Anda di halaman 1dari 3

Anatomi Kecerdasan Intelektual (1)

Senin, 07 Mei 2012, 21:00 WIB

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar Pertama kali, perlu kita jelaskan yang dimaksud dengan kata intelektual dalam tulisan ini bukanlah kecerdasan rasional atau kecerdasan logika seperti yang selama ini dipersepsikan oleh banyak tulisan yang berbahasa Indonesia. Kata intelek dalam bahasa Inggris (intellect) lebih banyak berada di dalam wilayah spiritual daripada ke wilayah rasional intelektual. Sama dengan kata akal dalam bahasa Indonesia lebih banyak berkonotasi sarana kecerdasan biologis. Padahal, kata akal dalam bahasa Arab ('aql) lebih banyak menjadi sarana kecerdasan rohani. Bahasa Indonesia populer telah mereduksi banyak istilah bahasa agama yang sangat penting. Kecerdasan intelektual memang tidak bisa dipisahkan dengan struktur otak manusia, tetapi sekali lagi, kesempurnaan struktur otak tidak berbanding lurus dengan kehebatan kecerdasan spiritual seseorang. Mungkin ada orang yang secara biologis sel-sel otak yang dimilikinya tergolong sempurna, tetapi belum tentu menjanjikan kecerdasan intelektual. Sebaliknya, ada orang yang tidak memiliki standar kecerdasan otak/ logika, tetapi memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Inilah yang dianalisis oleh para ahli spiritual modern, seperti William Chitik, SH Nasr, Osman Bakar, dan mendiang Saciko Murata. Anatomi kecerdasan intelektual ditentukan oleh banyak faktor, tidak terkecuali faktor kondisi objektif struktur otak manusia. Kenyataannya, menurut para ahli neorologi, otak manusia memang sangat berbeda dengan struktur otak binatang, termasuk struktur otak manusia kuno juga berbeda dengan struktur otak manusia modern. Rongga tengkorak manusia purba lebih kecil, lebih dekat kepada primata/ monyet. Sedangkan, manusia modern memiliki otak lebih besar. Lokus kecerdasan intelektual sejauh yang dapat diukur ialah aktivitas otak, dan inilah yang akan diungkap dalam tulisan ini. Otak adalah organ luar biasa dalam diri manusia sebagai ciptaan terbaik (ahsan taqwim). Otak salah satu tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang ada di dalam diri manusia. Berat otak manusia hanya sekitar 1,5 kg atau kurang lebih lima persen dari total berat badan manusia. Namun, benda kecil ini mengonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Pertumbuhan sel otak itu terjadi pada usia anak-anak. Ini mengingatkan kita betapa agung Alquran dan Hadis yang menyerukan perhatian khusus kepada anak-anak. Karena, di masa ini sangat menentukan masa depan dirinya sendiri.

Anatomi Kecerdasan Intelektual (2)


Senin, 07 Mei 2012, 22:22 WIB

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Semakin sering diaktifkan, semakin cerdas otak itu. Bahkan, otak yang jarang mendapatkan stimulus akan mempercepat matinya sel-sel otak dan putusnya jaringanjaringan otak itu.

Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 persen dan untuk orang jenius memakainya 5-6 persen. Sampai sekarang, para ilmuwan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 persen. Otak dapat dibagi menjadi otak kiri dan otak kanan. Otak kiri memiliki fungsi analisis dan otak kanan memiliki fungsi kreatif. Meskipun masih banyak ditentang, kalangan ilmuwan mengidentifikasi otak kiri sebagai otak feminin dan otak kanan sebagai otak maskulin. Walaupun terpisah, keduanya saling berhubungan secara fungsional. Kelainan akan terjadi manakala hubungan fungsional itu terganggu. Wilayah aktivitas otak juga dapat dibedakan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Wilayah pikiran sadar hanya sekitar 12 persen dan selebihnya (88 persen) adalah wilayah pikiran bawah sadar. Di antara kedua wilayah ini, ada garis pemisah yang disebut reticular activating system (RAT), yang berfungsi menyaring informasi tidak perlu atau berlebihan supaya kita tetap bisa waras. Di wilayah bawah sadar tersimpan semua ingatan dan kebiasaan, kepribadian, dan citra diri kita. Di dalam sistem otak kita ada suatu bagian yang disebut limbik (otak kecil), terletak di bawah tulang tengkorak di atas tulang belakang. Otak kecil ini ditemukan oleh para ilmuwan memiliki tiga fungsi, yaitu mengontrol emosi, mengontrol seksualitas, dan mengontrol pusat-pusat kenikmatan. Dari sini dapat dipahami bahwa otak dan emosi memiliki hubungan fungsional yang saling menentukan antara satu dan lainnya. Penelitian Rappaport di tahun 1970-an menyimpulkan, emosi tidak hanya diperlukan dalam penciptaan ingatan, tetapi emosi adalah dasar dari pengaturan memori. MacGregor dalam Piece of Mind menyebutkan, orang tidak akan pernah mencapai kesuksesan dalam bidang apa pun kecuali mereka senang menggeluti bidang itu. Jadi, untuk mengoptimalkan kecerdasan intelektual yang biasa disebut dengan accelerated learning, tidak dapat dicapai tanpa bantuan aktivitas emosional yang positif.

Anatomi Kecerdasan Intelektual (3-habis)


Monday, 07 May 2012, 23:03 WIB

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar Di dalam Alquran, kecerdasan intelektual dapat dihubungkan dengan beberapa kata kunci seperti kata 'aql (secara harfiah berarti mengikat), yang terulang sebanyak 49 kali dan tidak pernah digunakan dalam bentuk kata benda (ism), tetapi hanya digunakan dalam bentuk kata kerja (fi'il), yaitu bentuk fi'il madli sekali dan bentuk fi'il mudlari' 48 kali. Penggunaan kata 'aql dalam ayat-ayat tersebut pada umumnya digunakan untuk menganalisis fenomena hukum alam (seperti QS Al-Baqarah: 164) dan hukum-hukum perubahan sosial (seperti QS. Al-Ankabut: 43). Selain kata 'aql juga dapat dihubungkan dengan predikat orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual seperti kata ulil albab (orang-orang yang mempunyai pikiran) yang terulang sebanyak 16 kali. Seorang yang mencapai predikat ulil albab belum tentu memiliki kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, karena masih ditemukan beberapa ayat yang menyerukan kepada kaum ulil albab untuk bertakwa kepada Allah SWT (QS. Al-Maidah: 100 dan QS. Ath-Thalaq: 10). Namun, ulil albab juga dapat digunakan bagi pemilik IQ yang sudah menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi di balik kemampuan akal pikiran (QS. Al-Baqarah: 269) dan QS. Az-Zumar: 9). Dan, masih banyak lagi istilah yang mengisyaratkan aktivitas kecerdasan intelektual, yang kesemuanya itu dapat disimpulkan bahwa ontologi akal hanya terbatas pada objek-objek yang dapat diindera, kepada objek-objek yang

bersifat metafisika. Penguasaan kecerdasan intelektual bukan jaminan untuk memperoleh kualitas iman atau kualitas spiritual yang lebih baik, karena terbukti banyak orang yang cerdas secara intelektual tetapi tetap kufur terhadap Tuhan. Hal ini juga ditegaskan di dalam QS. Al-Baqarah ayat 75, "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya sedang mereka mengetahui?" Ayat ini mengisyaratkan bahwa kecerdasan intelektual terkadang digunakan untuk melegitimasi kekufuran. Padahal, idealnya kecerdasan intelektual digunakan untuk memperoleh kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Seorang ilmuwan yang arif tidak berhenti pada level kecerdasan intelektual, tetapi melakukan sinergi dengan kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Inilah makna simbol ayat pertama yang diturunkan dalam Alquran; iqra' bi ismi Rabbik. Membaca harus selalu dikaitkan dengan 'nama Tuhan'. Subhanallah, apa yang sudah lama disebutkan di dalam Alquran dan hadits semakin terungkap kebenarannya oleh sains modern. Kita berharap semakin besar prestasi sains dan teknologi semakin besar pula tingkat kesadaran intelektual dan pada saatnya manusia semakin tawadhu dan semakin dekat dengan Sang Khalik.

Anda mungkin juga menyukai