I. PENDAHULUAN.
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang
pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa
kewenangan pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum
nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok.
Berdasarkan hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA,
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan penilaiannya berdasarkan
standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran
tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk
mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan
pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar
yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan penilaian yang menjadikan peserta didik
mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill.
Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup indikator
dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai bentuk
ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca
negara. Pembelajaran Pendidikan Seni di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian di
manca negara difokuskan pada berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh yang besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan
mempelajari sejarah kesenian di Indonesia khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang pluralistik.
c. Kegiatan kritik seni bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan menilai karya seni, khususnya hasil kreasi
siswa, yang dilakukan secara lisan dan tertulis. Kritik seni misalnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi hasil karya siswa,
yang dilakukan oleh siswa terhadap karyanya sendiri (sebagai evaluasi diri) dan terhadap karya siswa lainnya. Kritik seni
meliputi langkah-langkah: deskripsi, analisis bentuk, interpretasi, dan evaluasi.
1) Deskripsi adalah menemukan dan mencatat segala sesuatu yang tampak pada karya seni, dengan menghindari
kecenderungan menarik kesimpulan.
2) Analisis bentuk adalah menelusuri bagaimana segala sesuatu yang ditemukan tersebut terwujud dalam susunan bentuk
(komposisi).
3) Interpretasi adalah menemukan makna-makna pada karya seni, meliputi tema dan cara penggarapannya serta substansi
masalah dan keberhasilan pengungkapannya.
4) Evaluasi adalah menentukan derajat atau mutu karya seni, dengan memperbandingkannya dengan karya-karya lainnya
yang sejenis.
d. Kegiatan penyajian seni meliputi penyajian dalam diskusi kelas dan pameran atau pementasan, baik dalam lingkup kelas,
sekolah, maupun masyarakat.
1) Diskusi kelas bertujuan untuk menampilkan, menjelaskan, dan berdialog tentang hasil karya dan proses kreatif yang
dilakukan siswa. Pembelajaran diskusi seni ini dapat pula dipadukan dengan kritik seni secara lisan.
2) Pameran dan pementasan seni dalam lingkup kelas bertujuan untuk menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka
apresiasi seni di kalangan siswa sekelas.
3) Pameran dan pementasan di lingkup masyarakat dapat dilakukan di dalam atau di luar sekolah dengan tujuan untuk
menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka apresiasi seni di kalangan siswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
3. Pembelajaran Pendidikan Seni dibedakan menjadi pembelajaran apresiatif dan pembelajaran produktif. Pembelajaran apresiatif
meliputi apresiasi seni dan kritik seni. Pembelajaran produktif meliputi berkarya seni dan penyajian seni. Pembelajaran produktif
mendapat alokasi waktu yang lebih banyak dari pada pembelajaran apresiatif, dengan perbandingan kurang lebih 60% dan 40%.
4. Pembelajaran apresiasi seni di suatu sekolah dimulai dari seni dari daerah setempat, dilanjutkan dengan seni daerah-daerah
lainnya, dan kemudian seni mancanegara. Pembelajaran seni di Indonesia maupun seni dari mancanegara meliputi seni tradisi dan
seni modern (termasuk seni kontemporer), sesuai dengan perkembangan dalam sejarah seni.
5. Materi pokok produktif disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa serta kemampuan sekolah atau keadaan daerah. Materi
pokok produktif yang belum dapat dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk apresiasi seni.
6. Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah
melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan
terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia,
atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
7. Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan
antara dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari,
teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang
melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
8. Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni,
masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang
seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang
bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai
dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan kemampuannya.
9. Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni,
berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.
10. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha
membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
11. Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
keterampilan, dan pengetahuan.
12. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk menggambar dengan
mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kria, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan.
Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kria.
Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa murni, kria, dan desain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti
mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi
apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat
mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara,
baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi
apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta
makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan
elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan
karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni
yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-
bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk
lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema
universal, fantasi, dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang,
warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan
memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa perlu diberi
kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman atau orang lain. Pembahasan karya seni
rupa di sini merupakan proses analisis kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah
gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan terminologi seni rupa untuk
mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya
seni rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih
kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi
penyajian secara lisan di kelas dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah
seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi
perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.
Musik dapat memenuhi tujuan estetik dan fungsional. Melalui musik, seseorang dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan secara
pribadi. Musik merupakan manifestasi dasar dari kehidupan manusia, yang memberikan sumbangan bagi identitas pribadi, sosial, dan
kultural, dan merupakan media ekspresi dan komunikasi pada setiap kebudayaan.
Musik dapat merupakan bagian dari seni-seni yang lain, misalnya seni rupa, seni tari, teater, dan film. Seseorang dapat memperoleh
rasa kebanggaan dengan menguasai keterampilan bermusik. Musik memberikan kepuasan atas identitas kelompok, misalnya melalui
keanggotaan paduan suara atau ansambel instrumental.
Pembelajaran seni musik harus mencerminkan kegiatan bermusik di masyarakat. Siswa dilibatkan dalam mengamati, membahas,
menganalisis, menggubah, mencipta, dan menilai musik. Musik melibatkan siswa secara emosional maupun intelektual. Pembelajaran
seni musik diharapkan dapat membantu perkembangan siswa secara optimal dan memberikan keseimbangan terhadap pembelajaran
tentang sistem simbol dan makna.
Siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dari kegiatan berapresiasi dan bermain musik. Penghayatan siswa yang mendalam
terhadap ungkapan bunyi memungkinkan siswa mengeksplorasi dan menemukan kesadaran yang mendalam terhadap sifat-sifat
ekspresif musik. Siswa memerlukan pengalaman seperti mendengarkan, menganalisis unsur-unsur, dan menginterpretasikan makna-
makna musik, serta membuat aransemen, menggubah, maupun membuat komposisi musik. Pengalaman ini akan memperkuat
tanggapan dan apresiasi musik siswa dan mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat kriteria penilaian tentang musik.
Materi pokok seni musik meliputi apresiasi seni musik, berkarya seni musik, kritik seni musik, dan pergelaran seni musik. Apresiasi
seni musik berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya
seni musik. Materi apresiasi seni musik pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni
musik. Apresiasi seni musik dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni musik pada berbagai latar budaya.
Apresiasi seni musik juga perlu memberikan pemahaman tentang hubungan seni musik dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta
keberadaan seni musik sebagai bidang profesi. Dalam hal ini, siswa juga perlu mengenal pencipta dan pemain musik masa kini serta
industri musik di Indonesia.
Dalam bermain musik, siswa memainkan instrumen, dengan menggunakan repertoir atau buah musik atau menggubah karya musik
orang lain. Siswa juga dapat melakukan musikalisasi puisi atau karya sastra lainnya. Untuk itu, diperlukan pengembangan pengetahuan
dan keterampilan dalam membuat komposisi, berimprovisasi, membuat aransemen, dan mempersiapkan pertunjukan musik.
Kegiatan kritik seni musik berperan penting dalam pengembangan kemampuan musik siswa. Kritik seni meliputi deskripsi, analisis,
interpretasi, dan evaluasi. Melalui pengamatan terhadap karya musik serta pemahaman teori dan sejarah musik, siswa dapat
mengembangkan kriteria untuk menilai karya musik.
Pergelaran musik merupakan kegiatan pertunjukan, yaitu membawakan karya musik di depan penonton. Penyajian musik merupakan
pengalaman bermain musik bersama orang lain, bagi orang lain, dan untuk kepuasan pribadi. Penyajian musik dapat berupa kegiatan
menyanyi, memainkan instrumen, atau menggunakan alat elektronik (misalnya komputer atau synthesizer).
Konteks sosial dan budaya menentukan makna dan peranan yang diberikan atau ditimbulkan pada karya seni seni tari. Pengetahuan
tentang periode sejarah seni tari berguna untuk memahami masalah-masalah sosial, politik, dan agama yang terkandung dalam seni
tari.
Dengan mempelajari seni tari dari berbagai latar budaya, siswa dapat memahami alasan penciptaan dan pementasan tari, maksud,
dan tujuannya. Siswa juga dapat memahami konsep atau makna berbagai bentuk tari seperti tari rakyat, tari klasik, tari modern, dan
tari kontemporer.
Siswa juga dapat mengetahui bahwa seni tari memiliki beragam fungsi dan fungsi tersebut dapat berubah dengan perjalanan waktu.
Siswa juga dapat mengenal bentuk koreografi masa lalu dan masa kini, pencipta tari, dan industri tari di Indonesia.
Pembahasan konsep seni tari meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni tari. Pembahasan tentang struktur tari meliptui
unsur-unsur tari dan proses pembuatan karya seni tari. Selain itu, apresiasi seni tari juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara
seni tari dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang pelajaran yang lain, serta keberadaan seni tari sebagai bidang profesi.
Dalam membuat koreografi siswa dilatih mencipta karya tari baru atau menata tari dengan materi gerak yang sudah ada. Penciptaan
tari melibatkan aktivitas dengan beberapa tahapan yaitu eksplorasi, observasi, improvisasi, eksperimentasi, sebelum latihan,
membentuk, memilih, dan menilai gerakan yang mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan gambaran. Penciptaan tari didukung
oleh perkembangan fisik dan kemampuan berekspresi dengan dukungan kecermatan penginderaan dan kepekaan rasa.
Koreografi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi diri. Secara bertahap ia dapat mengembangkan kesadarannya terhadap gerak
dan potensi eskspresifnya serta belajar mengorganisasikan gerak murni untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Selain itu, siswa
dapat mengembangkan pemahaman tentang koreografi dengan mempelajari gerak-gerak khusus yang kemudian dapat
diorganisasikan ke dalam urutan-urutan dan klaster.
Kemampuan mencipta tari berkembang sejalan dengan perkembangan kesadaran dan pemahamannya tentang unsur-unsur dan
proses pembentukan koreografi. Unsur koreografi adalah sebagai berikut:
1) Tubuh manusia: bagian-bagian tubuh, gerak tubuh, dan posisi tubuh.
2) Ruang: ketinggian, arah, hubungan, penonjolan, pengelompokan, dan pola lantai.
3) Waktu: penggunaan aksen, pola ritmis, durasi, dan tempo, atau cepat lambatnya gerak.
4) Tenaga: kualitas gerak yang mengungkapkan perasaan, seperti bersemangat atau lembut.
Dalam mengorganisasikan dan membentuk struktur tari, unsur-unsur koreografi yakni tubuh, ruang, waktu, dan tenaga ditentukan
oleh proses pembentukan. Perangkat pengorganisasian tari antara lain repetisi, simetri/ asimetri, keserempakan, kontras, dan pakem
(kaidah). Perangkat pembentukan tari adalah motif, naratif, pola repetisi, klimaks, dan improvisasi. Makin banyak siswa memperoleh
pengalaman berkarya, ia makin mampu mengolah unsur-unsur koreografi dan proses pembentukan untuk mengekspresikan
gagasannya. Siswa merefkleksikan apa yang dilihatnya dengan mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikan, dan menilai
karya seni tari. Mereka memperoleh apresiasi seni tari dengan mengamati kaya seni tari secara kritis dan memahami ungkapan
geraknya.
Dengan mengenali cita rasa pribadi dan preferensi, mengembangkan kemampuan mengobservasi, dan melakukan penilaian, siswa
mampu menghargai karya seni tari dari sudut estetika. Siswa memahami kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya seni tari dan
aspek-aspek kualitatif dari bentuk koreografi dan pertunjukan.
Apresisasi seni tari siswa bergantung pada fokus karya yang telah diciptakan dan disajikannya. Jika siswa telah memahami makna
dan peranan seni tari, ia akan mempertimbangkan bagaimana seni tari dihargai dalam berbagai konteks sosial dan budaya, serta
fungsi seni tari sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Pergelaran tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian kepada orang lain. Bagi siswa, pergelaran merupakan suatu proses belajar
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, mengembangkan ketrampilan teknis dalam berbagai bentuk tari, dan untuk
memproyeksikan dirinya kepada berbagai kalangan penonton dan dalam berbagai kesempatan pertunjukan.
Dalam bentuk pentas, teater merupakan pementasan peristiwa-peristiwa nyata maupun khayalan melalui peran dan situasi.
Pembelajaran seni teater melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman, seperti bermain peran, inprovisasi, pergelaran teatrikal,
teater film dan televisi, dan mencakup proses penciptaan dan penyajian seni teater.
Seni teater di sekolah mencakup aktivitas yang luas termasuk penulisan naskah teater, improvisasi, bermain peran, sosio teater,
simulasi, interpretasi teks, pergelaran teatrikal, dan tata-pentas. Seni teater menggunakan unsur-unsur permainan teater seperti
spontanitas, imajinasi, permainan peran, dan eksplorasi.
Materi pokok seni teater meliputi apresiasi seni teater, berkarya seni teater, kritik seni teater, dan pementasan seni teater. Apresiasi
seni teater berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya
seni teater, baik teater naskah maupun teater pentas. Materi apresiasi seni teater pada dasarnya adalah pengenalan dan pemahaman
tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni teater. Apresiasi seni teater dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni teater dalam konteks berbagai kebudayaan, tetapi tetap ditekankan pada segi telaah naskah dan pentas teater.
Materi pokok apresiasi seni teater meliputi pengenalan terhadap teater dalam konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya
mancanegara, baik yang bercorak tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni teater,
materi apresiasi seni teater juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya teater
dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni teater tersebut.
Pembahasan konsep seni teater meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni teater. Pembahasan tentang struktur
teater meliputi unsur-unsur teater dan pembuatan karya seni teater. Selain itu, apresiasi seni teater juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni teater dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta keberadaan seni teater sebagai bidang profesi.
Dalam bermain teater, siswa menggunakan naskah atau skenario teater yang sudah ada. Dalam bermain teater, siswa dapat
berimprovisasi untuk menunjukkan tingkat penguasaannya dalam bermain teater. Siswa dapat menggubah teks teater yang ditulis
oleh orang lain. Siswa juga dapat melakukan teatertisasi karya sastra seperti puisi, cerpen, atau novel.
Dalam bermain teater, siswa dapat memilih tema, gaya, bentuk, dan struktur teater. Jika siswa ingin menulis naskah teater, ia dapat
mengambil pengalaman atau imajinasinya sendiri atau pengalaman orang lain. Melalui seni teater, siswa dapat mengaitkan
pengalaman hidupnya dengan pengalaman-pengalaman universal.
Melalui seni teater, siswa mengembangkan keterampilan fisik, kognitif, dan teknik. Siswa dapat menyusun atau menulis naskah teater
ciptaannya sendiri dengan pemahaman tentang kaidah-kaidah, bentuk, gaya, dan tradisi. Siswa dapat juga menyutradari teater
orang lain. Dalam berkarya teater siswa dapat bekerja secara kolaboratif maupun secara individual.
Dalam kritik seni teater, siswa menerapkan proses analisis kritis, yaitu deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya
teater siswa sendiri maupun karya orang lain. Siswa menanggapi karya seni teater dengan mengidentifikasi dan memberikan
penilaian tentang sifat-sifat, efektivitas, dan nilai-nilai pada karya seni teater.
Siswa dapat menanggapi karya seni teater dengan berbagai cara seperti membahas dan menulis secara formal atau informal. Siswa
dapat menempatkan karya teaternya sendiri dan karya orang lain dalam konteks kritik, dengan menggunakan bahasa dan
terminologi yang memadai.
Dalam penyajian teater, siswa melaksanakan pergelaran dalam durasi, bentuk, dan tujuan yang berbeda-beda. Siswa merancang
teater dengan menyesuaikan ruang dan sarana, serta menggunakan unsur-unsur teknis dan tata pentas seperti tata lampu, tata
suara, tata busana, dan tata rias. Dalam penyajian teater, siswa dapat bekerja secara kolaboratif dalam pementasan teater maupun
secara individual, misalnya dalam bentuk monolog.
5. Menunjukkan apresiasi atas keragaman seni rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
6. Berkreasi dan memamerkan karya seni rupa terapan dengan menggali dan mengembangkan gagasan kreatif atas keragaman
proses, teknik, prosedur, media, dan bahan dari seni rupa Nusantara dan mancanegara.
7. Mempresentasikan tentang keragaman seni rupa murni tradisi, modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara
dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
8. Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan kebudayaan.
9. Berkreasi karya seni rupa murni dengan mengembangkan gagasan kreatif dari keragaman unsur seni rupa tradisi, modern dan
kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara.
Seni Musik
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan budaya
masyarakatnya.
2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.
3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi
dari musik tradisi Nusantara.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan
budaya masyarakat.
5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.
6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi
dari seni tradisi Nusantara dan negara lain.
7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
8. Memprersentasikan tanggapan tentang keragaman seni, tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan engara lain dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.
9. Menunjukkan empati keragaman musik tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan mancanegara.
10. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi
dari seni tradisi Nusantara dan negara lain.
11. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
Seni Tari
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks masyarakat dan
budayanya.
2. Menunjukkan empati keragaman tari tradisi daerah.
3. Berkreasi taridengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi tari tradisi daerah setempat dan tari
kreasi daerah setempat.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tari Nusantara (seluruh wilayah Indonesia) dengan memperhatikan
konteks masyarakat dan budayanya.
5. Mendeskripsikan empati keragaman tari Nusantara.
6. Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari Nusantara.
7. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tari modern Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
8. Menunjukkan empati keragaman tari modern Nusantara dan negara lain.
9. Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari modern Nusantara
dengan negara lain.
Seni Teater
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya. Nusantara dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat.
2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.
3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media,
materi dari seni tradisi modern dan mutakhir Nusantara.
4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.
5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater kontemporer Nusantara dan negara lain.
7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,
prosedur, media, dan materi dari seni tradisi modern Nusantara dan negara lain.
8. Mementaskan teater modern Nusantara dan negara lain.
9. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan negara lain dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
10. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi modern, kontemporer Nusantara dan mancanegara.
11. Membuat bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media
dan materi seni tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan mancanegara.
12. Mementaskan bentuk teater total karya sendiri.
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan penilaian meliputi tahap-tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar
kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan
sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut:
1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/program,
dan semester.
2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Pendidikan Seni dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan agama Islam dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya
standar kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya,
Depdiknas telah merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam
menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi
pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok
dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang
diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh Depdiknas.
4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun
mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk
menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat
dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan
hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang
disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan jenis
buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pembelajaran dari subject-mater oriented menjadi life-skill oriented.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan spesific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi
dua, yaitu personal skill (kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-
awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua,
yaitu academic skill (kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).
Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai
makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi kecakapan
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial
meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi
kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian.
Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan
tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap
kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh
format analisis kecakapan hidup.
Potensi diri
Komunikasi tertulis
Makhluk Tuhan
Eksistensi diri
Mengambil keputusan
Komunikasi lisan
Mengidentifikasi variaabel
Menghubungkan variabel
Melaksanakan penelitian
Memecahkan masalah
Merumuskan hipotesis
Menggali informasi
Mengolah informasi
Bekerjasama
No.
Kompetensi dasar
Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill) yang dikembangkan adalah general life skill (GLS) dan
academic skill (kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar hendaknya memuat
kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya:
Menyajikan pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri, komunikasi lisan, bekerjasama,
menghubungkan variabel, dan mengambil keputusan). Kompetensi Dasar dijabarkan menjadi Indikator yang secara spesifik
dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional
yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari
indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
5. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
a.Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai,
kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat
adalah pengetahuan dan pemahaman.
b.Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang
terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
c.Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat
berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d.Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu
waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
e.Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah, dan
yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan
salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
g.Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan
sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau tempat lain,
sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai
peserta didik dan yang belum.
h.Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa diminta
untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian
objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan
bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat dalam semua ranah.
a.Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah.
Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
b.Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil
penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikir yang diukur
bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
c.Uraian Non-obyektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian, sebaiknya
dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
d.Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa.
Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e.Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti menyajikan
pergelaran musik.
g.Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya dan
tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan
kemampuan siswa.
7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk
menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk
menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat
yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat dapat bervariasi sesuai dengan
kompetensi dasar, materi serta pengalaman belajarnya.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian
juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
(3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6) mendorong
siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah
peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, menjodohkan,
jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang
akurat tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada
umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para
guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat
kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk
mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.
1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 10 s/d 100. Untuk
memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkan jenis-jenis
musik tradisi di lima daerah di Indonesia!
2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir
rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c)
panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban:
semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa
yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke
bawah.
Contoh soal:
Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan tangga nada ...
a. Diatoniks
b. Minor
c. Mayor
d. Pentatoniks
e. Zigana
Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:
B
Skor = x100
N
B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b)
mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2)
apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah
tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.
Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentu berdasarkan langkah-langkah
dalam menjawab soal. Contoh soal: Bagaimana proses pembuatan batik?
4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c)
gunakan bahasa yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk
mengerjakan soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Berikan ulasan
tentang lirik lagu-lagu ciptaan Bimbo! Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:
5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang
disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan
melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan
skor 0 untuk jawaban salah.
Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat
berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:
Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah kiri agar dapat mendeskripsikan
pengertian, bentuk dan struktur lagu.
7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan
kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan
perkembangan kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan
penilaian proses. Contoh soal: Buatlah suatu ulasan hasil pengamatan Anda terhadap penyajian hasil
aransemen/gubahan/komposisi hasil kreasi salah satu teman Anda.
Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi
pedoman penilaian. Rubrik hendaknya memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep
yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus
mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau 10 s/d 100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan
evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan
kompetensi.
8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan
praktik.berkreasi seni. Untuk melakukan penilaian terhadap praktik ini dapat digunakan format berikut:
Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio
Sistematika
....................................
Penampilan
Keaslian
.........................................
Kelengkapan data
Dst. ........................................
......................................
Kejelasan konsep
.....................................
.....................................
Aspek
No.
Nama Siswa
1
2
3
4
5
Penskoran unjuk kerja di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu
kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.
Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan
minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai
berikut: (1) pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:
kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku rapi; (3) pilih tipe skala yang
digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah
instrumen oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat
hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.
Ramah dg teman
Menepati janji
Kerjasama
Kejujuran
Tanggung jawab
Ketekunan belajar
Kepedulian
Keterbukaan
Kerajinan
(kualitatif/huruf)Nilai rata-rata
Kedisiplinan
Tenggang rasa
Indikator Sikap
No
Nama Siswa
1
2
3
4
Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan
dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka
tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung
arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor
keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk
mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan skor
tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat,
25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat berminat. Dapat juga menggunakan frekuensi kegiatan siswa (selalu; sering;
jarang; atau tidak pernah) seperti contoh berikut.
Frekuensi
No. Pernyataan Tidak
Selalu Sering Jarang
pernah
1 Saya senang pada isi mata pelajaran ini.
2 Saya mengikuti pelajaran ini sesuai jadwal.
3 Saya mencatat penjelasan guru.
4 Saya kerjakan tugas pelajaran ini tepat waktu.
5 Saya mencari informasi untuk mendalami materi pelajaran ini.
6 Saya kumpulkan kliping yang berhubungan dengan pelajaran ini.
7 Saya mengerjakan tugas latihan di rumah.
8 Saya mendiskusikan materi pelajaran ini.
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
10 Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.
Jumlah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri.
3. Analisis Instrumen.
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang
sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan
bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah
siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk melihat karakteristik instrumen
seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan
jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan
mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes
awal atau pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif
adalah sebagai berikut :
R A − RB
Is =
T
RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.
RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.
Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun
demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika
hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak
efektifnya proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen
penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika
ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya ternyata tidak sulit,
mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada Lampiran 4.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata
pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Seni dan segala sesuatu yang
terkait. Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya.
Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam empat
kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran Pendidikan Seni, maka guru harus
mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran
Pendidikan Seni, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran
Pendidikan Seni dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan
Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh
karena itu, pembuatan laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku
rapor yang diisi pada setiap semester
1. Untuk Siswa.
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar
ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan
pengamatan. Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b)
mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki
strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan
kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran,
dan (c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran.
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua
ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta
minat terhadap mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Blom, Lynne Anne (1988). The Moment of Movement. London : University of Pittsburg Press
Cleaver, Dale G. (1966). Art An Introduction. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
….. (1994). A Statement on The Arts for Australian Schools. Curriculum Corporation.
….. (1994). The Arts—A Curriculum Profile for Australian Schools. Curriculum Corporation.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Serial Buku Album tentang Seni Rupa Banyak Daerah di Indonesia.
Dewantara, Ki Hajar (1971). Pendidikan Seni. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.
Dungga. J.A. (1978). Ke Arah Pengertian dan Penikmatan Musik. Jakarta: Ricordanza.
Eisner, Elliot W. (1972). Educating Artistic Vision. New York: Macmillan Publishing Co.
Faulkner, Ray. dkk. (1963). Art Today. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Feldman, Edmund B. (1967). Art as Image and Idea. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc.
Fisher, J. (ed.) Modern Indonesian Arti. Jakarta and New York: Panitia Pameran KIAS (1990-91) and Festival of Indonesia, 1990.
Gafur, Abdul (1986). Disain Instruksional; Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Gafur, Abdul (2001). Pedoman Umum Penyusunan Silabus Berbasis Kompetensi Dasar Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU).
Pascasarjana UNY.
Gollwitser, G. (1966). Menggambar Bagi Pengembangan Bakat. Edisi Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Henkes, Robert (1965). Orientation to Drawing and Painting. Pennsylvania: International Textbook Co.
Holt, Clair (1967). Art in Indonesia. Continuities and Change. Ithaca NY: Cornell University Press.
Honour, H. dan Fleming, J. (1999). A World History of Art. London: Laurence King.
Hoop, A.N.J. Th. van (1949)). Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia. Bandung: Koniklijk Bataviaasch Genootsch Van de Kusten en
Humphrey, Doris (1959). The Art of Making Dances. New York : Grove Press inc.
Jamalus (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: P2LPTK. Dikti Depdikbud.
Janson, H.W. (Tanpa Tahun). History of Art. New York: Harry N. Abrams
Kussudiardja, Bagong (1993). Olah Seni: Sebuah Pengalaman. Yogyakarta : Padepokan Press.
Lansing, Keneth M. (1976). Art, Artist, and Art Education. Kendall/ Hunt Publishing Co.
Lindsay, Jennifer, 1991. Klasik, Kitsch, Kontemporer : Sebuah Studi tentang Pertunjukan Jawa. Terjemahan Nin Bakdi Sumanto dari judul
aslinyaClassic, Kitsch, or Contemporary: A Study of the Javanese Performing Arts. PhD. dissertation, University of Sydney.
Nadel, Myron Howard (1970). The Dance Experience: Reading Dance Appreciation. New York : Praeger Publisher.
Nio, Hoa Kim (1988). Pengajaran Apresiasi Teater. Jakarta: P3G Debdikbud.
Read, Herbert (1943). Education Throgh Art. New York: Pantheon Books.
Rogers, Michael R. (1984). Teaching Approach in Music Theory. Carbondale: Southern Illinois University Press.
Sachs, Curt (1963). World History of the Dance. New York : WW Norton Company. Inc.
Sahman, Humar (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.
Schafer, R. Murray (1976). Creative Music Education. A Handbook for the Modern Music Teacher. New York: Schirmer Books.
Schechner, Richard (1977). Performance Theory. New York and London :Routledge Press.
Smith, Jaquelline, ( ). Dasar-dasar Komposisi Tari. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta : BP ISI Press
Soedarso SP dkk. (1990-1991). Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah hingga Kini. Jakarta: Panitia Pameran Kias.
Soedarsono (TT). Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soeharto, M. (1979) Membina Paduan Suara dan Grup Vokal. Jakarta: PT Gramedia.
Sudarmadji (1979). Dasar-Dasar Kritik Seni Rupa. Jakarta: Pemerintah DKI, Dinas Museum dan Sejarah.
Sumardjo, Jakob (1992). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Teater Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sumiana, Anjar (1982). Penuntun Pengajaran Seni Suara/Musik. Bandung: Pelita Harapan.
Suryobrongto, GBPH, 1981. Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Editor Fred Wibowo. Yogyakarta : Dewan Kesenian.
Vincent, J.A. (1955). History of Art. New York: Barnes & Nobles.
Waluyo, Herman (2001). Teater. Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widia.
Wirindo, D.A.R.P. (1970). Penyuluhan tentang Menggambar Hias untuk Seni Ukir Logam, Kayu, Batu, dan Lain-Lain. Jakarta: Bathara.
GLOSARIUM
absurd teater: Gerakan di dunia pentas pada tahun 50-an, yang banyak dipengaruhi oleh eksistensialisme Perancis. Biasanya
mengangkat tema-tema kedudukan manusia yang absurd, seperti kesepain, ketakutan, keinginan melarikan diri ke suatu dunia
khayalan. Pesan yang disampaikan oleh teater absurd ialah tak ada gunanya mencari arti dan makna dalam peristiwa-peristiwa
yang dialami manusia.
adaptasi: saduran dengan maksud supaya sebuah karya lebih sesuai dengan khalayak pembaca. Saduran dapat berupa pengambilan
aspek tematis untuk ditulis kembali dalam bentuk sesuai yang diinginkan.
adegan: dalam dunia pentas bagian dari sautu babak. Perubahan terjadi bila terjadi perubahan jumlah pelaku, seting, maupun waktu
penceritaan.
aktor: sering disebut dengan istilah tokoh. Para pelaku yang berperan dalam sebuah cerita atau teater.
analitik: teater analitik, sebuah teater yang tidak pertama-tama mengembangkan sebuah peristiwa, melainkan tahap demi tahap
membuka tirai, apa yang terjadi pada masa silam.
analisis butir empiris: analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil.
analisis butir teoretis: analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal secara teoretis.
analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
antiteater: karya pentas yang menyimpang dari kaidah-kaidah tradisional. Gerakan antiteater ingin melibatkan semua penonoton secara
aktif, ilusi dan impian harus diganti dengan perbuatan sosial.
apoteose: dalam seni teater, adegan penutup yang cemerlang dan massal.
apresiasi: kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap karya seni disertai disertai pemahaman.
apresiatif: pembejaran apresiatif, disebut juga pembelajaran teori, pembelajaran yang berkenaan dengan aspek pengetahuan dan sikap.
arena : Teater arena, pentas dalam bentuk lingkaran, sehingga para penonton melingkari para pemain.
asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
ballada: Cerita dalam bentuk syair, mengisahkan perbuatan-perbuatan seorang tokoh legendaris atau tokoh yang dikagumi.
bentuk (seni rupa): aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan ruang; juga menunjukkan gaya.
bentuk soal: golongan soal menurut macam jawaban yang harus dilakukan, misalnya: bentuk isian singkat, bentuk pilihan ganda, dan
bentuk uraian.
bentuk tes: golongan tes menurut penggolongan menjadi ‘tes pilihan ganda’, ‘tes uraian objektif’, ‘tes uraian non objektif’ (‘tes uraian
bebas’), ‘tes jawaban.
bentuk karya: aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan ruang; juga menunjukkan gaya.
berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya.
estetika: digunakan dalam pengertian ilmu pengetahuan tentang pengamatan, berkenaan dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
cara dan proses pengamatan yang kemudian membentuk pengalaman seni.
estetis: pengalaman estetis, pemahaman terhadap hasil pengamatan terhadap bentuk yang membentuk pengalaman seni; nilai estetis
media, hasil pengamatan terhadap sifat-sifat intrinsik bahan yang menimbulkan pengalaman seni.
evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada unsur ‘pembuatan keputusan’, sehingga
mengandung unsur subjektivitas; kegiatan yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gaya (seni rupa): disebut juga bentuk; ciri-ciri pengolahan bentuk objek pada karya; gaya figuratif menunjukkan penggambaran bentuk
yang dikenal.
gerak imajinatif: gerak yang dilakukan berdasarkan ide dan pengalaman pribadi.
gerak imitatif: gerak menirukan alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dengan apa adanya.
hipotesis: sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus diuji; anggapan
dasar.
improvisasi: melakukan gerak atau bunyi secara spontan untuk melahirkan sesuatu.
indikator pencapaian: tanda-tanda bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu, dan merupakan jabaran dari kompetensi
dasar tertentu.
indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk
menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi ‘kuis’, ‘pertanyaan lisan di kelas’, ‘ulangan harian’, ‘tugas individu’, ‘tugas
kelompok’, ‘ulangan akhir semester’, ‘ulangan kenaikan kelas’, ‘laporan kerja praktik’, ‘laporan praktikum’, ‘responsi’, ‘ujian praktik’,
‘ujian akhir’, dsb.; jenis kegiatan yang harus dilakukan olehsiswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
karakter: teater karakter menghubungkan gejolak batin dengan perbuatan lahiriah secara psikologis. Perbuatan lahiriah hanya penting
sejauh menghadapkan tokoh utama dengan masalah eksistensinya serta perkembangan ego.
keandalan tes: kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara
bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan peran
sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pokok yang memadai untuk menunjang penguasaan
kompetensi dasar maupun standar kompetensi.
kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu
objek.
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki.
kemampuan kognitif: kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kemampuan lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan SMU, meliputi lulusan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan
gerak fisik.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam silabus yang hendak diukur.
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kemampuan yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya tidak selalu memberikan ukuran yang
sebenarnya, atau penskorannya mempunyai tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukur
bervariasi, atau bahan yang diujikan tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran sebenarnya.
keterandalan alat tes: kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus
diukur.
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kemampuan minimum yang harus
dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk standar kompensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
komedi: bentuk teater yang bermaksud untuk menghibur para penonton dengan alur ringan dan biasanya berakhir dengan kebaikan
(happy ending), lawanya teater tragedi, teater kesedihan.
kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
komposisi: susunan bentuk yang memiliki kesatuan, keseimbangan, dan irama; karya cipa (misalnya untuk musik dan tari).
konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (kompetensi dasar, materi pokok dan pengalaman
belajar).
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.
media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi menjadi dwimatra dan trimatra.
monolog: seorang tokoh pada saat ketegangan emosional mengungkapkan isi hatinya dan dengan demikian menyajikan sebuah potret
diri yang jujur.
musikalisasi: membuat suatu karya sastra menjadi musik (contoh: musikalisasi puisi).
paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok komunitas.
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki
atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hirarkis: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang
paling dekat dengan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah tema.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
produktif: pembelajaran produktif, disebut juga pembelajaran praktek menunjukkan pembelajaran yang berkenaan dengan aspek
keterampilan.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai
bukti prestasi siswa, perkembangan siswa itu dalam kemampuan berpikir, pemahaman siswa itu atas materi pelajaran,
kemampuan siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu,
laporan singkat yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
reliabilitas (ajeg): kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan cara mengembangkan kompetensi dasar
menjadi indikator pencapaian kemampuan itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator kemampuan mata pelajaran yang bersangkutan,
yang hasilnya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan; susunan yang teratur dari
pandangan, teori, asas, dsb.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan
sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan “nilai” informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip
atau contoh konsep.
soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam silabus.
standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata
pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
teknik ujian: golongan ujian, yaitu ‘pertanyaan di kelas’, ‘kuis’, ‘ulangan harian’, ‘tugas pekerjaan rumah’ atau ‘ulangan akhir semester’.
teknik: cara mengolah bahan; menunjukkan jenis bahan (misalnya teknik cat minyak) atau cara mengerjakan karya seni rupa (misalnya
teknik pahat).
tema: juga disebut isi; objek atau masalah yang diketengahkan melalui karya seni.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja
tetapi memerlukan waktu yang mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kemampuan penempuh tes itu merupakan variabel yang mengikuti distribusi
normal.
tes nonobyektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subyektivitas pemberi skor.
tes obyektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subyektivitas pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang harus dipilih salah satu oleh penempuh tes
karena hanya salah satu dari jawaban-jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan
mengetahui kesulitan siswa, yang dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian berkesinambungan: ujian yang hasilnya dianalisis (misalnya materi apa yang belum dikuasai oleh siswa) dan hasil analisis itu
ditindaklanjuti.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kemampuan siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik.
validitas: kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.
Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mendefinisikan Menunjukkan
Menerapkan Membaca
Mengkonstrusikan Menghitung
Mengidentifikasikan Menggambarkan
Mengenal Melafalkan
Menyelesaikan Mengucapkan
Menyusun Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi
Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Perbedaannya
adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator
2 Menunjukkan apresiasi atas keragaman senirupa 2.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah
terapan di wilayah Nusantara dengan Nusantara.
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat 2.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik dan bahan karya seni rupa
dan budayanya.
terapan di wilayah Nusantara.
3 Berkreasi karya seni rupa terapan dengan 3.1 Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dua dan tiga dimensi di wilayah Nusantara
menggali dan mengembangkan gagasan kreatif berdasarkan fungsi.
dalam keragaman proses, teknik, prosedur, 3.2 Membuat karya seni rupa terapan Nusantara dua dan tiga dimensi di wilayah Nusantara
media, dan bahan dari seni rupa di wilayah berdasarkan fungsi.
Nusantara. 3.3 Memamerkan karya seni rupa terapan dua dan tiga dimensi sendiri yang dikembangkan
dari seni rupa Nusantara di kelas dan atau di sekolah.
4 Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, 2.1 Mengklasifikasi karya seni rupa di wilayah Nusantara dan mancanegara ke dalam
teknik, bahan, prosedur dan keahlian berkarya penggolongan seni rupa murni dan terapan.
seni rupa di wilayah Nusantara dan mancanegara 2.2 Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan terapan di wilayah Nusantara dan
dengan memperhatikan konteks kehidupan mancanegara.
masyarakat dan budayanya.
5 Menunjukkan apresiasi atas keragaman seni rupa 5.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah
terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara Nusantara dan mancanegara.
dengan memperhatikan konteks kehidupan 5.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni
rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.
masyarakat dan budayanya.
6 Berkreasi dan memamerkan karya seni rupa VI.1Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dan mancanegara dua dan tiga dimensi di
terapan dengan menggali dan mengembangkan wilayah Nusantara dan mancanegara berdasarkan fungsi dan corak.
gagasan kreatif atas keragaman proses, teknik, VI.2Membuat karya seni terapan Nusantara dua dan tiga dimensi di wilayah Nusantara dan
prosedur, media, dan bahan dari seni rupa mancanegara berdasarkan fungsi dan corak.
Nusantara dan mancanegara. VI.3Menerapkan karya seni rupa terapan dua dan tiga dimensi sendiri yang dikembangkan dari
seni rupa Nusantara dan mancanegara di kelas dan atau sekolah.
4 Mempresentasikan tanggapann tentang 4.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari Nusantara sesuai konteks masyarakat dan
keragaman seni tari Nusantara (seluruh wilayah budayanya.
Indonesia) deengan memperhatikan konteks 4.2 Mmengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari Nusantara sesuai konteks masyarakat
dan budayanya
masyarakat dan budayanya.
5 Mendeskripsikan empati keragaman tari 5.1 Mendeskripsikan unsur estetis tari Nusantara dari hasil pengamatan pertunjukan.
Nusantara. 5.2 Mengidentifikasikan keunikan tari Nusantara sesuai keragaman masyarakat dan
budayanya.
6 Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan 6.1 Mendeskripsikan gagasan ke dalam kreasi tari Nusantara.
kreatif dengan menggali keragaman materi dari 6.2 Menampilkan dan mempergelarkan kreasi sendiri dan orang lain secara individual dan
seni tari Nusantara. Kelompok.
7 Mempresentasikan tanggapan tentang 7.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari sesuai konteks masyarakat dan budayanya.
keragaman seni tari modern Nusantara dan 7.2 Mengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari modern Nusantara dan negara lain sesuai
mancanegara dengan memperhatikan konteks konteks masyarakat dan budayanya.
masyarakat dan budayanya.
8 Menunjukkan empati keragaman tari modern 8.1 Mengungkapkan unsur estetis tari modern Nusantara dan negara lain dari hasil
Nusantara dan negara lain. pengamatan petunjukan.
8.2 Menunjukkan keunikan tari modern Nusantara dan negara lain sesuai keragaman
masyarakat dan budayanya.
9 Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan 9.1 Menuliskan gagasan dalam berkreasi tari tradisi Nusantara.
kreatif dengan menggali keragaman materi dari 9.2 Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individual dan kelompok.
seni tari modern Nusantara dengan negara lain.
Seni Teater
1 Mempresentasikan tanggapan tentang 1.1 Mengidentifikasikan makna, peranan teater dalam konteks sosial budaya.]
keragaman seni tradisi Nusantara dengan 1.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater daerah setempat.
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya.
2 Mengidentifikasi empati atas keragaman teater 2.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis teater dan sastra daerah setempat dari hasil
tradisi Nusantara pengamatan pertunjukan.
2.2 Mendeskripsikan pesan moral dari pertunjukan karya teater tradisi Nusantara.
3 Merancang bentuk teater melalui pengembangan 3.1 Mengaplikasikan gagasan dalam pembuatan karya.
gagasan kreatif dengan menggali keragaman 3.2 Merancang karya teater berdasarkan gagasan seni tradisi Nusantara.
proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni
tradisi modern dan mutakhir Nusantara.
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4 Mementaskan teater tradisi Nusantara. 4.1 Merencanakan pementasan teater tradisi Nusantara.
4.2 Mempergelarkan teater tradisi Nusantara.
5 Mempresentasikan tanggapan tentang 5.1 Mengidentifikasikan makna dan peranan teater dalam konteks sosial budayanya.
keragaman seni tradisi, modern, dan Nusantara 5.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater Nusantara.
dan negara lain dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan budayanya.
6 Mengungkapkan empati atas keragaman teater 6.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis dari teater Nusantara dari hasil pengamatan
tradisi, modern, atau teater kontemporer pertunjukan.
Nusantara dan negara lain. 6.2 Mengidentifikasi simbol atau nilai filosofis penyajian teater tradisi, teater modern, dan atau
teater kontemporer Nusantara dan negara lain.
7 Menyusun medium dan bentuk teater melalui 7.1 Menuliskan gagasan dalam pembuatan karya teater modern.
pengembangan gagasan kreatif dengan menggali 7.2 Membuat karya teater modern berdasarkan gagasan seni teater tradisi Nusantara dan
keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan mancanegara.
materi dari seni tradisi modern Nusantara dan
negara lain.
8 Mementaskan teater modern Nusantara dan 8.1 Merencanakan penampilan karya teater modern Indonesia.
negara lain. 8.2 Mementaskan teater modern karya sendiri.
9 Mempresentasikan tanggapan tentang 9.1 Mengidentifikasikan makna dan peranan pertunjukan teater dalam konteks sosial
keragaman seni tradisi, modern, dan budaya.
kontemporer Nusantara dan negara lain dengan 9.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater Indonesia.
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya.
10 Mengungkapkan empati atas keragaman teater 10.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis teater dengan sastra teater Indonesia dari hasil
tradisi modern, kontemporer Nusantara dan pengamatan pertunjukan.
mancanegara. 10.2 Mendeskripsikan nilai-nilai moral dan nilai filosofis karya teater dan sastra teater
Indonesia dari hasil pengamatan pertunjukan.
11 Membuat bentuk teater melalui pengembangan 11.1 Mengaplikasikan gagasan dalam pembuatan karya teater total.
gagasan kreatif dengan menggali keragaman 11.2 Membuat karya teater total (tradisional, modern atau kontemporer) berdasarkan
proses, teknik, prosedur, media dan materi seni gagasan seni Nusantara dan mancanegara.
tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan
mancanegara.
12 Mementaskan bentuk teater total karya sendiri. 12.1 Membuat perencanaan karya teater total.
12.2 Menyajikan pertunjukan teater total.
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas. v
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. v v v
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal v v
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keterangannya atau ada v
hubungannya dengan masalah yang ditanyakan).
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v
C. RANAH BAHASA
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya. v v
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. v v
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta v v
didik.
Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas, kurang memberikan petunjuk tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah makna.
• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
• Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator.
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum lengkap) yang hanya
memerlukan tambahan kata yang merupakan jawaban/kunci.
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.
C. RANAH BAHASA
7. Rumusan kalimat komunikatif.
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta
didik.
Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas.
• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
• Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa.
B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan jawaban yang benar.
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus digarisbawahi atau dicetak lain.
11. Pilihan jawaban homogen.
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas benar" atau "tak satu jawaban di atas
yang benar" dan yang sejenisnya.
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang dan ada yang
sangat pendek.
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan.
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain.
C. RANAH BAHASA
17. Rumusan kalimat komunikatif.
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
Keterangan:
• Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan.
• Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat lebih dari satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak
homogen.
• Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.
Jumlah Jumlah %
Kompetensi Dasar Penguasaan Keterangan
Butir Betul Pencapaian
Mengidentifikasi fungsi dan peranan musik 4 3 75 Tuntas Menguasai sebagian besar kompetensi dalam
dalam konteks sosial budaya. mengidentifikasi makna dan peranan musik
dalam konteks sosial budaya.
NILAI
No.
Kompetensi Dasar K P A Komentar
KD
10 – 100 10 - 100 A/B/C
1.1. Mengidentifikasikan fungsi dan peranan 84 77 B Sudah kompeten, hanya tampilan perlu lebih
musik dalam kontek sosial budaya. dilatihkan.
1.2. Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan 82 75 B Sudah kompeten, hanya tampilan perlu lebih
musik daerah setempat. dilatihkan.
2.1. Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung 75 70 B Belum kompeten, dan tampilan perlu lebih
pada musik tradisi Nusantara. dilatihkan.
3.2. Membuat karya musik berdasarkan gagasan 81 75 C Sudah kompeten, hanya tampilan perlu lebih
seni tradisi Nusantara dilatihkan.
NILAI
No.
Kompetensi Dasar K P A Komentar
KD
10 – 100 10 - 100 A/B/C
3.3. Menyajikan pergelaran musik di kelas.
……………………
Nilai Rata-rata:
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
__________________ __________________
Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif
Komunikasi tertulis
Melaksanakan penelitian
Mengidentifikasi variabel
Potensi diri
Menghubungkan variabel
Makhluk Tuhan
Eksistensi diri
Kecakapan Hidup
Mengambil keputusan
Komunikasi lisan
Bekerjasama
Menggali informasi
Mengolah informasi
Merumuskan hipotesis
Memecahkan masalah
No.
Nama Siswa
Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:
1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Keterangan: K = Kuis
PR = Pekerjaan Rumah