Anda di halaman 1dari 13

Dinamika Kebidanan

vol. 1 no.2. Agustus 2011

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MOLLA HIDATIDOSA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG A`idina Lailatul Mukharomah Sri Endang Wahyuningsih *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : abdi_husada@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna,tetapi dalam kenyataanya tidak selalu demikian. Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang terjadi pada berbagai tahap. Tergantung pada tahap mana gangguan itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kehamilan janin dalam rahim atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya molla hidatidosa diantaranya umur,paritas dan sosial ekonomi. Etiologi yang pasti terjadinya molla hidatidosa hingga kini belum diketahui, namun bila dilihat molla hidatidosa banyak ditemukan pada usiadiatas 35 tahun, maka diduga sebagai penyebab timbulnya molla hidatidosa, terutama pada multiparitas lebih sering terjadi,serta pada sosial ekonomi yang kurang. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan Rertrospektif yaitu rancangan penelitian yang dalam melakukan pengukuran variabel independen yaitu umur,paritas dan sosial ekonomi,serta variabel dependen yaitu gangguan reproduksi molla hidatidosa dalam periode yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang tercatat pernah dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang dan di diagnosa penderita molla hidatidosapada tahun 2008 -2009. Sampel dalam penelitian ini adalah 43 responden. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan umur, paritas,dan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa di RSUP dr. Kariadi Semarang, dengan menggunakn uji chi square dan fisher exact. Pada analisa univariat variabel didistribusikan dengan masing-masing populasi sedangkan pada analisa bivariat digunakan uji independent chi square dan didapatkan umurdengan kategori tua sebanyak 62,8 % sedangkan pada paritas digunakan uji independent chi square dan didapatkan paritas pasien yang multipara sebanyak 83.7 %,sedangkan pada sosial ekonomi digunakan uji independent chi square dan didapatkan sosial ekonomi yang cukup sebanyak 48.8%. Hubungan umur, paritas,sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa secara statistik bermakna. Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan maka dapat disimpulkan terdapat hubungan umur, paritas dan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa di RSUP dr. Karidi Semarang. Saran ditujukan bagi masyarakat perlunya penigkatan kesadaran dan pengetahuan tentang faktor presdisposisi, bagi tenaga kesehatan/Bidan agar mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan reproduksi dan bagi Ilmu pengetahuan yaitu untuk penelitian berikutnya perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya molla hidatidosa. Kata Kunci : umur, paritas,sosial ekonomi dan molla hidatidosa.

PENDAHULUAN Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna, tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan yang terjadi pada berbagai tahap. Tergantung pada tahap mana gangguan itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik, prematuritas, kehamilan janin dalam rahim atau kelainan kongenital. Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematous. Janin biasanya meninggal akan tetapi villusvillus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus

(Wiknjosastro,2007) Berbagai macam faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya molla hidatidosa ini,diantaranya faktor sosial ekonomi,usia dan paritas. Pada multiparitas lebih sering ditemukan adanya molla hidatidosa, jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan mendapatkan molla hidatidosa akan lebih besar, begitu juga faktor sosial ekonomi kemungkinan mempengaruhi terjadinya molla hidatidosa disamping juga faktor usia. ( Said, 2009 ) Menjelang awal atau akhir reproduksi seorang wanita terdapat frekuensi mola hidatidosa yang relatif tinggi dalam kehamilan. Efek usia yang paling menonjol terlihat pada wanita yang umurnya melebihi 35 tahun, yaitu frekuensi relatif kelainan tersebut 10 kali lebih besar dibandingkan pada usia 20 sampai 35 tahun. Ada sejumlah kasus otentik mola hidatidosa pada para

wanita yang umurnya 50 tahun atau lebih, sedangkan kehamilan normal pada usia lanjut seperti itu praktis tidak diketahui ( Admin, 2009) Dari data yang diambil di RSUP dr Kariadi data jumlah penderita molla hidatidosa pada tahun 2007 sebanyak 19 penderita , pada tahun 2008 terjadi penurunan sebanyak 17 penderita,dan pada tahun 2009 sebanyak 26 penderita , dari data tersebut setelah dilakukan survei dari catatan rekam medik sebanyak 10 penderita molla hidatidosa pada tahun 2007 , terdapat 60% penderita yang terjadi pada ibu berumur di atas 35 tahun , sebanyak 30% penderita yang terjadi pada umur dibawah 20 tahun serta dan 10% penderita terjadi pada umur antara 20 sampai 35 tahun , dari data tersebut 80% terjadi pada keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah. Selain itu kejadian molla hidatidosa dialami oleh penderita dengan paritas lebih dari 3 anak , dari data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan pada molla hidatidosa adalah umur, paritas , dan sosial ekonomi. maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya molla hidatidosa di RSUP dr Kariadi Semarang tahun 2008 -2009

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian Diskriptif analitik korelasional. Metode penelitian disini digunakan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya molla

hidatidosa dengan rancangan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang tercatat pernah dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang dan

didiagnosa Penderita.

penderita molla hidatidosa pada tahun 2008 -2009 sejumlah 43

Teknik sampling menggunakan total sampling/ sampel jenuh yaitu dengan mengambil seluruh populasi (Alimul,2007) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat a. Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di RSUP dr. Kariadi Semarang Distribusi frekuensi n % 7 16.3 9 20.9 27 62.8 43 100.0

Muda Reproduksi sehat Tua Total

Umur

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang Tua sebanyak 62.8 %. b. Paritas Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden di RSUP dr. Kariadi Semarang Distribusi frekuensi n 36 7 43 Total % 83.7 16.3 100.0

Paritas Multipara Grande multipara

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar paritas responden Multipara sebanyak 83.7 %. c. Sosial ekonomi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klasifikasi sosial ekonomi di RSUP dr. Kariadi Semarang Distribusi frekuensi n 15 21 7 Total 43 34.9 48.8 16.3 100.0 %

Sosial ekonomi Kurang Cukup Baik

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar sosial ekonomi responden Cukup sebanyak 48.8 %. d. Molla hidatidosa Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan klasifikasi Molla hidatidosa di RSUP dr. Kariadi Semarang Molla hidatidosa Inkomplit Komplit Total Distribusi frekuensi % n 55.8 24 44.2 19 43 100.0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang Inkomplit sebanyak 55.8 %. 2. Analisa Bivariat a. Hubungan umur dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa

Hubungan umur dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.7. Tabel 5 Distribusi frekuensi Umur Responden Yang Berhubugan dengan Gangguan Reproduksi Molla hidatidosa di RSUP dr. Kariadi Semarang Umur Muda Reproduksi sehat Tua Total Molla hidatidosa Inkomplit komplit 1 (14.3%) 6 (85.7%) 4(44.4%) 5(55.6%) 19 (70.4%) 8 (29.6%) 24 (55.8%) 19 (44.2%)

Total 7 (100.0%) 9 (100.0%) 27 (100.0%) 43(100.0%)

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 43 responden sebagian besar yang menderita molla hidatidosa inkomplit dengan umur tua sebanyak 70,4%, sedangkan pada molla hidatidosa komplit sebanyak 29,6%. Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan p value 0,021. Angka ini memberikan arti bahwa ada hubungan umur dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa pada ibu secara statistik bermakna. Maka hubungan tersebut menunjukkan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap kejadian molla hidatidosa. b. Hubungan paritas dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa Hubungan paritas dengan gangguan reproduksi molla

hidatidosa dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.8. Tabel 6 Distribusi frekuensi Paritas Responden yang berhubungan dengan Gangguan Reproduksi Molla hidatidosa di RSUP dr. Kariadi Semarang

Paritas Multipara Grande Multipara Total

Molla hidatidosa Inkomplit Komplit 17 (47.2%) 19(15.9%) 7 (100.0%) 0 (.0%) 24 (55.8%) 19 (44.2%)

Total 36 (100.0%) 7 (100.0%) 43 (100.0%)

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 43 responden yang menderita molla hidatidosa inkomplit sebagian besar terjadi pada multipara sebanyak 47,2%, sedangkan pada molla komplit sebanyak 15,9%. Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan p value 0,010. Angka ini memberikan arti bahwa ada hubungan paritas dengan gangguan reproduksi Molla hidatidosa pada ibu secara statistik bermakna. Makna hubungan tersebut menunjukkan bahwa paritas dapat berpengaruh terhadap kejadian molla hidatidosa. c. Hubungan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa Hubungan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.9. Tabel 7 Distribusi frekuensi Sosial ekonomi responden yang berhubungan dengan Gangguan Reproduksi Molla hidatidosa di RSUP dr. Kariadi Semarang Molla hidatidosa Inkomplit Komplit 12 (80.0%) 3(20.0%) 10(47.6%) 11 (52.4%) 2 (28.6%) 5 (71.4%) 24(55.8%) 19(44.2%)

Sosial ekonomi Kurang Cukup Baik Total

Total 15 (100.0%) 21 (100.0%) 7 (100.0%) 43(100.0%)

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 43 responden yang menderita molla hidatidosa inkomplit sebagian besar terjadi pada sosial ekonomi yang kurang sebanyak 80.0%. sedangkan pada penderita molla hidatidosa komplit sebanyak 52.4%. Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan p value 0,044. Angka ini memberikan arti bahwa ada hubungan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi Molla hidatidosa pada ibu secara statistik bermakna. Makna hubungan tersebut menunjukkan bahwa sosial ekonomi dapat

berpengaruh terhadap kejadian molla hidatidosa. Pembahasan Analisa Univariat 1. Umur Menurut Admin (2009) Pada wanita yang berumur dibawah 20 tahun rentan menghadapi kehamilan molla hidatidosa atau hamil anggur, karena alat reproduksi belum siap untuk dibuahi, sedangkan menjelang awal atau akhir reproduksi seorang wanita terdapat frekuensi molla hidatidosa yang relatif tinggi dalam kehamilan, efek usia yang paling menonjol terlihat pada wanita yang umurnya melebihi 35 tahun, yaitu frekuensi relatif kelainan tersebut 10 kali lebih besar dibandingkan pada usia 20 sampai 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi Semarang, ternyata molla hidatidosa banyak terjadi pada sebagian besar responden yang berumur

tua sebanyak 62.8%, hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur risiko terjadinya molla hidatidosa lebih besar. 2. Paritas Menurut Admin (2009) Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa. Berdasarkan hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi Semarang, ternyata molla hidatidosa banyak terjadi pada sebagian besar responden dengan paritas Multipara sebanyak 83,7%, hal ini menunjukkan bahwa paritas dapat mempengaruhi terjadinya molla hidatidosa pada ibu. 3. Sosial ekonomi Menurut Admin (2009) Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa Berdasarkan hasil penelitian di RSUP dr Kariadi semarang , ternyata molla hidatidosa banyak terjadi pada sebagian besar responden dengan sosial ekonomi yang Cukup sebanyak 48.8%, hal ini menunjukkan bahwa sosial ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya molla hidatidosa Analisa Bivariat 1. Hubungan Umur Dengan Gangguan Reproduksi Molla hidatidosa

Berdasarkan hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi Semarang, dari 43 responden yang menderita molla hidatidosa sebagian besar banyak terjadi pada wanita dengan umur yang dikategorikan tua ( usia > 36 tahun) sebanyak 62,8% , hal ini sesuai dengan teori Admin (2009) yang menyatakan Pada wanita yang berumur dibawah 20 tahun rentan menghadapi kehamilan molla hidatidosa atau hamil anggur, karena alat reproduksi belum siap untuk dibuahi sedangkan menjelang awal atau akhir reproduksi seorang wanita terdapat frekuensi molla hidatidosa yang relatif tinggi dalam kehamilan, efek usia yang paling menonjol terlihat pada wanita yang umurnya melebihi 35 tahun, yaitu frekuensi relatif kelainan tersebut 10 kali lebih besar dibandingkan pada usia 20 sampai 35 tahun. Dengan demikian dari hasil penelitian ini setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan p value 0,021 menunjukkan bahwa ada hubungan umur dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa pada ibu secara statistik bermakna, dan makna hubungan tersebut menunjukkan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap kejadian molla hidatidosa. 2. Hubungan Paritas Dengan Gangguan Reproduksi Molla hidatidosa. Berdasarkan hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi Semarang, dari 43 responden yang menderita molla hidatidosa sebagian besar terjadi pada

multipara sebanyak 83.7% , hal ini sesuai dengan teori Admin (2009) yang menyatakan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada

kemungkinan kehamilan berkembang menjadi molla hidatidosa.

10

Dengan demikian dari hasil penelitian ini setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan p value 0,010 menunjukkan bahwa ada hubungan paritas dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa pada wanita secara statistik bermakna dan makna hubungan tersebut menunjukkan bahwa paritas dapat berpengaruh terhadap kejadian molla hidatidosa. 3. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Gangguan Reproduksi Molla Hidatidosa Berdasarkan hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi Semarang, dari 43 responden yang menderita molla hidatidosa sebagaian besar terjadi pada sosial ekonomi yang cukup sebanyak 48,8 %, hal ini sesuai dengan teori Admin (2009) yang menyatakan bahwa Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa. Dengan demikian dari hasil penelitian ini setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan p value 0,044 menunjukkan bahwa ada hubungan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa pada

wanita secara statistik bermakna dan makna hubungan tersebut menunjukkan bahwa sosial ekonomi dapat berpengaruh terhadap kejadian molla hidatidosa.

11

KESIMPULAN Sebagian besar responden yang berusia > 35 tahun sebanyak 62,8% Sebagian besar responden dengan paritas multipara yaitu sebanyak 83,7%. Sebagian besar responden dengan sosial ekonomi cukup yaitu sebanyak 48,8% Ada hubungan umur dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa, didapatkan p value 0,021 dengan dilakukan uji Chi Square. Ada hubungan paritas dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa , didapatkan p value 0,010 dengan dilakukan uji Chi Square. Ada hubungan sosial ekonomi dengan gangguan reproduksi molla hidatidosa , didapatkan value 0,044 dengan dilakukan uji Chi Square KEPUSTAKAAN Admin.2009.http://medisdankomputer.co.tanggal 10 oktober 2009 Alimul, A. 2007. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika Arikunto.S.2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta Ali Hasmy.2009.http://omegahat.blogspot.com/2008/01/konsep-konsep-dasarpenelitian-bagian-7.html.tanggal 15 februari 2009 Fendy.2009. http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/mola-hidatidosa-hamilanggur.html. tanggal 15 februari 2009 Mansjoer Arief. 2001. Kapita Selekta, Jilid III. Jakarta: EGC Mochtar, Rustam, dkk.1998.Sinopsis Obstetri . Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

12

Nugraheni, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Phatologi. Yogyakarta: Pustaka Rihana Said Amri. 2009. http://www.Indonesiaindonesia.com/f/13072-molahidatidosa.tanggal 10 oktober 2009

Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta Taber Ben-Zion. 1994. Kedaruratan obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC Wiknjosastro, Hanifa.2007.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http://m.suaramerdeka.com/bb/bblauncher/SMLauncher.jad.tanggal 15 Februari 2010 http://kumpulan-artikel-menarik.blogspot.com/2010/01/daftar-upah-minimumregional-umr-2010.html.27Maret2009. http://widiantopanca.blogdetik.com/obgin/mola-hidatidosa.tanggal 2009 10 oktober

13

Anda mungkin juga menyukai