Anda di halaman 1dari 3

Artikel Manajemen Investasi Kelompok 1 Annisa Triwardhani Yohana Novita IHSG Kembali Buat Rekor JAKARTA, KOMPAS.

com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi pertama naik 55,52 poin (1,18 persen) ke posisi 4,771.94. Posisi ini merupakan level tertinggi IHSG. Setahap lagi, IHSG akan menembus level baru di 4.800. Perdagangan saham hari ini dilakukan dengan jumlah transaksi sebanyak 7,9 juta lot atau setara dengan Rp 3,4 triliun. Kepala Riset eTrading Securities Betrand Raynaldi menjelaskan pada perdagangan sesi I ini, sahamsaham blue chip masih diburu oleh investor. Sejumlah saham yang menjadi penggerak bursa hingga siang ini antara lain BBRI yang naik 3,39 persen, TLKM (3,45 persen), BBCA (1,88 persen), BMRI (2,02 persen), dan BBNI (5,14 persen). Sementara itu, saham-saham yang menjadi pemberat bursa hingga siang ini antara lain GEMS anjlok 7,95 persen, EXCL (1,83 persen), SMMA (2,20 persen), MEGA (3,57 persen), dan BUMI (2,38 persen). Hingga siang ini, asing tercatat melakukan net buy di pasar reguler sebesar Rp 484 miliar dengan sahamsaham yang paling banyak dibeli antara lain TLKM Rp90 miliar, BBRI Rp 83 miliar, ASII Rp 35 miliar, SMGR Rp 31 miliar dan PGAS Rp 30 miliar.

Indeks harga saham itu sendiri adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Salah satunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam indeks ini menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Jika harga saham perusahaan tersebut naik secara keseluruhan, IHSG akan naik. Demikian juga jika harga saham perusahaan turun secara keseluruhan, IHSG turun. Bila harga saham yang naik seimbang dengan harga saham yang turun, IHSG akan tidak naik dan turun. Hal itu disebut stagnan atau berfluktuasi sekitar level tersebut. Kenaikan IHSG menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang. Kenaikan dan penurunan harga saham bisa diakibatkan faktor internal perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan merupakan informasi yang berasal dari perusahaan. Adapun kenaikan laba bersih perusahaan merupakan faktor yang membuat harga saham naik. Kenaikan ini sangat dipengaruhi oleh investor asing. Aksi borong saham kembali didominasi oleh investor asing, meski investor lokal juga tak mau ketinggalan. Saham bank jadi incaran, juga saham di sektor konstruksi dan infrastruktur. Hal ini terkait dengan angka rupiah yang melemah sehingga membuat harga saham di Indonesia dipandang lebih murah terhadap dollar AS. Tak pelak aksi beli bersih (net buy) asing pun tercatat meningkat. Melemahnya rupiah diantaranya disebabkan oleh banyaknya permintaan akan dollar AS, namun tidak sejalan dengan ketersediannya. Hal ini membuat masyarakat ramai-ramai memburu dollar AS, meski dalam kondisi susah mendapatkannya. Di sisi lain, masyarakat yang sudah memiliki dollar AS cenderung menahan asetnya tersebut dan tidak mau melepas ke pasar. Hal ini sangat terkait dengan pemberitahuan akan redominasi nilai rupiah. Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa redenominasi ini sama seperti dengan sanering (memotong nilai mata uangnya). Padahal, kondisi tersebut sebenarnya

malah sebaliknya. Kejadian ini membuat masyarakat Indonesia lebih berpikir untuk mengamankan dolar ASnya. Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/02/28/13082822/IHSG.Kembali.Buat.Rekor http://www.investor.co.id/marketandcorporatenews/ihsg-naik-79-poin-ke-level-4795/55778 http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/indeks.aspx http://www.jpnn.com/read/2013/01/17/154675/Investor-Asing-Borong-Sahamkompas.com

Anda mungkin juga menyukai