SUB TOPIK Kompresi bimanual internal dan eksternal; kompresi aorta; manual plasenta
REFERENSI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. JPPK-KR. 2004. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. USAID. .Jakarta. Sastrawinata.S, 1983, Obstetri Fisiologis, Eleman, Bandung Mochtar.R, 1998, Sinopsis Obstetri, Buku Kedoktern EGC, Jakarta Cunningham, dkk. 2006. Obstetri Williams edisi 21. EGC : Jakarta. Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Buku Asuhan Intrapartum , Jakarta. 2003 Llewellyn, Derek & Jones. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. 8. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBP-SP : Jakarta. Hal 4550 9. DEPKES RI, MNH, JNPK-KR. 2007. Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta 10. Januadi E, Judi. 2002. Mempersiapkan Persalinan Sehat. Puspa Swara : Jakarta 11. Mander. R. 2003. Nyeri Persalinan. EGC : Jakarta 12. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku Asuhan Antenatal. Jakarta
Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan secara obstetrik (menyatukan kelima hujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Gambar: Kompresi Bimanual Internal Sumber: Gabbe et al, 1991. e. Evaluasi keberhasilan: i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala empat.
ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang
perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.
iii.
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal. kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan. Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Jangan
berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah. 3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. Alasan: Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan dapat dipakai untuk transfusi darah(jika perlu). Oksitosin secara IV cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama perdarahan. 4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI. Alasan: KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi 5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah. 6. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan. a. menit. b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam. c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10
Bila kompresi sulit untuk dilakukan secara terus menerus maka lakukan pemasangan tampon padat utero-vaginal, pasang gurita ibu dengan kencang dan lakukan rujukan. Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik. PROSEDUR SEMENTARA ALTERNATIF - pada kondisi dimana rujukan tidak memungkinkan dan semua upaya menhentikan perdarahan tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan maka alternative yang mungkin dapat dilakukan adalah: H. PEMASANGAN TAMPON UTEROVAGINAL 1. Atur ibu dalam posisi litotomi 2. lakukan tindakan aseptic-aseptik pada vulva dan vagina 3. Pasang Spekulum bawah dan atas, presentasikan porsio dengan baik 4. Jepit bibir dengan porsio dengan klem ovum, minta asisten untuk menahan furdus uteri dengan telapak tangan. 5. Jepit bagian tengah kasa gulung (panjang) dengan kocher panjang dan minta asisten anda untuk memegang kocher tersebut, kemudian dekatkan ujung kasa di depan vulva. 6. Pegang klem ovum dengan tangan kiri, naikkan bibir dengan porsio (hingga kanalis servisis tampak dengan jelas) kemudian masukkan ujung kasa ke dalam uterus hingga mencapai furdus. 7. Jepit kembali kasa yang berada di dekat porsio kemudian dorongkan kembali ke dalam kavum uteri (perhatikan juluran kasa agar tidak mengenai bagianbagian terbuka dari tubuh ibu maupun penolong) 8. lekukan berulang kali hingga semua kavum uteri dan vagina dipenuhi oleh kasa (lakukan penyambungan dengan kasa baru apabila kavum uteri belum penuh) 9. Sisakan 15 cm kasa bagian ujung, untuk ekstraksi kemudian. Pasang keteter menetap apabila kasa didalam vagina, menekan uterus. 10. Lakukan kompresi luar dengan jalan memasang gurita kencang pada perut ibu. 11. Segera keluarkan tampon apabila perdarahan masih telah sangat berkurang. - Pastikan pemberian infuse dan uterotonika tetap diberikan. - Beri antibiotika kombinasi (ampisilin 3x1 g dan metronidazol 3 x 500 mg) - Tampon tidak boleh lebih dari 24 jam I PENCEGAHAN INFEKSI PASCATINDAKAN J. PERAWATAN LANJUTAN 1. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 10 menit dalam 2 jam 2. tuliskan intruksi perawatan lanjutan. Buat catatan kondisi pasien dan pemantauan pasca tindakan 3. jelaskan pada yang merawat tentang pengobatan yang diberikan, jadwal Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
MANUAL PLASENTA
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Gambar: melepaskan plasenta dari tempat implantasinya Sumber: Danforths Obstetrics & Gynecology, 1999
10
2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai 3. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat 4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri 5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta 6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat) Melepas plasenta dari dinding uterus
11
tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan Mengeluarkan plasenta 9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal 10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah) 11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan Pencegahan infeksi pascatindakan 12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan 13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir 15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering Pemantauan pascatindakan 16. Periksa kembali tanda vital ibu 17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan 18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan 19. Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan 20. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung
12
EVALUASI
1. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam .......detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri: a. 5 detik b. 10 detik c. 15 detik d. 20 detik Jawab C 2. Melakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual, merupakan teknik: a. Kompresi bimanual interna b. Kompresi bimanual eksterna c. Manual plasenta d. Episiotomi Jawab B
3. Tindakan untuk melepas plasenta dengan menggunakan tangan dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri, merupakan:
a. Kompresi bimanual interna b. Kompresi bimanual eksterna c. Manual plasenta d. Episiotomi Jawab C 4. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi. a. b. c. Kompresi bimanual interna Kompresi bimanual eksterna Manual plasenta
13
d.
Episiotomi Jawab A 5. Pencegahan infeksi pascatindakan, kecuali: a. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan b. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit c. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dalam waskom d. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering Jawab C