini. D. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode analisis. Metode ini merupakan metode menggunakan data yang diperoleh dari data- data yang dikumpulkan dari beberapa pustaka. pendidikan yang bermutu. Bahkan pelajar yang memiliki potensi namun bermasalah dalam bidang ekonomi juga berhak memperoleh

4 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN A. PEMBAHASAN Isu mengenai internasionalisasi pendidikan Indonesia yang salah kaprah dapat dibenarkan karena sesuai dengan fakta yang telah ditemukan adanya

kecondongan kiblat ke luar negeri mengenai dasar dan proses bahkan tujuan dari sistem sekolah seperti ini. Yang paling ditakutkan adalah internasionalisasi pendidikan yang diwujudkan antara lain dalam bentuk sekolah bertaraf internasional (SBI), misalnya, justru menguntungkan pihak asing. Hal ini disebabkan sekolah di Indonesia harus membeli kurikulum berikut buku-buku asing. Bahkan, guru asing pun didatangkan dengan fasilitas dan gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan guru Indonesia. Internasionalisasi pendidikan juga hanya akan membuka peluang komersialisasi pendidikan. Hal ini membuka pintu bagi pemilik modal asing untuk memasarkan jasanya di bidang pendidikan ke Indonesia. Padahal, pendidikan semestinya harus bebas dari intervensi asing. Pendidikan mestinya mendorong anak memiliki rasa bangga kepada bangsanya sendiri. Namun, kenyataannya, pendidikan yang dianggap unggul adalah yang bangga pada sistem pendidikan negara lain serta merasa minder pada kemampuan bangsa sendiri. Sehingga alangkah baiknya jika pemerintah memurnikan kembali konsep pendidikan di Indonesia menjadi sesuai yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 yaitu : 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. 5 4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Berdasarkan

hal itu maka internasionalisasi pendidikan juga harus

menyesuaikan diri dengan jati diri bangsa. Boleh saja menggunakan peralatan modern yang dapat membantu proses pembelajaran, namun akan lebih sempurna lagi apabila tidak meninggalkan nilai-nilai budaya asli Indonesia sendiri dan tidak menomorsatukan kalau apapun yang berasal dari luar itu yang harus dijadikan pedoman. Internasionalisasi pendidikan menimbulkan diskriminasi sosial karena hanya anak keluarga kaya yang bisa menikmati pendidikan internasional. Kalaupun diberikan kuota 20 persen untuk siswa miskin, hanyalah untuk pencitraan bahwa pemerintah memperhatikan keluarga miskin. Membahas masalah masalah bagaimana program Sekolah Bertaraf Internasional dapat dirasakan oleh semua pelajar Indonesia tanpa kecuali yang ada seharusnya kita juga memikirkan juga solusinya. Yang pertama adalah merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN. Hal ini mengantisipasi adanya penyelewengan anggaran. Kedua, seharusnya pemerintah menarik pajak dari perusahaan perusahaan swasta untuk dialokasikan ke pendidikan. Ketiga, seharusnya pemerintah lebih gencar dan tegas bagi oknumoknum yang menjadi mafia pendidikan. Keempat, jika memang pemerintah tidak mampu sebaiknya rakyat turun tangan dengan cara turut berkontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga, tidak akan pelajar Indonesia. menutup kemungkinan pendidikan bertaraf internasional juga dapat dirasakan merata oleh seluruh

B. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kajian diatas, ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik,yaitu sebagai berikut:

Konsep SBI yang lama yang hanya menonjolkan kemampuan akademik siswa semata hendaknya diinterpretasikan ulang dan kemudian haruslah memberikan porsi yang sama besarnya kepada bakat menonjol siswa yang bersifat nonakademik yang berjiwakan kecintaan pada seni, budaya, dan olahraga khas Indonesia, karena pada hakikatnya dalam kehidupan nyata bakat di bidang nonakademik dan kecerdasan-kecerdasan lain yang tercakup dalam multiple intellegencies justru sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka di dunia nyata kelak. Untuk menghindari komersialisasi pendidikan dalam program ini maka semua biaya yang ditimbulkan harusnya ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah pusat dan daerah. Ini adalah program yang seharusnya menjadi program kebanggaan pemerintah pusat dan daerah sehingga pembiayaannya memang tidak membebani orang tua siswa. Anak-anak yang berbakat luar biasa sudah selayaknya mendapat bea siswa untuk menunjang perkembangan potensi mereka tersebut. Untuk mendapat tambahan biaya pendidikan maka pemerintah daerah dapat menggalang bantuan dari berbagai perusahaan yang ada di daerahnya melalu program CSR. Perlu diketahui bahwa program SBI yang gratis dan tidak memungut biaya dari orang tua karena pembiayaannya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah daerah adalah mungkin.

7 DAFTAR PUSTAKA

Kompas. Internasionalisasi Pendidikan Salah Kaprah. 8 Maret 2012 Ella, Yulaelawati. 2006. Pendidikan Kesetaraan Mencerdaskan Anak Bangsa, Direktorat Pendidikan Kesetaraan. Departemen Pendidikan Nasional.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Draft PERMENDIKNAS 2011

Anda mungkin juga menyukai