Anda di halaman 1dari 3

Tabel 8.2.

Jenis aktifitas dan status perijinannya pada masing-masing zona di dalam kawasan Taman Nasional di Indonesia (dianalisis dari ketentuan pada UU No. 5 tahun 1990 dan PP. No. 68 tahun 1998)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 No Aktifitas/ Penelitian penunjang pengelolaan Penelitian penunjang pengembangan Penelitian penunjang pemanfaatan Pengembangan penunjang pemanfaatan Kegiatan penunjang budidaya Kegiatan pendidikan Kegiatan Ilmu pengetahuan Pembinaan habitat Pembinaan populasi satwa Wisata alam terbatas Wisata alam & rekreasi Pemukiman nelayan Ekstraksi (menangkap ikan) Aktifitas perahu lewat (pass) Aktifitas budidaya terbatas Zona zona inti_ ijin ijin ijin ijin ijin ijin ijin tidak tidak tidak tidak tidak tidak ijin(?) tidak Zona rimba_ ya ijin ijin ijin ijin ya ya ijin ijin ijin tidak tidak tidak ya tidak Zona pemanfaatan_ ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya tidak zona lain ya Ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ijin(?) ijin(?) ya ijin(?)

Tabel 8.6 Kategori dan status kagiatan (boleh dengan ijin atau dilarang dilakukan) pada masingmasing zona di dalam kawasan Kawasan Konservasi Perairan (Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004)
Zona Zona perik Zona bkelanjutan_ pemanftn_ Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin Tidak Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin Tidak

No. 1 2 3 4 5 6 7 Penelitian Pendidikan

No Aktifitas/

zona inti_ Ijin Ijin Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

zona lain Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin Ijin

Penangkapan ikan ramah lingkungan Budidaya ikan ramah lingkungan Pariwisata & rekreasi Kegiatan penunjang pengembangan Rehabilitasi habitat

Beberapa kesimpulan (pembelajaran) yang bisa didapat dari zonasi ialah: Perbedaan Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia bisa diketahui melalui zonasi. Pada dasarnya Indonesia menganut 4 (empat) kategori zona yang berbeda, ialah: zona inti, zona penyangga, zona pemanfaatan, dan zona lain yang sesuai dengan tujuan pembentukan kawasan Sistem zonasi dalam kawasan konservasi di Indonesia mengikuti dua sistem yang berbeda dan mengacu pada dua ketentuan hukum yang berbeda, ialah: (1) Undang-Undang No. 5 tahun 1990 melalui aturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 1998, dan (2) Undang-Undang No. 31 tahun 2004 dengan aturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2007. Beberapa kawasan konservasi sudah menyelesaikan tahap zonasi, terutama yang berasal dari ketentuan UU No. 5 tahun 1990. Karena masih relatif baru, Kawasan Konservasi Perairan belum menyelesaikan tahap zonasi;

Taman Nasional Komodo termasuk dalam kategori II dalam klasifikasi internasional (IUCN). Namun luas zona dengan ketentuan kegiatan non-ekstraktif hanya mencapai sekitar 56%, belum mencapai ketentuan minimal yang dipersyaratkan (75). Sistem pelaporan Taman Nasional Komodo bisa dibuat dengan cara yang berbeda, ialah: kategori Ia mencapai 17,1%, kategori II mencapai 39,3% dan kategori VI mencapai 43,6%; Sistem zonasi melalui ketentuan UU No. 31 tahun 2004 memerlukan penjelasan lebih lanjut melalui peraturan yang setara dengan Keputusan atau Peraturan Kementerian. Kalau tidak, beberapa jenis zona akan saling tumpang tindih atau mempunyai fungsi yang sama. Zona perikanan berkelanjutan kemungkinan mempunyai fungsi yang sama dengan zona pemanfaatan, dilihat dari jenis kegiatan yang diperbolehkan pada kedua zona tersebut; Sistem zonasi bisa dibuat lebih sederhana dalam bentuk tabel pada lajur baris dituliskan berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh pengguna atau pengunjung kawasan, sedangkan pada bagian kolom dituliskan masing-masing zona yang ada di dalam kawasan. Nilai masing-masing sel di dalam tabel (pertemuan antara kolom dan baris) dituliskan ketentuan perijinan, salah satu dari kombinasi berikut: dilarang, diperbolehkan dengan persyaratan, diperbolehkan dengan jumlah ijin terbatas, diperbolehkan dengan ijin hampir tidak terbatas, atau diperbolehkan tanpa memerlukan ijin.

Anda mungkin juga menyukai