Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN ALGAE CHLORELLA PYRENOIDOSA SEBAGAI BIOSORBEN TEMBAGA (Cu) PADA LIMBAH ELEKTRO PLATTING KHAIRUL WASIF/TK/10/100302072 I.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ion tembaga (Cu) termasuk ion yang berbahaya apabila dibuang ke badan air karena bersifat toksik. Pengolahan kadar Cu dapat dilakukan dengan memanfaatkan algae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume algae yang paling efektif dan efisien dalam menurunkan kadar tembaga (Cu) limbah cair pelapisan logam. Industri pelapisan logam menghasilkan limbah cair yang cukup banyak salah satunya adalah ternbaga (Cu), limbah cair pelapisan logam dihasilkan dari proses pembersihan, pencucian, dan penyepuhan. Industri pelapisan logam saat ini belum menggunakan pengolahan yang memadai, industri ini hanya menggunakan bak penampung sebagai tempat pembuangan limbah sementara. Berdasarkan hasil pemeriksaan limbah industri pelapisan logam di Kota Gede Yogyakarta ternyata mempunyai kadar tembaga (Cu) yang cukup tinggi yaitu 3,29 mg/L, pH 5,6, suhu 290 C, sedangkan baku mutu air limbah golongan I menurut Kep.03/MENKLH/II/1991 adalah 1 mg/L. Dengan kandungan yang cukup tinggi tersebut apabila dibuang ke perairan akan menimbulkan gangguan pada kehidupan biota air maupun manusia itu sendiri. Algae Chlorella pyrenoidosa dipilih sebagai sarana penanganan limbah cair karena algae Chlorella pyrenoidosa dapat tumbuh dan berkembang biak pada air kotor, selain Itu algae Chlorella pyrenoidosa dapat menurunkan kadar tembaga. (Cu), karena algae mempunyai kemampuan untuk menyerap logam-logam berat termasuk Cu dengan cara melakukan penyerapan melalui permukaan selnya, karena adanya proses adsorpsi. 1.2. Permasalahan Berdasarkan data dari United State Environmetal Agency (USEPA), logam berat yang merupakan polutan perairan yang berbahaya diantaranya adalah antimon (Sb), arsenik (As), berilium (Be), kadmium (Cd), kromium (Cr), tembaga (Cu), timbal (pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), selenium (Se), kobalt (Co), dan seng (Zn). Logam berat ini berbahaya karena tidak dapat didegradasi oleh tubuh, memiliki sifat toksisitas (racun) pada mahluk hidup walaupun pada konsentrasi yang rendah, dan dapat terakumulasi dalam jangka waktu tertentu. Oleh kartena itu penting dilakukan pengambilan logam berat pada daerah yang terkontaminasi. Berbagai kasus pencemaran oleh Cu telah banyak dilaporkan,
karena ion logam berat tersebut dapat menyebabkan keracunan pada manusia, kerusakan hebat pada ginjal, hati, otak dan syaraf pusat serta menghambat sintesis Hb.

Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dilakukan sistem pengolahan limbah seperti pemanfaatan alga sebagai adsorben ion logam berat. Alga yang sering dipakai sebagai adsorben yaitu algae Chlorella pyrenoidosa, alga hijau Nannochloropsis sp. dan alga coklat seperti Sargasum duplicatum ataupun Chaetoceros sp. Alga dalam keadaan hidup dimanfaatkan sebagai bioindikator tingkat pencemaran logam berat di lingkungan aquatik (perairan) sedangkan alga dalam bentuk biomassa dan biomassa terimmobilisasi dimanfaatkan sebagai biosorben (material biologi penyerap logam berat) dalam pengolahan air limbah. Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks koordinasi,

penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam. 1.3. Tujuan Untuk mengetahui volume algae yang paling efektif dalam menurunkan limbah tembaga (Cu) pada industri pelapisan logam serta mengetahui efisiensi penurunan kadar tembaga (Cu) oleh algae Chlorella pyrenoidosa. II. PEMBAHASAN 2.1. Tembaga (Cu) Tembaga merupakan suatu unsur yang sangat penting dan berguna untuk metabolisme. Batas konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air berkisar antara 1 5 mg/l merupakan konsentrasi tertinggi. Dalam industri, tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta dapat digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan lumut, turunan senyawa-senyawa karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan. Tembaga berperan khususnya dalam beberapa kegiatan seperti enzim pernapasan sebagai tirosinase dan silokron oksidasi. Tembaga juga diperlukan dalam proses pertumbuhan sel darah merah yang masih muda, bila kekurangan sel darah merah yang dihasilkan akan berkurang. Secara alamiah Cu dapat masuk ke dalam suatu lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam. Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa pengikisan dari bantuan mineral. Sumber lain adalah debu, partikulat Cu yang ada dalam udara yang dibawa turun oleh air hujan. Sedangkan non alamiah masuk ke tatanan alamiah akibat aktifitas manusia seperti: buangan industri, pertambahan Cu, industri galangan kapal dan bermacam-macam aktifitas pelabuhan lainnya merupakan aktifitas yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan perairan. Masuknya berbagai efek samping dari aktifitas manusia ini ditentukan oleh banyaknya yang dilakukan oleh proses daur ulang yang terjadi dalam sistem tatanan lingkungan perairan yang merupakan efek dari aktifitas biota perairan juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan Cu dalam badan perairan. 2.2. Peranan Algae dalam Pengolahan Limbah Cair Algae merupakan jasad fotosintesis tidak berpembuluh, mengandung klorofil dan mempunyai struktur reproduksi yang sederhana. Algae merupakan jasad fotosintesis uniseluler, berbentuk benang-benang tetapi ada pula yang berbentuk lain sesuai speciesnya, ukuran mulai dari yang mikropis sampai yang sangat besar. Menurut Kataraman (1969) selama pertumbuhan organisme ini seluler seperti algae, tiap sel akan tumbuh ke suatu ukuran tertentu, kemudian membelah membentuk dua sel anakan. Waktu yang diperlukan bagi pertumbuhan satu seldi dua sel disebut waktu generasi. Terdapat delapan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan algae yaitu cahaya, temperatur, unsur hara dan organik, karbon dioksida, oksigen, unsur hara organik, pengapungan, penenggelaman dan grassing. Pertumbuhan algae dirangsang oleh nitrat dan phosfat. Sebagian besar algae menggunakan NO3 sebagai sumber nitrogen (Mara, 1976). Sebagian besar algae menggunakan phosfat bervariasi antara 8,9 17,8 mg/ptlt dan konsekuensi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan (Kataraman, 1969).

Sistem pengolahan limbah cair dengan algae Chlorella pyrenoidosa sangat cocok bagi negara berkembang. Karena selain biaya murah, algae Chlorella pyrenoidosa banyak ditemukan di empang atau sawah. Mikroorganisme bersel satu ini sebenarnya sudah cukup dikenal, selain dibudidayakan untuk makanan ikan, juga untuk makanan bergizi. Dan sebagai pengolah limbah, algae ini sering disebut ganggang hijau (Chlorophyceae). Tanpa disadari ganggang ini pada limbah pabrik tapioka disitu secara alami algae telah mengurangi kadar pencemar organik.

2.4. Hasil Analisa Beny Syahputra (2007) telah melakukan proses adsorpsi ion logam Cu oleh biomassa algae Chlorella pyrenoidosa. Penelitian dilakukan dengan cara membuat variasi volume algae (Chlorella pyrenoidosa 400 ml/l, 600 ml/l, 800 mI/I dengan waktu pengamatan 7 hari. Sampel limbah diambil sebanyak 4 liter per ember dengan jumlah ember 12 buah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (CRD) dengan 3 kali ulangan. Analisis kandungan tembaga (Cu) dilakukan sebelum dan sesudah pengamatan selama 7 hari di laboratorium. Tabel 2.1. Hasil Awal Pengukuran Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Kotagede Dengan Parameter Tembaga (Cu) No. Parameter Satuan Hasil 1. Tembaga (Cu) mg/L 3,29

Sumber : hasil pengukuran

Tabel Iv. 2. Hasil Analisis Kadar Tembaga (Cu) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Kotagede Setelah Ditambah Dengan Algae Chlorella Pyrenoidosa Selama 7 Hari Ulangan 0 1 2 3 Rata-rata 2,79 2,65 2,64 2,69 Konsentrasi algae Chlorel.la pyrenoidosa (ml/l) 400 0,62 0,53 0,50 0,55 600 0,45 0,36 0,34 0,38 800 0,31 0,29 0,29 0,29

Sumber : hasil pengukuran Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata kadar tembaga (Cu) pada saat sebelum perlakuan adalah 3,29 mg/L, rata-rata akhir setelah perlakuan dengan variasi volume algae Chlorella pyrenoidosa 800 ml/l kadar tembaga (Cu) turun menjadi 0,29 mg/L, sedangkan rata-rata efisiensi tingkat penurunan kadar tembaga, masing-masing perlakuan

adalah 400 ml/l = 83,38 %; 600 ml/l = 88,44; 800 ml/l = 90,97 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang paling efektif dari 3 perlakuan yang dilakukan adalah dengan variasi volume algae Chlorella pyrenoidosa 800 ml/l. Pada pembahasan diatas terlihat bahwa penurunan kadar tembaga, limbah cair industri pelapisan logam dengan menggunakan variasi volume algae Chlorella pyrenoidosa terdapat perbedaan nyata antara rerata kadar tembaga (Cu) terhadap jumlah variasi algae Chlorella pyrenoidosa, yakni penurunan mencapai 0,29 ml/l dari kadar limbah 3,29 ml/l dan mengalami efisiensi penurunan sebesar 90,97 %. III. KESIMPULAN 1. Alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi logam berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma. 2. Pada pengolahan limbah cair tembaga (Cu) dengan perlakuan algae Chlorella pyrenoidosa 800 ml/l mempunyai efektifitas penurunan sebesar 0,29 mg/L, sedangkan efisiensi penurunan dengan algae Chlorella pyrenoidosa pada volume 800 mg/L mencapai 90,97 %. 3. Perlakuan dengan algae Chlorella pyrenoidosa terhadap limbah cair tembaga (Cu) ternyata dapat menurunkan kadar tembaga (Cu) dibawah baku mutu air limbah golongan I sebesar 1 mg/L sesuai dengan Kep.03/MENKLH/II/1991. DAFTAR PUSTAKA Beny S, 2007, Pemanfaatan Algae Chlorella Pyrenoidosa Untuk Menurunkan Tembaga (Cu) Pada Industri Pelapisan Logam. Semarang. EMDI, 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia. Kerjasama dengan BAPEDAL. Jakarta. Kataraman V, 1969, The Cultivation of Algae Indiana Council of Agriculture Resources, India. Anonim, Alga Laut Sebagai Adsorben Logam Berat. http://www.scribd.com/doc/97807995/ Alga-Laut-Sebagai-Adsorben-Logam-Berat. Diakses tanggal 28 october 2012.

Anda mungkin juga menyukai