Anda di halaman 1dari 11

Akmaluddin Rachim

1. Aspirasi pembentukan daerah khususnya pemekaran daerah pada tahun-tahun terakhir sangat banyak diajukan oleh masyarakat daerah, tetapi disisi lain pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan untuk sementera memoratorium aspirasi tersebut. a. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya pemekaran daerah di Indonesia, Jelaskan! Jawaban : Masalah pemekaran daerah merupakan konsekuensi dari Otnomi Daerah. Grand Design Otonomi Daerah harus menjawab segala tantangan yang akan timbul selanjutnya. Pemekaran daerah salah satu tantangan dari Otonomi Daerah. Yang menjadi tantangan sekarang adalah banyaknya daerah yang ingin melakukan pemekaran daerah namun tak diimbangi dengan berbagai peningkatan; seperti peningkatan sumber daya manusia, peningkatan, peningkatan infrastruktur, pelayanan kesehatan dan lain-lain sebagainya. Menurut pendapat penulis, penyebab terjadinya pemekaran daerah ada 7 faktor yaitu : Pertama, tuntunan zaman. Zaman telah berganti sedemikian cepatnya membawa pengaruh pada segala yang ada dibumi ini termasuk perubahan iklim. Zaman berganti maka pola pikiran manusia pun semakin lama semakin cerdas dan bijak. Pemekaran Daerah adalah satu faktor yang ditimbulkan oleh perubahan zaman. Zaman telah semakin canggih, zaman telah dihidupi dengan berbagai macam teknologi. Maka mau tak mau individu, orang-perorangan, kelompok masyarakat pun pola pemkirannya berubah. Daerah-daerah yang dulunya tertinggal sekarang juga memiliki keinginan untuk maju. Lewat prosedur pemekaran daerah, daerah yang dulunya tertinggal mempunyai impian untuk membentuk daerah baru. Yang paling sering terjadi adalah pemekaran daerah yaitu pada tingkat kabupaten/kota Kedua, era reformasi. Peristiwa 1998 merupakan awal baru dimana kran demokrasi terbuka. Tuntutan para demonstran agar terbebas dari KKN, penegakan hokum, percepatan pembangunan merupakan faktor dimana era reformasi diteriakkan. Tangan besi dari rezim orde baru tak mampu menahan gejolak dari suara rakyat, suara tuhan. Maka setelah itu pemekaran daerah mulai suarakan oleh pemilik daerah yaitu rakyar setempat. Ketiga, konsepsi otonomi daerah. Otonomi Daerah dengan asas desentralisasi-nya yang memberikan kewenagan penuh kepada daerah untuk mengurusi segala urusan rumah tangganya. Penghuni rumah tangga setempat kalau sudah mulai ada yang namanya perpecahan, penghuni rumah tangga yang mulai tak akur maka mau tak mau solusi tercepatnya adalah perpisahan atau pindah rumah. Pemekaran daerah terjadi terkadang karena faktor kecemburuan ekonomi, sosial, politik terhadap pemerintah yang mempunyai kewenangan yang dimilikinya. Ketika misalnya ditingkat provinsi, pemerintah pusat berada di daerah A misalnya yang memiliki
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

luas wilayah sampai pada daerah L. namun kondisi pembangunan, pelayanan masyarakat, pendidikan pada daerah L tidak berimbang dengan kondisi daerah B, D, E, F. maka daerah L bisa saja mempengaruhi daerah disekitarnya untuk buat rumah baru dengan cara pemekaran daerah. Grand design otonomi daerah sampai sekarang ini belum memiliki konsep yang jelas. Banyaknya daerah yang memiliki keinginan untuk melakukan pemekaran karena konsep dari otonomi daerah itu belum jelas. Otonomi yang katanya memberikan kewenagan luas kepada daerah ternyata masih memiliki intervensi dari pusat. Keempat, selanjutnya disebabkan oleh faktor kekuasaan(the will power) keinginan/kehendak untuk berkuasa dalam artian negative merupakan diantara faktor terjadinya pemekaran. Dari pengamatan saya, sekarang ini sudah terlalu banyak orang pintar didaerah namun kepintaranya tak diimbangi dengan moral. Orang yang memiliki kepintaran tersebutlah yang menjadi provokator untuk mengadakan pemekaran daerah. Kelima, faktor pemekaran daerah selanjunnya adalah kurangnya pengelolan yang baik terhadap daerah yang memilik batas wilayah sangat luas. Banyak daerah yang memiliki luas wilayah sangat besar tak mampu dikelola dengan baik sehingga menimbulkan kecumburan

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pemekaran. Pemekaran daerah juga terkadang menimbulkan konflik dan pangkalnya adalah menimbulkan korban jiwa. Kebijakan pemerintah yang untuk sementara waktu memoratorium aspirasi pemekaran daerah menurut saya sudah tepat dengan berbagai pertimbangan namun ada perlawanan dari berbagai kubu, diantaranya Wakil Ketua Komisi II Ganjar Pranowo mengatakan, istilah moratorium tak dikenal dalam ketentuan perundang-undangan menyangkut pemekaran wilayah. "Kita jangan setengah-setengah. Otonomi daerah yang sudah berjalan jangan ditarik lagi ke nuansa sentralistik," kata Ganjar, dalam jumpa pers di Gedung DPR1 b. Bagaiman analisa saudara terhadap dampak pemekaran daerah, Jelaskan Jawaban : dampak pemekaran daerah saat ini sangat buruk. Itu terjadi karena konsepsi mengenai otonomi daerah belum jelas. Kemiskinan yang terjadi pada rakyat karena dampak pemekaran merupakan karena salah seting mengenai konsep otonomi. Dampak dari pemekaran lebih cenderung pada sisi negative seperti men-suburkan praktek korupsi. Pemberantasan korupsi yang masih tersentral pada pusat menjadi kendala dalam pemekaran. Adanya pemekaran akan mensuburkan praktek KKN karna penegakan hokum dibidang itu belum tersentuh hingga sampai pada daerah terkecil. Kalau kita membaca media cetak mengenai pemekaran, maka yang timbul dibenak kita adalah kalau begitu ga usah ada pemekaran pemekaran akan melibatkan juga pada sumber APBN. Adanya daerah baru berarti anggaran mengenai dearah baru yang dianggarkan ulang dan itu menimbulkan pengeluaran
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

Negara lagi. Pemekaran daerah juga berdampak pada system perpolitikan kita. Pemekaran daerah akan mempengaruhi lonjakan kursi pada DPRD. Akan banyak lagi dampak yang ditimbulkan dari pemekaran daerah. Jadi singkat kata kali ini, mengenai kebijakan moratorium pemekaran daerah sudah tepat dengan berbagai alasan pertimbangan. Pemekeran daerah akan baik jika diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia, peningkatan infrastuktur dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai gambaran, pemekaran dinilai belum dapat menggerakkan ekonomi dan memberikan kesejahteraan dan pelayanan yang lebih baik kepada rakyat. Padahal, pada setiap penambahan satu wilayah baru, ada uang negara yang keluar, baik untuk pembangunan gedung maupun infrastruktur. 2. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Bagaimana analisa saudara tentang pengaturan dana perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada era Otonomi Daerah saat ini, Jelaskan Jawaban : lagi-lagi permasalahan mengenai Otonomi Daerah makin kebablasan. Kebablasan itu bisa kita jumpai pada pengaturan mengenai dana perimbangan. Hubungan antara pusat dan daerah memang selalu tak akur. Dalam konsep otonomi hubungan antara kewenangan dan daerah memang selalu menemui jalan buntu. Dana perimbangan sebagai contohnya. Pemekaran daerah baru akan memerlukan pendanaan awal. Inti dari permasalahan mengenai dana perimbangan adalah dipangkasnya anggaran kepada daerah. Ini terjadi karena terkadang ada daerah yang memiliki utang yang sangat besar kepada pusat. Langkah tegas pemerintah pusat itu memang pantas dilakukan karena tunggakan utang daerah untuk 2005 saja sudah mencapai Rp60 triliun lebih. Sebuah jumlah yang tergolong sangat besar dan jelas membuat gusar pemerintah pusat. Tidak bisa dimungkiri bahwa otonomi telah membuat banyak daerah berbuat seenaknya saja, bahkan tidak sedikit merasa menjadi Negara dalam negara. Banyak daerahyang tidak lagi menaruh hormat kepada pusat. Otonomi boleh dibilang baru sukses sebatas memindah kan kelembagaan dan aparatpemerintahan ke daerah-daerah pemekaran. Namun, gagal dalam mentransformasikan rakyat ke arah yang lebih baik dan berkecukupan. Yang terlihat justru transformasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Menilap uang negara sekarang bukan lagi milik pejabat dintingkat pusat, melainkan juga di tingkat daerah. Banyak pejabat eksekutif ataupun legislatif daerah yang kini tengah diadili. Karena itu, langkah pemerintah pusat yang mengancam akan memotong DAU selayaknya dipandang sebagai stimulus bagi peningkatan kinerja pemerintah daerah. Yang perlu digarisbawahi, penggunaan instrumen fiskal seperti pemotongan DAU untuk mengikat kepatuhan daerah semestinya memiliki landasan hukum yang kuat dalam bentuk undang-undang. Tidak sebatas pada peraturan menteri keuangan. Penyebabnya UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah hanya mengatur soal penundaan penyaluran
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

dana perimbangan dan bukan pemotongan DAU. Penegasan dan penempatan pasal sanksi pemotongan dana dalam undang-undang dibutuhkan agar ada pijakan hukum yang kuat. Jangan sampai pemerintah pusat dibikin malu karena kalah bersengketa di pengadilan 3. a. Apa urgensi pemeilihan kepala daerah secara langsung maupun tidak langsung. Jawaban : b. Bagaimana pendapat saudara mengenai wacana pelaksanaan pemilu kepala daerah akan dikembalikan pada model lama dengan pemilihan secara tidak langsung (dipilih oleh DPRD) jawaban : 4. Bagaimana bentuk dan jenis serta pelaksanaan pengawasan Pemerintah Pusat terhadap pelaksanaan pemerintahan daerah dalam kerangka Otonomi Daerah berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah? Jawaban : Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di Daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam rangka pembinaan oleh Pemerintah, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masingmasing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi serta oleh gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten/kota. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pengawasan yang dilaksanakan oleh Pemerintah terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan utamanya terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan daerah, Pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara sebagai berikut : 1. Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah (RAPERDA), yaitu terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda provinsi, dan oleh Gubernur terhadap Raperda kabupaten/kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal. 2. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termasuk dalam angka 1, yaitu setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk provinsi dan Gubernur untuk kabupaten/kota untuk memperoleh klarifikasi. Terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah apabila diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara pemerintahan daerah tersebut. Sanksi dimaksud antara lain dapat berupa penataan kembali suatu daerah otonom, pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan daerah baik peraturan daerah, keputusan kepala daerah, dan ketentuan lain yang ditetapkan daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Jenis-jenis pengawasn 1. Pengawasan Preventif Arti harfiah : pengawasan yg bersifat mencegah, artinya menjaga jgn smp suatu kegiatan itu terjerumus pada kesalahan. pengawasan yg bersifat mencegah agar pemda tdk mengambil kebijakan yg bertentangan dg peraturan perundang2n yg berlaku. Contoh kata mencegah lbh baik drpd mengobatiartinya mencegah dr terkena pnykt itu lbh baik drpd mengobati stlh kita terkena pnykt . Arti operasional : pengawasan thd pemda agar pemda tdk menetapkan kebijakan yg bertentangan dg kepentingan umum dan praturan perundang2n yg lbh tinggi atau prtrn perundang2n lainnya . 2. Pengawasan Represif Adlh pengawasan yg berupa penangguhan atau pembatalan thd kebijakan yg telah di tetapkan daerah baik berupa perda, keputusan KADA, keputusan DPRD maupun keputusan pimpinan DPRD dlm rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengawasan represif berupa penangguhan /pembatalan thp kebijakan daerah yg dinilai bertentangan dg kepentingan umum, perpu yg lbh tinggi dan/ perpu lainnya . Kepentingan umum : Kepentingan msyrkt luas yg mencakup hal2 yg berkaitan dg kepatutan/kebiasaan yg berlaku disuatu daerah, seperti : norma agama, adat istiadat, budaya dan susila, serta hal2 yg membebani msyrkt dan menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Perpu yg lbh tinggi, yaitu UUD 1945, TAP MPR, UU, PP, kepres, dan kepmen. Perpu lainya adlh perda provinsi dan keputusan gubernur serta perda kabupaten/ kptsn bupati/walikota yg mengatur obyek sejenis . PENGAWASAN EKSTERNAL (DARI LUAR PEMDA) 1. Pengawasan oleh Pemerintah Pusat Pasal 217 UU 31/2004 mngatur ttg pembinaan & pengawasan pemda. Dlm PP No. 79/2005 ttg pedoman pembinaan dan pengawasan Pembinaan penyelenggaraan pemda, Pembinaan : Upaya yg dilakukan pemerintah/gubernur selaku wkl pemerintah didaerah utk mewujudkan

Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

tercapainya tujuan penyelenggaraan otda. Pembinaan dilakukan PemPus trhdp Kada/Wakada, anggota DPRD, perangkat daerah, PNS daerah, kades, perangkat desa, dan anggota BPD. Pengawasan atas penyelenggaraan Pemda : proses kegiatan yg di tujukan utk menjamin agar pemrnthn daerah berjln scr efisien dan efektif sesuai dg rencana dan ketentuan PerPu . a ) Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Dilksnkn oleh pmrnth yg meliputi koordinasi pmrnth antra susunan pmrnthn, pemberian pedoman dan standar plksnn urusan pmrnthn, pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan pmrnthn, pendidikan dan pelatihan, perencanaan, litbang, pemantauan dan evaluasi plksnn urusan pmrnthn . Perencanaan atas penyelenggaraan pmrnthn daerah meliputi perencanaan jangka pnjng, perncnn jngka menengah, dan prncnn tahunan . Penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi ats pnylnggrnn pmrnthn daerah meliputi kewenangan, kelembagaan, kepegawaian, keuangan, pengelolaan asset, LPND, DPRD, pelayanan publik, dan kebijakan daerah . b ). Pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah 1. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, terdiri urusan : Yg bersifat wajib Yg brsft pilihan, dan Menurut dekonsentrasi dan tugas pembantuan . 2. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kab/kota, terdiri : Yg bersifat wajib Yg brsft pilihan, dan Menurut tugas pembantuan 3. Pelaksanan urusan pemerintahan desa . Pengawasan plksnn ursn pemrnthn didaerah brpedoman pada norma : 1. Objektif, professional, independen, dan tdk mencari-cari kesalahan ; 2. Terus menerus utk memperoleh hsl yg berkesinambungan. 3. Efektif utk menjamin adanya tindakan koreksi yg cepat dan tepat; 4. Mendidik dan dinamis . Inpektorat Jenderal Departemen dan Unit pengawasan LPND mlkkn pngwsn thd : 1. pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, 2. pinjaman dan hibah LN, 3. pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dg fungsi dan kewenanganya. Inspektorat provinsi jg mlkkkn pengawasan thd : 1. plksnn pmbnn atas pnylnggrnn pmrnthndaerah kab/kota, 2. plksnn ursn pmrnthn di daerah provinsi, 3. plksnn ursn pmrnthn di daerah kab/kota. Inspektorat kab/kota mlkkn pngwsn thd : 1. plksnn ursn pmrnthn di daerah kab/kota, 2. plksnn pembinaan atas penyelenggaraan pmrnthn desa, 3. plksnn ursn pmrnthn desa. Aparat pengawas intern pmrnth mlkkn pngwsn sesuai dg fungsi dan kwngnya melalui : 1. pemeriksaan dlm rangka berakhirnya masa jabatan Kada. 2. pemeriksaan berkala/sewaktu2 maupun pemeriksaan terpadu .
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

3. Pengujian trhdp laporan brkala/swkt-wkt dr unit/ satker. 4. pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi trjadinya penyimpangan, KKN . 5. penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, plksnn program dan kegiatan 6. monitoring dan evaluasi plksnn ursn pmrnthn di daerah dan pmrnthn desa. Kebijakan pengawasan atas pnylnggrn pmrnthn daerah ditetapkan plng lmbt bln oktober /thn oleh mendagri bdsrkn masukan dr menteri negara/pimpinan LPND dan gubernur serta bupati/walikota. c ). Pengawasan terhadap Perda dan peraturan kepala daerah . Pemerintah mlkkn pengawasan represif dan preventif trhdp perda dan perKada. Perpres ttg pembatalan perda di tetapkan plg lmbt 60 hr sejak perda diterima pmrnth. Evaluasi rancangan perda dan rncngn PerKada dilkkn plg lmbt 15 hr stlh diterima rncngn dimksd. Gubernur jg dpt mengajukan keberatan kpd MA plg lmbt 15 hr krj sjk d terima pembataln Sesuai kepmendagri No. 41/2001 ttg pengawasan refresif kebijakan daerah, mendagri mlkkn pngwsn represif trhdp kebijakan daerah ttg : 1. Keputusan DPRD ttg tata tertib DPRD provinsi, 2. Kep. DPRD ttg kedudukan keuangan anggota DPRD, 3. Kep. Pimpinan DPRD provinsi, 4. Perda kab/kota ttg pengelolaan kawasan, 5. Perda kab/kota ttg sumbangan pihak ketiga kpd pemda, 6. Keputusan bupati dan walikota ttg sumbangan pihak ketiga kpd pemda, 7. Keputusan bupati dan walikota ttg penghapusan /perubahan asset daerah. Untuk gubernur selaku wkl pempus mlkkn pngwsn represif trhdp kbjkn daerah yg menyangkut : 1). Keputusan DPRD kab/kota ttg Tatib DPRD, 2). Kep. DPRD kab/kota ttg kedudukan keuangan anggota DPRD, 3). Kep. Pimpinan DPRD kab/kota . d ). Penghargaan dan sanksi . Sanksi pembinaan dan pengawasan dpt berupa : 1). Penataan kembali suatu daerah otonom, 2). Pembatalan pengangkatan pejabat, 3). Penangguhan dan pembatalan suatu kebijakan daerah, 4). Administrative dan/atau 5). Financial . Sanksi diberikan oleh mendagri , menteri negara/ pimpinan lembaga pmrnth nondepartemen sesuai dg perpu . 2. Badan Pemeriksa Keuangan BPK mlkkn pengawasn trhdp penggunaan APBD, dana dekosentrasi, dan dana tugas pembantuan. Fungsi BPK : sebagai lembaga negara memeriksa, menguji, dan menilai penggunaan APBD. Hasil pemeriksaan BPK di laporkan kpd DPR dan DPRD. BPK jg mlkkn pengawasn trhdp penggunaan dana dekonsentrasi pd pemprov dan dana tugas pembantuan baik pemprov maupun pd pemkab/kota. pengawasan ini brsft represif . PENGAWASAN INTERNal (DARI PEMDA SENDIRI) Pengawasn intern terdiri atas :

Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

1 Pengawasan yg bersift self administrative regulation : Pembuatan dan penetapan standard operting prosedurs (SOP) dan pembuatan juklak dan juknis oleh Kada. Pengawasan ini dilkkn oleh Kada dg tujuan agar semua mekanisme dan prosedur administrasi di lkkn sesuai dg ktntn yg d ttpkn, Bersifat preventif. 2 Pengawasan Melekat/built control : Pengawasan atasan lgsg kpd bwhnnya . pengawasn ini dilkkn oleh atasan lgsg dr seorang pegawai. Bersifat preventif 3 Pengawasan layanan brdsrkn Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pemda hrs membuat SPM utk semua jenis pelayanan yg di berikan. Setiap dinas, kantor, dan lembaga pd Pemda hrs bwt SPM. SPM menjadi acuan utama dinas, biro, kantor, dan lembaga yg memberikan plynn tdk sesuai dg SPM yg di ttpkn brarti kinerjanya tdk baik. 4 Pengawasan Fungsional : Pengawasan yg dilkkn oleh badan fungsional, sprt Inspektorat daerah. Pengawasan Fungsional : Pengawasan yg di lkkn oleh lembaga/badan/unit yg mempunyai tugas dan fungsi mlkkn pngwsn melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian. bersifat refresif . Gubernur dan Bupati/Wlkota mlkkn pngwsn fungsional melalui kegiatan : 1). Pemeriksaan berkala, pemeriksaan insidental maupun pmrksn terpadu. 2). Pengujian trhdp laporan berkala?swkt-wkt dr unit/satuan krj . 3). Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya KKN. 4). Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, plksnn program, proyek, serta kegiatan. Dalam pelaksananya Menteri dan pimpinan LPND berkoordinasi dg Mendagri, maksudnya adlh utk memadukan dan slg memfasilitasi dlm pnylnggrnn pengwsn fungsional shg tdk trjd tumpang tindih. Berdsrkn KepMendagri dan otda No.17/2001 ttg pelimpahan pngwsan fungsional pnylnggrn pemda kpd gubernur, sbgian pngwsn fungsional dilimpahkan kpd gubernur selaku wkl pempus. Pelimpahan pngwsn trsbt : 1. melaksanakan penjabaran kebijakan pngwsn fungsional penyelnggrn Pemda di wilayahnya; 2.melkkn koordinasi perencanaan, plksnn, dan tindak lanjut hsl pengwsn fungsional pnylnggrn Pemkab dan kota; 3. menylnggrn pngwsn fungsional thd pnylnggrn pemkab/kota, kecuali hal2 yg di pandang perlu dilkkn oleh mendagri dan otda . Gubernur wjb memberikan laporan brkala kpd Mendagri . 5. Bagaimana pengaturan pengujian Peraturan Daerah di Era Otonomi Daerah, Jelaskan Jawaban : Sejauh pemahaman saya terhadap pengaturan pengujian perda. Perda merupakan produk perundang-undangan paling bawah. Ketika suatu perda diuji terhadap materi dari sebuah Undang-undag, maka yang menjadi kewenangan adalah Mahkamah Agung. Pengujian Peraturan Perundang-Undangan dibawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang (Judicial review) yang dilakukan oleh Mahkamah Agung sebagaimana kewenangan atributifnya diatur dalam pasal 24A ayat (1) UUD 1945 juncto pasal 7 UU Nomor 10 Tahun 2004, pasal 11 UU Nomor 4 Tahun 2004, pasal
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

31 UU Nomor 5 Tahun 2004, pasal 31A UU Nomor 3 Tahun 2009, dan pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2004. Dalam ketentuan aturan tersebut, Mahkamah Agung berwenang melakukan Pengujian terhadap peraturan perundangundangan dibawah undang-undang. Dengan mengacu pada UU Nomor 10 Tahun 2004, ditemukan bahwa Peraturan Daerah adalah juga merupakan bagian dari peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang. Ketentuan mengenai pengujian peraturan perundang-undangan, khususnya Perda, di era otonomi daerah ternyata tidak konsisten antara peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain. Era otonomi daerah memberikan kebebasan kepada daerah untuk membuat Peraturan Daerah (Perda). Namun, dengan adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 05/HUM/2005 timbul permasalahan hukum mengenai lembaga mana sebenarnya yang berwenang menguji. Dalam peraturan perundangundangan, Perda memiliki posisi yang unik karena meski kedudukan Perda berada di bawah undang-undang, tetapi tidak terdapat kesatuan pendapat antara para pakar mengenai siapa sebenarnya yang berwenang mengujinya. Perdebatan mengenai berlakunya excecutive review dan judicial review terhadap Perda menjadi pertanyaan tersendiri di era otoda ini mengingat Perda adalah produk kepala daerah dan DPRD di suatu daerah yang bersifat otonom. Menurut Maria Farida, pengujian terhadap Perda tidak dilakukan oleh MA. Menurut pakar ilmu perundang-undangan tersebut, hal itu terkait ketentuan Pasal 145 ayat (2) UU No 32 Tahun 2004 di mana kewenangan pembatalan (berarti termasuk juga pengujiannya) Perda hanya ada pada Presiden apabila Perda tersebut bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Maria Farida menyatakan bahwa kondisi demikian berarti sebagai pengecualian dari ketentuan Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945 dan UU Nomor 5 Tahun 2004 dimana seharusnya MA berwenang melakukan uji materiil terhadap segala peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang. Sebetulnya menurut Pasal 24A (UUD 1945), semua peraturan di bawah UU diujinya oleh MA, tapi UU Nomor 32 (Tahun 2004) menyatakan kalau Perda bertentangan dengan yang lebih tinggi, dibatalkan oleh Presiden/pemerintah menurut Kepala Pusat Kajian Otonomi Daerah Universitas Brawijaya Malang, Ibnu Tri Cahyo, pengaturan mengenai kebolehan Pemerintah menguji Perda tidak berarti sebagai pengecualian dari wewenang MA dalam menguji peraturan peraundangundangan. Menurut Ibnu, MA tetap berwenang menguji Perda. Pengujian Perda oleh Pemerintah justru karena Pemda merupakan bagian dari pemerintah (eksekutif). Karena Pemda ada di bawah Pemerintah, dan dia ada di struktur Pemerintah. Jadi Pemerintah pun harus mempunyai kewenangan membatalkan Perda yang dibuat oleh daerah. Menurut I Made Suwandi membedakan pengujian Perda secara preventif dan represif. Ada empat Perda yang diuji secara preventif : Perda Pajak, Retribusi, Tata ruang dan APBD. Kalau tidak ada masalah diberlakukan. Yang lainnya represif, jadi berlaku dulu, kalau bertentangan, baru dicabut. Dengan adanya UU No 32 Tahun 2004 maka Pemerintahlah yang menguji Perda sedangkan MA berhak menguji Perda
Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

yang telah diuji Pemerintah, namun ketika pemerintah daerah belum puas maka masih bisa mengajukan keberatan ke MA Pakar hukum tata negara Prof. Sri Somentri menjelaskan ada berbagai macam cara pembatalan Perda karena ada beberapa pihak yang mempunyai hak uji terhadap Perda. Hak uji dilakukan bukan hanya oleh MA, tapi juga oleh pemerintah. Ada yang oleh presiden, ada yang oleh Menteri Dalam Negeri

Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Akmaluddin Rachim

Sumber Bacaan : www.kompas.com/pemekaran/daerah/istilah/moratorium/tak/dikenal/dalam/uu /08-06-2011 www.kompas.com/kompasiana/kegagalan-pembangunan-kab/kotapemekaran-dan-otoda www.kompas.com/lonjakan/kursi/dprd/karena/pemekaran/daerah/08-06-2011 www.mediaindonesia.com/pemekaran/daerah/cenderung/untuk/bagibagi/kekuasaan/10-04-2011 www.mediaindonesia.com/pemekaran/daerah/suburkan/korupsi/24-09-2010 www.mediaindonesia.com/pemerintah/komitmen/laksanakan/desentralisasi/da n/otda/16-08-2010 www.mediaindonesia.com/otonomi/daerah/yang/memabukkan/28-04-2011 www.mediaindonesia.com/editorial/memangkas-jatah-danah-perimbangan www.google.com/my/blog/is/pandu/pembinaan-dan-pengawasanpemerintahan-daerah www.hukumonline.com/kembalikan/wewenang/uji/materi/Perda/ke/Mahkama h/A-gung/08-03-2011 www.google.com/problematika/hukum/hak/uji/materil/dan/formil/peraturan/d aer-ah/by-BajonggaAprianto,S.H/

Daftar Pustaka : Jimly Asshiddiqie Hukum Acara Pengujian Undang-Undang terbitan Sekretariat Jenderal MK tahun 2006 Mahfud MD konstitusi dalam kontroversi isu

Disusun sebagai Tugas Ujan Akhir Semester Pemda/Otoda

Anda mungkin juga menyukai