Anda di halaman 1dari 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah terletak di Kampung Sawah RW 08 Kelurahan Dadap. Kelurahan Dadap adalah Kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Kosambi Tangerang. Lokasinya bertempat di Posbindu RW 04 Kampung Sawah, Kelurahan Dadap - Tangerang. Keadaan perumahan di RW 04 cukup rapat terutama. Beberapa lansia bertempat tinggal di tepi jalan raya dan pinggiran kali dengan kondisi tempat tinggal yang cukup memprihatinkan yang kurang memadai untuk suatu tempat tingal sehat dan memiliki keadaan perekonomian mengengah kebawah (rendah). Hal ini dapat dilihat dari kondisi dan tata letak bangunan yang cukup padat, dekat dengan kali, pembuangan limbah pergudangan dan pabrik. Kondisi lansia di RW 04 sebagian dari mereka masih ada yang terpaksa harus bekerja misalnya; berjualan di warung atau pasar, tukang cuci, buruh, pemulung, nelayan, dan lainnya. Kegiatan kegiatan Posbindu disponsori oleh ibu RW Dalih Jabih dan dioperasionalkan oleh ibu-ibu PKK di RW 04 yakni Ibu Nana, dkk. tergolong baik karena mampu menjalani program program yang telah ditetapkan. Sehingga kegiatan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik.

85

86

4.1.2. Analisis Data Deskriptif 4.1.2.1. Umur Responden Berdasarkan Umur Responden, terdapat sebanyak 60 orang lansia yang berumur 60-74 tahun tinggal di RW 08 Kampung Sawah. Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa lansia yang berumur 60 tahun sebanyak 14 orang (23.33%), lansia yang berumur 61 tahun sebanyak 3 orang (5%), lansia yang berumur 62 tahun sebanyak 11 orang (18.33%), lansia yang berumur 63 tahun sebanyak 5 orang (8.33%), lansia yang berumur 64 tahun sebanyak 4 orang (6.67%), lansia yang berumur 65 tahun sebayak 7 orang (11.67%), lansia yang berumur 66 tahun hanya 1 orang (1.67%), lansia yang berumur 67 tahun sebanyak 4 orang (6.67%), lansia yang berumur 68 tahun sebanyak 2 orang (3.33%), lansia yang berumur 70 tahun sebanyak 5 orang (8.33%), lansia yang berumur 72 tahun hanya 1 orang (1.67%), dan lansia yang berumur 74 tahun sebanyak 3 orang (5%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lansia berumur 60 tahun. Tabel 4.1. Data Umur Lansia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 60 tahun 61 tahun 62 tahun 63 tahun 64 tahun 65 tahun 66 tahun 67 tahun 68 tahun 70 tahun 72 tahun 74 tahun Total Klasifikasi Umur Jumlah n (orang) 14 3 11 5 4 7 1 4 2 5 1 3 60 % 23.33 5 18.33 8.33 6.67 11.67 1.67 6.67 3.33 8.33 1.67 5 100

87

4.1.2.2.Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan tabel 4.2. diketahui sebanyak 45 orang (75%) lansia yang tidak sekolah, 15 orang (25%) lansia berpendidikan SD, lansia berpendidikan SMP SMA dan Perguruan Tinggi adalah (0%). Dalam data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak sekolah. Tabel 4.2. Data lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah No Tingkat Pendidikan n (orang) % 1 2 3 4 5 Tidak Sekolah SD SMP SMA PT Total 45 15 0 0 0 60 75 25 0 0 0 100

4.1.2.3. Gender (Jenis Kelamin) Responden Berdasarkan tabel 4.3. di ketahui sebanyak 6 orang (10%) lansia berjenis kelamin laki-laki dan 54 orang (90%) lansia berjenis kelamin perempuan. Dalam data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah responden perempuan lebih banyak. Tabel 4.3. Data lansia berdasarkan gender (Jenis Kelamin) No 1 2 Gender (Jenis Kelamin) Laki-laki Perempuan Total Jumlah n (orang) 6 54 60 % 10 90 100

88

4.1.2.4. Pekerjaan Responden Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa lansia yang tidak bekerja sebanyak 9 orang (15%), lansia yang sebagai buruh seperti kuli cuci, panggul, pabrik rumahan, dsb. sebanyak 8 orang (13.33%), lansia yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 4 orang (6.67%), lansia yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 1 orang (1.67%), lansia yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 orang (10%), lansia yang bekerja sebagai jasa seperti ojek, tukang cukur, penjahit, calo, dsb. sebanyak 9 orang (15%), lansia yang menjadi Ibu Rumah tangga sebanyak 16 orang (26.67%), dan lansia yang memiliki pekerjaan lain seperti pemulung sebanyak 7 orang (11.67%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tabel 4.4. Data Pekerjaan Lansia Jumlah Klasifikasi Pekerjaan n (orang) Tidak Bekerja 9 Buruh 8 Nelayan 4 Karyawan Swasta 1 Wiraswasta 6 Jasa (ojek, tukang cukur, dsb) 9 Ibu Rumah Tangga 16 PNS/ABRI/Polisi 0 Lainnya (pemulung 7 Total 60

% 15 13.35 6.67 1.67 10 15 26.67 0 11.67 100

4.1.2.5. Tingkat Penghasilan Pribadi Responden Berdasarkan tabel 4.5. diketahui sebanyak 25 orang (41.67%) lansia yang termasuk memiliki penghasilan pribadi, sebanyak 34 orang (56.67%) lansia yang termasuk tingkat penghasilan pribadi < Rp 1.000.000 , dan 1 orang (1.67%) lansia

89

yang termasuk tingkat penghasilan pribadi Rp 1.000.000 Rp 2.000.000. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk tingkat penghasilan < Rp 1.000.000 Tabel 4.5. Data Lansia berdasarkan Tingkat Penghasilan Pribadi Jumlah No Klasifikasi Penghasilan Pribadi n (orang) % 1 2 3 4 Tidak Berpenghasilan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 2.000.000 > Rp 2.000.000 Total 25 34 1 0 60 41.67 56.67 1.67 0 100

4.1.2.6. Tingkat Penghasilan Keluarga Responden Berdasarkan tabel 4.6. diketahui sebanyak 28 orang (46.67%) lansia yang termasuk memiliki penghasilan pribadi, sebanyak 25 orang (41.67%) lansia yang termasuk tingkat penghasilan pribadi < Rp 1.000.000, dan 7 orang (11.67%) lansia yang termasuk tingkat penghasilan pribadi Rp 1.000.000 Rp 2.000.000. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga responden termasuk tidak memiliki penghasilan Tabel 4.6. Data Lansia berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga Jumlah No Klasifikasi Penghasilan Keluarga n (orang) % 1 2 3 4 Tidak Berpenghasilan (kelas bawah) < Rp 1.000.000 (kelas bawah) Rp 1.000.000 Rp 2.000.000 (kelas menengah) > Rp 2.000.000 (kelas atas) Total 28 25 7 0 68 46.67 41.67 11.67 0 100

90

4.1.2.7. Pola Konsumsi Air dan Pangan A. Kebiasaan Pola Konsumsi Air dan Pangan Data skor kebiasaan pola konsumsi air dan pangan diperoleh dengan cara memberikan kuisioner kepada Lansia berumur 60 74 tahun yang berisiskan pernyataan pernyataan positif dan negatif. Dari hasil pengumpulan data terhadap responden yang dijadikan sampel ternyata memiliki variansi. Kebiasaan pola konsumsi air pada lansia mendominasi kopi sebagai minuman kesukaannya sebanyak 23 responden, air putih sebanyak 19 responden, teh manis sebanyak 9 responden, dan sisanya 9 responden menyukai minuman lainnya seperti susu, sirup, jus, minuman berenergi, minuman herbal, nektar, dan lainnya. Konsumsi air putih dalam seharinya rata rata mendominasi pada konsumsi 4 -3 gelas dalam sehari sebanyak 21 responden, 7 8 gelas dalam sehari sebanyak 19 responden, 5 6 gelas sehari sebanyak 15 responden, dan 5 responden mengkonsumsi 1 2 gelas sehari. Sumber air minum rata - rata berasal dari air PAM/PDAM dengan membeli air sebanyak 45 responden, dan sisanya menggunakan asal air kemasan, galon, dan air sumur. Kebiasaan pola konsumsi pangan untuk buah sebanyak 48 responden mengkonsumsi buah dan sisanya adalah tidak konsumsi atau menyukai dengan jenis buah rata rata seperti papaya, nanas, dan pisang. Pada konsumsi sayuran sebanyak 46 responden mengkonsumsi sayuran dan sisanya tidak konsumsi atau menyukai dengan jenis sayuran rata rata seperti kangkung, melinjo, labu, dan tauge. Jenis pengolahan yang dipilih rata rata dengan

91

teknik digoreng sebanyak 45 responden dan sisanya yakni memilih untuk jenis pengolahan ditumis dan direbus. Selain itu konsumsi obat generik atau obat warung didominasi sebanyak 51 responden dan sisanya mengkonsumsi jenis obat resep dokter dan minuman herbal atau tradisional. Distribusi frekuensi data skor minat melanjutkan ke Perguruan Tinggi dapat dilihat di bawah ini. Rentang skor 25, kelas interval 7, panjang kelas 4, skor rata rata 51.9 dan simpangan baku 32.70. Batas atas dan batas bawah serta frekuensi absolut dan relatifnya dapat dilihat pada tabel 4.7. sedangkan perhitungan modus, median, mean dan distribusi frekuensi dapat dilihat dalam gambar 4.1. Perhitungan distribusi frekuensi pola konsumsi air dan pangan pada lampiran 4. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Variabel X No 1 2 3 4 5 6 Kelas Interval 39 - 43 44 - 47 48 - 51 52 - 55 56 - 59 60 - 64 Batas Bawah Atas 38.5 43.5 47.5 51.5 55.5 59.5 43.5 47.5 51.5 55.5 59.5 64.5 Titik Frekuensi Tengah Absolut Relatif 41 45.5 49.5 53.5 57.5 62 4 6.67 9 15 13 21.67 20 33.33 12 20 2 3.33 = 60 =100%

92

Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Air dan Pangan


25 20 15 10 5 0 41 45.5 49.5 53.5 57.5 62

Gambar 4.1. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Air dan Pangan B. Food Recall 3 x 24 Jam Rata rata jumlah total air dalam food recall selama 3 hari sangat bervariasi diperoleh dari asupan minuman dan makanan. Total asupan air terbanyak diperoleh dari minuman seperti air putih, kopi dan teh. Air dari makanan rata rata diperoleh dari nasi, ikan, sayuran seperti bayam, kangkung dan labu, dan buah seperti pepaya dan jeruk. Total asupan air lansia laki laki umur 60 64 tahun yaitu 2.300 ml dan > 65 tahun yaitu 1.500 ml. sedangkan untuk lansia perempuan 60 64 tahun yaitu 2.000 ml dan > 65 tahun yaitu 1.500 ml. Total air dikonversikan dalam persentase terdiri dari empat tingkatan, yaitu tingkatan 1 (100 80%), tingkatan 2 (79 60%), tingkatan 3 (59 40%), dan tingkatan 4 (< 39%). Untuk tingkatan 1 berjumlah 2 orang, tingkatan 2 sebanyak 10 orang, pada tingkatan 3 berjumlah 45 orang, dan tingkatan 4 sebanyak 3 orang. Berdasarkan data pada tabel 4.8. di bawah ini dapat diketahui bahwa total air dalam persentase selama 3 hari terbanyak pada tingkatan 3 yakni (59 40%).

93

Tabel 4.8. Data Tingkatan Asupan Air Berdasarkan Food Recall Jumlah No Klasifikasi Tingkatan n (orang) % 1 2 3 4 Tingkatan 1 (100 80%) Tingkatan 2 (79 60%) Tingkatan 3 (59 -40%) Tingkatan 4 (< 39%) Total 2 10 45 3 60 3.33 16.67 75 5

4.1.2.8. Tingkat Dehidrasi A. Tanda Tanda Fisik Dehidrasi Data skor tanda tanda fisik dehidrasi diambil dari kuesioner pada responden. Status kesehatan merupakan salah satu butir soal tingkat dehidrasi karena ada beberapa penyakit yang berkaitan dengan status dehidrasi seperti hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan ginjal, diare, kontipasi, infeksi saluran kemih, dan sebagainya. Status kesehatan berdasarkan data yang diperoleh rata rata responden pernah atau sedang dalam menderita penyakit penyakit tersebut. Data tanda tanda fisik dehidrasi pada butir haus berat menunjukkan 47 responden mengalami dan 13 responden tidak mengalami. Pada butir cepat lelah menunjukkan 44 responden mengalami dan 16 responden tidak mengalami. Untuk butir soal kulit kering sebanyak 25 responden mengalami dan 35 responden tidak mengalami. Pada butir soal bibir kering sebanyak 31 responden mengalami dan 29 responden sebaliknya. Pada butir soal

94

tenggorokan kering sebanyak 41 responden mengalami dan 19 responden sebaliknya. Pada butir soal gejala pusing menunjukkan 48 responden mengalami dan 12 responden sebaliknya. Selanjutnya pada butir soal lemah sebanyak 17 responden mengalami, dan 33 responden sebaliknya. Lalu pada butir soal keram otot menghasilkan 44 responden mengalami dan 16 responden sebaliknya. Pada butir soal muntah dan buang air besar terus menerus menunjukkan 5 responden mengalami dan 55 responden sebaliknya. Untuk butir soal ini tidak ada responden yang mengalami kejang. Pada butir terakhir yakni pingsan hanya 1 responden yang mengalami. Dari data yang terkumpul diperoleh rentang nilai 30, nilai rata rata sebesar 47.36, kelas interval 7, panjang kelas 04, dan simpangan baku sebesar 265.09. Batas atas dan batas bawah kelas interval serta frekuensi dan kelas absolut dan relatifnya dapat pada tabel 4.9. Perhiungan modus, median, mean dan distribusi frekuensinya dapat dilihat dalam gambar 4.2. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5. Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Variabel Y No 1 2 3 4 5 6 7 Kelas Interval 14 - 19 20 - 25 26 - 29 30 - 33 34 - 37 38 - 41 42 - 45 Batas Bawah Atas 13.5 29.5 25.5 29.5 33.5 37.5 41.5 19.5 255 29.5 33.5 37.5 41.5 45.5 Titik Frekuensi Tengah Absolut Relatif 41.5 47.5 53.5 59.5 65.5 39.5 43.5 8 13.33 42 70 8 13.33 0 0 0 0 0 03.33 2 1.5 = 60 = 100%

95

Distribusi Frekuensi Tingkat Dehidrasi Pada Lansia


50 40 30 20 10 0 41.5 47.5 53.5 59.5 65.5 39.5 43.5

Gambar 4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Tingkat Dehidrasi pada Lansia B. Pengukuran Skala Warna Urin Pengukuran skala urin dilakukan untuk mengetahui tingkatan dehidrasi seseorang. Ada 8 skala urin yang menunjukan warna urin seseorang. Skala tersebut dikalsifikasikan menjadi empat tingkatan. Tingkatan 1 (skala 1 2) yakni menyatakan responden terhidrasi normal, tingkatan 2 (skala 3 4) yakni menyatakan responden mengalami dehidrasi ringan, tingkatan 3 (skala 5 6) yang menyatakan responden mengalami dehidrasi sedang, dan tingkatan 4 (7 8) yang menyatakan responden mengalami dehidrasi berat. Untuk tingkatan 1 berjumlah 2 orang, tingkatan 2 sebanyak 10 orang, pada tingkatan 3 berjumlah 45 orang, dan tingkatan 4 sebanyak 3 orang. Berdasarkan data pada tabel 4.10. di bawah ini dapat diketahui bahwa terbanyak pada tingkatan 3 (skala 5 6) yang berumlah sebanyak 45 orang yakni mengalami dehidrasi sedang.

96

Tabel 4.10. Data Tingkatan Dehidrasi Berdasarkan Skala Warna Urin Jumlah No Klasifikasi Tingkatan n (orang) % 1 2 3 4 Tingkatan 1 (100 80%) Tingkatan 2 (79 60%) Tingkatan 3 (59 -40%) Tingkatan 4 (< 39%) Total 2 10 45 3 60 3.33 16.67 75 5

4.1.3. Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Instrumen data pola konsumsi pangan dan air terhadap tingkat dehidrasi sebelumnya telah diuji validitasnya oleh dosen ahli. Untuk mengetahui tingkat keterandalan instrumen tersebut maka perlu diuji reliabilitasnya pada setiap butir soal. Kuesioner diberikan pada responden dan diisi berdasarkan data yang sebenarnya. Jumlah responden adalah 60 sampel, untuk data skor pola konsumsi air dan pangan memiliki 20 butir soal yang memiliki rentang skor 1 79 dan data skor tingkat dehidrasi sebanyak 14 butir soal yang memiliki rentang nilai 47. Data pola konsumsi air dan pangan terhadap tingkat dehidrasi dikonversikan untuk butir soal ganjil sebagi X dan butir soal genap sebagai Y (Lampiran 6). Pada data pola konsumsi setelah dihitung dalam uji reliabilitas pada 60 responden menghasilkan jumlah pada skor X sebanyak 1588 dan skor Y sebanyak 1526 sehingga total jumlah skor 3114. Kemudian dikonversikan pada rhitung menghasilkan nilai 0.802, menurut kriteria tingkat koefisien variabel diinterprestasikan reliabel dan tinggi. Pada data kuesioner tingkat dehidrasi menghasilkan jumlah pada skor X sebanyak 776 dan skor Y sebanyak 637

97

sehingga total jumlah skor 1413. Kemudian dikonversikan pada rhitung menghasilkan nilai 0.89, menurut kriteria tingkat koefisien variabel

diinterprestasikan reliabel dan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pola Konsumsi Air dan Pangan Terhadap Tingkat Dehidrasi pada Lansia Variabel Pola Konsumsi Air dan Pangan Tingkat Dehidrasi N 60 60 r hitung 0.802 0,89 Interpretasi Tinggi Tinggi Kesimpulan Reliabel Reliabel

Berdasarkan kriteria pengujian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang diperoleh reliabel sehingga instrumen dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya (perhitungan lihat lampiran 7)

4.1.4. Hasil Uji Persyaratan Statistik 4.1.4.1. Uji Normalitas Lilliefors Setelah data diketahui frekuensi dan deskriptif statistiknya, kemudian untuk data normalitas distribusi datanya menggunakan uji Lilliefors untuk membuktikan data dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap dua variabel yaitu pola konsumsi air dan pangan terhadap tingat dehidrasi jumlah sampel sebanyak 60 lansia. Teknik pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikansi = 0,05. Kriteria pengujian sebagai berikut : Menerima Ho jika

98

nilai hitung lebih kecil daripada nilai tabel dan menolak Ho jika Nilai hitung lebih besar daripada nilai tabel. Uji normalitas pola konsumsi air dan pangan menghasilkan Lo sebesar 8.34, dan uji normalitas untuk tingkat dehidrasi menghasilkan Lo sebesar 8.701 serta nilai kritik L pada taraf signifikansi 0,05 dengan besar sampel 60 adalah 0,114. Hasil pengujian ini memberikan arti bahwa populasi berdistribusi tidak normal (lihat lampiran 8). Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Uji Normalitas No 1 2 Data X Y L Hitung 8.342 8.701 L Tabel 0,114 0,114 Kesimpulan Tidak Normal Tidak Normal

4.1.4.2. Uji Linieritas Pengujian Linieritas regresi dimaksudkan untuk memperkirakan hubungan yang terjadi antara variabel X dan variabel Y. Untuk menguji linieritas regresi, peneliti menggunakan tabel analisis variansi untuk regresi sederhana. Dari hasil pengujian data diperoleh F
hitung

sebesar 0.388 dan F

tabel

2.07 (perhitungan, tabel

persiapan XY dan grafik regresi linier, sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikian Ho diterima, berarti persamaan regresi = 2.55 + 1.55X adalah berbentuk linier (Lampiran 9). Atau dapat disusun dalam tabel sebagai berikut:

99

Tabel 4.9.13. Hasil Perhitungan Analisis Uji Linieritas Sumber Variasi Total Koefisien (a) Regresi (b/a) Sisa Tuna Cocok Gallat dk 60 1 1 58 18 40 JK
34529

JKT
34529

Fh

Ft

65.57 1187.28 176.58 1010.7

65.57 20.47 9.81 25.27

0.388

2.07

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data pola konsumsi air dan pangan terhadap tingkat dehidrasi pada lansia adalah linier karena F hitung < F tabel.

4.1.4.3. Uji Korelasi Spearman Rank Data yang bersifat tidak berdistribusi normal adalah pola konsumsi air dan pangan terhadap tingkat dehidrasi pada lansia. Sehingga data tersebut dilakukan uji korelasi Spearman Rank, untuk mengetahui seberapa kuat korelasi (rs) antara variabel x dan y. Selanjutnya dianalisis dengan Z hitung = yang mana nilai ini lebih besar dari nilai Z tabel = (pada taraf signifikan 5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan pola konsumsi air dan pangan terhadap tingkat dehidrasi pada lansia. Perhitungan harga koefisien menggunakan rumus korelasi spearman rank sebesar 0,8. Jika 1- rs 1 adalah korelasi sempurna, sehingga perhitungan harga koefisien tersebut menunjukkan korelasi sempurna. (Tabel Persiapan Korelasi dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14).

100

4.1.4.4. Pengujian Hipotesis Statistik Untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Z, diperoleh Zhitung sebesar 1.38 dan Ztabel sebesar 0.364 (perhitungan pada lampiran 15). Dengan demikian Z
hitung

> Z

tabel,

maka Ho

ditolak, berarti terdapat hubungan positif antara variabel X dan variabel Y.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data lansia menurut umur terdapat sebanyak 60 orang lansia yang berumur 60-74 tahun tinggal di RW 08 Kampung Sawah Dadap Tangerang. Data lansia menurut tingkat pendidikan, diketahui bahwa sebagian besar 45 orang (75%) lansia yang tidak sekolah. Berdasarkan data lansia menurut gender, diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 54 orang (90%) lansia berjenis kelamin perempuan. Data lansia menurut pendapatan pribadi, diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 34 orang (56.67%) lansia yang termasuk tingkat penghasilan pribadi < Rp 1.000.000. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar lansia adalah menjadi Ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (26.67%) Kebiasaan pola konsumsi pangan untuk buah sebanyak 48 responden mengkonsumsi buah dan sisanya adalah tidak konsumsi atau menyukai dengan jenis buah rata rata seperti papaya, nanas, dan pisang. Pada konsumsi sayuran sebanyak 46 responden mengkonsumsi sayuran dan sisanya tidak konsumsi atau menyukai dengan jenis sayuran rata rata seperti kangkung, melinjo, labu, dan tauge. Jenis pengolahan yang dipilih rata rata dengan teknik digoreng sebanyak 45 responden dan sisanya yakni memilih untuk jenis pengolahan ditumis dan

101

direbus. Selain itu konsumsi obat generik atau obat warung didominasi sebanyak 51 responden dan sisanya mengkonsumsi jenis obat resep dokter dan minuman herbal atau tradisional. Rata rata jumlah total air dalam food recall selama 3 hari sangat bervariasi diperoleh dari asupan minuman dan makanan. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa total air dalam persentase selama 3 hari terbanyak pada tingkatan 3 yakni (59 40%). Data tanda tanda fisik dehidrasi pada butir haus berat, cepat lelah, kulit kering, bibir kering, tenggorokan kering, gejala pusing, lemah, dan keram otot sebagian besar responden mengalami tanda tanda tersebut. Sedangkan pada butir soal seperti kejang dan pingsan hanya 1 orang. Pengukuran skala urin dilakukan untuk mengetahui tingkatan dehidrasi seseorang. Tingkatan 1 (skala 1 2) yakni menyatakan responden terhidrasi normal, tingkatan 2 (skala 3 4) yakni menyatakan responden mengalami dehidrasi ringan, tingkatan 3 (skala 5 6) yang menyatakan responden mengalami dehidrasi sedang, dan tingkatan 4 (7 8) yang menyatakan responden mengalami dehidrasi berat. Sebagian besar responden pada tingkatan 3 (skala 5 6) yang berumlah sebanyak 45 orang yakni mengalami dehidrasi sedang. Uji normalitas pola konsumsi air dan pangan menghasilkan Lo sebesar 8.34, dan uji normalitas untuk tingkat dehidrasi menghasilkan Lo sebesar 8.701 serta nilai kritik L pada taraf signifikansi 0,05 dengan besar sampel 60 adalah 0,114. Hasil pengujian ini memberikan arti bahwa populasi berdistribusi tidak normal. Untuk menguji linieritas regresi, peneliti menggunakan tabel analisis variansi untuk regresi sederhana. Dari hasil pengujian data diperoleh F hitung

102

sebesar 0.388 dan F tabel 2.07. Sehingga F hitung < F tabel. Dengan demikian Ho diterima, berarti persamaan regresi = 2.55 + 1.55X adalah berbentuk linier. Perhitungan harga koefisien menggunakan rumus korelasi spearman rank sebesar 0,8. Untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Z, diperoleh t hitung sebesar 1.38 dan t tabel sebesar 0.364. Berdasarkan hasil analisis data telah diketahui adanya hubungan positif pola konsumsi air dan pangan terhadap tingkat dehidrasi pada lansia. Hal ini dibuktikan oleh hasil perhitungan dimana Z hitung > Z tabel . Disini dapat disimpulkan terdapat hubungan pola konsumsi air dan pangan terhadap tingkat dehidrasi. Tinggi atau rendahnya tingkatan dehidrasi berkorelasi erat dengan tinggi atau rendahnya pola konsumsi air dan pangan.

Anda mungkin juga menyukai